Senin, 02 Mei 2011
Nasi Pecel Hj. Sarkiyah Mojokerto
Tiap bulan sekali aku rutin mudik ke kediri nengok ibu di rumah kediri. Biasanya kalau berangkat pagi dari Surabaya, kami memilih tidak makan pagi dulu dan mampir sarapan di Mojokerto. Kemarin pun juga begitu. Jam masih menunjukkan pukul setengah delapan pagi saat mobil berhenti tepat di warung nasi pecel langganan kami. Dari tempat parkir sudah kelihatan bila warung nasi pecel dan sambal tumpang Hj. Sarkiyah sudah dipenuhi pembeli dari berbagai kota (bisa dilihat dari plat mobil-mobil yang ada di tempat parkir).
Kami pun memilih menu nasi pecel dan sambal tumpang yang merupakan menu khas dari warung yang berada di jalan Pahlawan Mojokerto ini. Penjualnya langsung bertanya menu apa yang kami pilih. “Nasi pecel campur tumpang tak usah pakai lalap,” kata kami. Selanjutnya kami dipersilakan memilih sendiri lauk yang tersedia disisi kanan penjualnya.
Ada beragam lauk yang tersedia mulai dari ayam goreng, tahu, tempe goreng, telur dadar, telur asin, ayam panggang, rempeloati panggang dan masih banyak lagi. Aku lebih suka nasi pecel dengan rempeyek saja tanpa lauk lainnya. Sayurnya sudah cukup, yaitu bayam, taoge dan kenikir Aku menikmati nasi pecel tumpangnya. Rasanya sambal pecele uenak dan puedes. Kalau sambal tumpangnya sebenarnya lumayan juga meski belum selezat sambal tumpang kediri. Yang penting peyek kacangnya tidak keras alias kriuk kriuk. maknyus pokoke.
Sebenarnya selain nasi pecel kita bisa memilih menu lainnya karena di warung nasi pecel H. Sarkiyah ini juga menjual nasi rawon yang juga tak kalah lezatnya. (harganya cuma 10 ribu perak lebih murah dibandingkan satu porsi nasi rawon di salah satu depot yang sangat terkenal di Mojokerto yang kini harganya sudah 25 ribu rupiah). Juga ada sayur bening/kunci, lodeh, botok dan pepes.
Jadi bila tak suka nasi pecel, bisa memilih menu lainnya yang disuka. Minumannya pun juga beragam dari es teh, es jeruk hingga esberas kencur dan es saridele. Kalau kepedesan sambal pecel langsung sueger bila langsung minum es tersebut.
Tak percaya, silakan mampir saja kalau lewat di Mojokerto.
Sumber: harryw.blog.perbanas.ac.id
Sego Ceker Glintung, Jl Ayani Malang
Makan nasi campur aku jadi ingat nasi campur khas Malang. Ada satu tempat makan nasi campur di Malang yang sangat khas karena bukanya malam hari dan disini juga ada satu lauk yang tiada duanya, yaitu ceker bumbu. Karena penasaran maka pas aku ke Malang beberapa waktu lalu, akupun menuju ke warung sego ceker tersebut.
Lokasi warung sego ceker Glintung ini adalah di depan pusat perbelanjaan Carefour jalan Ahmad Yani Malang. Uniknya warung yang telah berdiri sejak dulu kala ini baru buka pada pukul 21.30. Saat pukul 2100 kami sampai di depan warung tersebut ternyata belum ada tanda-tanda warung tersebut buka tetapi begitu kami kembali ke warung tersebut pukul 21.30 ternyata sudah mulai banyak pembeli yang memadati warung tenda kaki lima ini. Kami pun mulai memasuki warung tenda tersebut ternyata meja kursi yang tersedia sudah penuh.
Jadinya kami mesti menunggu sebentar hingga ada pembeli lain selesai makan dan kami bisa menggantikannya untuk duduk dan makan. Kami pun mulai memesan makanan sesuai keinginan masing-masing. Di warung sego campur ini yang paling khas memang sego cekernya. Ceker ini dimasak dengan menggunakan bumbu bersantan kental dan mirip dengan gudeg.
Rasa manis dan asinnya pas dilidah. Kuahnya berwarna kecoklatan dan lekoh. Jadi bila selesai makan siap-siap segera cuci tangan karena tangan lengket semua. Bila tak suka ceker, Anda bisa memilih sayap ayam atau kepala yang juga dimasak serupa. Umumnya bagian-bagian ayam ini dimakan dengan menggunakan nasi panas dan sambal. Hanya saja mohon maaf jika terpaksa akua katakan sambalnya kurang terlalu menarik, kurang ada rasa manis asin dan kurang pedas. Padahal sambal adalah teman makan nasi yang paling klop. Jika Anda ingin tambahan lauk, Anda bisa coba sate usus, dan bakwan jagung yang sudah tersedia di atas meja. Yang penting sesudah makan jangan lupa membayar. Jangan kuwatir harganya masih cukup terjangkau.
Sumber: harryw.blog.perbanas.ac.id
Nasi Bhuk Khas madura di Jl Kawi Malang
Liburan natal tiga hari kemarin cukup lumayan buat refreshing, walaupun aku tidak mudik ke jakarta seperti kebiasaanku kalau ada liburan tiga hari, liburan kemarin cukup banyak acara jalan jalan dan makan makan yang bisa kulakukan.
Memang semenjak Air asia menutup rute surabaya jakarta aku tidak lagi bisa sesering dulu mudik ke jakarta, untungnya masih ada mandalaair yang kadang-kadang punya program promo sehingga aku masih tetap bisa mudik murah ke jakarta. Hari Jumat pagi kemarin acara jalan-jalan dimulai pukul 5 pagi, berdua dengan istri aku menjemput ibu dan adik ku di rumah adikku untuk ku ajak jalan ke Malang.
Perjalanan pagi ini sangat menyenangkan karena lalulintas masih cukup lengang, dari rumah adikku di daerah sedati aku mengambil rute lewat pedesaan hingga keluar di lingkar timur Sidoarjo terus melalui tanggul angin, jalanan porong masih lancar sehingga dalam waktu dua jam aku sudah bisa masuk kota Malang. Pukul delapan pagi akhirnya sampailah kita di kota malang, kuarahkan kendaraan menuju ke arah alun-alun kota malang, dan akhirnya menuju ke arah jalan Kawi. Pagi ini memang tujuan utamaku adalah menikmati sarapan pagi Nasi Buk di jalan kawi atas, letaknya di samping Pecel Kawi yang sudah terkenal di kota Malang.
Nasi Buk adalah salah satu masakan khas malang yang sebetulnya adalah menu masakan dari madura, mangkanya disebut dengan nasi Buk, karena yang jual adalah ibu-ibu yang dalam bahasa maduranya adalah BUK, nasi Buk sebetulnya basicnya adalah nasi campur namun dengan rasa yang khas, nasi putih dengan sayur nangka, srundeng, sambal dan kecambah serta beraneka lauk yang bisa dipilih, mulai dari usus, limpa, empal, ati dan ayam goreng. Nasi Buk di jalan kawi atas selain menyediakan menu nasi buk juga menyediakan menu nasi rawon, nasi campur dan nasi soto madura yang rasanya tidak kalah nikmatnya. Pagi ini kita memesan semua jenis masakan yang ada ditempat ini, aku dan adikku memesan rawon, ibu ku memesan soto sedangkan istriku memesan nasi Buk.
Setelah menunggu beberapa saat makanan yang kita pesanpun terhidang di meja, nasi Buk yang tersaji dalam satu piring berisi nasi putih dengan sayur nangka, srundeng, cambah dan sambal serta usus goreng dan limpa goreng sebagai lauknya, dari tampilannya saja sudah sangatlah menggugah selera, rawon yang kupesan disajikan dalam satu piring penuh daging dengan kuah panas, setelah kucoba merasakannya rasanya sungguhlah sangat luar biasa, kuahnya sangatlah gurih dan mantab, wuenak poll.
Nasi soto yang tersajipun juga istimewa, berbeda dengan soto yang kebanyakan kujumpai, nasi putih dalam piring tersaji dengan potongan daging dan usus dengan bawang merah diatasnya, serta yang membuat istimewa adalah taburan srundeng diatasnya yang membuat soto ini rasanya jadi sangatlah gurih dan sedap, sungguh sangatlah spesial. Usus goreng dan limpa goreng yang kupesanpun saat kugigit terasa sangat empuk dan gurih, sungguh membuat acara sarapan pagi ini menjadi sebuah pengalaman rasa yang luar biasa. Silahkan anda coba kalau lagi ada di Malang dijamin sipp dach.
Sumebr: harryw.blog.perbanas.ac.id
Nasi Pecel dan Sambel Tumpang Kediri
Sambel Tumpang
Udah hampir sebulan aku gak mudik ke kediri. Makan nasi tumpang adalah sudah jadi menu wajibku. Dulu tetangga dekat rumahku ada yang biasa jual nasi tumpang namanya mbah Jam (alm), nasi tumpangnya ciamik banget, biasanya disajikan dalam pincuk daun pisang sebagai piringnya dan dengan suru daun sebagai sendoknya. Sambel tumpangnya enak banget, apalagi juga dicampuri terik tahu campur mi dan peyek kacang, wis pokoke top abis. Sayang mbah jam sudah lama pindah dan juga sudah tiada. Untungnya sebagai gantinya ada mbak Jah, nasi tumpang mbak Jah nggak kalah dari mbah Jam,cocok bila dikatakan sebagai pengganti mbah jam,apalagi rumahnya juga berdekatan, cukup jalan kaki dari rumah dua ratus meter udah sampai.
Aku dan keluargaku paling ngefans dengan sambal tumpangnya mbak Jah. Mbak Jah ini sebenarnya usianya udah tidak muda, anak-anaknya saja sepantaran kami tapi kami udah terbiasa memanggilnya begitu sejak aku kecil. Meski sekarang sudah pada bekerja diluar kota tapi kalau mudik pasti nasi tumpang mbak jah yang dicari. Biasanya sambal tumpangnya benar-benar pedas, bahan dasarnya tempe bosok,cabe,santan,jerukpurut. Penyuguhannya biasanya dengan sayur buah pepaya muda dan tewel atau nangka muda dan kecambah. ditambah tempeyek dan kerupuk… enak banget.
Selain nasi tumpangaku juga demen banget dengan kerupuknya yang diguyur sambel tumpang.piuh bikin tambah yyumi aja.Dijamin bisa habis lebih dari satu porsi jika memakannya. Apalagi selain enak,harganya murah banget. Walaupun sekarang ini di kediri sudah ada cukup banyak penjual nasi tumpang laris seperti warung bu tin di patimura, nasi tumpang Bu Wandi di Jl. Panglima Polim, tapi nasi tumpang Mbak Jah tetap jadi favoritku. aduh jadi lapar, pingin makan tumpang nih.
Pecel Tumpang Kediri
Rasanya tak ada kata bosen makan pecel tumpang untuk orang asli Kediri. Meski sudah sarapan pecel tumpang, malamnya makan dengan menu yang samapun tak bermasalah. Hal ini karena cukup mudah mencari penjual peceltumpang di Kediri. Lain masalahnya jika kemudian kita tinggal di kota lain.
Seorang teman di Jakarta sempat mengaku pingin banget makan tumpang tapi kesulitan mencari penjual nasi tumpang di sekitar tempat tinggalnya. Alhamdulillah di Surabaya aku tak serepot itu. Bila aku lama tak pulang ke Kediri dan kangen makan nasi pecel tumpang maka aku langsung menuju warung nasi pecel tumpang langgananku.
Kebetulan di kawasan jalan Kendangsari Industri ada penjual nasi pecel tumpang khas Kediri. Lokasi tepatnya di seberang kantor BNI Kutisari. Ciri khas dari warung kakilima ini ada spanduknya yang berwarna kuning dan bertuliskan Nasi Pecel Tumpang Kediri. Yang ini tak bohong sebab penjualnya memang asli orang Kediri. Pemilik warung pecel tumpang kediri ini namanya bu As. Perempuan berjilbab ini mengaku berasal dari Bandar Kidul Kediri. Ia sudah membuka warung pecel tumpang ini selama 13 tahun. Wow cukup lama juga ya. Nasi pecel tumpang kediri buatan bu As lumayan enak dan mirip seperti yang biasa di jual di Kediri makanya banyak banget pelanggannya.
Terkadang saat makan disana aku sering ketemu dengan orang-orang Kediri yang sama-sama mencari rejeki di Surabaya dan kangen makan pecel tumpang. Warung pecel tumpang bu As yang buka mulai jam setengah enam sore hingga malam ini tidaklah terlalu besar. Ia hanya menyediakan dua meja panjang dengan beberapa bangku plastik untuk pembeli. Sedangkan perlengkapannya seperti tempat nasi, sayur, sambal ia taruh di meja tersendiri. Aku liat setiap waktunya bu As menyediakan nasi dalam termos besar, sambal tumpang dalam panci besar dan sayur-sayuran dalam jumlah banyak dalam tompo rotan.
Nasi pecel tumpangnya rasanya maknyus deh. Isi sayurannya boleh milih, ada kangkung, timun rebus/ndoyo, kacang panjang, buah pepaya muda, daun ketela pohon, dan kecambah/capar. Sambalnya selalu dikasih banyak jadi kelihatan lekoh. Sambalnya asin, pedes, uenak. Bila kita beli nasi pecel tumpang mesti diberi rempeyek kacang kedelai dan teri serta kerupuk puli warna kuning. Meski agak keras, tapi peyeknya uenak kok. Jika suka boleh minta lalapan timun dan kemangi. Harga sepiringnya hanya 4 ribu perak, jika tanpa nasi hanya 3 ribu perak. Bila ingin lauk tambahan bisa memilih, sate telur puyuh, atiampela dan ayam goreng, telur asin,tempe dan tahu bacem, serta dadar jagung. Sedangkan jika kepedesan bisa minum es teh dan es jeruk yang juga dijual disana. Pokoke layak dicoba deh buat kalian yang hobi pecel tumpang tapi belum sempat ke Kediri.
Sumber: harryw.blog.perbanas.ac.id
Bandeng Bakar RM Pak Elan II Gresik
Hari minggu seringkali kuisi dengan acara jalan-jalan bersama seluruh keluarga besarku, pagi hari di hari minggu biasanya aku akan menjemput ibu dan adik-adikku di rumah adikku di kawasan betro sedati, acara dimulai dengan sarapan pagi bersama dengan menu rumahan khas masakan ibu, pagi ini ibu sedang memasak sambal goreng labu dengan lauk dadar jagung dan tempe dan ayam bacem, sungguh suatu acara sarapan pagi yang sangatlah spesial.
Habis sarapan acara jalan-jalanpun dimulai dengan acara keliling kota, karena tidak ada tempat khusus yang mau dituju akhirnya kita hanya berkeliling kota saja, tanpa terasa kita sudah sampai di daerah Tugu Pahlawan, kuteruskan laju kendaraan menuju arah jalan Gresik, jalanan yang sudah bertahun-tahun tidak pernah kulewati, semenjak adanya jalan tol surabaya-gresik.
Jalanan cukup lenggang saat kita melewati jalanan itu, daerah margomulyo yang di hari biasa penuh sesak dengan truk hari minggu ini sangatlah lenggang, terus lurus kearah tambak oso wilangun dan akhirnya sampailah di romokali sari, berarti sudah masuk kota Gresik.
Hujan turun saat kita mulai memasuki kota membuat kita akhrnya memutuskan untuk keliling kota dulu sambil menanti hujan reda. Ada satu agenda wisata kuliner yang tidak pernah kulewatkan saat ada di kota Gresik yaitu makan bandeng bakar, memang kota Gresik terkenal dengan bandengnya, dan salah satu tempat makan bandeng yang sudah lama terkenal adalah Pak Elan. Maka siang itupun akhirnya kita memutuskan untuk santap siang di bandeng bakar Pak Elan II yang tempatnya ada persis di depan pabrik semen Gresik.
Waktu menunjukkan pukul satu siang saat kita sampai di tempat ini, sudah banyak pelanggan yang datang dan tempatnyapun juga kelihatan penuh, untungnya banyak yang sudah pada selesai makan jadi pas kita masuk masih ada meja kosong yang dapat kita duduki. Memang waktu makan siang tempat ini seringkali penuh sesak dengan pembeli apalagi di hari Minggu seperti ini, banyak pembeli dari luar kota yang mampir makan siang ditempat ini.
Pelayan langsung mendatangi kita dan menyodorkan daftar menu, disini ada beraneka ragam menu olahan bandeng, mulai dari bandeng goreng biasa atau tanpa duri, bandeng bakar biasa atau tanpa duri, bandeng rebus, bandeng otak-otak, bandeng dadar telur, tahu telur dan pepes telur bandeng. Tersedia juag sayur asem dan urap-urap . Siang ini kita memesan bandeng bakar tanpa duri dan otak-otak bandeng, serta sayurnya urap-urap dan sayur asem. Untuk minumnya kita pesan es legen satu gronjong besar.
Tidak berapa lama menupun disajikan satu persatu, mulai dari es legennya kemudian sepiring siwalan yang sudah dikupas tinggal makan, sate kerang dan pepes telur bandeng. Sambil menunggu menu lain disajikan aku mencoba makan siwalannya, rasanya sungguh sangat enak dan menyegarkan, seperti kelapa muda namun lebih lembut dan manis. Pepes telur bandengnyapun juga sangatlah gurih dan sedikit pedas, sungguh pas dilidah.
Apalagi saat kucoba es legennya, rasnya sungguh sangat menyegarkan, perpaduan rasa manis dan asamnya pas, menandakan legen ini masih baru dimasak.Beberapa saat kemudian baru bandeng bakar dan otak-otak bandeng serta sayur asem dan urap-urap dihidangkan, dan tidak ketinggalan sambal petis spesial.
Sungguh suatu sajian yang istimewa, saat aku mulai mencoba makan bandeng bakar rasanya sungguh mantab, enak dan gurih apalagi saat kucocol dengan sambal petis rasanya menjadi sangat luar biasa. Memang salah satu keunggulan tempat makan Pak elan ini adalah sambal petisnya yang tiada duanya, perpaduan antara lombok, petis dan kecapnya diolah dengan pas sehingga rasanya istimewa.
Otak-otak bandeng disajikan dengan dijepit bambu dan daging bandengnya diolah dengan aneka ragam bumbu membuat otak-otak ini terlihat sangat menarik. Saat kucoba memakannyanya rasanya sungguh dahsyat enak gurih dan agak pedas.
Memang otak-otak bandeng di tempat ini berbeda dengan otak-otak bandeng yang biasanya kutemui di tempat lain, karena daging ikannya dibumbui dengan campuran cabe merah, sehingga warnanya pun menjadi agak kemerahan, sungguh sangatlah enak buat disantap. Semua makanan yang terhidang ludes kita habiskan tanpa tersisa, sungguh suatu sensasi makan ikan bandeng yang luar biasa, sebuah perjalanan rasa yang sangatlah memuaskan.
Sumber: harryw.blog.perbanas.ac.id
Hari Buruh Internasional
1 Mei di tiap tahunnya selalu diperingati sebagai Hari Buruh Internasional. Hari yang dikenal sebagai May Day ini berawal dari haymarket riot tahun 1886. Ketika itu banyak kaum pekerja yang menjadi korban pada saat melakukan unjuk rasa menentang Kapitalisme.
Di berbagai belahan dunia hak pekerja memang sering menjadi hal yang krusial. Tidak berbeda dengan negara kita. Buruh menjadi sebuah kata yang terus berputar dan berakhir pada kata terpinggirkan. Bagaimana tidak.
Di kancah politik dan ekonomi kita buruh selalu diidentikkan dengan faktor instabilitas, anarkisme, dan kambing hitam kinerja perusahaan. Perubahan nasib buruh seakan tidak menentu. Apalagi dengan adanya krisis global yang sudah terasa di Indonesia.
Meskipun tercatat di pemilihan umum (pemilu) kemarin ada dua partai yang berplatformkan buruh dan banyak aktivis buruh yang merapat ke partai politik. Pada kenyataannya hasilnya belum cukup menggembirakan dan belum bisa menaikkan bendera isu utama buruh bernama kesejahteraan.
Pengkelasan dan perbedaan buruh memang masih diwarnai mitos paham Sosialisme dan Komunisme. Hal yang belum bisa dilepaskan dari pengalaman represif dan marjinalisasi buruh oleh rezim Orde Baru. Suatu anggapan yang harus dihilangkan detik ini juga. Bagaimana tidak.
Esensi buruh sendiri hanya diidentikkan dengan pekerja menengah ke bawah di industri. Padahal dalam kenyataannya orang yang bekerja kepada pemilik modal tetap dinamakan buruh.
Apakah itu dengan bahasa karyawan atau pegawai lainnya karena kemudian terjadi perbedaan perlakuan dan harga yang dinilai oleh upah kerja dan perlakuan itu lebih disebabkan oleh ketidakberpihakan sistem terhadap buruh.
Delegitimasi peran buruh banyak dirasakan dengan diberlakukannya UU No 13 Tahun 2003. Peran outsourching semakin meminggirkan peran buruh yang tidak mempunyai skill dan bargaining yang kuat meskipun memang kompetensilah yang akhirnya dibutuhkan dalam kondisi seperti ini. Dalam memperjuangkan hak dan kewajibannya buruh memang menolak pengkelasan.
Pengkerdilan perjuangan kaum buruh sudah semestinya tidak lagi terjadi. Buruh sekarang harus benar-benar dihayati sebagai perjuangan kita bersama. Siapa pun anda adalah buruh terkecuali pemilik modal.
Buruh kasar (blue collar labour) dan pekerja berdasi (white collar labour) sama saja nasibnya. Perjuangan buruh untuk melakukan setiap aksinya memang hendaknya disikapi secara arif dan bijaksana oleh pemerintah dan pengusaha. Bagaimana pun buruh mempunyai peranan yang signifikan dalam proses produksi dan humanisasi sebuah industri.
Teriakan dan benturan kepentingan yang ada dalam setiap perjuangan buruh hanya merupakan akumulasi ketidakberdayaan negara dalam melindungi masyarakatnya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945.
Unjuk rasa dan tekanan terhadap pemerintah memang sering disuarakan. Tapi, kebanyakan perjuangan itu harus kandas dengan alasan keamanan dan ketertiban, dan lebih ironisnya banyak dari kita hanya melihat demonstrasi buruh sebagai pengganggu ketenangan.
Ada banyak hal yang bisa menjadikan kembali buruh sebagai manusia di negaranya sendiri di antaranya:
1. Karena memperjuangkan tujuan yang sama alangkah baiknya semua serikat buruh bersatu. Bagaimana mau kuat apabila serikat buruh atau pekerja masih berjalan individualis.
2. Rasionalisasi dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan strategis Negara demi meningkatkan pelayanan dan kemampuan untuk mendukung pelayanan terhadap publik masyarakat kecil Indonesia termasuk buruh.
3. Berdayakan kampanye bangga terhadap produk dalam negeri sehingga industri dalam negeri dapat memenuhi setiap kebutuhan pembangunan yang ada di Indonesia.
4. Berantas korupsi di BUMN/BUMD, dan bersihkan pungli yang selalu membuat perusahaan atau industri Indonesia dan mensinergikannya dengan berbagai kebijakan ketenagakerjaan dan kebijakan moneter.
5. Mekanisasi mesin-mesin industri untuk meningkatkan produktivitas pekerja atau buruh, dehingga tidak mengurang peran mereka.
Tidak bisa dipungkiri lagi masalah buruh sebetulnya sangat kompleks dan bertalian dengan kondisi nyata yang terjadi di Indonesia. Bangga terhadap Indonesia sebagai sebuah bangsa, mampu menajamkan peran buruh dan pekerja, karena dengan adanya empati dari seluruh masyarakat Indonesia maka roda-roda industri akan kembali berputar, sehingga tidak ada pilihan semua dimensi kehidupan kita harus dibenahi.
Hubungan industrial antara buruh dan pengusaha harus ditata lebih seimbang dan manusiawi, dan hal ini tentu saja tidak mudah. Diharapkan dengan mendorong solidaritas kaum buruh/ pekerja dari berbagai lapisan sosial untuk memperjuangkan hak normatif dan menjamin masa depan yang lebih baik bisa bersinergi dengan perkembangan perekonomian dan perindustrian Indonesia.
Sekarang kita tunggu bagaimana sikap buruh, negara, dan pengusaha untuk kembali berpikir demi kepentingan bersama. Selamat Hari Buruh saudaraku.
Duniadeni
Sumber: kompasiana.com
Di berbagai belahan dunia hak pekerja memang sering menjadi hal yang krusial. Tidak berbeda dengan negara kita. Buruh menjadi sebuah kata yang terus berputar dan berakhir pada kata terpinggirkan. Bagaimana tidak.
Di kancah politik dan ekonomi kita buruh selalu diidentikkan dengan faktor instabilitas, anarkisme, dan kambing hitam kinerja perusahaan. Perubahan nasib buruh seakan tidak menentu. Apalagi dengan adanya krisis global yang sudah terasa di Indonesia.
Meskipun tercatat di pemilihan umum (pemilu) kemarin ada dua partai yang berplatformkan buruh dan banyak aktivis buruh yang merapat ke partai politik. Pada kenyataannya hasilnya belum cukup menggembirakan dan belum bisa menaikkan bendera isu utama buruh bernama kesejahteraan.
Pengkelasan dan perbedaan buruh memang masih diwarnai mitos paham Sosialisme dan Komunisme. Hal yang belum bisa dilepaskan dari pengalaman represif dan marjinalisasi buruh oleh rezim Orde Baru. Suatu anggapan yang harus dihilangkan detik ini juga. Bagaimana tidak.
Esensi buruh sendiri hanya diidentikkan dengan pekerja menengah ke bawah di industri. Padahal dalam kenyataannya orang yang bekerja kepada pemilik modal tetap dinamakan buruh.
Apakah itu dengan bahasa karyawan atau pegawai lainnya karena kemudian terjadi perbedaan perlakuan dan harga yang dinilai oleh upah kerja dan perlakuan itu lebih disebabkan oleh ketidakberpihakan sistem terhadap buruh.
Delegitimasi peran buruh banyak dirasakan dengan diberlakukannya UU No 13 Tahun 2003. Peran outsourching semakin meminggirkan peran buruh yang tidak mempunyai skill dan bargaining yang kuat meskipun memang kompetensilah yang akhirnya dibutuhkan dalam kondisi seperti ini. Dalam memperjuangkan hak dan kewajibannya buruh memang menolak pengkelasan.
Pengkerdilan perjuangan kaum buruh sudah semestinya tidak lagi terjadi. Buruh sekarang harus benar-benar dihayati sebagai perjuangan kita bersama. Siapa pun anda adalah buruh terkecuali pemilik modal.
Buruh kasar (blue collar labour) dan pekerja berdasi (white collar labour) sama saja nasibnya. Perjuangan buruh untuk melakukan setiap aksinya memang hendaknya disikapi secara arif dan bijaksana oleh pemerintah dan pengusaha. Bagaimana pun buruh mempunyai peranan yang signifikan dalam proses produksi dan humanisasi sebuah industri.
Teriakan dan benturan kepentingan yang ada dalam setiap perjuangan buruh hanya merupakan akumulasi ketidakberdayaan negara dalam melindungi masyarakatnya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945.
Unjuk rasa dan tekanan terhadap pemerintah memang sering disuarakan. Tapi, kebanyakan perjuangan itu harus kandas dengan alasan keamanan dan ketertiban, dan lebih ironisnya banyak dari kita hanya melihat demonstrasi buruh sebagai pengganggu ketenangan.
Ada banyak hal yang bisa menjadikan kembali buruh sebagai manusia di negaranya sendiri di antaranya:
1. Karena memperjuangkan tujuan yang sama alangkah baiknya semua serikat buruh bersatu. Bagaimana mau kuat apabila serikat buruh atau pekerja masih berjalan individualis.
2. Rasionalisasi dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan strategis Negara demi meningkatkan pelayanan dan kemampuan untuk mendukung pelayanan terhadap publik masyarakat kecil Indonesia termasuk buruh.
3. Berdayakan kampanye bangga terhadap produk dalam negeri sehingga industri dalam negeri dapat memenuhi setiap kebutuhan pembangunan yang ada di Indonesia.
4. Berantas korupsi di BUMN/BUMD, dan bersihkan pungli yang selalu membuat perusahaan atau industri Indonesia dan mensinergikannya dengan berbagai kebijakan ketenagakerjaan dan kebijakan moneter.
5. Mekanisasi mesin-mesin industri untuk meningkatkan produktivitas pekerja atau buruh, dehingga tidak mengurang peran mereka.
Tidak bisa dipungkiri lagi masalah buruh sebetulnya sangat kompleks dan bertalian dengan kondisi nyata yang terjadi di Indonesia. Bangga terhadap Indonesia sebagai sebuah bangsa, mampu menajamkan peran buruh dan pekerja, karena dengan adanya empati dari seluruh masyarakat Indonesia maka roda-roda industri akan kembali berputar, sehingga tidak ada pilihan semua dimensi kehidupan kita harus dibenahi.
Hubungan industrial antara buruh dan pengusaha harus ditata lebih seimbang dan manusiawi, dan hal ini tentu saja tidak mudah. Diharapkan dengan mendorong solidaritas kaum buruh/ pekerja dari berbagai lapisan sosial untuk memperjuangkan hak normatif dan menjamin masa depan yang lebih baik bisa bersinergi dengan perkembangan perekonomian dan perindustrian Indonesia.
Sekarang kita tunggu bagaimana sikap buruh, negara, dan pengusaha untuk kembali berpikir demi kepentingan bersama. Selamat Hari Buruh saudaraku.
Duniadeni
Sumber: kompasiana.com
Tumbilotohe: Menyalakan Lampu Jelang Hari Kemenangan
Oleh Amril Taufik Gobel
Kenangan masa remaja itu masih melekat di hati hingga kini.
Ketika baru tamat SMA 25 tahun silam, saya mengunjungi tanah kelahiran kedua orang tua saya di Provinsi Gorontalo. Di sana, saya menyaksikan sebuah tradisi khas masyarakat Gorontalo dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Namanya Tumbilotohe — “tumbilo” artinya menyalakan, “tohe” artinya lampu. Jadi Tumbilotohe, yang berlangsung sejak abad ke-15 ini, adalah tradisi menyalakan lampu sepanjang malam, yang berlangsung pada tiga malam terakhir Ramadan.
Pada awalnya, lampu yang dipakai untuk Tumbilotohe terbuat dari getah pohon damar, yang dapat menyala dalam waktu lama. Damar menyala itu dibungkus janur dan dipasang di atas dudukan kayu. Namun seiring sulitnya memperoleh damar, bahan lampu pun berganti ke minyak kelapa (padamala).
Mengikuti perkembangan zaman, pada 1990-an, minyak tanah menggantikan posisi minyak kelapa.
Beberapa rumah juga sudah memakai lampu listrik berwarna-warni, namun ada juga yang tetap bertahan dengan lampu minyak tanah — seperti kakek dan nenek saya yang meletakkan lampu minyak tanah itu di kerangka dudukan kayu di atas pagar.
Saya masih ingat betul, betapa indahnya cahaya lampu yang bersinar benderang di sepanjang jalan. Tak hanya itu, cahaya lampu juga menerangi halaman masjid, perkantoran, bahkan sawah serta lapangan sepak bola. Saya sendiri memasang lampu Tumbilotohe di sawah kakek-nenek saya di belakang rumah.
Pada malam-malam itu di Gorontalo juga banyak kegiatan dilangsungkan. Misalnya, perlombaan bernuansa keagamaan antarkampung. Atau permainan Bunggo’ (meriam bambu). Dentuman meriam dari ruas bambu yang ujungnya dilubangi sangatlah meriah di malam Tumbilotohe.
Salah satu yang cukup unik juga, adalah hadirnya Alikusu atau gerbang yang terbuat dari bambu kuning — bersama hiasan janur, pohon pisang, tebu dan lampu minyak. Dipasang di pintu kantor, rumah, masjid atau perbatasan daerah, Alikusu menambah semarak Tumbilotohe — yang jadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke Gorontalo.
Saya mengenang, pesona kerlap-kerlip lampu pada malam-malam itu membuat saya bagai berada di samudera cahaya di Gorontalo. Begitu memukau. Bila disaksikan dari atas, tentu Gorontalo kemilau sekali.
Sampai kini, tradisi ini tetap dipelihara sebagai kegiatan unik khas daerah (penyelenggaraan Tumbilotohe biasanya dibuka oleh Gubernur Gorontalo). Namun demikian, seiring melambungnya harga minyak tanah dan biaya listrik, Tumbilotohe tak lagi bersemarak seperti yang saya rasakan 25 tahun silam.
Semoga Tumbilotohe bisa tetap lestari dan menjadi khazanah kekayaan budaya bangsa.
Foto: Antara/Wahyu Putro
Sumber: www.yahoo.com
Atraksi Bambu Bernuansa Mistis
Oleh Amril Taufik Gobel
Atraksi Bambu Gila (disebut juga Buluh Gila atau Bara Suwen) sekilas tampak sederhana. Ada sebilah bambu dengan panjang 2,5 m dan diameter 8 cm yang mendadak jadi lawan tangguh bagi tujuh lelaki dewasa. Namun kesan kesederhanaan itu hilang ketika mengetahui batang bambu itu seketika jadi liar, berat, dan sukar dikendalikan setelah dirapalkan mantra oleh seorang pawang.
Pertama-tama sang pawang akan membakar kemenyan di atas tempurung kelapa. Dia kemudian mengembuskan asap kemenyan melalui buluh bambu yang dipercaya akan memanggil para arwah leluhur. Kehadiran para arwah itulah yang memberi kekuatan mistis bagi batang bambu yang digunakan dalam permainan.
Tak heran jika bambu yang dipakai dalam permainan ini bukan bambu sembarangan. Sang pawang harus meminta “restu” dari “penunggu” hutan sebelum menggunakannya. Dalam sebuah ritual adat, bilah bambu dipotong, dibersihkan, dicuci dengan minyak kelapa, lalu dihiasi dengan kain setiap ujungnya.
Pada pertunjukan berskala kecil, biasanya sang pawang akan mengunyah jahe yang terpotong tujuh, kemudian menyemburkannya ke batang bambu.
Kemudian sang pawang akan merapalkan mantra dalam bahasa Tana’, salah satu bahasa tradisional setempat. Berulang-ulang mantra diucapkan, aura mistis kian terasa dan memuncak ketika sang pawang berseru kencang: Gila! Gila! Gila!
Atraksi pun dimulai. Musik mengalun kencang dan tujuh pria dewasa ikut terayun-ayun, terguncang-guncang, meliuk-liuk oleh bambu yang mereka peluk erat.
Sekuat tenaga ketujuh lelaki itu mengerahkan segala kemampuan mereka. Namun bambu itu justru kian berat dan liar — apalagi saat irama musik dipercepat serta tifa (alat musik khas Maluku) ditabuh. Atraksi ini berakhir bilamana para pemain jatuh pingsan di arena permainan.
Saat ini Bambu Gila sudah jarang ditemui dan lebih banyak dipentaskan di desa-desa kecil di Maluku, misalnya Desa Liang, Kecamatan Salahatu, dan Desa Mamala, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah.
Namun demikian, atraksi ini dimodifikasi menjadi sebuah tarian lincah dengan buluh (bambu) yang didekap kedua tangan sementara kaki bergerak lincah.
Gerakan itu berlangsung dalam harmoni seakan menggambarkan persatuan dan kesatuan serta semangat gotong royong “Masohi” — sebuah spirit luhur masyarakat Maluku sejak lama.
Foto: Tempo/Panca Syurkani
Sumber: www.yahoo.com