Jumat, 01 Juli 2011

Gudeg Mbak Yus Bikin Ketagihan!

YUDI/WWW.DOYANMAKAN.COM 
Nasi gudeg Mbak Yus di Solo.


YUDI/WWW.DOYANMAKAN.COM 
Nasi gudeg Mbak Yus di Solo.


Saya punya makanan favorit baru, yaitu Gudeg Mbak Yus yang ada di Solo. Yup, week end kemarin kami jalan-jalan ke Solo dan Jogja, dan Budi, teman kami mengajak kami untuk mencicipi Nasi Gudeg yang sangat terkenal di Solo, yaitu Gudeg Mbak Yus. Sebelum saya mencoba Gudeg Mbak Yus, saya tidak mempunyai gudeg favorit. Tapi setelah malam itu saya mencicipi gudeg satu ini, wahhh saya langsung menjadikannya sebagai salah satu makanan favorit saya.

Gudeg Mbak Yus ini terletak di warung tenda yang ada di Jalan RA Kartini, Solo, meskipun hanya tendaan tapi tempatnya sangat bersih. Beliau membuka warungnya dari jam 21.30 malam sampai sekitar jam 2 pagi. Dari jam 9 orang-orang sudah mulai duduk di lesehan menunggu mbak Yus datang beserta lauk-lauknya. He-he... hebat kan, orang-orang sampai rela menunggu lho dan hampir semua meja terisi. Begitu mbak Yus datang, para pelanggannya langsung senyum-senyum, senang yang ditunggu-tunggu sudah datang. Para pelayannya membawa wadah-wadah besar berisi lauk-lauk gudegnya.

Sekitar 15 menit kami menunggu pesanan kami, dan kesan pertama saya ketika melihat nasi gudegnya. Woww..... yummmy... O iya kami pesan nasi gudeg dan juga bubur gudeg, plus tambah Ceker atau Kaki Ayam. Disini memang sangat terkenal dengan Nasi Gudeg Ceker.

Nasi Gudegnya berisi nasi, ayam opor, tahu opor yang berbentuk pipih, telur pindang, krecek, daun singkong rebus dan gudeg nangka. Ayamnya enak, lembut dan sedap banget. Begitu pula dengan tahunya yang berbentuk pipih itu, enak banget. Telur pindangnya pun tiada dua rasanya. Termasuk gudeg nangkanya yang maknyus itu. Mantap banget rasanya. Apalagi setelah saya tambahkan sambal terasinya, pedesnya edan!

Nah kalau Bubur Gudeg, lauknya sama saja dengan nasi gudeg hanya saja di ganti dengan bubur dan di beri dengan kuah opornya. Saya suka sekali dengan bubur gudeg-nya, kuah opornya membuat rasanya menjadi semakin gurih dan mantap untuk di nikmati.  Ternyata makan lauk gudeg dengan bubur pun juga cocok.

Hati-hati dengan sambalnya, karena sambalnya pedas banget di sini. Tapi membuat rasa nasi gudegnya menjadi semakin mantap. Ceker Ayam-nya pun sangat empuk, disajikan perporsi berisi 5 buah, kemudian di beri dengan kuah opor juga. Teman saya sampai tambah satu porsi lagi ceker ayam-nya.

Semuanya terasa sangat mantap, Gudeg Mbak Yus memang maknyus tenan. Saya sampai ingin pergi ke Solo lagi untuk menikmati gudegnya. Teman-teman kalau ke Solo harus cobain lho Gudeg Mbak Yus. Mantappp he-he....

Sumber: kompas.com


Gudeg Djuminten, Rasakan Suwiran Ayamnya
I Made Asdhiana | Senin, 20 Juni 2011 | 06:38 WIB
Dibaca: 10276
|
Share:
YUDI/WWW.DOYANMAKAN.COM 
Gudeg Bu Djuminten, Yogyakarta.


YUDI/WWW.DOYANMAKAN.COM 
Aneka kerupuk di Gudeg Djuminten, Yogyakarta.


YUDI/WWW.DOYANMAKAN.COM 
Warung gudeg Djuminten, Yogyakarta.


Hari ini adalah hari tekahir kami berada di Yogyakarta, dan rasanya tidak lengkap kalau kami tidak makan Nasi Gudeg di kota Gudeg. Makanya siang itu, sebelum kami ke bandara, kami sempatkan mampir di Gudeg Djuminten yang ada di Jalan Asem Gede nomor 14. Begitu sampai, nafsu makan saya langsung meningkat. Membayangkan gudeg yang enak, wahh nyamm nyamm tenan he-he...

Rumah Makan Gudeg Djuminten ini sangat bersih dan masih mempertahankan kesederhanaannya. Di sisi samping ada sebuah meja yang berisi aneka macam kerupuk kaleng, langsung saja kami mengambil beberapa kerupuk aci tersebut sebagai camilan sambil menunggu pesanan kami datang. Ada yang pesan Nasi Gudeg Suwiran Telur Tahu, ada juga yang tanpa telur. Disini juga menjual gudeg dalam bentuk kendil lho. Dan memang Gudeg Djuminten ini spesialis Gudeg Kendil.

Seporsi Gudeg Kendil dihargai Rp 100.000 per kendil, dan ada juga yang seharga Rp 125.000 tergantung isinya. Ini bisa dijadikan sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke Jakarta.

Tidak lama kemudian pesanan kami datang, wuihh keliatannya mantap bener nih gudeg. Ada suwiran ayam, sayur gudeg, sambal goreng krecek, tahu, telur dan diatasnya disiram dengan kuah areh. Kami memang sengaja memilih ayam yang disuwir, supaya lebih mudah untuk disantap.

Suwiran ayamnya terasa lembut di mulut, dan ada sedikit rasa gurihnya. Sambal goreng kreceknya juga mantap rasanya. Apalagi tahu dan telur opornya, gurih sedap banget. Sayur gudegnya .... enak lho. Kuah arehnya membuat semua rasa nasi gudegnya terasa lebih komplet, sedep, gurih tenan. Jangan ketinggalan sambalnya, supaya lebih nikmat lagi.

Kerupuk aci-nya pun melengkapi nasi gudeg kami. Tidak terasa kami sampai menghabiskan 12 buah kerupuk hehe. Nah sebagai penutup, saya memesan es tape hijau. Seger euy.

Sumber: kompas.com


Nasi Liwet Solo dan Es Cendol, Nikmat..!

YUDI/WWW.DOYANMAKAN.COM 
Nasi Liwet.


YUDI/WWW.DOYANMAKAN.COM 
Es Gempol.


Kalau kita melintasi daerah Grogol, khususnya di Jalan Muwardi, pasti kita akan menemukan banyak sekali rumah makan dan juga warung tenda. Tidak heran juga, karena daerah tersebut berisi kos-kosan mahasiswa. Dan rata-rata harganya sangatlah terjangkau. Nah salah satu rumah makan yang terkenal di daerah Muwardi adalah Rm. Pondol.

Pondol adalah singkatan dari Pondok Es Cendol yang juga menyediakan masakan khas Jawa Tengah. Lucu ya namanya he-he... Rumah makan yang satu ini sangatlah terkenal di daerah Muwardi. Selain makanannya yang enak-enak seperti nasi liwet Solo, Nasi Kuning, Nasi Timlo dan lain-lain, disini juga ada beraneka ragam es, seperti es cendol, es campur, es gempol, es tape ketan dan masih banyak lagi pilihan yang ditawarkan oleh Pondol. Dan jangan khawatir, karena harga disini sangat bersahabat dengan kantong he-he...
Makan siang kami kali ini memang sengaja ke Pondol, kangen dengan es cendolnya he-he... Selain Es Cendol kami juga pesan Es Gempol Pleret Pelangi. Untuk makanannya kami pesan Nasi Kuning dan Nasi Liwet Solo.

Es Cendol dan Es Gempolnya datang duluan, tidak apa-apa, karena ini juga bisa dijadikan sebagai makanan pembuka. Cendol disini menggunakan warna hijau dari daun suji asli lho, tidak menggunakan pewarna kimia, jadi aman. Kuahnya yang terbuat dari santan juga terasa fresh. Rasa manisnya juga berasal dari sirup yang terbuat dari gula asli. Cendolnya sendiri terasa lembut dan fresh, aromanya juga enak. Es Cendol Pondol emang juara deh.

Es Gempol Pleret Pelangi adalah es yang berisi gempol yang terbuat dari tepung beras, rasa nya kenyal-kenyal dan agak sedikit gurih, yang ini teksturnya agak sedikit kasar. Kuahnya masih menggunakan campuran santan dan es serut plus gula jawa yang sudah di cairkan. Yummy... seger banget. Dulu sewaktu kecil saya sering makan es gempol ini, tapi tanpa campuran gula merah cair.

Makanan kami pun akhirnya datang, Nasi Kuning dan Nasi Liwet Solo. Nasi kuningnya pulen euy, enak.. lauk-lauknya pun enak semua. Ada telur dadar iris, sambal goreng ati ampela, perkedel, goreng kentang, semur daging dan serundeng.

Nasi Liwet Solo-nya lah yang jadi favorit saya, rasanya nikmat. Nasi Gurih yang diberi sayur labu siam, suwiran daging ayam areh/opor, dan juga telor pindang. Yang pasti rasa gurihnya sangat terasa. Suwiran daging ayamnya juga lembut, yang saya sukai dari nasi liwetnya adalah sayur labu siamnya, ada sedikit rasa pedasnya. Nyam-nyam...

Nah kalau Anda bingung mau makan dimana, datang saja ke Pondol. Disini banyak sekali menu ala Jawa Tengah, dan jangan lupa untuk menikmati es Cendol khas Pondol. Selamat mencoba teman-teman.

Sumber: kompas.com

Nasi Bogana dan Nasi Lengko Khas Tegal


warta Kota/Dian Anditya Mutiara


BAGI warga Jakarta, Tegal bisa jadi identik dengan warung tegal (warteg). Warung seperti itu biasanya menyediakan nasi dan berbagai lauk-pauk dengan harga terjangkau. Lebih dari itu, warteg mudah ditemukan di mana-mana dan banyak juga yang buka 24 jam.

Masakan khas Tegal pada dasarnya sangat beragam, terutama makanan pokoknya. Masyarakat Tegal memiliki istilah ora eman-eman angger (tidak sayang-sayang) perut. Bisa dikatakan, untuk memenuhi perut, apa pun dilakukan. Untuk makanan beratnya ada nasi bogana, nasi lengko, nasi langgi, sate kambing muda, soto tauco, kupat glabed, dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk camilannya berasal dari bahan dasar tahu seperti tahu aci dan tahu pletok.

Kalau dilihat memang ada kesamaan dengan masakan dari daerah lain, seperti nasi lengko yang merupakan makanan khas masyarakat pantai utara (Cirebon, Indramayu, Brebes, dan sekitarnya). Bahan-bahannya antara lain nasi putih, tempe dan tahu goreng yang dipotong bentuk kotak, mentimun (mentah segar, dicacah), tauge rebus, potongan daun kucai, bawang goreng, bumbu kacang (seperti bumbu rujak, pedas atau tidak, tergantung selera), dan kecap manis. Disiramkan ke atas semua bahan dan ditaburi bawang goreng.

"Kalau di Tegal ditambah kerupuk kuning dan tidak memakai kucai," ujar Mintarya (58), pemilik rumah makan Wong Tegal di Kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat.

Sedangkan nasi bogana berupa nasi kuning dengan berbagai macam lauk, seperti telur pindang, ayam suwir opor kuning, dendeng sapi giling, sambel goreng ampela hati, tempe orek, tumis kacang panjang, sambal cabai merah. Rasanya gurih. Menurut Mintarya, semasa kecilnya di Tegal, nasi bogana ini hanya ada pada saat perayaan Capgome (perayaan lampion) yang ditandai dengan jamuan makan malam yang besar. Bisa dikatakan nasi bogana ini ada pengaruh juga dari budaya China.

Nasi langgi juga disediakan di warung makan ini. Meski aslinya dari daerah Semarang, tapi tetap saja ada perbedaan, terutama pada lauknya. Di Tegal lauknya berupa tempe kering dan kacang tanah, gesek (ikan asin) goreng, udang, telur dadar yang diiris tipis plus lalapan kemangi dan timun. Sedangkan di Semarang ditambah dengan empal.

Ada juga yang disebut dengan nasi bakmoy. Rupanya mirip dengan nasi tim, jadi nasi putih diberi suwiran daging ayam yang dibumbui seperti semur.

Makanan-makanan tersebut umumnya memang paling enak disantap pada saat sarapan. Tetapi kini bisa juga dinikmati untuk makan siang maupun malam hari. Di rumah makan Wong Tegal berbagai menu nasi itu dijual dengan harga berkisar Rp 10.000-Rp 13.000 per porsi.

Selain itu, sate kambing tegal juga cukup disukai oleh masyarakat. Sate ini terbuat dari daging kambing muda. Biasanya berumur di bawah lima bulan, sehingga pada saat dimasak sangat empuk dan beraroma khas. Disajikan dengan kecap manis, irisan bawang merah, tomat, dan cabe rawit. Seporsi (10 tusuk) Rp 25.000.

Untuk yang suka berkuah, rumah makan ini juga menyediakan soto tegal atau dikenal dengan sauto. Pada dasarnya makanan ini mirip dengan soto, dilihat dari isinya ada ayam atau jeroan (babat) dan tauge. Walaupun kedengarannya mirip dengan soto, yang membedakan antara sauto dengan soto adalah bumbunya. Sauto memakai tauco (kedelai yang diragi) sebagai bumbu utamanya. Memang jika orang yang baru mencoba rasanya agak sedikit aneh, perpaduan antara manis dan sedikit asam. Sebagai pelengkap di atas sajian sauto ditambah dengan potongan daun bawang dan taburan bawang goreng yang menggugah selera. Soto ini juga ada di daerah Pekalongan.

Bagi mereka yang tidak mau terlalu kenyang, bisa memilih camilan tahu aci atau tahu pletok. Tahu ini terbuat dari tahu kuning biasa khas Tegal yang dipotong segitiga dan ditempel aci atau tepung aci yang sudah dibumbui kemudian digoreng. Sedangkan tahu pletok juga memakai tahu yang sama, hanya saja tahu tersebut dibuka lalu dikeluarkan isinya dan ditempelkan dengan tepung aci. Tahu pletok digoreng hingga kering, sedangkan tahu aci tidak bisa terlalu kering karena masih tebal. Keduanya enak dimakan dengan kecap yang diberi irisan cabai rawit. Seporsi tahu pletok isi 5 potong Rp 10.000, sedangkan tahu aci juga dengan isi yang sama Rp 7.500 per porsi.

Dalam mengolah seluruh masakan tersebut, Meliana (istri Mintarya) yang banyak berperan. Tangan dingin Meliana yang menciptakan seluruh masakan terasa lezat dan digemari oleh para pelanggannya. "Pokoknya apa yang dimasak sama istri saya jadi enak. Bahkan kalau ada acara atau arisan kalau yang masak istri pasti habis," ujar Mintarya sambil tersenyum.

Kalau Anda mampir ke rumah makan ini jangan lupa untuk memesan teh poci asli Tegal. Istilahnya nasgitel (panas-legi/manis-kentel/kental). Teh yang dibuat pekat dan kental dimasukkan ke dalam poci tanah liat dan diminum dengan gula batu yang rada banyak sehingga manisnya begitu terasa.

Kalau Anda penasaran ingin ke rumah makan Wong Tegal ini, bisa langsung datang ke Jalan Tanjung Duren Raya No 69 C, Jakarta Barat. Posisinya tidak jauh dari Pegadaian Cabang Tanjungduren.

Sumber: Warta Kota

Garang Asem Ayam Kampung dari Kudus


KOMPAS/PRIYOMBODO
Suasana makan siang di rumah makan Sari Rasa di Jalan Agil Kusumadya No 20, Kabupaten Kudus.


Garang asem? Bagi sebagian orang, menu ini mungkin asing. Garang asem yang konon masakan khas Purwodadi, Jawa Tengah, ini biasa disantap sebagai lauk alias teman nasi. Rasanya segar karena berkuah dan tanpa santan.

Jika Anda jalan-jalan ke Kudus, cobalah mampir ke Rumah Makan Sari Rasa. Anda akan menjumpai garang asem yang begitu lezat dan segar.

Nama garang asem hakikatnya merujuk pada rasa makanan dan cara memasaknya. Garang asem adalah lauk yang dimasak dengan cara dibungkus daun pisang dan dikukus (digarang/dipanaskan). Lauknya bisa apa saja, seperti berlaku pada masakan pepes, misalnya ayam, jeroan, ikan, jamur, atau tahu. Rasanya agak asem (asam) karena lauk tadi dicampuri irisan tomat hijau.

Kami sendiri sudah sedemikian akrab dengan masakan ini. Di Solo banyak dijumpai warung yang menjual menu ini, apalagi di Purwodadi yang berjarak sekitar 40 kilometer dari Kudus. Garang asem juga mudah ditemui di Yogyakarta dan bahkan Jakarta. Di warung-warung kecil, seumpama warung Mbak Har di kompleks Bujana Tirta, Rawamangun, Jakarta Timur, garang asem juga ditawarkan.

Sudah lewat jam makan siang ketika kami tiba di Sari Rasa, Jalan Agil Kusumadya, Jati Kulon, Kudus, pekan lalu. Pukul 14.15 itu matahari terik. Ternyata dugaan kami meleset, warung masih riuh pengunjung sampai kami harus menyisir bangku, mencari yang masih lega. Seorang pengunjung beringsut saat kami duduk di bangku dekat pintu.

”Setiap hari ramai seperti ini,” kata Gunawan, sahabat yang berdomisili di Kudus dan merekomendasikan tempat ini. Seorang pelayan datang dan bertanya, ”Minumnya apa?” Dia tak menanyakan pesanan kami, padahal warung ini juga menyediakan menu ayam goreng kremes, telur, dan menu lain.

”Menu yang lain itu untuk tamu yang tidak suka pedas. Garang asem kan pedas, pakai cabai rawit segini, lho,” jelas Yully (31), pemilik Sari Rasa, sambil menunjukkan sekepal cabai rawit merah. O… apa hanya dengan melirik wajah kami, pelayan tadi bisa menyimpulkan kami ini penyuka makanan pedas?

 

Segar dan Asam Tomat
Begitu kami buka bungkusan daun pisang yang masih panas kemepul, yang terlihat adalah tomat sayur begitu banyak. Setelah disingkap, ternyata satu potong ayam kampung tersembunyi di bawahnya. Inilah yang membikin garang asem ini begitu segar. Belasan iris tomat sayur dan kuah tanpa santan. Rasa pedas justru membikin kuah makin segar. Huhh hahhh….

”Kami tidak menakar tomatnya per bungkus berapa iris. Pokoknya, kami memasak 1,5 kuintal tomat sayur untuk 250 ekor ayam kampung. Kalau sudah dicampur, barulah dimasuk-masukkan ke daun pisang. Jadi, jumlah tomatnya bisa berlainan, tetapi selisihnya ya paling seiris-dua iris,” jelas Yully.

Kuahnya dulu kami cicip, ternyata rasanya memang lezat, pas di lidah kami. Pedasnya pun cespleng. Sesuap demi sesuap dan habislah satu bungkus garang asem. Pedasnya garang asem ditambah teriknya sengatan matahari di luar plus panasnya warung yang tidak berpenyejuk ruangan membikin keringat bercucuran. Justru, di sinilah titik nikmatnya.

Erwin dan Freddy, warga Jakarta yang kerap bolak-balik Jakarta-Kudus, selalu menyempatkan makan siang di Sari Rasa. ”Kalau malam kadang sudah habis,” kata Freddy.

Erwin berpendapat, garang asem bikinan Yully ini istimewa karena selain bumbunya pas dan segarnya menggugah selera, juga karena daun pisang tidak dilapisi plastik. ”Banyak yang dilapisi plastik, maksudnya supaya kuah tidak bocor, tetapi rasanya jadi lain dan tidak sehat, kan,” kata pemasok alat berat ini.

 

Dikukus 1,5 jam
Yully tidak segan membagi resep masakannya. Bikin garang asem itu gampang, kata dia. Bumbu berupa bawang putih, bawang merah, dan kemiri ditumbuk hingga halus. Tambahkan lengkuas dan garam serta gula secukupnya. Gilingan bumbu tersebut lantas dicampur dengan air yang sudah dituang di kuali. Masukkan irisan tomat sayur dan irisan cabai rawit.

Satu potong ayam ditaruh di atas daun pisang, lalu diguyur dengan air bumbu tadi. Dan pisang ditutup dan direkatkan, lantas dikukus selama 1,5 jam. Selesai. ”Mudah banget, kan? Semua orang bisa buat,” ujar Yully. Dia menambahkan, banyak orang sudah mencoba membuat, tetapi rasanya tidak bisa selezat seperti di Sari Rasa.

Dua juru masak memegang peran utama, yakni Sakimim yang adalah paman Yully, dan Yanto. Sakimin, Yanto, dan Yully dibantu 20 karyawan yang semuanya berasal dari Purwodadi.

Menurut Yully sendiri, apa yang membuat garang asemnya menjadi begitu enak? ”Apa ya? Bumbunya mungkin pas buat kebanyakan orang. Agar gurih dan tetap sehat, kami memakai kemiri. Kalau di Purwodadi, masih banyak yang memakai santan,” sahut dia.
 
Sumber :Kompas Cetak

Brambang Asem

Brambang Asem
Foto: Bondan Winarno
 


Solo - Awas, jangan keliru dengan garang asem! Hidangan sederhana ini masih tetap terancam punah. Semakin sedikit penjualnya, dan semakin sedikit pula pembelinya. Kalau tidak sekaligus berjualan rujak lotis, barangkali hidangan ini sudah benar-benar punah.

Hidangan ini seperti hibrida antara rujak dan pecel, yaitu daun ubi jalar (jlegor) rebus, disiram dengan saus segar berbahan dasar bawang merah dan gula. Lauknya adalah tempe gembus bacem.

Yang paling terkenal dijajakan di dekat Toko Tekstil MacMohan, Jalan Gatot Subroto, di mulut Gang Empu Gandring yang menuju studio tari Prof. Sardono W. Kusumo di Kemlayan. Semasa Ibu Tien Soeharto masih hidup, beliau sering membeli brambang asem dan rujak lotis ini.

Penjual brambang asem yang lain letaknya hampir berseberangan, di mulut gang tempat tinggal almarhum Gesang, pencipta lagu "Bengawan Solo".

Bu Slamet Subari > Jl. Gatot Subroto, Gang Mpu Gandring.

Mbah Wongso > (sekarang  diteruskan cucunya, Mbak Lestari) Jl. Gatot Subroto, Gang Kemlayan Kilen, 0271 730341.


Sumber: detikfood.com

Jiaozhou Bay, Jembatan Terpanjang di Dunia

Jiaozhou Bay, jembatan laut terpanjang di dunia. (news24.com)
 
 
Pembangunan jembatan ini memakan waktu 4 tahun dan biaya lebih dari Rp12,8 triliun.
 
China telah membuka jembatan terpanjang di dunia yang melintasi laut. Jembatan itu, diberi nama Jiaozhou Bay, memiliki panjang 42 kilometer. Ia menghubungkan kota pelabuhan Qingdao yang ada di kawasan timur negeri itu dengan pulau Huangdao.

Menurut China Central Television, stasiun televisi pemerintah China, jembatan dengan lebar 35 meter itu merupakan jembatan terpanjang. Saat dibangun, proyek memakan biaya hingga di atas US$1,5 miliar atau sekitar Rp12,8 triliun.

Dikutip dari CCTV, 1 Juli 2011, jembatan itu berhasil lolos penilaian konstruksi pada Senin, 27 Juni lalu. Jembatan dan juga terowongan bawah tanah segera dibuka untuk lalu-lintas kendaraan, sehari setelahnya.

Untuk dapat berdiri, Jiaozhou Bay ditopang oleh lebih dari 5.000 pilar. Adapun pengerjaan jembatan tersebut baru dapat dituntaskan setelah 4 tahun pembangunan.

Menurut catatan Guinness World Records, pemegang rekor sebelumnya untuk kategori jembatan di atas perairan adalah Lake Pontchartrain Causeway di Louisiana, Amerika Serikat. Dibandingkan dengan jembatan tersebut, jembatan yang baru diresmikan di China ini 4 kilometer lebih panjang.

www.vivanews.com



Foto-foto yahoo.com:

This photo taken Wednesday, June 29, 2011 released by China's Xinhua news agency shows the Jiaozhou Bay Bridge in Qingdao, east China's Shandong Province. China opened Thursday, June 30, 2011, the wor



A sign is seen at Qingdao Jiaozhou Bay Bridge in Qingdao, Shandong province



General view shows Qingdao Jiaozhou Bay Bridge in Qingdao




This photo taken Tuesday, June 21, 2011 released by China's Xinhua news agency shows the Jiaozhou Bay Bridge in Qingdao, east China's Shandong Province. China opened Thursday, June 30, 2011, the world



This photo taken Wednesday, June 29, 2011 released by China's Xinhua news agency shows the Jiaozhou Bay Bridge in Qingdao, east China's Shandong Province. China opened Thursday, June 30, 2011, the wor

Sistem Pemerintahan Islam Berbeda dengan Sistem Pemerintahan yang Ada di Dunia Hari ini





















Sesungguhnya sistem pemerintahan Islam (Khilafah) berbeda dengan seluruh bentuk pemerintahan yang dikenal di seluruh dunia; baik dari segi asas yang mendasarinya; dari segi pemikiran, pemahaman, maqâyîs (standar), dan hukum-hukumnya untuk mengatur berbagai urusan; dari segi konstitusi dan undang-undangnya yang dilegislasi untuk diimplementasikan dan diterapkan; ataupun dari segi bentuknya yang mencerminkan Daulah Islam sekaligus yang membedakannya dari semua bentuk pemerintahan yang ada di dunia ini. Hal ini karena:


Sistem pemerintahan Islam bukan sistem kerajaan.
Islam tidak mengakui sistem kerajaan. Sistem pemerintahan Islam juga tidak menyerupai sistem kerajaan. Hal itu karena dalam sistem kerajaan, seorang anak (putra mahkota) menjadi raja karena pewarisan; umat tidak ada hubungannya dengan pengangkatan raja. Adapun dalam sistem Khilafah tidak ada pewarisan. Akan tetapi, baiat dari umatlah yang menjadi metode untuk mengangkat khalifah.

Sistem kerajaan juga memberikan keistimewaan dan hak-hak khusus kepada raja yang tidak dimiliki oleh seorang pun dari individu rakyat. Hal itu menjadikan raja berada di atas undang-undang dan menjadikannya simbol bagi rakyat, yakni ia menjabat sebagai raja tetapi tidak memerintah, seperti yang ada dalam beberapa sistem kerajaan; atau ia menduduki jabatan raja sekaligus memerintah untuk  mengatur negeri dan penduduknya sesuai dengan keinginan dan kehendak hawa nafsunya, sebagaimana yang ada dalam beberapa sistem kerajaan yang lain. Raja tetap tidak tersentuh hukum meskipun ia berbuat buruk atau zalim.

Sebaliknya, dalam sistem Khilafah, Khalifah tidak diberi kekhususan dengan keistimewaan yang menjadikannya berada di atas rakyat sebagaimana seorang raja.  Khalifah juga tidak diberi kekhususan dengan hak-hak khusus yang mengistimewakannya—di hadapan pengadilan—dari individu-individu umat.
Khalifah juga bukanlah simbol umat dalam pengertian seperti raja dalam sistem kerajaan. Akan tetapi, Khalifah merupakan wakil umat dalam menjalankan pemerintahan dan kekuasaan. Ia dipilih dan dibaiat oleh umat untuk menerapkan hukum-hukum syariah atas mereka. Khalifah terikat dengan hukum-hukum syariah dalam seluruh tindakan, kebijakan, keputusan hukum, serta pengaturannya atas urusan-urusan dan kemaslahatan umat.


Sistem pemerintahan Islam juga bukan merupakan sistem imperium (kekaisaran).
Sebab, sesungguhnya sistem imperium itu sangat jauh dari Islam. Berbagai wilayah yang diperintah oleh Islam—meskipun penduduknya berbeda-beda suku dan warna kulitnya, yang semuanya kembali ke satu pusat—tidak diperintah dengan sistem imperium, tetapi dengan sistem yang bertentangan dengan sistem imperium. Sebab, sistem imperium tidak menyamakan pemerintahan di antara suku-suku di wilayah-wilayah dalam imperium. Akan tetapi, sistem imperium memberikan keistimewaan kepada pemerintahan pusat imperium; baik dalam hal pemerintahan, harta, maupun perekonomian.

Metode Islam dalam memerintah adalah menyamakan seluruh orang yang diperintah di seluruh wilayah negara. Islam menolak berbagai sentimen primordial (‘ashbiyât al-jinsiyyah). Islam memberikan berbagai hak pelayanan dan kewajiban-kewajiban kepada non-Muslim yang memiliki kewarganegaraan sesuai dengan hukum syariah. Mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kaum Muslim secara adil. Bahkan lebih dari itu, Islam tidak menetapkan bagi seorang pun di antara rakyat di hadapan pengadilan—apapun mazhabnya—sejumlah hak istimewa yang tidak diberikan kepada orang lain, meskipun ia seorang Muslim. Sistem pemerintahan Islam, dengan adanya kesetaraan ini, jelas berbeda dari imperium.

Dengan sistem demikian, Islam tidak menjadikan berbagai wilayah kekuasaan dalam negara sebagai wilayah jajahan, bukan sebagai wilayah yang dieksploitasi, dan bukan pula sebagai “tambang” yang dikuras untuk kepentingan pusat saja. Akan tetapi, Islam menjadikan semua wilayah kekuasaan negara sebagai satu-kesatuan meskipun jaraknya saling berjauhan dan penduduknya berbeda-beda suku. Semua wilayah dianggap sebagai bagian integral dari tubuh negara.  Seluruh penduduk wilayah memiliki hak seperti penduduk pusat atau wilayah lainnya. Islam menetapkan kekuasaan, sistem, dan peraturan pemerintahan adalah satu untuk semua wilayah.


Sistem pemerintahan Islam bukan sistem federasi.
Dalam sistem federasi, wilayah-wilayah negara terpisah satu sama lain dengan memiliki kemerdekaan sendiri, dan mereka dipersatukan dalam masalah pemerintahan (hukum) yang bersifat umum. Sistem pemerintahan Islam adalah sistem kesatuan. Dalam sistem pemerintahan Islam, Marokes di barat dan Khurasan di timur dinilai sebagaimana Propinsi al-Fiyum jika ibukota negaranya di Kairo. Keuangan seluruh wilayah (propinsi) dianggap sebagai satu-kesatuan dan APBN-nya juga satu, yang dibelanjakan untuk kemaslahatan seluruh rakyat tanpa memandang propinsinya. Seandainya suatu propinsi pemasukannya tidak mencukupi kebutuhannya, maka propinsi itu dibiayai sesuai dengan kebutuhannya, bukan menurut pemasukannya.

Seandainya pemasukan suatu propinsi tidak mencukupi kebutuhannya maka hal itu tidak diperhatikan, tetapi akan dikeluarkan biaya dari APBN sesuai dengan kebutuhan propinsi itu, baik pemasukannya mencukupi kebutuhannya ataupun tidak.


Sistem pemerintahan Islam bukan sistem republik.
Sistem republik pertama kali tumbuh sebagai reaksi praktis terhadap penindasan sistem kerajaan (monarki). Sebabnya, raja memiliki kedaulatan dan kekuasaan sehingga ia memerintah dan bertindak atas negeri dan penduduk sesuai dengan kehendak dan keinginannya. Rajalah yang menetapkan undang-undang menurut keinginannya. Lalu datanglah sistem republik, kemudian kedaulatan dan kekuasaan dipindahkan kepada rakyat dalam apa yang disebut dengan demokrasi. Rakyatlah yang kemudian membuat undang-undang; yang  menetapkan halal dan haram, terpuji dan tercela. Lalu pemerintahan berada di tangan presiden dan para menterinya dalam sistem republik presidentil dan di tangan kabinet dalam sistem republik parlementer. (Contohnya—menyangkut pemerintahan di tangan kabinet—ada di dalam sistem monarki yang kekuasaan pemerintahannya dicabut dari tangan raja;  ia hanya menjadi simbol: ia menjabat raja, tetapi tidak memerintah).

Adapun dalam Islam, kewenangan untuk melakukan legislasi (menetapkan hukum) tidak di tangan rakyat, tetapi ada pada Allah. Tidak seorang pun selain Allah dibenarkan menentukan halal dan haram.  Dalam Islam, menjadikan kewenangan untuk membuat hukum berada di tangan manusia merupakan kejahatan besar.  Allah SWT berfirman:

Mereka telah menjadikan para pembesar mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah.
(QS at-Taubah [9]: 31).

Ketika turun ayat di atas, Rasulullah saw. menjelaskan bahwa sesungguhnya para pembesar dan para rahib telah membuat hukum, karena mereka telah menetapkan status halal dan haram bagi masyarakat, lalu mayarakat menaati mereka. Sikap demikian dianggap sama dengan menjadikan para pembesar dan para rahib itu sebagai tuhan-tuhan selain Allah. Demikian sebagaimana dijelaskan Rasulullah saw. ketika menjelaskan maksud ayat tersebut. Penjelasan Rasul mengenai maksud ayat tersebut menunjukkan betapa besarnya kejahatan orang yang menetapkan halal dan haram selain Allah.  Imam at-Tirmidzi telah mengeluarkan hadis dari jalan Adi bin Hatim yang  berkata:

Aku pernah datang kepada Nabi saw., sementara di leherku bergantung salib yang terbuat dari emas.  Nabi saw. lalu bersabda, “Wahai Adi, campakkan berhala itu dari tubuhmu!” Aku lalu mendengar Beliau membaca al-Quran surat at-Taubah ayat 31 (yang artinya):  Mereka menjadikan para pembesar dan para rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah.  Nabi saw. kemudian bersabda, “Benar, mereka tidak menyembah para pembesar dan para rahib itu. Akan tetapi, ketika para pembesar dan para rahib itu menghalalkan sesuatu bagi mereka,  mereka pun menghalalkannya, dan jika para pembesar dan para rahib itu mengharamkan sesuatu, mereka pun mengharamkannya.” (HR at-Tirmidzi).

Pemerintahan dalam Islam juga tidak dengan metode kabinet, yang mana setiap departemen memiliki kekuasaan, wewenang, dan anggaran yang terpisah satu sama lain; ada yang lebih banyak dan ada yang lebih sedikit.  Keuntungan satu departemen tidak akan ditransfer ke departemen lain kecuali dengan mekanisme yang panjang. Hal ini mengakibatkan banyaknya hambatan untuk mengatasi berbagai kepentingan rakyat, karena banyaknya intervensi dari beberapa departemen hanya untuk mengurus satu kemaslahatan rakyat saja. Padahal seharusnya berbagai kemaslahatan rakyat itu dapat ditangani oleh satu struktur administrasi saja.
Dalam sistem republik, pemerintahan didistribusikan di antara departemen yang disatukan dalam kabinet yang memegang kekuasaan secara kolektif. Dalam Islam tidak terdapat departemen yang memiliki kekuasaan pemerintahan secara keseluruhan (menurut bentuk demokrasi). Akan tetapi, Khalifah dibaiat oleh umat untuk memerintah mereka menurut Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. Khalifah berhak menunjuk para mu‘âwin (wazîr tafwîdh) untuk membantunya mengemban tanggung jawab kekhilafahan. Mereka adalah para wazîr—dalam makna bahasa—yaitu para pembantu (mu‘âwin) Khalifah dalam masalah-masalah yang ditentukan oleh Khalifah.


Sistem pemerintahan Islam bukan sistem demokrasi
Menurut pengertian hakiki demokrasi ini, baik dari segi bahwa kekuasaan membuat hukum—menetapkan halal dan haram, terpuji dan tercela—ada di tangan rakyat maupun dari segi tidak adanya keterikatan dengan hukum-hukum syariah dengan dalih kebebasan. Orang-orang kafir memahami betul bahwa kaum Muslim tidak akan pernah menerima demokrasi dengan pengertiannya yang hakiki itu. Oleh karena itu, negara-negara kafir penjajah (khususnya AS saat ini) berusaha memasarkan demokrasi di negeri-negeri kaum Muslim. Mereka berupaya memasukkan demokrasi itu ke tengah-tengah kaum Muslim melalui upaya penyesatan (tadhlîl), bahwa demokrasi merupakan alat untuk memilih penguasa.

Anda bisa melihat, mereka mampu menghancurkan perasaan kaum Muslim dengan seruan demokrasi itu, dengan memfokuskan pada seruan demokrasi sebagai pemilihan penguasa. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran yang menyesatkan kepada kaum Muslim, yakni seakan-akan perkara yang paling mendasar dalam demokrasi adalah pemilihan penguasa.  Karena negeri-negeri kaum Muslim saat ini sedang ditimpa penindasan, kezaliman, pembungkaman, dan tindakan represif penguasa diktator, baik mereka berada dalam sistem yang disebut kerajaan ataupun republlik; sekali lagi kami katakan, karena negeri-negeri Islam mengalami semua kesengsaraan tersebut maka kaum kafir dengan mudah memasarkan demokrasi di negeri-negeri kaum Muslim sebagai aktivitas memilih penguasa.

Mereka berupaya menutupi dan melipat bagian mendasar dari demokrasi itu sendiri, yaitu tindakan menjadikan kewenangan membuat hukum serta menetapkan halal dan haram berada di tangan manusia, bukan di tangan Tuhan manusia. Bahkan sebagian aktivis Islam, termasuk di antaranya adalah para syaikh (guru besar), mengambil tipuan itu; baik dengan niat yang baik maupun buruk. Jika Anda bertanya kepada mereka tentang demokrasi, mereka menjawab bahwa demokrasi hukumnya boleh dengan anggapan, demokrasi adalah memilih penguasa. Adapun mereka yang memiliki niat buruk berupaya menutupi, melipat, dan menjauhkan pengertian hakiki demokrasi sebagaimana yang ditetapkan oleh penggagas demokrasi itu sendiri.

Menurut mereka, demokrasi bermakna: kedaulatan ada di tangan rakyat—yang berwenang membuat  hukum sesuai dengan kehendak mereka berdasarkan suara mayoritas, menghalalkan dan mengharamkan, serta menetapkan status terpuji dan tercela; individu memiliki kebebasan dalam segala perilakunya—bebas berbuat apa saja sesuai dengan kehendaknya, bebas meminum khamr, berzina, murtad, serta mencela dan mencaci hal-hal yang disucikan dengan dalih demokrasi dan kebebasan individual. Inilah hakikat demokrasi. Inilah realita, makna, dan pengertian demokrasi. Lalu bagaimana bisa seorang Muslim yang mengimani Islam mengatakan bahwa demokrasi hukumnya boleh atau bahwa demokrasi itu berasal dari Islam?

Adapun masalah umat memilih penguasa atau memilih Khalifah, hal itu merupakan perkara yang telah dinyatakan di dalam nash-nash syariah. Kedaulatan di dalam Islam ada di tangan syariah. Akan tetapi, baiat dari rakyat kepada Khalifah merupakan syarat mendasar agar seseorang menjadi khalifah. Sungguh, pemilihan Khalifah telah dilaksanakan secara praktis di dalam Islam pada saat seluruh dunia masih hidup di bawah kegelapan, kediktatoran, dan kezaliman para raja.

Siapa yang mendalami tatacara pemilihan Khulafaur Rasyidin—Abu Bakar, Umar bin al-Khaththab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib; semoga Allah meridhai mereka—maka ia akan dapat melihat dengan jelas bagaimana dulu telah sempurnanya pembaiatan kepada para khalifah itu oleh ahl al-halli wa al-‘aqdi dan para wakil kaum Muslim.

Dengan baiat itu, masing-masing dari mereka menjadi khalifah yang ditaati oleh kaum Muslim. Abdurrahman bin Auf, yang kala itu telah diangkat menjadi wakil atas sepengetahuan pendapat mereka yang menjadi representasi kaum Muslim (mereka adalah penduduk Madinah), telah berkeliling di tengah-tengah mereka; ia bertanya kapada si anu dan si anu, mendatangi rumah ini dan itu, serta menanyai laki-laki dan perempuan untuk melihat siapa di antara para calon khalifah yang ada, yang mereka pilih untuk menduduki jabatan khalifah. Pada akhirnya, pendapat orang-orang mantap ditujukan kepada Utsman bin Affan, lalu dilangsungkanlah baiat secara sempurna kepadanya.

Ringkasnya, sesungguhnya demokrasi adalah sistem kufur; bukan karena demokrasi mengatakan tentang pemilihan penguasa, dan hal itu juga bukan menjadi masalah mendasar, tetapi karena perkara mendasar dalam demokrasi adalah menjadikan kewenangan untuk membuat hukum berada di tangan manusia,  bukan pada Allah, Tuhan alam semesta.  Padahal Allah SWT berfirman:

Menetapkan hukum itu hanyalah milik Allah. (QS Yusuf [10]: 40).

Demi Tuhanmu, mereka hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerimanya dengan sepenuhnya. (QS an-Nisa’ [4]: 65).

Terdapat banyak dalil (selain ayat-ayat di atas, ed.) yang saling mendukung, yang sudah diketahui bersama, yang menyatakan bahwa kewenangan menetapkan hukum adalah milik Allah SWT.

Apalagi demokrasi juga menetapkan kebebasan pribadi (personal freedom), yang menjadikan laki-laki dan perempuan bebas melakukan apa saja yang mereka inginkan tanpa memperhatikan halal dan haram. Demokrasi juga menetapkan kebebasan beragama (freedom of religion), di antaranya berupa kebebasan untuk murtad dan gonta-ganti agama tanpa ikatan.  Demokrasi juga menetapkan kebebasan kepemilikan (freedom of ownership), yang menjadikan pihak yang kuat mengeksploitasi pihak yang lemah dengan berbagai sarana sehingga yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Demokrasi pun menetapkan kebebasan berpendapat (freedom of opinion), bukan kebebasan dalam mengatakan yang haq, tetapi kebebasan dalam mengatakan hal-hal yang menentang berbagai kesucian yang ada di tengah-tengah umat. Bahkan mereka menganggap orang-orang yang berani menyerang Islam di bawah slogan kebebasan berpendapat sebagai bagian dari para pakar opini yang sering disebut sebagai para pahlawan.

Atas dasar ini, sistem pemerintahan Islam (Khilafah) bukan sistem kerajaan, bukan imperium, bukan federasi, bukan republik, dan bukan pula sistem demokrasi sebagaimana yang telah kami jelaskan sebelumnya.

[Sumber: Strutkur Daulah Khilafah/syabab.com]