Selasa, 09 Agustus 2011

Tokoh Sufi: Abu Nawas, Penyair Ulung Nan Jenaka

Tokoh Sufi: Abu Nawas, Penyair Ulung Nan Jenaka
Abu Nawas dan Khalifah Harun Ar-Rasyid (ilustrasi).
Tuhanku, hamba tidaklah pantas menjadi penghuni surga (Firdaus).
Namun, hamba juga tidak kuat menahan panas api neraka.
Maka perkenankanlah hamba bertobat dan ampunilah dosa-dosa hamba.
Karena sesungguhnya Engkau Pengampun dosa-dosa besar.



Dua bait syair di atas tentu sudah sangat akrab di telinga masyarakat Indonesia terutama kaum tradisionalis Islam. Beberapa saat menjelang shalat Magrib atau Subuh, jemaah di masjid-masjid atau musala di pedesaan biasanya mendendangkan syair tersebut dengan syahdu sebagai puji-pujian. Konon, kedua bait tersebut adalah hasil karya tokoh kocak Abu Nawas. Ia adalah salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Abu Nawas juga muncul beberapa kali dalam kisah 1001 Malam.

Bagi masyarakat Islam Indonesia, nama Abu Nawas atau Abu Nuwas juga bukan lagi sesuatu yang asing. Abu Nawas dikenal terutama karena kelihaian dan kecerdikannya melontarkan kritik-kritik tetapi dibungkus humor. Mirip dengan Nasrudin Hoja, sesungguhnya ia adalah tokoh sufi, filsuf, sekaligus penyair. Ia hidup di zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M).

Selain cerdik, Abu Nawas juga dikenal dengan kenyentrikannya. Sebagai penyair, mula-mula ia suka mabuk. Belakangan, dalam perjalanan spiritualnya mencari hakikat Allah dan kehidupan sejati, ia menemukan kehidupan ruhaniahnya yang sejati meski penuh liku dan sangat mengharukan. Setelah mencapai tingkat spiritual yang cukup tinggi, inspirasi puisinya bukan lagi khamar, melainkan nilai-nilai ketuhanan. Ia tampil sebagai penyair sufi yang tiada banding.

Nama asli Abu Nawas adalah Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami. Dia dilahirkan pada 145 H (747 M) di kota Ahvaz di negeri Persia (Iran sekarang), dengan darah dari ayah Arab dan ibu Persia mengalir di tubuhnya. Ayahnya, Hani Al-Hakam, merupakan anggota legiun militer Marwan II. Sementara ibunya bernama Jalban, wanita Persia yang bekerja sebagai pencuci kain wol. Sejak kecil ia sudah yatim. Sang ibu kemudian membawanya ke Bashrah, Irak. Di kota inilah Abu Nawas belajar berbagai ilmu pengetahuan.

Masa mudanya penuh yang kontroversi yang membuat Abu Nawas tampil sebagai tokoh yang unik dalam khazanah sastra Arab Islam. Meski begitu, sajak-sajaknya juga sarat dengan nilai sprirtual, disamping cita rasa kemanusiaan dan keadilan.

Abu Nawas belajar sastra Arab kepada Abu Zaid al-Anshari dan Abu Ubaidah. Ia juga belajar Alquran kepada Ya'qub Al-Hadrami. Sementara dalam Ilmu Hadis, ia belajar kepada Abu Walid bin Ziyad, Muktamir bin Sulaiman, Yahya bin Said Al-Qattan, dan Azhar bin Sa'ad As-Samman.

Pertemuannya dengan penyair dari Kufah, Walibah bin Habab Al-Asadi, telah memperhalus gaya bahasanya dan membawanya ke puncak kesusastraan Arab. Walibah sangat tertarik pada bakat Abu Nawas yang kemudian membawanya kembali ke Ahwaz, lalu ke Kufah.

Di Kufah bakat Abu Nawas digembleng. Ahmar menyuruh Abu Nawas berdiam di pedalaman, hidup bersama orang-orang Arab Badui untuk memperdalam dan memperhalus bahasa Arab.

Kemudian ia pindah ke Baghdad. Di pusat peradaban Dinasti Abbasyiah inilah ia berkumpul dengan para penyair. Berkat kehebatannya menulis puisi, Abu Nawas dapat berkenalan dengan para bangsawan. Namun karena kedekatannya dengan para bangsawan inilah puisi-puisinya pada masa itu berubah, yakni cenderung memuja dan menjilat penguasa.

Dalam Al-Wasith fil Adabil 'Arabi wa Tarikhihi, Abu Nawas digambarkan sebagai penyair multivisi, penuh canda, berlidah tajam, pengkhayal ulung, dan tokoh terkemuka sastrawan angkatan baru. Namun sayang, karya-karya ilmiahnya justru jarang dikenal di dunia intelektual. Ia hanya dipandang sebagai orang yang suka bertingkah lucu dan tidak lazim. Kepandaiannya menulis puisi menarik perhatian Khalifah Harun Al-Rasyid. Melalui musikus istana, Ishaq Al-Wawsuli, Abu Nawas dipanggil untuk menjadi penyair istana (Sya'irul Bilad).

Sikapnya yang jenaka menjadikan perjalanan hidupnya benar-benar penuh warna. Kegemarannya bermain kata-kata dengan selera humor yang tinggi seakan menjadi legenda tersendiri dalam khazanah peradaban dunia. Kedekatannya dengan kekuasaan juga pernah menjerumuskannya ke dalam penjara. Pasalnya, suatu ketika Abu Nawas membaca puisi Kafilah Bani Mudhar yang dianggap menyinggung Khalifah. Tentu saja Khalifah murka, lantas memenjarakannya.

Setelah bebas, ia berpaling dari Khalifah dan mengabdi kepada Perdana Menteri Barmak. Ia meninggalkan Baghdad setelah keluarga Barmak jatuh pada tahun 803 M. Setelah itu ia pergi ke Mesir dan menggubah puisi untuk Gubernur Mesir, Khasib bin Abdul Hamid Al-Ajami. Tetapi, ia kembali lagi ke Baghdad setelah Harun Al-Rasyid meninggal dan digantikan oleh Al-Amin.

Sejak mendekam di penjara, syair-syair Abu Nawas berubah, menjadi religius. Jika sebelumnya ia sangat pongah dengan kehidupan duniawi yang penuh glamor dan hura-hura, kini ia lebih pasrah kepada kekuasaan Allah. Dua bait syair di atas merupakan salah satu syairnya yang dapat dipahami sebagai salah satu ungkapan rasa spiritual yang dalam.

Memang, pencapaiannya dalam menulis puisi diilhami kegemarannya melakukan maksiat. Tetapi, justru di jalan gelap itulah, Abu Nawas menemukan nilai-nilai ketuhanan. Sajak-sajak tobatnya bisa ditafisrkan sebagai jalan panjang menuju Tuhan. Meski dekat dengan Sultan Harun Al-Rasyid, Abu Nawas tak selamanya hidup dalam kegemerlapan duniawi. Ia pernah hidup dalam kegelapan—tetapi yang justru membawa keberkahan tersendiri.

Seorang sahabatnya, Abu Hifan bin Yusuf bin Dayah, memberi kesaksian, akhir hayat Abu Nawas sangat diwarnai dengan kegiatan ibadah. Beberapa sajaknya menguatkan hal itu. Salah satu bait puisinya yang sangat indah merupakan ungkapan rasa sesal yang amat dalam akan masa lalunya.

Mengenai tahun meningalnya, banyak versi yang saling berbeda. Ada yang menyebutkan tahun 190 H/806 M, ada pula yang 195H/810 M, atau 196 H/811 M. Sementara yang lain tahun 198 H/813 M dan tahun 199 H/814 M. Konon Abu Nawas meninggal karena dianiaya oleh seseorang yang disuruh oleh keluarga Nawbakhti—yang menaruh dendam kepadanya. Ia dimakamkan di Syunizi di jantung Kota Baghdad.

Sejumlah puisi Abu Nawas dihimpun dalam Diwan Abu Nuwas yang telah dicetak dalam berbagai bahasa. Ada yang diterbitkan di Wina, Austria (1885), di Greifswald (1861), di Kairo, Mesir (1277 H/1860 M), Beirut, Lebanon (1301 H/1884 M), Bombay, India (1312 H/1894 M). Beberapa manuskrip puisinya tersimpan di perpustakaan Berlin, Wina, Leiden, Bodliana, dan Mosul.

Salah satu cerita menarik berkenaan dengan Abu Nawas adalah saat menejelang sakaratul mautnya. Konon, sebelum mati ia minta keluarganya mengkafaninya dengan kain bekas yang lusuh. Agar kelak jika Malaikat Munkar dan Nakir datang ke kuburnya, Abu Nawas dapat menolak dan mengatakan. "Tuhan, kedua malaikat itu tidak melihat kain kafan saya yang sudah compang-camping dan lapuk ini. Itu artinya saya penghuni kubur yang sudah lama."

Tentu ini hanyalah sebuah lelucon, dan memang kita selama ini hanya menyelami misteri kehidupan dan perjalanan tohoh sufi yang penuh liku dan sarat hikmah ini dalam lelucon dan tawa.


Sumber: www.republika.co.id

Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman?

Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman?
Candi Borobudur


Membaca judul diatas, tentu banyak orang yang akan mengernyitkan dahi, sebagai tanda ketidakpercayaannya. Bahkan, mungkin demikian pula dengan Anda. Sebab, Nabi Sulaiman AS adalah seorang utusan Allah yang diberikan keistimewaan dengan kemampuannya menaklukkan seluruh makhluk ciptaan Allah, termasuk angin yang tunduk di bawah kekuasaannya atas izin Allah. Bahkan, burung dan jin selalu mematuhi perintah Sulaiman.

Menurut Sami bin Abdullah al-Maghluts, dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, Nabi Sulaiman diperkirakan hidup pada abad ke-9 Sebelum Masehi (989-931 SM), atau sekitar 3.000 tahun yang lalu. Sementara itu, Candi Borobudur sebagaimana tertulis dalam berbagai buku sejarah nasional, didirikan oleh Dinasti Syailendra pada akhir abad ke-8 Masehi atau sekitar 1.200 tahun yang lalu. Karena itu, wajarlah bila banyak orang yang mungkin tertawa kecut, geli, dan geleng-geleng kepala bila disebutkan bahwa Candi Borobudur didirikan oleh Nabi Sulaiman AS.


http://jogjacar.com/wp-content/uploads/2011/05/borobudur.jpg

Candi Borobudur merupakan candi Budha. Berdekatan dengan Candi Borobudur adalah Candi Pawon dan Candi Mendut. Beberapa kilometer dari Candi Borobudur, terdapat Candi Prambanan, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Plaosan, dan lainnya. Candi-candi di dekat Prambanan ini merupakan candi Buddha yang didirikan sekitar tahun 772 dan 778 Masehi.

Lalu, apa hubungannya dengan Sulaiman? Benarkah Candi Borobudur merupakan peninggalan Nabi Sulaiman yang hebat dan agung itu? Apa bukti-buktinya? Benarkah ada jejak-jejak Islam di candi Buddha terbesar itu? Tentu perlu penelitian yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak untuk membuktikan validitas dan kebenarannya.

Namun, bila pertanyaan di atas diajukan kepada KH Fahmi Basya, ahli matematika Islam itu akan menjawabnya; benar. Borobudur merupakan peninggalan Nabi Sulaiman yang ada di tanah Jawa.

Dalam bukunya, Matematika Islam 3 (Republika, 2009), KH Fahmi Basya menyebutkan beberapa ciri-ciri Candi Borobudur yang menjadi bukti sebagai peninggalan putra Nabi Daud tersebut. Di antaranya, hutan atau negeri Saba, makna Saba, nama Sulaiman, buah maja yang pahit, dipindahkannya istana Ratu Saba ke wilayah kekuasaan Nabi Sulaiman, bangunan yang tidak terselesaikan oleh para jin, tempat berkumpulnya Ratu Saba, dan lainnya.

Dalam Alquran, kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Saba disebutkan dalam surah An-Naml [27]: 15-44, Saba [34]: 12-16, al-Anbiya [21]: 78-81, dan lainnya. Tentu saja, banyak yang tidak percaya bila Borobudur merupakan peninggalan Sulaiman.

Di antara alasannya, karena Sulaiman hidup pada abad ke-10 SM, sedangkan Borobudur dibangun pada abad ke-8 Masehi. Kemudian, menurut banyak pihak, peristiwa dan kisah Sulaiman itu terjadi di wilayah Palestina, dan Saba di Yaman Selatan, sedangkan Borobudur di Indonesia.

Tentu saja hal ini menimbulkan penasaran. Apalagi, KH Fahmi Basya menunjukkan bukti-buktinya berdasarkan keterangan Alquran. Lalu, apa bukti sahih andai Borobudur merupakan peninggalan Sulaiman atau bangunan yang pembuatannya merupakan perintah Sulaiman?

Menurut Fahmi Basya, dan seperti yang penulis lihat melalui relief-relief yang ada, memang terdapat beberapa simbol, yang mengesankan dan identik dengan kisah Sulaiman dan Ratu Saba, sebagaimana keterangan Alquran.  

Pertama adalah tentang tabut, yaitu sebuah kotak atau peti yang berisi warisan Nabi Daud AS kepada Sulaiman. Konon, di dalamnya terdapat kitab Zabur, Taurat, dan Tingkat Musa, serta memberikan ketenangan. Pada relief yang terdapat di Borobudur, tampak peti atau tabut itu dijaga oleh seseorang.
"Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: 'Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman'." (QS Al-Baqarah [2]: 248).

Kedua, pekerjaan jin yang tidak selesai ketika mengetahui Sulaiman telah wafat. (QS Saba [34]: 14). Saat mengetahui Sulaiman wafat, para jin pun menghentikan pekerjaannya. Di Borobudur, terdapat patung yang belum tuntas diselesaikan. Patung itu disebut dengan Unfinished Solomon.

Ketiga
, para jin diperintahkan membangun gedung yang tinggi dan membuat patung-patung. (QS Saba [34]: 13). Seperti diketahui, banyak patung Buddha yang ada di Borobudur. Sedangkan gedung atau bangunan yang tinggi itu adalah Candi Prambanan.

Keempat, Sulaiman berbicara dengan burung-burung dan hewan-hewan. (QS An-Naml [27]: 20-22). Reliefnya juga ada. Bahkan, sejumlah frame relief Borobudur bermotifkan bunga dan burung. Terdapat pula sejumlah relief hewan lain, seperti gajah, kuda, babi, anjing, monyet, dan lainnya.

Kelima
, kisah Ratu Saba dan rakyatnya yang menyembah matahari dan bersujud kepada sesama manusia. (QS An-Naml [27]: 22). Menurut Fahmi Basya, Saba artinya berkumpul atau tempat berkumpul. Ungkapan burung Hud-hud tentang Saba, karena burung tidak mengetahui nama daerah itu. "Jangankan burung, manusia saja ketika berada di atas pesawat, tidak akan tahu nama sebuah kota atau negeri," katanya menjelaskan. Ditambahkan Fahmi Basya, tempat berkumpulnya manusia itu adalah di Candi Ratu Boko yang terletak sekitar 36 kilometer dari Borobudur. Jarak ini juga memungkinkan burung menempuh perjalanan dalam sekali terbang.

Keenam, Saba ada di Indonesia, yakni Wonosobo. Dalam Alquran, wilayah Saba ditumbuhi pohon yang sangat banyak. (QS Saba [34]: 15). Dalam kamus bahasa Jawi Kuno, yang disusun oleh Dr Maharsi, kata 'Wana' bermakna hutan. Jadi, menurut Fahmi, wana saba atau Wonosobo adalah hutan Saba.

Ketujuh, buah 'maja' yang pahit. Ketika banjir besar (Sail al-Arim) menimpa wilayah Saba, pepohonan yang ada di sekitarnya menjadi pahit sebagai azab Allah kepada orang-orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya.  "Tetapi, mereka berpaling maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar[1236] dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr." (QS Saba [34]: 16).

Kedelapan, nama Sulaiman menunjukkan sebagai nama orang Jawa. Awalan kata 'su'merupakan nama-nama Jawa. Dan, Sulaiman adalah satu-satunya nabi dan rasul yang 25 orang, yang namanya berawalan 'Su'.

Kesembilan, Sulaiman berkirim surat kepada Ratu Saba melalui burung Hud-hud. "Pergilah kamu dengan membawa suratku ini." (QS An-Naml [27]: 28).  Menurut Fahmi, surat itu ditulis di atas pelat emas sebagai bentuk kekayaan Nabi Sulaiman. Ditambahkannya, surat itu ditemukan di sebuah kolam di Candi Ratu Boko.

Kesepuluh, bangunan yang tinggal sedikit (Sidrin qalil). Lihat surah Saba [34] 16). Bangunan yang tinggal sedikit itu adalah wilayah Candi Ratu Boko. Dan di sana terdapat sejumlah stupa yang tinggal sedikit. "Ini membuktikan bahwa Istana Ratu Boko adalah istana Ratu Saba yang dipindahkan atas perintah Sulaiman," kata Fahmi menegaskan.


http://stat.kompasiana.com/files/2010/08/borobudur9.jpg



Selain bukti-bukti di atas, kata Fahmi, masih banyak lagi bukti lainnya yang menunjukkan bahwa kisah Ratu Saba dan Sulaiman terjadi di Indonesia. Seperti terjadinya angin Muson yang bertiup dari Asia dan Australia (QS Saba [34]: 12), kisah istana yang hilang atau dipindahkan, dialog Ratu Bilqis dengan para pembesarnya ketika menerima surat Sulaiman (QS An-Naml [27]: 32), nama Kabupaten Sleman, Kecamatan Salaman, Desa Salam, dan lainnya. Dengan bukti-bukti di atas, Fahmi Basya meyakini bahwa Borobudur merupakan peninggalan Sulaiman. Bagaimana dengan pembaca? Hanya Allah yang mengetahuinya.
Wallahu A'lam.

Senin, 27 September 2010 
Sumber: www.republika.co.id

Di Inggris, Rakyat Papua Cetuskan Resolusi


 

Setelah gagal dengan referendum Pepera, rakyat Papua mencari cara lain: Konferensi Para Pengacara Untuk Papua di Oxford, Inggris. Dalam konferensi tersebut tiga resolusi disepakati. Salah satunya adalah bahwa rakyat Papua punya hak untuk menentukan nasib sendiri sesuai dengan hukum internasional.

Konferensi soal Papua itu merupakan pertama kalinya di luar negeri. Ikuti keterangan Benny Wenda, ketua Free West Papua di Inggris kepada Radio Nederland.
Konferensi itu membahas mengapa rakyat Papua ditekan dan harus ikut kemauan negara-negara asing selain Indonesia, di antaranya Amerika dan Belanda. Rakyat Papua selalu merindukan hak-haknya yang menurut standar hukum Internasional.
“Itu yang menjadi akar masalah di Indonesia sejak tahun 1963 di mana Indonesia secara ilegal menguasai tanah Papua. Sampai hari ini terjadi pembunuhan, pemenjaraan, pemerkosaan di mana-mana.”


Tiga kesepakatan

Konferensi tersebut juga menilai dan melihat kembali apa yang terjadi. Sebetulnya ada tiga kesepakatan, namun sampai saat ini belum diumumkan secara resmi. Poin terakhir adalah rakyat Papua punya hak untuk menentukan nasib sendiri sesuai hukum internasional.
Benny Wenda menjelaskan, referendum Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat, red.) yang terjadi sesuai kesepakatan New York ternyata tidak dilaksanakan di lapangan. Yang harus terjadi, tambah Benny Wenda, adalah one man one vote.
Namun rakyat Papua tidak pernah memilih dan tidak pernah dipilih. Indonesia sebetulnya sudah setuju hal tersebut tapi tidak pernah dilaksanakan di Papua.


Kerusuhan

Sementara itu kerusuhan yang terjadi di Papua beberapa hari terakhir, menurut Benny Wenda, sebetulnya sudah “diatur,” sehubungan dengan adanya konferensi tersebut. “Dua hari sebelumnya sudah ada kekerasan di mana-mana. Ini merupakan skenario supaya militer ada di Papua. Supaya dunia luar melihat bahwa rakyat Papua itu menciptakan kekerasan.”
Benny Wenda menduga skenario tertentu dilakukan intelijen Indonesia dengan militer. Jadi yang terjadi setiap acara yang menyangkut kegiatan konferensi seperti ini selalu saja ada. Ini bakal pertanyaan besar oleh dunia.
Konferensi sehari soal Papua itu diikuti oleh 150 wakil Papua di seluruh dunia dan juga perwakilan kelompok hak-hak azasi manusia.

[Source]

Rafale, Pesawat Tempur Andalan Perancis dan Prospeknya

13127611041905611679

Pesawat Tempur Omnirole Perancis, Rafale (www.asian-defence-tech.blogspot.com)


Pesawat tempur utama AL dan AU Perancis, Rafale, telah membuktikan kehandalannya dalam palagan Libya serta meraih status battle proven. Tentu hal ini membantu Perancis memperbesar peluang pasar Rafale yang hingga kini lesu tanpa satu pun negara di luar Perancis yang bersedia membeli. Berbeda dengan pesaing dekatnya yang lahir beriringan, Eurofighter Typhoon. Di palagan Libya Rafale menunjukkan kemampuannya sebagai pesawat tempur omnirole dengan menjalankan beberapa misi sekaligus baik misi serangan darat maupun superioritas udara terhadap pasukan pemerintah Libya sekaligus patroli udara dalam rangka no fly zone di atas udara Libya.

Pada 19 Maret 2011, Rafale melancarkan serangan darat di dekat Benghazi tatkala ibukota pemberontak tertekan artileri berat Tripoli. Rafale sukses menghancurkan sejumlah sasaran artileri berat tersebut. Pada tanggal 24 Maret 2011, Rafale juga berhasil menghancurkan pesawat jet tempur ringan di Misrata, Soko G-2A Galeb yang merupakan pesawat jet latih buatan eks-Yugoslavia dengan rudal AASM. Sehari sebelumnya Rafale juga melakukan serangan SEAD (Supressed Enemy Air Defense) terhadap lanud Misrata memakai rudal Scalp EG. Di sisi lain Eurofighter Typhoon yang dikerahkan RAF (AU Inggris) belum mampu beroperasi sendiri tanpa berpartner dengan pesawat lain. Pada 12 April 2011, sebuah Typhoon Inggris yang berpasangan dengan Tornado GR4 melancarkan serangan darat terhadap kendaraan lapis baja pemerintah Libya. Typhoon meluncurkan 2 bom cerdas GBU-16 Paveway II dengan sasaran dipindai oleh Tornado GR4 dengan laser targetting pod Litening III. Kasau Inggris berdalih kurangnya pilot Typhoon yang terlatih mengoperasikan pod Litening III.


13127613821878776657
Interior Kokpit Rafale (www.naval-technology.com)


Sejauh ini ada 3 varian Rafale yakni Rafale C dan Rafale M yang berkursi tunggal dan Rafale B yang berkursi ganda (tandem). Versi C dan B dioperasikan AU Perancis sedangkan versi M dioperasikan AL Perancis berbasis kapal induk. Dari awal desain memang Rafale langsung ditujukan untuk penggunaan pangkalan aju darat dan kapal induk yang masing-masing memiliki kesamaan (commonality) yang tinggi sehingga menghemat biaya produksi dan suku cadang. Berbeda dengan Eurofighter yang desain dasarnya menekankan fungsi operasional di landasan darat. Baru dibuat purwarupa operasional kapal induk untuk memenuhi permintaan tender militer India yang juga bersaing langsung dengan Rafale.

Rafale M memiliki struktur airframe dan perangkat roda pendarat yang diperkuat. Dilengkapi pengait kabel pendarat (arrestor hook) dan pengait ketapel roda depan untuk lepas landas. Rencana pembuatan Rafale N sebagai pesawat latih AL berkursi tandem dibatalkan demi penghematan anggaran. Selanjutnya pelatihan pilot AU dan AL Perancis disatukan menggunakan Rafale B. Namun pesawat Rafale B tidak cuma berfungsi sebagai pesawat latih saja karena bisa dikonfigurasi menjadi pesawat peran tempur penuh. AU Perancis merencanakan akuisi versi B akan mencakup 60 persen dari total Rafale AU. Mereka menarik pelajaran penting dari operasi Perang Teluk dan konflik semenanjung Balkan bahwa kopilot memainkan peran penting dalam misi-misi yang sangat berisiko.

Cikal bakal Rafale sama dengan cikal bakal Typhoon, berasal dari kebutuhan pengadaan pesawat tempur multirole baru yang mandiri dari AS dan mampu menanggapi ancaman di masa datang pada pertengahan dekade 1970-an, dalam kondisi ancaman Perang Dingin antara NATO dengan Pakta Warsawa. Untuk menghemat biaya riset dan produksi, Perancis sepakat bekerja sama dengan empat negara lainnya yaitu Inggris, Jerman Barat, Spanyol, dan Italia. Namun akhirnya pada 1985 Perancis mundur dari kerjasama karena berselisih konsep pesawat. Perancis menginginkan desain pesawat tempur swing role berbobot 9 ton yang bisa dioperasikan dari kapal induk. Empat negaranya lainnya dipimpin Inggris memilih desain pesawat tempur yang lebih berat dari 10 ton dengan menekankan pada kemampuan terbang lebih jauh dan lebih tinggi serta mampu memuat senjata lebih banyak. Desain konsorsium Inggris, Jerman Barat, Spanyol, dan Italia melahirkan pesawat tempur Eurofighter Typhoon yang berbobot 11.150 kg. Desain Perancis kemudian melahirkan Rafale yang diproduksi oleh Dassault Aviation. Rafale versi C berbobot 9.500 kg, versi B berbobot 9.770 kg, dan versi M berobot 10.196 kg. Bersayap delta bermesin ganda serta memiliki sayap canard, Rafale terbang perdana pada 4 Juli 1986 dengan memakai mesin yang sama dengan F-18 Hornet. Menunggu kematangan mesin turbin jet Snecma M88 serta menjaga aspek keamanan ujicoba purwarupa.


13127614941355283919
Keanggunan Fotografi Rafale (www.imageshack.us)


Mulai masuk jajaran AB Perancis sejak 4 Desember 2000. Profil Rafale merupakan pesawat bermesin ganda tapi kompak, konfigurasi sayap berbentuk delat dengan canard di depan, air intake di bawah samping fuselage, menjadikan Rafale sebagai pesawat tempur modern yang paling indah diabadikan fotografer. Menyingkirkan era F-16 namun tetap menampilkan Rafale yang sangat aerodinamis dan lincah bermanuver meski membawa persenjataan penuh berupa empat rudal udara MICA, dua rudal jelajah Scalp EG, dan 3 drop fuel tank. Dengan avionik yang canggih menjadikan Rafale sebagai pesawat tempur omnirole, lebih dari sekedar pesawat tempur multirole.

Namun untuk urusan pangsa pasar ekspor, Rafale kalah dengan pesaing dekatnya Eurofighter Typhoon, F-16, F/A-18 E/F Super Hornet bahkan masih kalah bersaing dengan kelas yang lebih berat F-15 Strike Eagle. Pada September 2007, tender Maroko menyingkirkan Rafale dan memilih membeli F-16 dari AS.

Pada tahun 2011 pemerintahan baru Brasil memutuskan membeli 36 pesawat Super Hornet dari AS padahal pemerintahan sebelumnya lebih menyukai Rafale. Rafale kembali tersingkir oleh pesawat Strike Eagle dari AS dalam tender di Korsel dan Singapura. Rafale masih memiliki kans memenangkan tender 126 pesawat tempur India senilai hampir 10 milyar dollar. Seleksi tender terakhir menyisakan Rafale dengan Typhoon. Sebelumnya Typhoon telah memenangkan tender 72 pesawat tempur di Arab Saudi dan 15 pesawat tempur di Austria.

Kans di India tampaknya cukup besar dibanding Typhoon karena India menginginkan pesawat tempur berbasis kapal induk kelas Vikrant. Rafale telah membuktikan kedigdayaannya dalam pertempuran Libya sebagai pesawat yang berbasis di kapal induk. Sedangkan Typhoon baru membuat purwarupa yang berbasis di kapal induk demi memenagkan tender India. Hambatan utama Rafale adalah keterkaitan antara kelas pesawat dengan harga. Sebagai pesawat kelas menengah dia menempati kelas multirole F-16 namun rentang harga yang sekitar 90 juta dollar mendekati harga pesawat yang lebih berat termasuk Typhoon dan Superhornet ataupun Strike Eagle dengan karakteristik yang relatif sama. Di sisi lain India juga sudah membuat order pesawat 45 Mig-29 K/KUB yang berbasis kapal induk dari Rusia. Sebanyak 11 unit telah diterima India, direncanakan menempati kapal induk Vikramaditya (eks Admiral Gorshkov). Mig-29K bisa dianggap sekelas Typhoon dengan bobot 11 ton. Termasuk tawaran offset pembelian, tampaknya peluang Rafale sangat besar mengalahkan Typhoon kali ini pada tender di India.

Referensi:
1.Combat Aircraft, Juni 2011
2.Angkasa, No.10 Juli 2011
3.Wikipedia

Cakidur

Sumber: kompasiana.com

Ancaman Pengibaran Bendera Malaysia di Perbatasan dan Tuntutan Papua Merdeka

1312768875959385960

Kawah Freeport Papua


Negeri yang subur tidak menjadi jaminan negeri itu akan makmur, bisa jadi tikus mati di lumbung padi, itulah kenyataan yang ada, fakta yang harus kita terima bahwa negara ini sudah salah kelola.

Hiruk pikuk politik yang dipertontonkan, skandal skandal besar yang banyak muncul kepermukaan, ditambah ekonomi rakyat yang nyaris tak ada perubahan membuat sebagian saudara kita memilih untuk merdeka, walaupun wacana untuk merdeka di beberapa daerah sudah menjadi isu lama namun dengan keadaan negara yang seperti ini, keinginan merdeka semakin kuat apalagi sekarang mata mereka tak lagi buta, papua yang kaya raya akan sumber daya alam nyaris tak tersentuh pembangunan, padahal berton ton emas dan tembaga dikeruk habis puluhan tahun, sebuah fenomena bahwa memang pemerintah kita berwatak penjajah.

Ketika mereka menuntut untuk merdeka, ancaman militer sebagai separatis harus mereka terima, dan Aceh pernah merasakan bagaiamana daerah itu menjadi sebuah Daerah operasi Militer yang konon menghilangkan ratusan rakyat aceh selama masa itu diberlakukan.

Ancaman penduduk perbatasan Indonesia malaysia untuk mengibarkan bendera malaysia adalah wujud protes bahwa mereka butuh perhatian, dan bukan tidak mungkin mereka memilih menjadi warga negara malaysia daripada menjadi warga negara Indonesia walaupun di cap tak memiliki jiwa nasionalisme, bagi mereka nasionalisme tidaklah penting, yang utama adalah mereka hidup layak sebagai rakyat.

Indonesia memang harus di format ulang, baik grand designnya, misi dan visinya maupun tata kelola negaranya. Memang  menghilangkan watak sebagai negara penjajah tidak mudah,  apalagi  ratusan tahun negeri ini di bawah pemerintahan penjajah belanda yang dikenal sebagai penjajah kemaruk yang mengesampingkan kemakmuran negeri negeri jajahannya.

Jiddan





Mengapa Kades Yusak Mengancam Kibarkan Bendera Malaysia pada HUT Kemerdekaan RI di Perbatasan?
13128094121050991965
history.blogspot.com

Menjelang perayaan HUT kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2011 nanti, Sang Saka Merah Putih sudah mulai terlihat berkibar di kampung-kampung di wilayah perbatasan Kalimantan Barat dengan Malaysia, khususnya di Kabupaten Kapuas Hulu. Ditanya soal rasa nasionalisme: penduduk perbatasan, sejauh pengamatan saya selama ini, masih merasa bangga menjadi bagian dari NKRI. Bagi mereka, secara prinsip: NKRI masih sebuah harga mati.

Akan tetapi, sebuah kasus malah mencuat belakangan ini dan telah diberitakan oleh beberapa media bahwa Yusak, Kepala Desa Mungguk Gelombang, Kecamatan Ketungai Tengah, Kabupaten Sintang, mengancam untuk mengibarkan bendera Malaysia di perbatasan pada HUT Kemerdekaan RI nanti. Bahkan Yusak, akan mengajak warganya untuk menjadi warga negara Malaysia.

Ancaman Yusak ini melahirkan berbagai tanggapan baik di tingkat pusat, propinsi maupun daerah. Semuanya seolah-olah baru tersadar dari tidur panjang seperti kambing kebakaran jenggot, ketika muncul ancaman separatis. Yang terjadi kemudian, saling menuding dan melempar kesalahan di antara pusat, propinsi, dan daerah. Pusat menyalahkan propinsi, propinsi menyalahkan kabupaten. Presiden menyalahkan Gubernur, gubernur menyalahkan Bupati. Semuanya saling melempar tanggung jawab tentang kondisi perbatasan yang sangat memprihatinkan sebagai “penyuluh” munculnya ancaman Kades tersebut.

Kepolisian dan TNI mengambil tindakan tegas: “akan menindak, jika ada warga yang berani mengibarkan bendera Malaysia di wilayah perbatasan pada HUT Kemerdekaan RI nanti, karena tugas mereka memastikan bahwa NKRI masih sebuah harga mati.

Pertanyaan autokritik bagi pemerintah adalah: “mengapa rakyat di perbatasan mulai berani mengeluarkan ancaman separatis? Bukan tanpa dasar, jika Yusak, yang mewakili suara hati masyarakat perbatasan sampai nekat memaklumatkan ancaman tersebut justru menjelang perayaan HUT Kemerdekaan. Karena bagi masyarakat perbatasan, apalah arti kemerdekaan itu, jika mereka masih belum mengecap kemerdekaan itu dalam arti yang sebenarnya? Ketika jalan ke tempat mereka masih seperti sebuah kubangan kerbau di musim hujan;  jika fasilitas kesehatan belum memadai dan harus jalan kaki berjam-jam, berhari-hari, hanya untuk membeli obat; jika mereka bahkan belum merdeka dari buta huruf karena minimnya bangunan sekolah dan guru; jika mereka lebih mudah mendapatkan “ringgit” daripada “rupiah;” jika barang-barang kebutuhan pokok dari Malaysia harganya jauh lebih terjangkau dibandingkan barang-barang dari Indonesia?

Di sisi lain, mereka hidup di dalam kawasan dengan Sumber Daya Alam yang kaya. Pertanyaan mereka sederhana: “ke mana dan untuk apa semua kekayaan alam dari pulau mereka?” Mereka hidup di dalam kolam susu, tetapi hanya menikmati ampasnya saja.

Rasa ketidakadilan terhadap pemerintahlah, yang “seolah-olah” atau mungkin saja “disengaja” telah menganatirikan mereka sejak kemerdekaan dari belenggu penjajah pada tahun 1945 sampai dengan hari ini, yang memicu munculnya suara-suara ancaman separatis.

Tidak cukup dengan tindakan reaktif apalagi represif kepada Yusak, atau rakyat mana pun di perbatasan yang mengancam seperti itu. Sebab selama ini pemerintah Indonesia ke mana? Berbuat apa terhadap mereka? Temukan akarnya yakni dengan tindakan menyembuhkan akarnya berupa perhatian, pembangunan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi, pendidikan, dll, terlebih dahulu dan dengan sendirinya suara-suara ancaman itu akan berhenti bahkan tidak menjadi sebuah kenyataan. Mengapa? Karena sesungguhnya “rasa nasionalisme masyarakat di perbatasan masih sangat kuat, dan NKRI bagi mereka, masih sebuah harga mati. Yang mereka tuntut hanyalah “kemerdekaan mereka bertahun-tahun dari belenggu penjajah harus juga bisa dikecap melalui perhatian pemerintah pusat, propinsi, maupun daerah bagi wilayah mereka.

Fajar

Sumber: kompasiana.com


Membangun Peradaban Islam Menuju Khilafah Islamiyah (Mengapa Umat Islam Takut Khilafah?

1312835231823889593

.
Kita sadari atau tidak, kita sering terjebak dalam diskusi dan impian adanya Khilafah Islamiyah denga pro dan kontra berkepanjangan , walaupun sebenarnya dalam pihak – pihak yang pro kontra tersebut belum mengenal Khilafah dan memcampur adukkan Khilafah dengan system Monarki Islam dan System Pemerintahahan Militer Islamiyah yang akhirnya menjadi Monarchi Islam juga.

Kalau dalam Negara Republik yang kepemimpinannya ditentukan oleh kekuatan Rakyat apapun bentuk dan ujudnya , maka pada Negara ini sedikitnya kita kenal dua system Pemerintahan, Presidensil dan Parlementer. Maka bila Pemerintahan ini menggunakan hukum Islam sebagai Hukum yang berlaku terjadilah satu Republik Islam. 

Begitu juga dalam Negara Kerajaan / Monarchi juga kita kenal beberapa bentuk , ada Monarchi Absolut, Monarchi Konstitsional, Monarchi Parlementer dan ada satu monarchi lagi yang akan saya sebut Monarchi Islam selain masih ada lagi satu Negara dengan system Pemerintahan Militer yang akhirnya akan bermuara pada Fasis dan dengan seorang Diktator. Tidak dapat ditolak bahwa disini juga ada kemungkinan munculnya seorang Diktator Islam.

Dan kita sadari bersama bahwa system pemerintahan yang banyak kita bicarakan temasuk istilah dan penyebutan sangat dipengaruhi oleh pemikiran Montesquieu dengan Trias Politica-nya. Sehingga sesuatu yang lepas dari konteks Pemikiran Montesquieu dianggap tidak memenuhi syarat sebagai satu konsep Pemerintahan.

Mengapa? Karena RI memang didirikan dalam konsep dasar Trias Polotica itu bahkan para pemikir Islam abad 20 pun hampir semua sudah tenggelam dalam pola pemikiran Montesquieu ini . Apakah tidak ada konsep Pemerintahan Islam ? pertanyaan ini akan segera terjawab ada ! yaitu Khilafah. Tapi benarkah si penjawab sudah mengenal Khilafah ? dalam penjelasannya biasanya si pengusung Ide Khilafah juga hanya meng-adopsi Pemikiran Montesquieu dan teman – temannya seperti JJ. Rosseau, Voltaire, John Locke, Termasuk sampai Karl Mark dengan menambahkan Syari’ah sebagai dasar hukumnya. Hasilnya apa ?
Sungguh Ironis, yang diusung sebenarnya adalah : Republik Islam , Monarchi Islam atau bahkan Rezim Militer Islam. Kalau mereka ditanya tentang seperti apa khilafah ? 

Maka Ottoman Turki akan menjadi rujukannya. Atau menunjuk jaman keemasan Baghdad dan Mesir yang semuanya adalah Monarchi Islam yang tidak ada Khilafah didalamnya, kecuali saat Pemerintahan Umar Ibnu Abdul Aziz.

Sebenarnya di Negeri ini pernah ada system Pemerintahan Islam, sayang kuatnya Semangat Feodal budaya Jawa yang bercampur didalamnya, telah merusak System Pemerintahan Islam yang semula sudah ditata dengan baik yaitu Peranan Walisanga dalam System Pemerintahan di Demak. Sungguh bila pola Pemerintahan kolektif yang Islami dengan meletakkan Dewan Syura sebagai puncak kekuatan tertinggi tanpa dikotori oleh Pemikiran Trias Politicanya Montesquieu dan semangat feodalisme Budaya Jawa , maka Pola Pemerintahan Kolektif Islam yang dilaksanakan secara Kaffah akan menjadi system pemerintahan terbaik yang pernah ada. Baru dari sana akan muncul Khilafah. Khilafah Islamiyah yang dirindukan umat Islam.


Apa sebenarnya Negara Islam, Pemerintahan Islam dan Khilafah Islamiyah ?

Sudah banyak Negara Islam Yang pernah berkembang dan yang akan diperjuangkan baik itu Republik Islam, Monarchi Islam maupun Pemerintahan Militer Islam . Sudah banyak contohnya yang berdiri, mencapai keemasan dan akhirnya tumbang.

Pemerintahan Islam seperti yang dicontohkan dan diserukan oleh Rasulullah dengan pengertian Kekuatan Islam yang mempunyai kekuatan untuk mengatur dan dipatuhi umat, pada Puncaknya adalah pada saat Nubuwah masih menyatu dengan khilafah, tapi pasca Rasulullah, tidak ada Nubuwah lagi dan kedudukkanya digantikan oleh Syura yang sebenarnya mempunyai kekuasaan tertinggi yang berhak menentukan siapa harus menjadi imam atau Khalifah.

Inilah pokok Pikiran Pertama :
Ttentang kekuasaan tertinggi dalam Islam, yaitu Dewan Syura yang mewakili umat dan yang kredibilitasnya sudah dijamin baik mengenai kejujuran, Keadilan, Kecerdasan yang lebih penting lagi adalah Ketaqwaannya pada Allah. Khalifah diangkat oleh Dewan ini yang akan mempertanggung jawabkan pada Umat .( Abu Bakar RA, Umar Bin Khattab.RA, Utsman Bin Affan RA. Dan Ali Bin Abu Thalib RA. Semua diangkat berdasarkan keputusan Syura ini dalam bentuk Awal Begitu juga dengan Umar Ibnu Abdul Aziz ).

Pokok Pikiran yang Kedua :
Dalam Kepemimpinan Islam tak satupun ada Calon Pemimpin / Dewan syura yang mencalonkan diri atau meminta orang lain untuk mencalonkan dirinya, melainkan semua berdasarkan penilaian umat yang menjadikan seseorang menjadi Panutan atas keteladanan yang dikakukan dan mendapat kepercayaan dari umat.
Bahkan Islam melarang memberikan amanah kepada seorang yang mencalonkan diri untuk dipilih sebagai pemimpin . ( System pemilihan Pemimpin yang akan bersih dari Money Politik, Suap/Riswah dan semua jenis KKN ).

Pokok Pemikiran Ketiga :
Tidak ada pemisahan Kekuasaan, karena Undang-undang sudah jelas melaksanakan Hukum hanya dari Hukum Allah. Pengawasan dan koreksi terhadap Pelaksanaan Pemerintahan tentang Hukum dan Pelaksanaan Peradilan semua ada pada Dewan Syura. Termasuk kelayakan , kemampuan dan tingkah laku seorang Khalifah dalam menetapkan hukum dan keadilan.
System ini tidak akan ada keraguan Hukum dan tumpang tindih dalam kekuasaan apa lagi lepas tangan terhadap satu tanggung jawab ( seperti yang terjadi di Negeri ini yang selalu mengatakan itu bukan kewenangan saya . Saya tidak akan melakukan intervensi ).

Pokok Pikiran Keempat :
Dalam Pemerintahan Islam hanya akan menempatkan seseorang dalam jabatan sesuai dengan keahliannya. ( Kerusakan akan terjadi bila sesuatau diserahkan kepada yang bukan ahlinya. ) Prinsip ini akan membawa Pemerintahan berjalan lancar , tanpa KKN, tanpa tanda balas budi. Para teknokrat betul-betul akan tersaring dan Pejabat Negara dari tingkat Mentri , Hakim , Polisi sampai jabatan yang terendah semua terbebas dari KKN karena semua ditetapkan berdasarkan kompetensi.

Pokok Pikiran Kelima tentang Khilafah :
Khilafah adalah satu system Kepemimpinan yang mengikuti keteladanan Rasulullah, yaitu bagaimana Rasulullah, berfikir, bersikap, bertindak dan akhlaq Rasulullah yang menjiwai pola pikir, sikap dan tindak tanduk serta akhlaq seorang Khalifah. Khilafah adalah Kepemimpinan Islam yang melekat pada seorang Pemimpin Islam dalam mengatur Negara, BUKAN SEKEDAR NEGARA ISLAM yang dipimpin oleh Seorang Khalifah.


Kesimpulan :
Negara Isam belum tentu membawa Khilafah Islamiyah.
Di Negara Republik, Monarchi bahkan diNegara yang di awali dengan Pemerintahan Militer sekalipun , bila kemudian Pemimpinnya , apapun ujudnya , bisa Raja, Presiden maupun Jendral Militer sekalipun bila kemudian melaksanakan Khilafah secara Kaffah, akan terujud Khilafah Islamiyah ( Contoh : Jaman Umar Ibnu Abdul Aziz / Khilafah melekat pada system Monarchi ).

Maka untuk mewujudkan khilafah bukan dengan serta merta memaksakan syariat Islam dengan kekuatan dimana Syariat Islam masih belum dibutuhkan oleh rakyatnya, atau bukan dengan kekuatan Militer dan Kekuasan Politik menjadikan Negara menjadi Negara Islam, apapun bentuknya karena yang muncul berikutnya adalah kekuatan Tyrani Islam. Tapi Khilafah Islamiyah akan terjadi bila Islam benar-benar telah menjadi Jalan dan Nafas Hidup bagi setiap elit dan Pimpinan suatu Negara. Untuk menuju kesana

Ibnu Dawam Azis
Sumber: kompasina.com

Pendidikan Jihad ala Amerika

Dalam sebuah lokakarya nasional yang beberapa waktu lalu saya ikuti, seorang pejabat dalam presentasinya, (mungkin) secara bercanda, berkata, “Yah, biasalah kayak di kampus-kampus, hidup mati adalah jihad.” Mungkin saja dia bercanda, menyindir orang-orang kampus yang semangat keislamannya tinggi dan menjadikan hidup-matinya sebagai jihad. Tapi, apa makna kata ‘jihad’ yang dipakai si pejabat ini? Jihad dalam arti konsistensi, bersungguh-sungguh, bekerja keras menjalani hidup agar selalu di jalan yang diridhoi Allah, atau ‘jihad’ yang sering dicitrakan oleh media propaganda Barat?

Sejak peristiwa 9/11, banyak orang yang masih terus terseret arus propaganda Barat: bahwa Islam adalah sumber terorisme, bahwa ajaran jihad adalah akar dari semua kekerasan di muka bumi. Apa dan bagaimana sebenarnya konsep jihad dalam Islam, biarlah ulama yang kompeten menjelaskannya. Kali ini saya hanya ingin menginformasikan bahwa jihad ala Taliban sesungguhnya hasil ‘pendidikan’ AS. Para jihadist ala Taliban itu sesungguhnya adalah murid-murid ‘madrasah’ AS.

Dalam bukunya, “America’s War on Terrorism” (2005), Prof. Michel Chossudovsky, menguraikan data-data betapa AS-lah sesungguhnya pendidik para jihadist ala Taliban. Berikut ini beberapa kutipannya.
“AS menghabiskan milyaran dolar untuk menyuplai sekolah-sekolah di Afghanistan dengan buku-buku teks berisi gambar-gambar kekerasan dan ajaran Islam militan… Buku-buku utama yang diisi dengan diskusi tentang jihad dan gambar-gambar pistol, peluru, tentara, dan granat, telah masuk ke dalam kurikulum utama sekolah Afghanistan. Bahkan Taliban menggunakan buku-buku yang diproduksi AS.” (Washington Post, 23 March 2002).

“Iklan-iklan, dibayar dengan dana CIA, dipasang di koran-koran dan newsletters di seluruh dunia, menawarkan bujukan dan motivasi untuk bergabung dengan Jihad [Islami].” (Pervez Hoodbhoy, Peace Research, 1 May 2005).

“Bin Laden merekrut 4000 sukarelawan dari negaranya sendiri dan membangun hubungan yang dekat dengan pemimpin mujahidin yang paling radikal. Dia juga berhubungan dekat dengan CIA, … (Tapi) sejak September 11, [2001] pejabat CIA mengklaim bahwa mereka tidak memiliki hubungan langsung dengan Bin Laden.” (Phil Gasper, International Socialist Review, November-December 2001) 


Berikut ini beberapa fakta penting terkait Bin Laden dan pendidikan jihad oleh AS, yang diungkapkan oleh Prof. Chossudovsky:

-Osama bin Laden, direkrut oleh CIA tahun 1979, yaitu pada masa paling awal ketika dimulainya ‘program pendidikan jihad’ oleh AS. Saat itu dia berusia 22 tahun dan dilatih di sebuah kamp gerilyawan yang disponsori CIA.

-Presiden Ronald Reagan bertemu dengan pimpinan Mujahidin di Gedung Putih tahun 1985. Pada era Reagan pula dimulai operasi rahasia untuk mendukung berkembangnya “fundamentalisme Islam”. Pelaku operasi ini pula yang berperan kunci saat peluncuran “Perang Melawan Terorisme Global” segera setelah Peristiwa 9/11. Kebijakan luar negeri era Reagan adalah mendukung “Islamic freedom fighters” (antara lain, AS mendukung Taliban -konon-untuk membebaskan Afghanistan dari penjajahan Soviet). Kini, mereka yang disebut “Islamic freedom fighters” itulah yang dilabeli sebagai “Islamic terrorists”.

 
Pertemuan Reagan-Mujahidin di Gedung Putih
sumber: www.globalresearch.ca

-Dalam usaha pendidikan jihad ala AS ini, AS bekerjasama dengan misi Wahabi dari Arab Saudi. Taliban berarti “pelajar”; yaitu pelajar di madrasah-madrasah yang didirikan oleh Wahabi dengan dukungan CIA. Sistem pendidikan di Afghanistan sebelum penjajahan Soviet adalah pendidikan sekuler. Namun, sejak dimulainya operasi rahasia CIA dalam pengembangan fundamentalisme Islam, jumlah madrasah bertambah pesat. Pada tahun 1980, jumlah madrasah hanya 2.500, hingga kini meningkat jadi lebih dari 39.000.
 
- ISI (agen rahasia Pakistan) juga terlibat dalam operasi CIA ini dengan cara merekrut dan mentraining Mujahidin. Dalam era 1982 hingga 1992, terhitung 35.000 muslim dari 43 negara-negara muslim di seluruh dunia direkrut ISI untuk berjihad di Afghan. Di Pakistan juga didirikan madrasah-madrasah yang didanai Arab Saudi dengan dukungan AS, untuk “inculcating Islamic values” (menanamkan nilai-nilai Islam).


Pertanyaannya, Islamic value yang mana? 

Ketika akhirnya Taliban berkuasa, dunia disodori jenis pemerintahan Islam yang mengerikan: perempuan diwajibkan mengenakan burqa, dilarang sekolah dan bekerja, perempuan lebih baik mati daripada ditangani oleh dokter laki-laki, kekayaaan arkeologi Afghan, yaitu patung Budha Bamiyan, dihancurkan, dll. Ketakutan menyebar ke seluruh dunia. Islam identik dengan kekerasan, penindasan, fanatisme buta, brutalitas, anti-toleransi.

Puncaknya adalah ketika teror 911 terjadi. Tanpa penyelidikan lebih dahulu, Bush langsung menuduh Bin Laden sebagai pelakunya, meskipun sejumlah pertanyaan penting masih belum terjawab: bagaimana sebuah kelompok ‘primitif’ dari gurun Afghanistan bisa merancang sebuah aksi teror supercanggih? Bagaimana pesawat-pesawat itu bisa lolos dari radar dan sistem pengamanan udara supercanggih AS sehingga bisa membelokkan jalur penerbangan dan menabrak WTC? Bagaimana mungkin ‘hanya’ satu pesawat bisa merontokkan sebuah gedung sangat tinggi dan sangat perkasa seperti WTC? Tidak pernah ada jawaban resmi dari AS. Jawaban yang diulang-ulang hanyalah: Al Qaeda-Taliban-Bin Laden adalah pelakunya. Jaringan ‘teroris Islam’ ada di seluruh dunia, karena itu perang melawan terorisme harus dilancarkan di seluruh dunia.

Propaganda tentang teroris Islam terus dilancarkan hingga hari ini. Baru-baru ini, ketika teror terjadi di Norwegia, dalam sekejap tudingan langsung ditujukan kepada “teroris Islam”. Tak ada kata maaf dari media-media massa Barat yang terlanjur menuduh itu, ketika akhirnya terbukti bukan orang muslim yang melakukannya.

Ironisnya, sebagian kaum muslimin pun termakan propaganda ini dan menentang keras (atau minimalnya sinis) pada segala sesuatu yang berbau pemerintahan Islam. AS pun dianggap sah-saja hadir di Afghanistan, Iran, Irak, Libya, dan di seluruh dunia Islam, untuk membebaskan masyarakatnya dari ‘ketertindasan’.

©Dina Y. Sulaeman

Sumber: kompasiana.com

Pancasila: Ayat-Ayat Dusta Di Mata Bangsa

http://www.nias-bangkit.com/wp-content/uploads/2011/05/pancasila.jpg

Hari bahagia kelahiran pancasila sejatinya dirasa oleh segenap bangsa Indonesia, tanpa terkecuali. Benar, hari kelahiran manual bangsa ini disemarakkan dengan beragam adegan dan agenda. Diantaranya dengan mengulang kembai makna utama yang tertanam dalam pancasila “menghapal butir-butir pancasila” seperti yang dilakukan oleh salah satu walikota dengan menjadikan hapal pancasila sebagai syarat dalam pembuatan kartu tanda penduduk.

Lain halnya dengan pertunjukan yang digelar oleh komunitas social movement “Komuniaksi” yang menyuarakan Pancasila sebagai manual bangsa dalam rangka memulihkan kembali ruh pancasila di hati bangsa, terutama para generasi muda bangsa. (bisa dibaca di www.komuniaksi.com).

Pancasila adalah ayat-ayat dusta. itulah rangkuman yang saya peroleh dari hari lahir pancasila ini. Kenapa demikian? Ayat-ayat pancasila yang lima itu seakan menjadi racun dalam gelas sehingga banyak pihak yang menjauh darinya, kenapa? Karena pancasila sifatnya aturan yang mengatur bukan aturan yang dapat diatur, sehingga tak banyak yang mencari aturan lain yang dapat diatur dan diolah kembali oleh otak kepala sendiri.

Pancasila adalah ayat-ayat dusta. karena pemiliknya, karena orang yang menganggapnya punya tidak menganggap lagi pancasila sebagai pemiliknya, mungkin saja dianggap sebagai anak tiri atau bahkan lebih dari itu. Sedang yang diharapkan bersama adalah pancasila “jangan seperti dulu, Pancasila jangan berhenti pada kognitif, apalagi diperalat, sehingga Pancasila disalahgunakan dan akhirnya dijauhi. Pancasila harus ada dalam diri kita, lalu amalkan dan beri contoh, jangan justru memperalat Pancasila,” (ungkap buya Syafi’I di salah satu warta berita).

Kedustaan pemilik pancasila semakin menjadikan ayat-ayat pancasila sebagai ayat dusta. Ayat-ayat pancasila yang hanya dirayakan (bukan berarti menyalahkan perayaannya), yang hanya digelar dengan orasi-orasi pemulihan nilai-nilai pancasila. Namun, pada rilnya pancasila tak ubahnya perayaan hari agama yang hanya menjadi ritual dan rutinitas belaka tanpa ada resapan makna dari kaum dan pemeluk agamanya.

Pilihannya adalah Menjadikan Pancasila sebagai ayat-ayat bangsa atau sebagai ayat-ayat dusta. Sebagai konsekuensi jika sebagai ayat-ayat bangsa berarti setiap warga negara wajib mengenal, menghapal dan mengaplikasikan dari setiap ayat-ayat pancasila sebagai implementasi kesadaran bagsa akan pentingnya aturan dalam nuansa keragaman dan kemajemukan warga Indonesia. Dan jika dianggap sebagai ayat-ayat dusta berarti warga Indonesia tak perlu capek-capek merayakan hari lahir pancasila, tak perlu Indonesia ada aturan atau memang dianggap Indonesia tak butuh aturan lagi!!.

Sejatinya nilai mendasar peringatan lahirnya pancasila sebagai wahana introspeksi diri, keluarga, masyarakat dan bangsa atas segala bentuk agenda negara yang selama ini digulirkan. Pinilaian negatif yang terus membanjiri para wakil rakyat tentunya juga menjadi penilaian tersendiri untuk melihat kembali kehidupan berbangsa dan bernegara melalui kacamata Pancasila yang mengajak kepada keluhuran, kemanusiaan, keadailan, dan persatuan. 

Fachroel Dien

Sumber: kompasiana.com

Kerajaan MAJAPAHIT Adalah Kerajaan Islam?


Koin kuno bertuliskan kalimat syahadat


Seorang sejarawan pernah berujar bahwa sejarah itu adalah versi atau sudut pandang orang yang membuatnya. Versi ini sangat tergantung dengan niat atau motivasi si pembuatnya. Barangkali ini pula yang terjadi dengan Majapahit, sebuah kerajaan maha besar masa lampau yang pernah ada di negara yang kini disebut Indonesia. Kekuasaannya  membentang luas hingga mencakup sebagian besar negara yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara. Namun demikian, ada sesuatu yang ‘terasa aneh’ menyangkut kerajaan yang puing-puing peninggalan kebesaran masa lalunya masih dapat ditemukan di kawasan Trowulan Mojokerto ini.

Sejak memasuki Sekolah Dasar, kita sudah disuguhi pemahaman bahwa Majapahit adalah sebuah kerajaan Hindu terbesar yang pernah ada dalam sejarah masa lalu kepulauan Nusantra yang kini dkenal Indonesia. Inilah sesuatu yang terasa aneh tersebut. Pemahaman sejarah tersebut seakan melupakan beragam bukti arkeologis, sosiologis dan antropologis yang berkaitan dengan Majapahit yang jika dicerna dan dipahami secara ‘jujur’ akan mengungkapkan fakta yang mengejutkan sekaligus juga mematahkan pemahaman yang sudah berkembang selama ini dalam  khazanah sejarah masyarakat Nusantara.


‘Kegelisahan’ semacam inilah yang mungkin memotivasi Tim Kajian Kesultanan Majapahit dari Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta untuk melakukan kajian ulang terhadap sejarah Majapahit. Setelah sekian lama berkutat dengan beragam fakt-data arkeologis, sosiologis dan antropolis, maka Tim kemudian menerbitkannya dalam sebuah buku awal berjudul ‘Kesultanan Majapahit, Fakta Sejarah Yang Tersembunyi’. Buku ini hingga saat ini masih diterbitkan terbatas, terutama menyongsong Muktamar Satu Abad Muhammadiyah di Yogyakarta beberapa waktu yang lalu.

Sejarah Majapahit yang dikenal selama ini di kalangan masyarakat adalah sejarah yang disesuaikan untuk kepentingan penjajah (Belanda) yang ingin terus bercokol di kepulauan Nusantara. Akibatnya, sejarah masa lampau yang berkaitan dengan kawasan ini dibuat untuk kepentingan tersebut. Hal ini dapat pula dianalogikan dengan sejarah mengenai PKI. Sejarah yang berkaitan dengan partai komunis ini yang dibuat di masa Orde Baru tentu berbeda dengan sejarah PKI yang dibuat di era Orde Lama dan bahkan era reformasi saat ini.

Hal ini karena berkaitan dengan kepentingan masing-masing dalam membuat sejarah tersebut. Dalam konteks Majapahit, Belanda berkepentingan untuk menguasai Nusantara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Untuk itu, diciptakanlah pemahaman bahwa Majapahit yang menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia adalah kerajaan  Hindu dan Islam masuk ke Nusantara belakangan dengan mendobrak tatanan yang sudah berkembang dan ada dalam masyarakat.

Apa yang diungkapkan oleh buku ini tentu memiliki bukti berupa fakta dan data yang selama ini tersembunyi atau sengaja disembunyikan. Beberapa fakta dan data yang menguatkan keyakinan bahwa kerajaan Majpahit sesungguhnya adalah kerajaan Islam atau Kesultanan Majapahit adalah sebagai berikut:

1. Ditemukan atau adanya koin-koin emas Majapahit yang bertuliskan kata-kata ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’. Koin semacam ini dapat ditemukan dalam Museum Majapahit di kawasan Trowulan Mojokerto Jawa Timur. Koin adalah alat pembayaran resmi yang berlaku di sebuah wilayah kerajaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sangat tidak mungkin sebuah kerajaan Hindu memiliki alat pembayaran resmi berupa koin emas bertuliskan kata-kata Tauhid.

2. Pada batu nisan Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang selama ini dikenal sebagai Wali pertama dalam sistem Wali Songo yang menyebarkan Islam di Tanah Jawa terdapat tulisan yang menyatakan bahwa beliau adalah Qadhi atau hakim agama Islam kerajaan Majapahit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Agama Islam adalah agama resmi yang dianut oleh Majapahit karena memiliki Qadhi yang dalam sebuah kerajaan berperan sebagai hakim agama dan penasehat bidang agama bagi sebuah kesultanan atau kerajaan Islam.

3. Pada lambang Majapahit yang berupa delapan  sinar matahari terdapat beberapa tulisan Arab, yaitu shifat, asma, ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah, tauhid dan dzat. Kata-kata yang beraksara Arab ini terdapat di antara sinar-sinar matahari yang ada pada lambang Majapahit ini. Untuk lebih mendekatkan pemahaman mengenai lambang Majapahit ini, maka dapat dilihat pada logo Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, atau dapat pula dilihat pada logo yang digunakan Muhammadiyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Majapahit sesungguhnya adalah Kerajaan Islam atau Kesultanan Islam karena menggunakan logo resmi yang memakai simbol-simbol Islam.

4. Pendiri Majapahit, Raden Wijaya, adalah seorang muslim. Hal ini karena Raden Wijaya merupakan cucu dari Raja Sunda, Prabu Guru Dharmasiksa yang sekaligus juga ulama Islam Pasundan yang mengajarkan hidup prihatin layaknya ajaran-ajaran suf, sedangkan neneknya adalah seorang muslimah, keturunan dari penguasa Sriwijaya. Meskipun bergelar Kertarajasa Jayawardhana yang sangat bernuasa Hindu karena menggunakan bahasa Sanskerta, tetapi bukan  lantas menjadi justifikasi bahwa beliau adalah seorang penganut Hindu. Bahasa Sanskerta  di masa lalu lazim digunakan untuk memberi penghormatan yang tinggi kepada seseorang, apalagi seorang raja. Gelar seperti inipun hingga saat ini masih digunakan oleh para raja muslim Jawa, seperti Hamengku Buwono dan Paku Alam Yogyakarta serta Paku Buwono di Solo. Di samping itu, Gajah Mada yang menjadi Patih Majapahit yang sangat terkenal terutama karena Sumpah Palapanya ternyata adalah seorang muslim. Hal ini karena nama aslinya adalah Gaj Ahmada, seorang ulama Islam yang mengabdikan kemampuannya dengan menjadi Patih di Kerajaan Majapahit. Hanya saja, untuk lebih memudahkan penyebutan yang biasanya berlaku dalam masyarakat Jawa, maka digunakan Gajahmada saja. Dengan demikian, penulisan Gajah Mada yang benar adalah Gajahmada dan bukan ‘Gajah Mada’. Pada nisan makam Gajahmada di Mojokerto pun terdapat tulisan  ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’ yang menunjukkan bahwa Patih yang biasa dikenal masyarakat sebagai Syeikh Mada setelah pengunduran dirinya sebagai Patih Majapatih ini adalah seorang muslim.

5. Jika fakta-fakta di atas masih berkaitan dengan internal Majapahit, maka fakta-fakta berikut berhubungan dengan sejarah dunia secara global. Sebagaimana diketahui bahwa 1253 M, tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan menyerbu Baghdad yang dikatakan sebagai pembalasan terhadap sikap para penguasa Abbasiyah yang seringkali menghina dan menistakan keturunan Rasulullah. Akibatnya, Timur Tengah berada dalam situasi yang berkecamuk dan terjebak dalam kondisi konflik yang tidak menentu. Dampak selanjutnya adalah terjadinya eksodus besar-besaran kaum muslim dari Timur Tengah, terutama para keturunan Nabi yang biasa dikenal dengan ‘Allawiyah. Kelompok ini sebagian besar menuju kawasan Nuswantara (Nusantara) yang memang dikenal memiliki tempat-tempat yang eksotis dan kaya dengan sumberdaya alam dan kemudian menetap dan beranakpinak di tempat ini. Dari keturunan pada pendatang inilah sebagian besar penguasa beragam kerajaan Nusantara berasal, tanpa terkecuali Majapahit.

Iniilah beberapa bukti dari fakta dan data yang mengungkapkan bahwa sesungguhnya Majapahit adalah Kesultanan Islam yang berkuasa di sebagian besar kawasan yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara ini. Sekali lagi terbukti bahwa sejarah itu adalah versi, tergantung untuk apa sejarah itu dibuat dan tentunya terkandung di dalamnya beragam kepentingan. Wallahu A’lam Bishshawab.

_______________
Disarikan dari buku: Herman Sinung Janutama,  ‘Kesultanan Majapahit, Fakta Yang Tersembunyi’, LJKP Pangurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta. Edisi Terbatas Muktamar Satu Abad Muhammadiyah Yogyakarta Juli 2010   .
Oleh Pahrudin HM, MA

link : http://roedijambi.wordpress.com/2010/07/24/menguak-rekayasa-sejarah-majapahit/
Sumber:kamaluddinm09.student.ipb.ac.id