Kamis, 30 Juni 2011

Negeri Ini Katanya Diisi oleh Orang Bodoh

13092947471679406285



Masih belum hilang dalam ingatan kita tentang ungkapan atau boleh dibilang caci maki yang keluar dari mulut salah satu anggota DPR yang terhormat. Kosa kata binatang yang keluar dari mulut anggota dewan yang terhormat tersebut sangat ringan dilisankan tapi pedih dan miris bagi yang melihat dan mendengarkan. 

Siapakah yang melihat dan mendengarkan, yang jelas adalah kita, rakyat Indonesia yang terdiri dari 240 juta jiwa. Kehidupan bernegara dan bermasyarakat kita diwakili oleh mereka yang duduk di gedung (masih) mewah. Anggota dewan yang terhormat ikut menentukan nasib kita. Hampir setiap hari kita disajikan tontonan yang memalukan dari perilaku anggota dewan yang terhormat, mulai dari korupsi, kolusi, skandal perempuan, mark up anggaran, penyuapan, kongkalikong sampai ada yang tertangkap basah sedang melihat gambar porno. Mereka yang terdiri dari 550 orang terpilih mewakili suara rakyat mulai dari yang baru lahir sampai yang mau mati. Di kepala mereka sebenarnya Indonesia bisa berubah, menjadi baik atau tambah parah. Di tangan mereka ada kekuasaan untuk memberikan tanda bakti bagi negeri, tanda yang menghasilkan sesuatu yang suci atau sesuatu yang keji. Di kaki mereka bangsa ini bisa melangkah maju, langkah yang surut atau langkah yang pesat seperti pecut. Saya jadi teringat syair dari lagu Iwan Fals yang bunyinya bahwa saudara (anggota dewan yang terhormat) dipilih bukan dilotere, meski kami tak kenal siapa saudara. Sedari awal memang kami tidak kenal siapa saudara, tapi sekarang kami kenal siapa saudara. Banyak dari kami akhirnya frustrasi dan berpikir untuk kembali lagi ke zaman tirani. 

Pada tahun 1998 kami turun ke jalan bukan untuk bergaya. Kami turun ke jalan karena dipaksa oleh keadaan yang memang membuat keinginan kuat kami untuk berunjuk rasa. Waktu itu kami tidak berpikir akan seperti ini jadinya, dengan banyak permasalahan dimana-mana. Dan yang membuat kami tambah kecewa dan marah adalah teman-teman yang dulu ikut turun ke jalan sekarang berada dalam lingkaran kekuasaan. Itu memang hak mereka untuk ikut berjuang, namun sungguh sayang, banyak di antara mereka asyik masyuk dalam lingkaran setan dan yang terparah, mereka juga ikut merasakan bagaimana nikmatnya merampok uang lewat jabatan. Anggota dewan negeri ini juga sudah banyak yang melakukan studi perbandingan ke negara-negara yang dianggap sebagai percontohan, tetapi apa hendak dikata ternyata urusan mereka jauh dari harapan. Banyak di antara mereka justru berfoya-foya menghabiskan anggaran tanpa hasil yang bisa diharapkan.

Di sisi lain, negeri ini katanya negeri yang ramah dan murah senyum penduduknya. Negeri ini katanya sangat berbudaya dengan karakter orang-orangnya yang berbudi bahasa. Namun kenyataannya justru sebaliknya. Negeri ini penuh dengan orang-orang pinter yang kebllinger. Sekali lagi kita diperlihatkan tontonan yang memalukan dan memilukan. Di saat kita sedang berharap-harap cemas menunggu nasib saudara-saudara TKI kita yang sedang menunggu ajalnya di negeri orang. Di negeri sendiri kita saling mencaci dan memaki saudara sendiri. Kosa kata BODOH bisa dengan ringan keluar dari lidah seorang gubernur kepada seorang walikota yang notabene didukung hampir 90 persen rakyat di kotanya. Masalah yang mungkin kecil buat mereka berdua, tetapi besar efeknya bagi rakyat yang melihat dan mendengarnya. Pertanyaan sederhana keluar dari lidah saya, apakah di negara ini sudah tidak ada tata krama atau etika? Ataukah tata krama dan etika sudah menjauh dari kita? Atau kita sudah menjauh dari-Nya? Ketika terjadi serangan Amerika terhadap Irak, para ahli neurologi meneliti dan memperkirakan bahwa George W. Bush pada waktu mengambil keputusan tersebut, tingkat emosi dan kecerdasannya berada di titik nadir alias NOL. Saya juga berpikir sama dengan penelitian tersebut, jika saja dilakukan penelitian tentang kecerdasan dan emosi terhadap gubernur tersebut, mungkin bisa saja sama hasilnya, yaitu berada di titik nadir alias NOL. Pertanyaan selanjutnya adalah, siapakah sebenarnya yang BODOH?

Satu lagi yang terakhir dan patut membuat kita malu. Seorang ahli hukum yang dengan kehebatan nalar hukumnya memang diakui siapapun di republik ini dengan ringan mengumbar ucapan ke publik bahwa Jaksa Agung negara ini GOBLOK. Ya ampun, sudah habiskah kosa kata di bidang hukum untuk mengganti kosa kata GOBLOK. Terminologi GOBLOK dalam kamus apapun, dan jika diterjemahkan ke dalam bahasa apapun memiliki implikasi yang sangat jelas dan menyakitkan bagi orang yang dituju. Apalagi yang dituju adalah seorang Jaksa Agung. Pertanyaan saya adalah untuk kedua orang yang sedang melempar kosa kata masing-masing, untuk Pak Jaksa Agung, apakah sudah dipikirkan akibatnya ketika mengambil tindakan untuk membuat orang merasa terhina akibat perbuatan yang dianggap mempermalukannya (yang notabene adalah seorang profesor hukum, mantan menteri dan konseptor pidato-pidato presiden)? Untuk bapak profesor hukum, apakah sudah kehabisan kosa kata atau istilah di bidang hukum untuk menyanggah apa yang dilakukan Pak Jaksa Agung?

Pertanyaanku untuk  kita semua, relakah Anda jika negeri ini dikelola oleh orang-orang BODOH dan GOBLOK….???

Negeriku oh Negeriku…….Ngeri aku melihatmu…

Rosandi Ari
www.kompasiana.com

NKRI: Negara Kekhalifahan Raya Indonesia

13093394681539694054


Menyaksikan acara Jakarta Lawyers Club di TVOne kemarin malam. Saya menggaris bawahi pernyataan Sujiwo Tejo sebagai seorang yang anti sistem demokrasi. Karena sistem demokrasi ini justru yang membodohi rakyat lantaran kebenaran akan sesuatu diputuskan oleh angka mayoritas. Kalau semua atau sebagian banyak orang bilang bumi itu datar, maka bumi akan jadi datar. Menurutnya Indonesia harus menerapkan sistem meritokrasi yang kasarannya adalah segala sesuatu harus dipegang oleh ahlinya, sekalipun yang memimpin negara ini menggunakan cara-cara tangan besi.





Mungkin Sujiwo Tejo belum kenyang dengan 32 tahun sistem tangan besi yang pernah diterapkan di negara ini, dan harus ditambah lagi waktunya sampai setelah itu diubah kembali jadi demokrasi. Perlu revolusi dan mengembalikan sistem otoriter ala dua orde terdahulu di republik ini. Mungkin sampai ratusan tahun atau entahlah berapa tahun lagi. Namun persoalannya adalah jika negara ini harus diserahkan kepada ahlinya, sekarang ini coba kita lihat satu bidang saja dahulu. Contohnya di bidang hukum, berapa banyak professor hukum di DPR dan komisi atau lembaga-lembaga penegakkan hukum. Di bidang politik pun nyatanya presiden kita seorang doktor kehormatan bidang politik (diberikan oleh salah satu Universitas di Bangkok). Apa itu bukan ahli namanya. Sebenarnya yang disebut ahli itu atas dasar apa ukurannya? Atas dasar budaya? Gelar intelektual? Atau apa?

Seorang Habibie yang ahli pun juga tidak bisa memimpin negeri ini. Mantan presiden yang katanya salah satu dari manusia jenius di Indonesia itu ternyata tidak begitu ahli dalam soal politik, sehingga mampu dilengserkan pula oleh ahli-ahli politik lainnya. Lalu sang ahli yang bagaimana yang dicari. Apakah ada seorang manusia yang bisa ahli segalanya di seluruh bidang? Pertanyaan selanjutnya adalah, jika misalnya ada satu posisi penting di negeri ini namun banyak sekali ahli yang mampu menduduki posisi itu, lantas siapa yang berhak mendapatkan posisi tersebut? Bagaimana tolak ukur selanjutnya untuk menentukan si ahli yang pantas bagi kedudukan itu, apakah pakai cara frontal sampai peperangan? Pakai cara pemilihan rakyat lagi? Pakai cara fit and proper test? Pakai cara dipilih oleh MPR-DPR ala orde baru? Atau apa?

Toh sistem meritokrasi pernah dipakai di era Soekarno dan Soeharto. Kenapa saya bilang pernah? Bayangkan saja pada masa Soekarno, orang jadi DPR itu apa tidak hebat, pintar, dan ahli. Di zaman yang pasca kemerdekaan itu, menurut saya isi parlemen Republik Indonesia sudah benar-benar mencerminkan Meritokrasi. Tetapi kemudian lambat laun, orang-orang yang ahli itu juga tidak bisa memertahankan dominasi dan kekuasaan mereka akibat gempuran ahli-ahli lainnya. Lalu ahli yang bagaimana yang dicari dalam pandangan Sujiwo Tejo? Apakah yang jujur dan amanah? Kenapa pemilihan presiden tidak sekalian saja pakai alat tes kebohongan yang mirip di film-film agen rahasia kalau sedang menginterogasi mata-mata musuh. Daripada harus dipilih rakyat, kumpulkan saja ahli-ahli itu lalu interogasi satu-satu pakai instrumen pendeteksi kebohongan.

Atau sang ahli-nya dipilih atas dasar agama? Karena agama kan sering digadang-gadang merupakan sumber kebenaran tertinggi dan transendental.

Bicara tentang memilih sang ahli yang mampu memimpin negara berdasarkan ajaran agama. Bertepatan dengan peringatan Isra’ Mi’raj ini, sejak tanggal 27 Juni 2011 kemarin HTI mengadakan konferensi Rajab. Tidak tanggung-tanggung katanya di 29 kota di Indonesia. Sebagaimana sudah diketahui bahwa HTI paling getol menyuarakan agar sistem demokrasi diganti dengan sistem Khalifah. Dalam salah satu hadis Nabi dikatakan pula apabila setiap urusan telah diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat datangnya hari akhir. Doktrin ini sering dipakai untuk menyerang sistem demokrasi, dan tak jauh berbeda dengan perkataan Sujiwo Tejo tentang “sang ahli untuk negeri”. Namun Sujiwo Tejo dalilnya bukan hadis Nabi, tetapi pakai semacam stratifikasi manusia berdasarkan kasta-kasta ala Majapahit dahulu.

Gagasan Sujiwo Tejo dan HTI soal Meritokrasi ini nampak sejalan. Tetapi antara Sujiwo Tejo dan HTI pastinya ada perbedaan. Semalam Sujiwo Tejo tidak memaparkan seperti apa yang disebut “orang ahli” itu dan bagaimana kriterianya. Tetapi kalau HTI sudah jelas, yang dikatakan orang ahli untuk mengurusi urusan negara adalah orang-orang yang mengerti Syariah Islam karena sistem negara ini akan berganti Khalifah. Itupun Syariah Islamnya yang sesuai dengan pemahaman HTI-lah yang paling benar dan harus sejalan dengan mereka.

Jadi ternyata meski gagasan sama namun konsep, mekanisme, dan teknisnya pun berbeda. Atau bisa jadi kalau memang ada revolusi besar-besaran terjadi di Indonesia, dan tiba-tiba negara ini berubah sistemnya menjadi Kekhalifahan, orang-orang seperti Sujiwo Tejo malah mendukungnya. Bukan sesuatu yang mustahil jika NKRI berubah menjadi Negara Kekhalifahan Raya Indonesia dari sebelumnya yang sering dibilang Negara Kafir Republik Indonesia, sebab tak sedikit orang-orang yang mendukungnya. Contohnya di konferensi Rajab yang diadakan oleh HTI, ternyata massa mereka lebih dari puluhan ribu orang. Perbandingannya, jika di Jakarta dan Jawa Barat saja, kira-kira sekitar lima puluh ribu orang menghadiri sebagai partisipan. Maka berapa jumlahnya rata-rata kalau diadakan di 29 kota. Pasti banyak sekali pendukung sistem khalifah ini.

Bukan tidak mungkin jika HTI dengan gagasan sistem Khalifahnya mampu memimpin Republik ini, dan mengakibatkan simpati dan dukungan datang dari organisasi atau partai politik selain HTI. Hal ini dikarenakan adanya cita-cita ideal bahwa Syariah Islam harus ditegakkan dalam sistem pemerintahan. FPI saja telah menyatakan  bahwa, “diakui atau tidak, sebelum merdeka atau setelah merdeka, Indonesia sudah menjadi negara Islam, hanya belum kaffah. Buktinya, mayoritas penduduk Indonesia muslim, Presiden dan Wakil Presidennya pun muslim hingga saat ini.” demikian dikatakan Ustaz Awit dari DPP Front Pembela Islam (FPI) dalam sebuah Tabligh Akbar di Bekasi. Menurut Ustaz Awit, sebuah negara bisa dihukumi sebagai negara Islam, apabila penduduknya mayoritas Islam, dipimpin oleh orang Islam, penduduk umat Islam tersebut diperbolehkan melaksanakan Syariah Islam. Maka negeri bisa dikatakan sebagai negara Islam.

Konsep anti demokrasi bergaung di seantero negeri berikut dalil-dalil pembuktiannya. Tetapi kalau bagi saya pribadi, mau diganti sistem apapun akan tetap sama saja. Mungkin saya akan setuju jika Kekhalifahan berdiri di negeri ini, alasannya bisa jadi ikut-ikutan tren “menunggu juru selamat”, atau mungkin dikarenakan sudah bosan dengar perdebatan soal bentuk negara sejak tahun jebot yang terus dibicarakan, sampai-sampai negara harus dikesankan seolah pintu surga.

Sesekali boleh juga sistem Khalifah diberi kesempatan, lalu kita lihat apa yang bisa diperbuat oleh  sistem yang katanya dibeking dan disponsori oleh Tuhan ini. Kita lihat pula bagaimana “ahli-ahli” sistem itu berkuasa, apakah meniadakan penyembelihan besar-besaran, apakah memeratakan kesejahteraan, atau malah tetap memertontonkan para elit yang ribut berebut kekuasaan tak jauh beda dengan orde-orde sebelumnya.

Kupret El-kazhiem

www.kompasiana.com

Masa depan dan Kehancuran Negara Israel

Beberapa hari yang lalu saya berdiskusi dengan hangat dengan beberapa teman di sini, tentang konflik Israel/Israil dan Palestina. Sesuatu hal yang wajar jika kita membela dan berada di salah satu fihak yang bertikai, dan itu biasanya berkaitan dengan sesuatu yang sangat emosional, yaitu kedekatan agama dan keyakinan. Tapi saya berharap kita tetap berada dalam sebuah jalur yang benar, jujur dan berimbang dalam melihat dengan seimbang, terukur dan adil dalam melihat konflik yang tak berkesudahan ini.

13094200691526373262



Bangsa Yahudi sering kali menggunakan istilah sebagai “bangsa terpilih”, yang berarti juga sebagai sebuah bangsa yang paling disayang, terkadang istilah sebagai “bangsa terpilih” ini begitu menganggu pikiran saya, jika memang ada sebuah bangsa yang terpilih berarti harus ada bangsa yang tidak terpilih, begitu juga ada bangsa yang tidak disayang, logika yang sederhana dan berbalik seimbang. Tapi pertanyaannya, apakah Tuhan memiliki sifat seperti itu, sifat yang hanya di miliki oleh manusia seperti kita, sifat dasar sebagai manusia? sama seperti saya. Dogma/Logika ini tentu sulit saya mengerti, tapi untuk beberapa hal saya biarkan saja mereka (Yahudi) untuk meyakini dan memahami apa yang mereka yakini.


Bani Israel/Israil pasca eksodus dari negeri Mesir. (sudut pandang study Islamic Archaeologi)

Salah satu tujuan penting hijrahnya bangsa bani Israel/Israil adalah tentang pengenapan janji Tuhan kepada mereka, tentang sebuah tanah yang telah di janjikan bagi mereka, yaitu bumi Palestina. Wilayah – wilayah ini pada mulanya di kuasai raja – raja Filishtin/ raja bangsa Palestina. Oleh karena itu Al-Qur’an menggunakan kata kerja “mewarisi” untuk penyebutan pengambilalihan bani Israel/Israil atas tanah suci ini (Palestina).

Al-Qur’an juga menyebut bahwa tanah yang diwarisi buat mereka (Yahudi) hanyalah bagian timur dan baratnya saja (Ini berbeda dengan realita sekarang). Dalam sebuah dialog yang tercatat :

“ … ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, … Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah di tentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh) dan menjadikan kamu menjadi orang – orang merugi.”

“Mereka berkata,” Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri ini ada orang – orang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali – kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar dari padanya, jika mereka keluar dari padanya, pasti kami akan memasukinya.”

Dalam dialog ini jelas, bahwa klaim bangsa Yahudi bahwa tanah palestina adalah tanah tak bertuan dan tak memiliki penguasa gugur atas sebuah realita sejarah. Dan sejarah pun mencatat pada masa Musa, rakyat Israil hidup terlunta – lunta karena mereka tidak berani memasuki bumi (Palestina) ini.

Sampai datangnya nabi Daud a.s yang memerangi bangsa Filishtin dan membunuh raja mereka. Daud lalu mendirikan kerajaan Yahudi di atas tanah Palestina untuk pertama kalinya dalam sejarah perjalanan bangsa Israel/Israil setelah hidup terlunta – lunta di bumi ini, maka genaplah janji Tuhan bagi mereka pada masa itu.

Puncak kejayaan bangsa ini terjadi pada masa nabi Sulaiman a.s. Kerajaan Yahudi membentang luas, tapi sayangnya setelah kematian Sulaiman, bangsa Yahudi terpecah belah dan membuat kerajaan mereka terpecah menjadi dua. Satu di utara dan satu lagi di selatan. Penyebab perpecahan mereka ialah sepuluh dari dua belas suku memberontak kepada raja penganti yang berasal dari keluarga Sulaiman dan mereka mendirikan kerajaan di utara dengan nama Israel.

Dalam muqadimah kitab raja – raja disebutkan pada tahun 722 SM, bangsa Assiria menyerang kerajaan Israil di bagian utara dan menghancurkannya. Lalu di ikuti 130 tahun sesudahnya, bangsa Babilonia menghancurkan kerajaan Israil(Yahudza) di selatan.

Hampir di semua buku – buku sejarah sepakat bahwa setelah kehancuran pertama (1) Israel sebagai sebuah Kerajaan/ Negara tak pernah lagi ada kerajaan atau negara yahudi yang berdiri kecuali baru pada tahun 1948 M di bumi Palestina ini.


Masa pembuangan/ diaspora

Setelah hancurnya kerajaan mereka di tangan Babilonia, bangsa Yahudi di usir dari bumi ini, mereka di jadikan budak di negeri - negeri Babilonia. Setelah Babilonia hancur oleh kerajaan Persia barulah kaum Yahudi ini di ijinkan kembali tinggal di negeri Palestina.

Masa pun berganti, tanah Palestina ini berada di bawah kekuasaan bangsa Romawi, kali ini bangsa Yahudi kembali terusir akibat pemberontakan yang gagal untuk mendapatkan otonomi dan kekuasaan di Palestina. Raja Romawi akhirnya menghancurkan haikal (rumah ibadah) mereka dan mengusir mereka keluar dari tanah Palestina dan itu terjadi pada tahun 70 M, dan pada tahun 135 M seluruh sisa – sisa sejarah mereka di hapuskan sama sekali di bumi Palestina ini. Dan mereka mulai hidup “bergentanyang” di muka bumi selama ribuan tahun.


4 mitos Zionism untuk klaim atas tanah Palestina

Kaum Yahudi yang hidup dalam pengasingan meyadari bahwa mereka harus kembali lagi ke tanah yang telah di janjikan untuk mereka. Janji tentang tanah dan kaum yang terpilih “berdengung” keras di hati, jiwa dan pikiran mereka. Mereka butuh sebuah negara, sebuah wilayah yang berada di bawah kekuasaan mereka, yang akan melindungi mereka, dan mereka akan aman di dalamnya, inilah mimpi – mimpi yang di suarakan oleh kaum Zionism.

Theodore Herzl, sebagai salah satu bapak Zionism terus mengkampanyekan tentang tanah yang telah di janjikan ini, padahal di dalam benak kaum Yahudi pada saat itu mereka tidak lagi menginginkan kembali ke tanah Palestina karena sudah hidup dengan damai dan makmur di negara – negara Eropa.

Zionismlah yang akhirnya membentuk sebuah kesadaran baru tentang pentingnya sebuah negara Yahudi, negara yang akan melindungi dan menjaga mereka. Empat mitos dasar Zionism yang kemudian membentuk kesadaran semua orang tentang pentingnya masyarakat Yahudi tentang zionism.

Pertama (1) adalah tentang “sebuah negeri tanpa bangsa, untuk bangsa tanpa negeri”. Mitos ini secara licik telah di gunakan oleh orang – orang zionism awal untuk menyebarkan friksi bahwa Palestina merupakan sebuah tempat kosong, terpencil, tandus dan jauh dari keadaan yang siap untuk di tempati. Klaim ini dengan cepat diikuti oleh penolakan adanya identitas, kebangsaan dan kepemilikan absah bangsa Palestina pada negeri yang di dalamnya bangsa Palestina telah tinggal sepanjang sejarah, bahkan sebelum bangsa Yahudi datang ke negeri ini.

Kedua (2) adalah mitos tentang demokrasi Israel. Cerita – cerita surat kabar dan referensi televisi yang tak terhitung jumlahnya tentang negara Israel di ikuti oleh penegasan bahwa Israel merupakan satu – satunya demokrasi sejati di Timur dekat. Dalam kenyataannya, Israel tidak lebih baik dari negara Apartheid di belahan Afrika. Kebebasan sipil yang merupakan proses wajib dan hak hak asasi secara hukum menolak mereka yang tidak memenuhi kreriteria rasial dan keagamaan.

Mitos ketiga (3) adalah bahwa “keamanan” sebagai kekuatan penggerak kebijaksanaan luar negeri Israel. Orang – orang Zionis mempertahankan bahwa negaranya harus menjadi kekuatan militer terbesar keempat di dunia. Sebab Israel dipaksa untukmempertahankan dirinya melawan ancaman besar dari negara – negara Arab di sekitarnya.

Mitos keempat (4) zionism sebagai pewaris moral dan korban – korban Holocaust. Mitos ini merupakan yang paling tersebar dan mendalam dari mitos – mitos tentang zionism. Para idiolog zionism telah membungkus diri mereka dengan kain kafan kolektif dari enam juta (silahkan lihat dibuku THE HOLOCAUST INDUSTRI, NORMAN G. FINKELSTEIN, di buku ini Norman menelanjangi tentang kebusukan dan pemerasan yang di lakukan oleh organisasi Yahudi dalam memeras para bank – bank di Eropa atas nama HOLOCAUST, di dalam buku ini Norma juga menolak klaim 6 juta yang terbunuh atas penelitian yang di lakukannya terhadap keberadaan kamp konstentrasi dalam melakukan pembersihan etnis) Yahudi yang menjadi korban pembunuhan massal Nazi. 


Israel/Israil masa kini

Rabbi Fischam mengatakan pada komite penyelidikan khusus PBB pada tanggal 9 Juli 1947, dengan sombongnya ia mengatakan bahwa tanah yang di janjikan Tuhan membentang dari sungai Mesir sampai sungai Eufrat, berarti itu meliputi Suriah, Lebanon dan Jordania. Pada buku harian Thedore Herzl pada volume II halaman 711 menyebutkan bahwa tanah Israel/Israil membentang dari hulu Nil sampai ke Eufrat.

Ideologi dan paham inilah yang akhirnya menyeret sebuah perang panjang antara Yahudi dan negara – negara Arab di sekitarnya. Dan sampai detik ini pun negara – negara Arab tidak mengakui klaim sepihak dan rasis oleh bangsa Yahudi ini.

Beberapa bulan yang lalu, pemimpin Israel mengatakan dalam sebuah forum di Israel bahwa mimpi mereka mewujudkan Israel raya telah mati oleh kenyataan dan realita, mimpi Israel Raya yang membentang seperti yang di dengungkan oleh para bapak pendiri negeri ini telah terhancur dan pecah dan berhamburan bagai buih di lautan. Tak ada lagi Israel Raya seperti dahulu, ujar salah satu pemimpin mereka dengan tertunduk.

Israel kini menghadapi kenyataan pahit yang belum pernah mereka alami, dunia kini mulai sadar tentang kejahatan, pembunuhan, kekejaman, kebohongan, teror dan dusta yang dibangun oleh pemerintah mereka.
 
Kedigdayaan militer mereka pun akhirnya ambruk ketika mereka harus mengakui kalah dalam perang di Libanon/HIzbullah (2006) dan Di Gaza/Hammas (2009-2010). Israel sebagai kekuatan militer di timur tengah pun terancam dengan hadirnya kekuatan militer Iran yang mulai menunjukkan taringnya, apalagi Iran berkali – kali melakukan ujicoba missil yang mampu menerjang wilayah Israel. Apalagi Iran kini mulai menunjukkan sebagai negara yang memiliki kekuatan nuklir.

Musim semi di semenanjung Arab telah menjatuhkan pemimpin mereka yang zalim, yang selama ini menghambakan diri mereka kepada Amerika/Israel. Tak di pungkiri lagi, masa depan negara – negara Arab mulai berubah seiring detak jam sejarah. Raja – raja di negeri Arab mulai mencemaskan revolusi ini akan menghantam singgasana mereka. Dan Israel paham benar bahwa sebagian besar pemimpin Arab yang mulai tersisa hanya lah menunggu waktu untuk di jatuhkan oleh rakyat mereka.


Tafsir ayat – ayat surat Al-isra tentang kehancuran Israel

Peristiwa kejatuhan bangsa Yahudi sudah berlalu kurang lebih selama 500 tahun ketika di tanah Arab turun rasul bernama Muhammad, sehingga wajar apabila sebagian bangsa Arab pada saat itu melupakan bahwa di bumi ini (Palestina) pernah tinggal (Bukan pemilik) satu bangsa yang bernama Yahudi.

Pandangan para mufasirin tentang tafsir sejarah berpendapat bahwa bangsa Yahudi tidak pernah terwujud (negara) keberadaan mereka di tanah Al-Quds setelah kaisar Romawi, Hadrian menghancurkan haikal dan mengusir mereka dari tanah Palestina.

Ini adalah salah satu surat Al-Isra yang mengabarkan tentang hancurnya bangsa Yahudi (kembali) ini di bumi Palestina.

“Dan telah kami tetapkan kepada bani Israil di dalam kitab (Taurat), sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di bumi (Palestina) dua (2) kali, dan sesungguhnya kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.” (Al-Isra 4).

“Maka apabila telah tiba janji pembalasan (atas kejahatan) untuk kali pertama (1) (lihat tulisan saya di bagian Bani Israel/Israil pasca eksodus dari negeri Mesir & masa pembuangan) dari dua (2) janji pembalasan. Kami datangkan kepadamu hamba – hamba kami yang tangguh dan hebat serangannya, lalu mereka menjelajah di segala penjuru. (Dan peringatan ini) adalah sebuah janji yang pasti di tunaikan.” (Al-Isra 5).

“Kemudian kami bangkitkan lagi kepadamu kekuasaan dari mereka (yang pernah mengalahkanmu) (lihat tulisan saya di bagian Israel/Israil masa kini), dan kami membantu mu dengan harta dan kekayaan dan anak – anak lelaki yang banyak. Serta kami jadikan kamu kaum yang banyak pasukannya.” (Al-Isra 6).

Setelah 1800 tahun berlalu, tak terlintas sedikit pun dari kalangan mufassirin terdahulu, bahwa bangsa Yahudi akan kembali berkuasa di bumi Palestina untuk kedua (2) (lihat surat Al-Isra 4,5) kalinya. Dan itu adalah hal yang wajar, bukankah pada masa itu khilafah Umayyah, Abbassiyah dan Ustaminayyah sangat kokoh dan luas wilayahnya.


Tafsir Analitik

“Dan kami telah tetapkan dari bani Israil, yang di maksud dengan kaum bani Israil berdasarkan Al- Qur’an dalam surat Ali Imran 93, Maryam 58 adalah anak dari keturunan Nabi Ya’qub. Dalam surat Al- Isra ayat 5 telah di sebutkan bahwa untuk pertama (1) kalinya bangsa Yahudi terwujudnya sebagai sebuah bangsa/negara di hukum oleh Tuhan akibat kedurhakaan, kesombongan, kejahatan dan penyelewengan mereka. Kerajaan mereka di hancurkan oleh Tuhan dengan menggunakan tangan dari bangsa Assiria dan Babilonia.

Hari ini, bangsa Yahudi di takdirkan kembali ke tanah Palestina dan mereka berwujud sebagai sebuah bangsa/negara. Kelakuan mereka pun tak ubahnya seperti kelakuan ennek moyang mereka. Mereka melakukan pengusiran, pembunuhan, teror dan kejahatan – kejahatan lainnya secara terbuka. Atas nama Tuhan mereka melakukan kejahatan/teror yang telah melanggar nilai – nilai kemanusiaan.

Peperangan demi peperang telah mereka lakukan demi sebuah impian Israel raya, kini setelah “tangan – tangan mereka lumpuh” oleh kenyataan yang ada, mereka tidak lagi memiliki keberanian untuk berperang atau menyerang negeri – negeri tetangga mereka demi sebuah klaim atas tanah yang di janjikan. 

Tapi kejahatan mereka terhadap bangsa Palestina masih berlanjut, anak – anak Palestina mendekam di penjara dengan kondisi yang sangat mengkuatirkan, hak – hak dan keselamatan harga diri mereka terancam oleh sistem penjara Israel yang tidak memperbolehkan tawanan di jenguk oleh pihak keluarga mau pun dari lembaga amnesti internasional.

Israel telah mengambil paksa tanah miliki bangsa Palestina dengan pembunuhan, teror dan kejahatan lainnya, yang membuat anak – anak Palestina hidup dalam pengasingan dan tenda – tenda darurat. Mereka tidak dapat kembali ke tanah mereka.

Kejahatan Israel lainnya adalah memblokade sepihak atas Gaza dengan klaim mereka yang di tolak oleh masyarakat Internasional, hanya Amerika dan Israel saja yang memiliki logika yang sama tentang yang namanya “pembunuhan” secara ekonomi dan sosial atas masyarakat Gaza. Dan mereka meyakininya sebagai sebuah “hukuman” yang setimpal karena rakyat Gaza memilih Hamas sebagai pelindung mereka, buka Fattah atau pun Amerika.
Israel tidak lagi kuat seperti dulu, satu persatu negara – negara bangsa mulai sadar jika mereka selama ini di butakan oleh kampanye media yang dilakukan oleh pemerintahan Israel dan media massa yang menyembah kepada kepentingan Israel dalam menutupi “kejahatan politik dan kemanusiaan” yang selama di lakukan oleh bangsa Israel ini.

“Maka apabila tiba janji hukuman yang terakhir (kami akan datangkan musuh – musuhmu) supaya mereka memuramkan mukamu.” (Al-Isra 7)

“Maka apabila telah datang janji hukuman yang terakhir, kami akan mendatangkan kalian dalam keadaan bercampur baur.” (Al-Isra 104)

Setelah kehancuran bangsa Yahudi oleh Babilonia, baru sekarang bangsa Yahudi terwujud sebagai sebuah negara. Saat ini bangsa Yahudi sekarang tidak lagi murni seperti nenek moyang mereka terdahulu. Para pakar geologi berpendapat bahwa 90 % Yahudi sekarang bukan berasal dari keturunan bani Israil, mereka hanyalah bangsa yang menganut agama Yahudi. Orang Yahudi pun mengakui bahwa sebanyak sepuluh (10) cabang keturunan mereka telah hilang, yaitu Raubin, Syam’un, Zabulun, Yasakir, Dan, Jad, Isyir, Naftali, Afrayim dan Mansi.

“Maka apabila telah tiba janji pembalasan (atas kejahatan) untuk kali pertama (1) (lihat tulisan saya di bagian Bani Israel/Israil pasca eksodus dari negeri Mesir & masa pembuangan) dari dua (2) janji pembalasan. Kami datangkan kepadamu hamba – hamba kami yang tangguh dan hebat serangannya, lalu mereka menjelajah di segala penjuru. (Dan peringatan ini) adalah sebuah janji yang pasti di tunaikan.” (Al-Isra 5).

Ayat ini bercerita tentang akan jatuhnya hukuman kedua kalinya untuk bangsa Yahudi dalam wujudnya sebagai sebuah bangsa/Negara, sebagaimana yang pertama kali mereka mendapatkan hukuman setelah wafatnya nabi Sulaiman.


Wahai bani Israil, bersiaplah menunggu hukuman (Kehancuran) kedua (2) bagi kalian

Dalam sebuah hadist yang di riwayatkan oleh Abu Dawud dalam kitab Jihad di sebutkan … “ Wahai Ibnu Hawwalah, jika kamu telah melihat kekalifahan telah turun di tanah suci (Palestina) berarti telah dekat terjadinya huruhara, prahara dan perkara – perkara besar …”

Ini adalah dalil yang menunjjukkan bahwa kekilafahan turun kembali setelah hilang dari muka bumi. Dalam sejaran khilafah pertama bermula di Madinah, lalu ke Kufah, berjalan menuju Damascus, berpindah ke Bagdad dan berdiri megah di Istanbul. Dan kelak akan turun sekali lagi di Baitul Maqdis (Palestina) dan ini sesuai dengan sejarah bahwa kekilafahan belum pernah sekalipun berpusat di Palestina.

“Mereka berada di Baitul Maqdis dan di sekitar Baitul Maqdis” sesuai dengan hadist nabi Muhammad SAW (saya lupa perawinya) kekalifahan berawal di Madinah dan akan berakhir di Baitul Maqdis.
Wallahul muwaffiq

Sumber tulisan:
  1. Dr Bassam Nahad Jarrar, Zawal Israil 2022M nubuat qur’aniyyat an shodat raqniyyat
  2. Dr Louay Fatoohi, Prof Shetha Al-Dargazelli, History testifies to the infillibility of the Qur’an
  3. Norman G. Finkelstein, The Holocuast Industry
  4. Raplh Schoenmman, The Hidden history of Zionism
  5. Al- Quran
  6. Al-Kitab (Lembaga Alkitan Indonesia 2011)

Oleh: Arif "go-date" Rahman Nasution

www.kompasiana.com