Rabu, 03 Agustus 2011

Monumen Tugu Muda Semarang

Monumen Tugu muda Merupakan tugu yang berpenampang segi lima. Terdiri dari bagian yaitu landasan, badan dan kepala. Pasa sisi landasan tugu terdapat relief. Keseluruhan tugu dibuat dari batu. Untuk memperkuat kesan tugunya, dibuat kolam hias dan taman pada sekeliling tugu. Bangunan yang berada disekitar Tugu Muda adalah lawang sewu berawal dari ide untuk membangun monumen guna memperingati peristiwa Pertempuran Lima hari di Semarang.



Maka pada tanggal 28 Oktober 1945, Gubernur Jawa Tengah .Wongsonegoro meletakkaan batu pertama pada lokasi yang direncanakan yaitu didekat Alun-alun. Namun karena pada bulan Nopember 1945 meletus perang melawan Sekutu dan Jepang, proyek ini menjadi terbengkalai. Kemudian tahun 1949, oleh Badan Koordinasi Pemuda Indonesia (BKPI), diprakarsai ide pembangunan tugu kembali, namun karena kesulitan dana, ide ini juga belum terlaksana. Tahun 1951, Walikota Semarang, Hadi Soebeno Sosro Wedoyo, membentuk Panitia Tugu Muda, dengan rencana pembangunan tidak lagi pada lokasi alun-alun, tetapi pada lokasi sekarang ini. Desain tugu dikerjakan oleh Salim, sedangkan relief pada tugu dikerjakan oleh seniman Hendro.


Batu yang digunakan antara lain didatangkan dari kaliuang dan Paker. Tanggal 10 Nopember 1951, diletakkan batu pertama oleh Gubernur Jawa tengah Boediono dan pada tanggal 20 Mei 1953, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, Tugu Muda diresmikaan oleh Soekarno, Presiden Republik Indonesia. Hingga sekarang, cukup banyak perubahan yang telah dilakukan terhadap arca di sekitar tugu muda, antara lain pembuatan taman dan kolam.
Sumber: www.wisatanesia.com

Masjid Agung Semarang

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPwmpRo409JO1cs0FW1w1nafMRII1-QI6xddnvLkdsCI5kWu-K4y8EeILbSLwjm9EVEXt_YnkytdxYEYVLeKWxFprgfJMWcbyaoHmYp6mUz02OsH0sYeV82WqJ953PK_y2vF8hrpl7Ozs/s1600/mj.jpg


Masjid Agung Jawa Tengah atau Masjid Agung Semarang merupakan salah satu masjid termegah di Indonesia. Masjid dengan arsitektur indah ini mulai dibangun pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2006. Kompleks masjid terdiri dari bangunan utama seluas 7.669 m2 dan halaman seluas 7.500 m2. Masjid Agung Jawa Tengah terletak di jalan Gajah Raya, tepatnya di Desa Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang.



Masjid yang mampu menampung jamaah tak kurang dari 15.000 ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, pada tahun 2006. Upacara peresmian ditandai dengan penandatanganan batu prasasti setinggi 3,2 m dan berat 7,8 ton yang terletak di depan masjid. Prasasti terbuat dari batu alam yang berasal dari lereng Gunung Merapi. Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Agung Jawa Tengah juga merupakan obyek wisata terpadu pendidikan, religi, pusat pendidikan, dan pusat aktivitas syiar Islam.


Dengan berkunjung ke masjid ini, pengunjung dapat melihat keunikan arsitektur masjid yang merupakan perpaduan antara arsitektur Jawa, Roma dan Arab.
Arsitektur Jawa terlihat pada beberapa bagian, misalnya pada bagian dasar tiang masjid menggunakan motif batik seperti tumpal, untu walang, kawung, dan parang-parangan. Ciri arsitektur Timur Tengah (Arab) terliat pada dinding masjid dinding masjid yang berhiaskan kaligrafi.

Selain itu, di halaman Masjid Agung Jawa Tengah terdapat 6 payung hidrolik raksasa yang dapat membuka dan menutup secara otomatis yang merupakan adopsi arsitektur bangunan Masjid Nabawi yang terdapat di Kota Madinah. Masjid ini juga sedikit dipengaruhi gaya arsitektur Roma. Gaya itu nampak pada desain interior dan lapisan warna yang melekat pada sudut-sudut bangunan.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEip_dRAKeLmOBce7zUMlMpbfT0QlLQnvQ9Ci9Wc6cQhHPO7rHCqruaJ8GuzqQQwDwCCQtXkLzc3LaJPTmNtPIl_V1RHmZp30gSg5bPDdQzwScBDqfG6zAH4APyaE3UsZdfgd333dazR53Xk/s1600/edit9.jpg
Sumber: www.wisatanesia.com

Gereja Blenduk Semarang

gereja-blenduk

Semarang memang di ketahui sebagai ibukota jawa tengah kota yang terletak di pesisisr utara pulau jawa ini memang menyimpan sejuta pesona,di masa kolonial Semarang di kenal sebagai kota pelabuhan yang terkenal di Indonesia,tidak mengherankan pada waktu itu bangsa belanda membangun infrastuktur untuk menunjang kota Semarang sebagai kota pelabuhan,setelah masa kolonial berakhir bangun-bangun pada masa kolonial masi berdiri dengan kokoh tidak kecuali Gereja Blenduk yang oleh pemerintah kota Semarang di jadikan cagar budaya yang di lindungi oleh pemerintah kota dan di jadikan obyek wisata satu paket dengan koplek kota lama semarang.

Gereja blenduk pertama kali di bangun pada tahun 1753 lalu di pugar lagi oleh W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde pada 1894-1895, masyarakat menamakan Gereja blenduk karena bentuk kubahnya yang seperti irisan bola, sehingga orang mengatakan “mblenduk”. Bangunannya berbentuk segidelapan beraturan (hexagonal) dengan keunikan interiornya,sampai sekarang gereja blenduk masih berdiri di Jalan Letjen Suprapto No.32,dan tiap minggu masih digunakan untuk misa kebaktian sampai saat ini.



Gereja Blenduk (kadang-kadang dieja Gereja Blendug dan seringkali dilafazkan sebagai mBlendhug) adalah Gereja Kristen tertua di Jawa Tengah yang dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada 1753, dengan bentuk heksagonal (persegi delapan).

Gereja ini sesungguhnya bernama Gereja GPIB Immanuel, di Jl. Letjend. Suprapto 32, Semarang, Jawa Tengah. Gereja Blenduk adalah Gedung Jiwasraya yang terletak di sebelah Selatan, kantor Kerta Niaga di sebelah Barat, ruang terbukabekas Parade Plein di sebelah Timurnya,atau Lokasi bangunan ini frontal terhadap Jl. Suari yang dahulu bernama Kerkstraat.

Kubahnya besar, dilapisi perunggu, dan di dalamnya terdapat sebuah orgel Barok. Arsitektur di dalamnya dibuat berdasarkan salib Yunani. Gereja ini direnovasi pada 1894 oleh W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan kedua menara di depan gedung gereja ini. Nama Blenduk adalah julukan dari masyarakat setempat yang berarti kubah. Gereja ini hingga sekarang masih dipergunakan setiap hari Minggu. Di sekitar gereja ini juga terdapat sejumlah bangunan lain dari masa kolonial Belanda.Wisata Indonesia Surga Dunia.
http://1.bp.blogspot.com/-qJ3XiYJXHWM/Tcf_ZSc6XOI/AAAAAAAAAzE/6eBjlDTSpp8/s1600/Wisata%2Breligi%2Bke%2Bgereja%2Bblenduk%2B2.jpg

Lawang Sewu Semarang



Semarang bukan hanya terkenal dengan Gereja Belenduk yang masih berdiri kokoh hingga kini. Namun ada juga Lawang Sewu yangpenuh dengan misteri karena sejarah kelam dimasa lalu.

Seperti halnya Bandung, Surabaya, Medan atau Jakarta (Kota), Semarang terkenal dengan bangunan-bangunan kuno peninggalan Belanda. Kota yang mulai dibangun pada 2 Mei 1547 itu, memiliki banyak bangunan bernilai historis dan arsitektur tinggi, terutama di kawasan cagar budaya Kota Lama, dimana Gereja Blenduk yang dibangun pada 1742 menjadi landmark-nya.

Kawasan Kota Lama sebenarnya merupakan pusat kota Semarang yang asli, dimana tampak berbagai bangunan pemerintahan dan sejumlah bangunan pendukung lain sebagai unsur kawasan pusat kota dengan gaya arsitektur Belanda. Gedung dan prasana pendukung itu, mulai dibangun semenjak Semarang-Kaligawe diserahkan ke Belanda pada 15 Januari 1679 oleh Amangkurat II sebagai pembayaran atas keberhasilan Belanda menumpas pemberontakan Trunojoyo.

 http://www.smartfmsemarang.com/image_artikel/Lawang-Sewu-1914.jpg


Jika kita susuri, sebagian besar kompleks kota asli Semarang , jejaknya dimulai dari Pelabuhan Semarang, Jembatan Berok, Gereja Blenduk, Kompleks Stasiun Tawang hingga Lawang Sewu.

Menariknya, jika gedung-gedung lain sekedar menawarkan nuasa kuno dan romansa sejarah kolonial, hal itu tidak berlaku buat lawang Sewu. Apa pasal? Berdiri kokoh dan tepat di kawasan Tugu Muda pusat Kota Semarang, pengunjung disuguhi pesona lain, yakni unsur magis sekaligus angker yang membuat puluhan paranormal dari berbagai penjuru tanah air, sempat menjadikan Lawang Sewu sebagai ladang perburuan hantu. Saking banyaknya korban yang dibantai pada waktu itu, Lawang Sewu kini juga mendapat julukan sebagai kawasan wisata horor. Menegangkan sekaligus mengasyikkan.

Hal tersebut bisa dimaklumi, karena pada masa peperangan dulu, yang melibatkan Angkatan Muda Kereta Api (pemuda-pemuda Semarang) melawan bala tentara Kido Buati Jepang, gedung Lawang Sewu menjadi ajang penyiksaan dan pembantaian. Tidak jelas berapa nyawa telah melayang, tapi jumlahnya bisa dipastikan mencapai ribuan.

Dari catatan sejarah, Lawang Sewu yang selalu dipadati wisatawan pada musim liburan, dibangun pertama kali pada tahun 1903 dan diresmikan pengunaannya pada 1 Juli 1907.

Pemerintah Kota Semarang telah memasukkan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah yang wajib dilindungi. Sesuai kaidah arsitektur morfologi bangunan sudut, Lawang Sewu yang cantik memiliki menara kembar model ghotic yang terletak di sisi kanan dan kiri pintu gerbang utama. Model bangunan gedung yang memanjang ke belakang makin mengesankan kekokohan, kebesaran, dan keindahan.

Dengan status sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi, PT KA sebagai pemilik Lawang Sewu, saat ini tengah merenovasi bangunan bersejarah itu untuk disiapkan menjadi galeri industri kreatif di Kota Semarang.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihnFa6977c4GUMm5Msj2Nce0HhjhUzCBHmRuDFxRc-6JA5VU5LnhRfIhG9rOoAe0cnsXHwl5nJIx6Z3HdgD5eLNisAmDbdUW1i3ZuAYG8qPWqqYEqlvW3vtrWJOWU7-w-aEYX8z_RJONo/s400/Lawang+Sewu-Semarang+568.JPG


Wisata Horor
Dengan segala keunikan dan kebesarannya, siapapun tak menyanggah jika Lawang Sewu berpotensi untuk menarik wisatawan lokal maupun manca negara. Saat saya mendatangi Lawang Sewu belum lama ini, belasan wisatawan sudah mengantri meskipun proses rehabilitasi belum tuntas dilakukan.

Untuk mengenang romansa masa lalu, turis tak perlu repot membayangkan sendiri, karena sudah tersedia tour guide yang akan menemani pengunjung, sekaligus menerangkan seluk beluk gedung yang dahulu digunakan sebagai kantor pusat perusahaan kereta api Belanda, Nederlandsch Indische Spoorweg Maschaappij (NIS).

Saat memasuki gedung dua lantai ini, pesona kemegahan sudah terasa. Salah satu ciri yang kuat dari bangunan art deco ini adalah banyaknya pintu di berbagai sisi. Saking banyaknya, tak banyak pengunjung yang hapal berapa jumlah sebenarnya. Sebab itu tak salah jika masyarakat setempat menjulukinya sebagai pintu atau ‘lawang’ dalam bahasa Jawa, sedang ’sewu’ artinya seribu, sebagai arti kiasan dari jumlah pintunya banyak sekali. Sisi lain yang tak kalah menarik adalah kekokohan bangunan, baik dinding maupun atap yang mampu menahan serangan meriam.


http://farm3.static.flickr.com/2396/2037722348_e43727b659.jpg


Penjara Bawah Tanah
Tak salah jika keberadaan penjara bawah tanah, semakin memperkuat citra seram Lawang Sewu. Pengunjung yang ‘bersedia’ melongoknya dipastikan bergidik membayangkan kekejaman tentara Jepang. Dulunya tempat itu merupakan tempat penampungan air oleh tentara Belanda. Namun tentara Jepang menjadikannya tempat penyiksaan. Tempat itu sendiri baru diketahui setelah Jepang angkat kaki dari Indonesia yaitu sekitar tahun 1945.
Berbagai tempat penyiksaan dan penjara dapat disaksikan, diantaranya :

Penjara Berdiri
Tahanan (yang pastinya orang indonesia) dimasukan kedalam ruangan kurang lebihberukuran lebar 1×1 meter sebanyak 6 orang. Mereka lalu di beri air selutut kemudian di kurung berdiri. Dengan ukuran sesempit itu maka tidak mungkin jongkok, seandainya jongkok pun mereka akan terlelap air. Mereka akan dikurung sampai meninggal.


Penjara jongkok
Tahanan harus duduk jongkok di ruangan kurang lebih selebar 1,5 m dan setinggi 1 m sebanyak 7- 8 orang dan juga dikurung sampai meninggal.


Tempat pemasungan kepala
Tahanan yang membandel, akan dilakukan pemasungan kepala, didalam sebuah bak. Saat itu saya masih melihat alat pasungnya yg sudah berkarat. Setelah di pasung kemudian badan dan kepala secara diam-diam di tenggelamkan ke sungai dengan jalan bawah tanah.


Perantai Badan
Tempat merantai badan, kemudian mereka disiksa, baik di cambuk disundut rokok, atau cara-cara menyedihkan lainnya.


Sumber: http://udayrayana.blogspot.com