Sabtu, 02 Oktober 2010

Sebuah Cita Rasa Kopi Luwak: Kopi yang Berasal dari Kotoran Luwak (Musang)

Kopi Luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak/musang kelapa. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak. Kemasyhuran kopi luwak ini di kawasan Asia Tenggara telah lama diketahui, namun baru menjadi terkenal luas di peminat kopi gourmet setelah publikasi pada tahun 1980-an. Biji kopi luwak adalah yang termahal di dunia, mencapai USD100 per 450 gram.



Kemasyhuran kopi ini diyakini karena mitos pada masa lalu, ketika perkebunan kopi dibuka besar-besaran pada masa pemerintahan Hindia Belanda sampai dekade 1950-an, di mana saat itu masih banyak terdapat binatang luwak sejenis musang.


Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul masak sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Biji kopi seperti ini, pada masa lalu sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami dalam perut luwak. Dan konon, rasa kopi luwak ini memang benar-benar berbeda dan spesial di kalangan para penggemar dan penikmat kopi.


Kopi luwak sebagai kopi asli Indonesia sudah dinyatakan halal untuk dikonsumsi oleh MUI. Hal ini karena status awal dari biji kopi luwak adalah barang yang terkena najis dan akan menjadi suci kembali bila dicuci dengan benar. Sebetulnya biji kopi luwak sendiri tidak terkena kotoran karena masih dilindungi oleh kulit dalam. Sebagaimana diketahui, proses memproduksi kopi luwak ini dimulai dari biji kopi yang ditelan oleh luwak, kemudian keluar bersamaan dengan faeces (kotoran). Biji kopi tersebut tetap utuh (tertutup kulit tanduk).

Pernah minum kopi luwak? Beginilah sejarahnya.
Hewan musang atau luwak adalah hewan mamalia yang sering kita jumpai di sekitar pemukiman atau bahkan perkotaan. Hewan ini amat pandai memanjat,lebih kerap berkeliaran di atas pepohonan, meskipun lebih sering turun ke tanah. Musang sendiri juga lebih aktif pada malam hari untuk mencari makanan dan lain-lain dari aktifitasnya.
Sering kita jumpai juga musang berkeliaran pada malam hari untuk mencari makanan di tempat pemukiman, bahkan sering kita jumpai musang sendiri memanjat kabel listrik, genteng rumah atau bahkan bangunan-bangunan di sekitarnya dan selalu berpindah-pindah ke tanah ataupun mencari ruang-ruang di dalam rumah yang banyak makanannya,seperi di dapur atau di gudang. Musang sendiri juga suka menjelajah hutan yang lebat dengan pohon karena musang juga suka dengan buah-buahan dan juga biji-bijian.
Musang atau luak sendiri lebih sering kita dengar dari pendapat masyarakat sebagai pencuri ayam, walaupun tampaknya musang lebih sering memakan aneka buah-buahan di hutan atau di pekarangan,termasuk juga pisang,pepaya, kopi, dan juga buah kayu hutan.
Mangsa lain yang sering di makan musang sendiri lebih condong hewan yang kecil, misalnya cacing tanah,kadal,semut,termasuk juga tikus.
Di tempat-tempat yang sering kita lewati atau bahkan kita pernah melihat musang yang sedang membuang kotorannya,terlihat kotorannya yang berbentuk biji-bijian yang tidak tercena di dalamnya, sehingga biji-biji itu tetap utuh agaknya pencernaan musang sendiri lebih singkat dan sederhana.

15

Maka dari situlah konon luak atau musang lebih memilih buah yang benar-benar matang untuk menjadi santapannya.


SEJARAH PEMBUATAN KOPI
Pernah suatu ketika musang memakan buah kopi di perkebunan untuk menjadi makanannya,dan sang petani pun mulai kualahan untuk mengawasi musang-musang tersebut,sang petani pun mulai bingung untuk mencari akal agar bisa mencegah si musang agar tidak memakan kopi-kopi di perkebunannya.
Suatu ketika sang petani berhasil menemukan bagaimana caranya untuk menangkap si musang tersebut yaitu dengan menjebaknya,akhirnya sang petani berhasil menjebak sang musang tersebut.
Setelah berhasil menjebak sang musang,akhirnya sang petani bertindak sangat konyol.Sang petani memiliki pikiran untuk menyembelihnya dan memakannya.
Saat Sang petani ingin menyembelih sang musang,sang petani melihat kotoran-kotoran dari musang tersebut yang berceceran di kandang tempat musang di kurung,sang petani curiga,mengapa biji kopinya malah berantakan di tempat sang musang.
Petani itu tak mengerti bahwa biji kopi tersebut adalah kotoran-kotaran dari sang musang sendiri,akhirnya sang petani mulai mengambili kotoran-kotoran musang tersebut,dan menyimpannya lagi di sebuah tempat.
Sang petani siap melakukan penyembelihan kepada sang musang.Maka,terjadilah pembunuhan yang kejam itu terhadap musang.
Pak petani mulai merobek-robek isi dari organ-organ perut musang,sampai akhirnya sang petani membuka isi perut dari sang musang tersebut dan mulai saat itulah petani melihat kotoran dari sang musang sendiri,dan apa yang terjadi.Pak petani merasa heran sekali,kenapa biji kopi yang di simpan tadi kok sama dengan yang di dalam isi perut si musang ini.
Maka pak petani tersebut menyimpulkan bahwa biji kopi tersebut adalah hasil pencernaan dari sang musang sendiri,yaitu kotoran.Betapa terkejutnya sang petani saat mengetahui bahwa kotoran sang musang mirip sekali dengan biji kopinya.
Petani ini mulai memutar otaknya kembali.
Maka petani tersebut memiliki pikiran untuk membuka kembali kotoran-kotoran musang itu yang telah dia simpan, Petani ini mulai memikirkan kalo seumpama kotoran ini mirip biji kopi,apakah kotoran ini bisa di masak?
Akhirnya petani ini mulai memasak kotoran sang musang ini, dan apa yang terjadi.
Petani mulai terkejut karena rasa dari kotoran musang ini lebih nikmat dari biji kopi biasa yang tanpa di makan oleh musang,akhirnya sang petani sendiri langsung membuat banyak kopi-kopi tersebut dan menyebarluaskan rasa nikmatnya kopi ini kepada orang-orang terdekatnya.
Dengan pikiran bisnisnya,petani ini akhirnya mencari dan mengumpulkan musang-musang untuk memakan semua biji kopinya yang sudah matang dan sudah siap panen.musang sendiri di kumpulkan di sebuah kandang,jadi petani tersebut gampang sekali untuk bisa memanen kotoran mereka dan juga musang itu sendiri dapat berkembang biak dengan sendirinya.
Maka Pak petani mulai membangun sebuah industri kecil-kecilan di rumahnya dengan sebutan kopi luwak khas petani.
Tahun semakin bertambah,bisnis tersebut mulai tersaingi oleh banyak orang karena kopi luwak pak petani banyak yang sudah mengetahui resepnya.
Akhirnya dengan modal yang di tambah dan pikiran bisnis yang semakun maju dari sang petani tersebut,akhirnya pak petani mulai memasarkannya sampai keluar kota dan sampai ke luar negeri.
Tetapi Dengan Jaman yang semakin maju,luwak atau musang semakin sukar di temukan karena mungkin juga banyak orang yang memburu luwak dengan cara menembak atau juga menyembelihnya dan memakannya,
jadi mulai sekarang kopi luwak mulai tidak terdengar lagi karena kopi luwak sendiri yang sekarang tidak murni dalam pembuatannya,karena mulai banyak pabrik-pabrik yang mengatasnamakan kopi luak sendiri,padahal  pembuatannya tidak alami seperti jaman dahulu.
Tapi kualitas dari kopi tersebut masihterjamin,dan juga harga dari kopi luak sendiri mulai rendah.
Dulu kopi luak di banderol Rp 100.000 per 450 gram,tapi sekarang mungkin bisa lebih rendah dari itu karena pembuatannya sendiri tidak alami.


Kopi Terbaik di Perut Luwak

Kopi Luwak (Dok. A Cup of Java)Legenda paling ternama dalam sejarah kopi Indonesia adalah kopi luwak. Kopi ini sangat terkenal karena harganya yang luar biasa mahal. Popularitasnya pun tak lagi berskala lokal. Kalau Anda rajin berselancar di dunia maya, lusinan situs berbahasa asing di internet kini rajin menawarkan kopi luwak dengan harga selangit. Bayangkan, harganya US$ 300 sampai US$ 600 per kilogram!

Menurut legenda yang dikabarkan turun-temurun, kopi luwak adalah kopi yang diolah dan diperoleh dengan cara unik: biji kopinya diambil dari kotoran luwak --binatang sejenis kucing liar. Sebenarnya, kopi ini dihasilkan dari tanaman kopi biasa, hanya buah kopi yang sudah matang di pohonnya itu dimakan luwak. Yang menyebabkannya istimewa adalah insting luwak yang hanya memilih buah kopi terbaik untuk dimakan.

Buah kopi yang dimakan luwak itu tentu diolah dalam sistem pencernaannya. Namun, yang dicerna hanyalah kulit buahnya. Sedangkan biji kopinya dikeluarkan utuh bersama kotoran luwak itu. Biji kopi yang telah melalui tahapan ini dipercaya mengalami fermentasi sempurna selama dalam saluran pencernaan sang luwak.

Cerita selanjutnya sebenarnya tak ada beda dengan kopi-kopi lain. Biji kopi yang telah dipisahkan dari kotoran luwak itu diolah selayaknya biji kopi biasa. Namun, konon, rasa kopi yang diperoleh dengan cara istimewa ini benar-benar tak ada tandingannya. Maka, karena rasanya yang super dan cara produksinya yang tak mungkin massal, harga kopi ini pun selangit.

Kepada Gatra, Mark Hanusz, penulis buku A Cup of Java, menuturkan bahwa dalam proses penulisan bukunya, ia pernah berupaya menelusuri keberadaan kopi luwak ini. Ia, misalnya, bertanya kepada orang-orang Amerika yang menjual kopi luwak. Namun, tak satu orang pun bersedia memberitahu dari mana mereka memperoleh pasokan kopi luwak ini, dan di mana sebenarnya kopi jenis ini diproduksi. "Mereka selalu bilang itu secret, rahasia," kata Mark Hanusz.

Hanusz, yang sangat ingin memotret bagaimana luwak-luwak makan kopi itu, sempat berpikir bahwa sebenarnya para pedagang itu tahu letak kawasan yang memproduksi kopi luwak ini, namun benar-benar tak hendak memberitahu. Akhirnya, Mark Hanusz memutuskan untuk serius meneruskan perburuannya mencari kopi luwak di tanah asalnya, Indonesia. "Saya cari selama tujuh bulan dan bertanya pada hampir 70 orang," katanya.

Hasilnya, Hanusz hanya bertemu beberapa orang yang yakin menceritakan bahwa pada 1950-an kopi luwak yang legendaris itu memang ada. Namun, mereka juga mengatakan bahwa kopi jenis ini sudah tak eksis lagi sekarang. Dalam proses pencariannya, Hanusz hanya menemukan kopi dengan merek dagang "Kopi Luwak" di Semarang.

Tapi, kopi itu bukanlah kopi yang berasal dari hasil olahan luwak, sebagaimana dikisahkan legenda turun-temurun. Produsen menamakan produknya Kopi Luwak karena kualitas biji kopi yang dipakai termasuk bagus.

Tak hanya penelusuran lapangan yang hasilnya nihil. Penelusuran literatur yang dilakukan Mark Hanusz pun tak berbuah. Hanusz tak mendapatkan literatur terpercaya yang menerangkan secara jelas di mana kopi luwak diproduksi. Kopi luwak hanya muncul dalam sebuah literatur berbahasa Belanda pada 1930-an.

"Dalam literatur itu hanya diterangkan bahwa kopi luwak dikonsumsi kalangan keraton di Solo," kata Mark Hanusz. Jadi, sampai sekarang Mark Hanusz belum percaya bahwa kopi luwak itu benar-benar eksis. "Sampai sekarang kopi luwak itu saya anggap cuma mitos," katanya. Padahal, kalau benar, kopi jenis ini bisa jadi bisnis besar.

Sumber: 
adiprama.com
ceritakan.com 
gatra.com

5 komentar:

Related Posts with Thumbnails