Senin, 28 November 2011
Masjid Rahmatan Lil ’Alamin Monumen Milenium Ketiga
Ma’had Al-Zaytun (MAZ) benar-benar merubah paradigma berpikir khalayak ramai dari anggapan bahwa pesantren itu kumuh menjadi pesantren itu bersih, megah, gagah dan modern. Segagah sejarah pesantren yang mampu bertahan melintasi berbagai tantangan dari sejak beberapa abad lalu hingga kini.
Semua bangunan gedung di ma’had modern komprehensif ini bukan hanya bersih, megah dan gagah untuk sesaat, melainkan dibangun berdaya tahan lebih lima ratusan tahun bahkan bisa puluhan abad, setara bangunan-bangunan monumental di dunia, yang sudah mengukir sejarah pada zamannya. Terutama bangunan Masjid Rahmatan Lil ‘Alamin yang merupakan induk dari semua karya besar yang menumental di ma’had ini, yang kelak diyakini akan diukir sejarah sebagai simbol kebesaran dan kebangkitan bangsa ini.
Gaya arsitekturnya pun merupakan perpaduan menyeluruh dari semua gaya arsitektur yang ada di dunia ini. Gaya arsitektur bernilai estetika universal, yang di ma’had ini disebut sebagai gaya arsitektur rahmatan Lil ‘alamin.
Pendek kata, MAZ yang semua bangunan dan kegiatannya berpusat pada Masjid Rahmatan Lil ‘Alamin, dibangun sebagai sebuah kawasan pendidikan terpadu yang monumental dalam abad 21 ini. Hingga kelak, sampai berabad-abad ke depan, MAZ akan dicatat sejarah menjadi sebuah monumen fenomenal milenium ketiga.
Diyakini, kelak, bagi generasi berikutnya, monumen ini akan bernilai sejarah setara dengan bangunan-bangunan monumental dunia yang sudah tercatat dalam sejarah zamannya masing-masing. Seperti, bangunan monumental Islam kompleks Masjid Cordoba, Istana Al-Hamra dan Medinat az-Zahra di Spanyol. Juga bangunan-bangunan monumental Romawi, Mesir, Dinasti Cina klasik, kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha yang bersejarah dan mampu bertahan ratusan sampai ribuan tahun.
Setiap bangunan yang didirikan di MAZ, diprogram harus memenuhi persyaratan pokok yakni berdaya tahan lama, aman untuk difungsikan sesuai hajat ma’had. Setiap bangunan itu harus cukup kuat dan berkemampuan memikul pembebanan yang terjadi baik pembebanan vertikal maupun horizontal dalam jangka waktu lama. Kekuatan itu dirancang dengan penggunaan kekuatan elemen-elemen (material) konstruksi berkualitas dan proses pengerjaan yang telaten dan cerdas.
Dalam hal sistem kontrol mutu bangunan dilakukan dengan sistem pengendalian sumber daya yang disebut BMW, singkatan dari biaya, mutu dan waktu. Semua dikontrol sejak awal, baik mutu manusia, mutu bahan bangunan maupun mutu peralatan bangunannya.
Salah satu hal yang amat menarik dalam proses dan sistem pembangunan di Ma’had Al-Zaytun, semua dilakukan oleh tenaga profesional ma’had sendiri yang teruji handal dan memegang prinsip ibadah, akhlak dan amanah. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pemeliharaan berada dalam satu manajemen internal yang terpadu dan terkendali tanpa batas waktu, 24 jam setiap harinya.
Dengan manajemen pembangunan seperti ini, bukan saja kualitas bangunannya yang bisa dijamin, juga soal pembiayaannya yang jauh lebih rendah, 1 : 3. Artinya, pembiayaannya hanya 1/3 dari biaya jika dikerjakan secara konvensional. Maklum, di MAZ ini selain tidak ada birokrasi yang panjang dan berbelit, juga dijamin tidak ada korupsi.
Sistem manajemen dan proses pembangunan di MAZ ini tidaklah asal ada dan asal jadi. Sejak awal Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) telah merencanakannya sedemikian matang. Kemudian dibentuk tim pelaksana pembangunan pada pertengahan Mei 1995. Tim pembangunan itu menerima amanah untuk bertugas dan bertanggung jawab mewujudkan bangunan-bangunan yang dihajatkan sebagaimana telah direncanakan dalam bentuk master plan Ma’had Al-Zaytun. Master plan itu ditetapkan bersama di bawah pimpinan Syaykh al-Ma’had AS Panji Gumilang, selaku grand architect-nya.
Kemudian, dalam perkembangan berikutnya, untuk memperkuat perencanaan, termasuk bidang arsitektur, Tim Ma’had Al-Zaytun yang langsung dipimpin oleh Syaykh al-Ma’had AS Panji Gumilang, dengan anggota tim M Natsir Abdul Qadir, M Yusuf Rasyidi dan Ir Bambang Abdul Syukur, melakukan studi banding ke Eropa, khususnya ke Andalusia. Studi banding ini, selain menyangkut hal yang berkaitan dengan masalah pendidikan pada umumnya, juga secara khusus menelusuri lengkung-lengkung arsitektur dunia yang mengundang kekaguman umat manusia sampai ratusan tahun.
Kunjungan itu telah pula memperluas wawasan dan memompakan spirit yang lebih besar serta meresapkan sentuhan-sentuhan keindahan karya-karya besar arsitektur klasik dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan ma’had ini. Semua masukan itu memberi kekayaan ide arsitektur bernilai karsa dan estetika tinggi dan universal dalam rancang bangun gedung-gedung di Ma’had Al-Zaytun, terutama rancang bangun Masjid Rahmatan Lil ‘Alamin.
Maka jika mengamati seluruh konstruksi dan arsitektur bangunan di ma’had ini, terutama rancang bangun dan arsitektur Masjid Rahmatan Lil ’Alamin, tak berlebihan bila perencana dan arsitek di MAZ ini dapat disejajarkan dengan arsitek Abbasiyah yang membangun kompleks Masjid Cordoba, Istana Al-Hamra dan Medinat az-Zahra di Spanyol. Atau Salman al-Farisi yang merancang pembuatan khandaq (parit) yang mengelilingi kota Madinah.
Sebagaimana karya arsitek Abbasiyah dan Salman al-Farisi yang dicatat dalam sejarah zamannya masing-masing, begitu pula karya tim perancang pembangunan MAZ ini kelak pantas dicatat sejarah zamannya yang membangun bangunan-bangunan monumental yang kelak menjadi bukti sejarah kebangkitan Islam dan kebangkitan bangsa ini.
Masjid Rahmatan Lil ’Alamin
Masjid adalah inti dan pusat kegiatan seluruh penghuni Ma’had Al-Zaytun (MAZ). Di kampus ini santri dilatih dan dibiasakan hidup beribadah, melaksanakan salat baik itu Isya, Subuh, Zuhur, Asar dan Magrib secara berjamaah, sekaligus berdisiplin dalam tradisi kepesantrenan, namun hidup dalam suasana dan manajemen modern.
Untuk itu pertama kali dibangun Masjid Al-Hayat, sebagai masjid persiapan I’dadi, di atas tanah seluas 5.000 m2 berlantai tiga berdaya tampung kurang lebih 7.000 jamaah. Peletakan batu pertamanya dilakukan pada 1 Januari 1999 dan pengerjaannya selesai dalam kurun waktu 3 bulan. Kemudian, sehubungan pesatnya pertambahan jumlah santri dan penghuni MAZ menyebabkan Masjid Al-Hayat sudah tidak mampu lagi menampung jamaah, baik pada hari-hari biasa maupun Jumat.
Sehingga MAZ harus secepatnya membangun sebuah masjid besar yang diberi nama Masjid Rahmatan Lil ’Alamin. Masjid ini berdiri di atas tanah 6,5 hektar, berukuran seluas 99 x 99 m berlantai 6 (enam), yang dapat menampung 150.000 jamaah. Sebuah masjid terbesar di dunia. Masjid yang tengah dibangun ini memerlukan biaya kurang lebih 14 juta dollar Amerika atau sekitar Rp 135 milyar. Setelah Masjid Rahmatan Lil ’Alamin digunakan, bangunan Al-Hayat akan difungsikan menjadi perpustakaan MAZ.
Peletakan batu asas masjid Rahmatan Lil ’Alamin dilakukan pada tahun baru Hijriah 1 Muharam 1421 H oleh R Nuriana, Gubernur Jawa Barat saat itu. Pembangunan masjid ini boleh dibilang merupakan satu tonggak sejarah pembangunan sebuah simbol dan monumen kebesaran umat Islam di negeri ini. Di samping memiliki areal yang luas dengan daya tampung yang besar, Masjid Rahmatan Lil ’Alamin, juga mempunyai seni artistik yang tinggi, ditambah dengan dom (kubah) yang besar yang dilapisi bahan seperti emas yang maknanya agar Indonesia dapat tampil berkualitas emas.
Suasana saat berlangsungnya pelaksanaan acara peletakan batu asas tersebut begitu meriah. Selain Gubernur Jawa Barat turut hadir pula seluruh Kepala Daerah Tingkat dua yang ada di Jawa Barat, juga kelompok-kelompok pengajian yang datang dari berbagai penjuru Indonesia dan para undangan dari dalam negeri serta dari negeri jiran Singapura dan Malaysia, ditambah ribuan masyarakat yang ingin berpartisipasi bersodaqoh untuk pembangunan masjid Rahmatan Lil ’Alamin.
Kemudian, peletakan batu pertama masjid Rahmatan Lil ’Alamin ini dilangsungkan setelah masa 100 hari sejak dimulainya perletakan batu asas. Bermakna bahwa selama 100 hari setiap tamu yang berkunjung ke MAZ diperkenankan untuk ikut andil meletakan batu asasnya.
Sebagai simbol keberadaan umat Islam, sudah barang tentu apabila pembangunan sebuah masjid menggambarkan nilai-nilai keimanan dan ajaran-ajaran Islam itu sendiri, sebagaimana diuraikan oleh Syaykh al-Ma’had Dr Abdussalam Panji Gumilang dalam penjelasannya mengenai filosofi pembangunan masjid Rahmatan Lil ’Alamin.
Luas bangunan 99 x 99 m merupakan filosofi dari sifat-sifat Allah (Asmaul Husna) yang berjumlah 99. Bila diputar ke arah mana saja, angka ini tidak akan pernah berubah, bermakna selalu punya nilai yang sama yaitu 99. Sedangkan, filosofi enam lantai masjid adalah Arkanul Iman, rukun iman yang berjumlah enam. Keenam lantai tersebut secara keseluruhan mempunyai ketinggian 33 m yang mempunyai filosofi jumlah tasbih, tahmid dan takbir setelah salat. Tinggi tiang masing-masing lantai lima meter, ini mempunyai filosofi Arkanul Islam, rukun Islam yang berjumlah lima.
Selain memiliki kubah yang besar masjid Rahmatan Lil ’Alamin juga dilengkapi dengan kubah yang kecil sebanyak empat buah. Filosofinya sebagai perwujudan bahwa Indonesia mengenal berbagai madzhab. Juga mempunyai menara yang tingginya 68 m, dengan luas lantainya 24x 24 m, ini filosofinya adalah Al-Khulafa al-Rasyidun.
Pada kesempatan peletakan asas itu juga bagi seluruh undangan baik itu kelompok ataupun perorangan yang ingin bersodaqoh, diminta tampil ke atas panggung dengan menyebutkan berapa banyak jumlah yang ingin disodaqohkan baik itu berupa uang ataupun semen. Setelah itu, mereka semua ikut berpartisipasi dalam perletakan batu asas. Dari sodaqoh para undangan tersebut diperoleh dana yang besarnya puluhan milyar rupiah bahkan hampir mendekati jumlah dana yang dianggarkan yaitu sebesar 14 juta dolar AS (Rp 135 milyar).
Dimulai dari Jakarta yang menamakan kelompok pengajian Falatehan Jayakarta bersodaqoh 3.000 tiang, atau sebesar 30 milyar rupiah. Kemudian kelompok pengajian Parahiyangan Bandung bersodaqoh 1.000 tiang, atau sebesar 10 milyar rupiah. Kelompok Ronggo Warsito Jawa Tengah bersodaqoh sebesar 10 milyar rupiah. Kelompok pengajian Tombo Ati Jawa Timur bersodaqoh sebesar 10 milyar rupiah. Kelompok Pengajian Sunan Gunung Jati Cirebon bersodaqoh sebesar 2,5 milyar rupiah, Malaysia RM 12.000 atau sebesar 3,5 milyar.
Kemudian, kelompok pengajian Lancang Kuning Riau bersodaqoh sebesar 30 juta rupiah. Kelompok pengajian asal Lampung 50 juta rupiah, kelompok pengajian Bali 20 juta rupiah, dan kelompok pengajian Sumatera Barat 20 juta rupiah. Kelompok pengajian Sumatera Selatan 50 juta rupiah. Kelompok pengajian Kalimantan Timur 20 juta rupiah.
Kelompok pengajian Timor Lorosae 10 juta rupiah, dan kelompok pengajian NTB 30 juta rupiah. Kelompok Pengajian Jambi 20 juta rupiah. Wali santri asal Kalimantan Selatan 300 sak semen. Kelompok pengajian Bengkulu 26 juta rupiah. Kelompok pengajian Kalimantan Barat 20 juta rupiah. Eksponen yayasan 250 tiang atau sebesar 2,5 milyar. Keluarga Bapak Salim 120 juta, dan masih banyak lagi yang kesemuanya ini tentunya merupakan perwujudan kebesaran dan kesatuan umat Islam.
Arsitektur Dunia
Pelaksanaan pembangunan masjid ini dilakukan dengan telaten. Untuk sistem pondasi, misalnya, dibuat dengan sistem pondasi kapal. “Sebenarnya, nama resminya raft foundation atau pondasi rakit. Namun, kalau rakit maknanya kecil maka kami sempurnakan menjadi pondasi kapal,” jelas Ir Djamal M Abdat, Pimpinan Tanmiyah MAZ.
Sementara, untuk menyempurnakan desain Masjid Rahmatan Lil ’Alamin, Syaykh al-Ma’had, langsung memimpin tim beranggota M Natsir Abdul Qadir, M Yusuf Rasyidi dan Ir Bambang T Abdul Syukur, pada akhir Oktober melakukan perjalanan ke Spanyol untuk melihat secara langsung model arsitektur di Al-Hambra, Cordoba yang terkenal itu. Kemudian ke Mesir, untuk melihat model bangunan arsitektur masjid-masjid bersejarah yang punya nilai arsitektur yang tinggi.
Dalam aplikasi gaya arsitektur, semuanya dipertimbangkan secara matang. Gaya itu harus punya nilai estetika universal, tidak cenderung kepada suatu etnik lokal atau antipati terhadap nilai-nilai estetika tertentu. Syaykh al-Ma’had selalu berpesan, tidak ada dikotomi arsitektur Islam, gothic atau tradisional.
Arsitektur Masjid Rahmatan Lil ’Alamin dibuat dengan memadukan model arsitektur di seluruh dunia. Hal ini dilakukan karena Masjid Rahmatan Lil ’Alamin akan menjadi sebuah masjid monumental karya umat Islam di abad 21 ini akan menjadi rahmat bagi semua orang. Gaya arsitekturnya merupakan perpaduan menyeluruh dari semua gaya arsitektur yang ada di dunia ini.
Bahkan, rencananya masjid ini akan dilapisi oleh granit, mulai seluruh lantai dan dindingnya. “Untuk keperluan ini tak kurang dari 70.000 meter persegi granit yang dibutuhkan”, jelas Syaykh al-Ma’had. Dan sesuai dengan namanya Rahmatan Lil ’Alamin, masjid yang akan menebar rahmat, menebar kasih hingga akan tercipta hubungan silaturahmi yang tidak ada putus-putusnya.
Sepenggal Pengalaman Pekerja
Barangkali menarik dikisahkan sepenggal pengalaman para pekerja kontruksi yang terlibat dalam pembangunan Masjid Rahmatan Lil ’Alamin ini. Terutama mereka yang bekerja di ketinggian ketika merangkai kerangka lengkung struktur pembentuk kubah besar masjid ini. Bekerja di ketinggian bukan pekerjaan yang bisa dilakukan sembarang orang. Orang yang takut ketinggian jangan harap bisa melakukannya. Selain itu, mereka harus memiliki ketahanan mental dan fisik, sebab pada ketinggian 40 meter ke atas, angin berhembus lebih kencang daripada di daratan. “Di ketinggian 15 meter saja angin sudah kencang,” kata salah seorang karyawan MAZ sub unit erection.
Sekadar pembanding, memanjat sebuah tower transmisi listrik saja sudah memerlukan tenaga besar. Sampai di atas bukan tujuan akhir melainkan hanya sebuah langkah awal. Di ketinggian itu mereka mesti melakukan pekerjaan spesifik yang terkadang dilakukan sambil berdiri di atas sebatang besi kerangka. Begitu pula dalam proses ereksi kerangka bangunan yang di MAZ seluruhnya menggunakan baja WF. Terkadang seorang petugas mesti bergelayutan di rangka-rangka baja yang sedang dikerek tower crane.
Pemandangan menegangkan begitu terasa ketika para petugas sub unit erection tengah merangkai kerangka-kerangka lengkung struktur pembentuk kubah besar mesjid ini. Bayangkan mereka harus bergelayutan dan memanjat baja WF lengkung sepanjang 24 m di atas ketinggian 80 m untuk menyambung belalai-belalai WF pembentuk kubah besar itu. Atau ketika harus mengencangkan baut-baut perangkai dan kemudian mengelasnya.
Menurut A Daud yang sejak awal menjadi komandan unit pabrikasi, setiap pekerja di unitnya dituntut mampu mengelas, sebab semua rangkaian konstruksi baja, selain diikat dengan baut mesti diperkuat dengan sambungan las. Pada saat-saat seperti ini keseimbangan tubuh menjadi vital. Salah, tak seimbang atau grogi, nyawa menjadi taruhannya. Bagi orang yang takut ketinggian, jangankan untuk merangkai struktur baja yang beratnya berton-ton, berdiri di sebatang WF saja pasti sudah gemetar. Terlalu lama, keringat dingin bisa mengucur.
Tak salah jika para pekerja spesialis perangkai konstruksi baja merupakan para pekerja yang betul-betul sudah teruji. Sebagai contoh, di sub unit erection MAZ, seseorang yang diperkenankan bekerja di ketinggian telah melalui proses seleksi alam. Pertama sekali jika mampu bekerja merangkai baja hingga satu lantai, ditingkatkan hingga dua lantai. Begitu seterusnya. Menurut salah seorang karyawan unit ini, suatu ketika salah seorang rekan berkeringat dingin, padahal baru di ketinggian dua lantai.
Komandan unit yang bijaksana akhirnya memutuskan rekan tersebut tak lagi bertugas di ketinggian. Keputusan seperti itu menjadi bagian terpenting dalam proses pekerjaan konstruksi. Bagaimanapun, keselamatan kerja tak boleh terabaikan. Terkadang kelalaian kecil berakibat besar. Satu baut kendur, terkadang harus dibayar dengan kecelakaan kerja. Jelas, hal-hal seperti itu mesti diantisipasi dengan sebuah sistem. Maka, sebelum memulai pekerjaan setiap komandan sub unit tak boleh alpa mencek kesiapan personil dan peralatan kerja yang digunakan mengingat wilayah kerja unit ini berisiko tinggi.
Setelah melihat keanggunan dan keagungan masjid ini, meski belum rampung seluruhnya, hasil jerih payah para pekerja itu terasa menjadi suatu kebanggaan dan kehormatan yang nilainya lebih besar dari jerih payah dan segala risiko yang mereka hadapi itu.
Masjid ini adalah sebuah karya besar yang patut dicatat sebagai simbol kebangkitan bangsa ini. Bahkan lebih dari itu, sebagai simbol pengagungan dan ketaqwaan manusia kepada Allah.
Kini (Juni 2005), kendati belum rampung, masjid yang direncanakan mampu menampung 150 ribu jamaah itu telah digunakan dalam berbagai acara besar, seperti Idul Fitri, Idul Adha, peringatan 1 Muharram dan acara-acara besar lainnya. Dalam acara-acara itu pulalah dilakukan penggalangan dana untuk pembangunan Masjid Rahmatan Lil ’Alamin dari jamaah yang hadir.
Master Plan dan Sistem Manajemen
Semua proses pembangunan prasarana dan sarana di Al-Zaytun bermula dan berpedoman pada master plan yang telah ditetapkan bersama di bawah pimpinan Syaykh al-Ma’had. Kebersamaan atau team work adalah hal yang menonjol dan mutlak di ma’had ini. Team work yang taat pada suatu sistem dengan segala pranatanya mulai dari yang tertinggi sampai terendah.
Semua eksponen, termasuk karyawan pembangunan, sangat menyadari dan memahami bahwa keberadaannya dalam suatu tim kerja adalah untuk ibadah kepada Allah, dan sepatutnya berakhlakul karimah baik kepada pimpinan, sahabat, bawahan maupun juga terhadap material dan peralatan pembangunan serta terhadap waktu. Di bawah pimpinan Syaykh al-Ma’had, yang bijak dan kebapakan, setiap eksponen memahami fungsi dirinya masing-masing dalam tugas dan tanggung jawabnya terhadap amanah yang diberikan kepadanya.
Sistem manajemen yang diterapkan di MAZ ini tidak sekadar sistem manajemen modern yang sudah teruji ampuh di tempat lain, melainkan lebih daripada itu, sistem manajemen yang dinaungi dan dibekali kedalaman iman dan taqwa. Sistem nanajemen yang berpegang pada ibadah, akhlak dan amanah. Manajemen Ilahiyah yang bermakna manajemen tauhid atau manajemen terpadu dalam satu kesatuan sistem. Tahapan-tahapan pembangunan proyek mulai dari perencanaan hingga pemeliharaan berada dalam satu manajemen terpadu dan terkendali.
Dalam sistem manajemen demikian itu, Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) sebagai induk organisasi Ma’had Al-Zaytun, pertama kali membentuk tim pelaksana pembangunan pada pertengahan Mei 1995. Tim inilah sebagai penerima amanah yang bertugas dan bertanggung jawab mewujudkan bangunan-bangunan yang direncanakan dalam master plan Ma’had Al-Zaytun yang telah ditetapkan bersama di bawah pimpinan Syaykh al-Ma’had.
Kemudian dibentuk Tim Pelaksana Pembangunan yang disebut sebagai Tim Tanmiyah. Tim Tanmiyah ini dipimpin oleh seorang ahli beranggotakan delapan tim pembangunan, terdiri dari arsitek, teknik sipil, mekanik dan kelistrikan serta dilengkapi beberapa penanggung jawab kepersonaliaan. Sementara untuk pelaksana di lapangan ditunjuk beberapa insinyur muda, mendukung tim inti yang juga turun ke lapangan sesuai keperluannya.
Tim Tanmiyah ini bekerja secara terpadu dan terkendali selama 24 jam setiap hari, mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pemeliharaan. Dengan sistem manajemen terpadu 24 jam, maka setiap instruksi tertangani secara cepat dan tepat. Selama 24 jam para karyawan mencurahkan tenaga mereka untuk menyempurnakan azam umat: sesuai maklumat Ma’had Al-Zaytun membangun monumen umat Islam yang akan dihadiahkan untuk umat Islam sedunia.
Pertama kali, Ir Djamal M Abdat, ditetapkan sebagai Rois ‘am Tim Tanmiyah, Ir Djamal M Abdat sebagai pemimpin tim dan dianggotai oleh Ir Asrur Rifa, Ir Bambang A.Syukur, Ir Abdurrahman, Ir A Hanif dan Ir Armand AR dilengkapi personalia terdiri dari Abbas Ali Nasution selaku koordinator bersama Usman Azhari dan Rahmat Ramadhan.
Tenaga-tenaga profesional yang tergabung dalam tim pembangunan ini mengerjakan sendiri semua pekerjaan. Sejak awal antara konsultan dan kontraktor dibuat menyatu. Tidak dikenal main contractor dan sub contractor. Dengan sistem manajemen pembangunan seperti itu, banyak mata rantai yang diputus, sehingga tidak perlu mengeluarkan uang yang tidak seharusnya dibelanjakan. Semuanya dikerjakan sendiri. Keperluan besi, misalnya, yang dibeli bahan baku, lalu dipabrikasi sendiri, di-erection sendiri.
Sistem seperti ini terbukti mempunyai banyak keunggulan dan keuntungan dibandingkan dengan sistem proyek pembangunan yang lazim di luar MAZ. Selain untuk menghemat biaya juga menjaga mutu. Untuk setiap bangunan, biayanya hanya sepertiga dari biaya bangunan jika itu dikerjakan oleh kontraktor luar.
Juga unggul dari segi efisiensi waktu. Contohnya, ketika merencanakan Masjid Al-Hayat hanya membutuhkan waktu satu pekan, pelaksanaan pembangunannya pun hanya 100 hari. Bandingkan dengan kebiasaan di tempat lain, untuk perencanaan bangunan saja paling tidak membutuhkan waktu dua kali dari lama pelaksanaan pembangunan bangunan itu sendiri.
Dengan penghematan itu, dana bisa dipergunakan untuk membeli bahan-bahan material yang berkualitas. Dalam hal ini, tanmiyah sangat selektif memilih bahan material. Sebagaimana dijelaskan oleh Djamal M Abdat, Rois ‘am Tanmiyah, yang bertanggung jawab terhadap pembangunan fisik secara keseluruhan, bahwa pihaknya tidak mau menggunakan bahan yang tidak berkualitas.
Dalam hal pengadaan material pun selalu dibeli dalam partai besar, sehingga biaya yang harus dikeluarkan menjadi lebih murah. Biasanya, pembelian tidak hanya untuk kebutuhan satu proyek bangunan. Sebab pembangunan di ma’had ini terus berlanjut sampai kebutuhannya tercakup. Maka, tatkala membeli besi atau baja, atau material jenis lain, tidak pernah khawatir akan terbuang, pasti dimanfaatkan.
Selain itu, yang juga membuat murah, semua bahan-bahan dibeli dalam bentuk bahan baku. Bahan baku atau bahan mentah itu kemudian diolah kembali oleh karyawan-karyawan ma’had yang memang sudah berpengalaman. Besi dan baja dipabrikasi sendiri, lalu erection juga dilakukan sendiri. Begitu pula untuk bahan-bahan perkayuan. Semua komponen bangunan seperti daun pintu, kusen, furniture dan khususnya isi bangunan (meja, kursi, papan tulis dan partisi) dikerjakan sendiri.
Dengan sistem manajemen seperti itu, setiap bangunan yang didirikan di MAZ memenuhi persyaratan pokok berdaya tahan lama. Setiap bangunan itu harus cukup kuat dan berkemampuan memikul beban dalam jangka waktu lama. Kekuatan itu dirancang dengan penggunaan kekuatan elemen-elemen (material) konstruksi berkualitas dan proses pengerjaan yang telaten dan cerdas.
Dalam hal sumber daya manusia, pada waktu proyek dimulai, hanya sembilan orang. Kemudian sesuai dengan kebutuhan pembangunan kini telah mencapai lebih 2.500 orang. Terbagi dalam 28 unit karyawan, masing-masing fungsinya berbeda. Jumlah ini tidak statis tapi dinamis artinya bisa berubah sesuai kebutuhan. Bisa bertambah bisa berkurang. Jika pekerjaan di suatu unit sudah selesai maka karyawannya akan diperbantukan ke unit lain yang sedang mengejar target penyelesaian.
Seluruh karyawan tinggal di sekitar lokasi proyek. Setiap pagi mereka menerima amanah dari insinyur pelaksana. Malam hari, melakukan evaluasi tentang progres yang telah dicapai. Sehingga setiap saat, semua pekerjaan menjadi terkontrol. Hampir tidak ada mandor yang harus berada di lokasi proyek setiap saat. Artinya, walaupun pimpinan unit sedang tidak ada di lokasi proyek, seluruh program harian tetap berjalan semestinya. “Mandor mereka adalah Alquran, di tangan mereka alat kerja, di kantong mereka ada Alquran, minimal kitab Juz’ Amma”, kata Syaykh al-Ma’had. Mungkin saat ini, sistem ini satu-satunya di Indonesia atau bahkan di dunia.
Setiap pekerja mendapat kesempatan untuk bekerja di semua unit. Dengan demikian semua karyawan diharapkan punya keahlian yang bermacam-macam. Suatu saat mereka mengaduk semen, pada saat lain mereka juga harus bisa mengemudikan dozer atau membuat furniture. Besok bisa jadi tukang batu, lusa bisa di kantor memegang komputer. Jadi, harus di-rolling supaya hidup, tidak membosankan. Di sini setiap unit sama, tidak ada yang lebih tinggi atau rendah antara petugas yang mengecor, menyapu atau yang duduk di depan komputer. Semua nilainya sama, yang membedakan adalah ketaqwaan.
Pengadaan dan Pemanfaatan Material
Kualitas bangunan juga dimulai dari perencanaan material. Kekuatan bangunan bergantung kepada kekuatan elemen-elemen (material) konstruksi bangunannya. Untuk bangunan yang diprogram akan bertahan berabad-abad, bahan-bahan dasarnya harus berkualitas. Dan untuk lebih menjamin kualitas bahan-bahan material itu, sejak awal dilakukan kontrol mutu, mulai dari pengadaannya sampai pemanfaatannya.
Material konstruksi yang digunakan meliputi material baja profil, baja tulangan dan material beton yakni campuran material semen, pasir, kerikil dan air. Material arsitektur meliputi material untuk lantai dan tangga seperti keramik, untuk dinding berupa batu, cat, kayu, kusen, kayu pintu, jendela dan kaca. Adapula material untuk plafond seperti tripleks, gypsum serta material atap berupa genteng dan alumunium. Material plumbing meliputi instalasi pipa-pipa air bersih dan air kotor, pipa hidrant, kran wastafel, kloset, dan lainnya. Dan untuk material elektrikal meliputi instalasi kabel-kabel, pipa-pipa listrik, dan lampu-lampu.
Untuk baja konstruksi, digunakan baja tulangan dan baja profil yang masih harus didatangkan dari Korea, Jepang, Polandia dan Rusia. Soalnya, ketika pernah dicoba menggunakan baja WF lokal hasilnya sangat tidak memuaskan, belum apa-apa sudah melengkung. Baja tulangan yang digunakan berdiameter mulai 6 mm hingga 32 mm. Sedangkan untuk baja profil menggunakan bentuk-bentuk seperti wide flange (sayap lebar) berdimensi tinggi 200 mm hingga 450 mm, Canal Cnp berdimensi tinggi mulai 75 mm hingga 150 mm, siku berukuran 30 mm hingga 100 mm dan juga plat baja berukuran tebal mulai 2 mm hingga 15 mm.
Sedangkan untuk kekuatan lantai bangunan digunakan pelat lantai beton bertulang dengan kualitas betonnya 300 kg per cm persegi. Pelat lantai tersebut dipikul oleh balok lantai dengan menggunakan baja profil sayap lebar (wide flange) dengan kekuatan tegangannya bernilai 4.100 kg per cm persegi.
Suatu hal yang patut dicatat bahwa semua pengadaan material adalah bahan baku. Kemudian diolah sendiri menjadi bahan material jadi. Keperluan besi, misalnya, yang dibeli bahan baku, lalu dipabrikasi sendiri dan di-erection sendiri. Dalam pabrikasi baja baik pemotongan, pengelasan maupun pelubangan (pons) dan rolling plat baja seluruhnya menggunakan teknologi Ma’had sendiri. Teknologi pembesian memanfaatkan peralatan yang disebut bar cutter dan bar bending machine untuk memotong dan membengkokkan besi tulangan sesuai kebutuhan.
Semua itu dikerjakan sendiri oleh unit kerja pabrikasi yang bertanggung jawab mengenai konstruksi baja dan pembesian, dari mulai bahan baku sampai menadi bahan yang siap dipasang menjadi konstruksi bangunan di Ma’had Al-Zaytun. Untuk bisa memenuhi target yang diprogramkan oleh yayasan tepat waktu, sistem kerja yang diterapkan bagian pabrikasi berbeda dengan unit-unit yang lain yakni memberlakukan dua shift, bekerja 24 jam siang dan malam.
Di samping memberlakukan sistem kerja 24 jam, tenaga kerja unit pabrikasi pun mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya serta berpengalaman dalam pembesian sebelumnya.
Begitu pula dalam pemasangan konstruksi baja menggunakan alat power winch. Dalam pengeboran air menggunakan mesin bor sumur (drilling machine) pada submersible pump (pompa sumur dalam). Dalam pelaksanaan pondasi pun diterapkan teknologi modern yang dioperasikan tenaga sendiri.
Dimulai dengan penggalian tanah menggunakan excavator. Setelah itu tanah diangkut dengan dump truck ke suatu tempat. Selanjutnya tanah diratakan dengan dozer sebelum dilakukan pemadatan oleh vibrator hingga diperoleh daya dukung yang kuat. Pada saat pembetonan, tim memanfaatkan truck mixer untuk menuangkan beton siap pakai. Truk ini mengambil beton siap pakai tersebut dari batching plant (pembuatan beton masak) pembuat ready mix concrete yang juga dikerjakan sendiri di kompleks Ma’had.
Oleh Ch Robin Simanullang (Berita Indonesia 01)
http://cumulonimbuss.wordpress.com
Al-Zaytun: Tergolong Masjid Besar di Dunia
Pada bagian keenam kilas balik Sewindu Al-Zaytun, 27 Agustus 1999 – 27 Agustus 2007, kami sajikan tentang Masjid Rahmatan lil Alamin. Masjid ini akan menjadi salah satu masjid yang tergolong besar di dunia setelah Masjidil Haram di Makkah. Masjid Rahmatan lil Alamin merupakan karya monumental umat Islam Indonesia pada awal milenium ketiga ini. Masjid yang akan menjadi simbol kebangkitan Islam yang Rahmatan lil Alamin, sekaligus bermakna kebangkitan bangsa Indonesia.
Masjid adalah inti dan pusat kegiatan seluruh penghuni Kampus Al-Zaytun dari sejak subuh sampai dengan Isya, sebagaimana lazimnya pondok pesantren. Di kampus ini santri dilatih dan dibiasakan hidup beribadah, melaksanakan shalat, baik itu Isya, Subuh, Zuhur, Asar maupun Magrib secara berjamaah, sekaligus berdisiplin dalam tradisi kepesantrenan, namun hidup dalam suasana modern.
Di tengah kawasan kampus seluas 1200 hektar ini dibangun sebuah masjid besar, anggun, dan kokoh yang berdiri di atas tanah seluas 6,5 hektar. Bangunan Masjid Rahmatan lil Alamin ini berukuran 99 x 99 meter berlantai 6 (enam). Dari kejauhan, masjid yang tengah dalam proses finishing ini sudah tampak gagah menonjol. Berdaya tampung 150.000 jamaah. Sebuah masjid terbesar (bangunan induknya berdaya tampung terbesar) di dunia. Setidaknya menjadi masjid terbesar di dunia setelah Masjidil Haram di Makkah, tempat paling suci dalam kepercayaan umat Islam.
Memang daya tampung Masjid Rahmatan lil Alamin, Al-Zaytun belum seberapa bila dibanding Masjidil Haram, yang juga kerap disebut Masjid al-Haram, di Kota Makkah Al Mukharamah. Tetapi kapasitas kedua masjid ini memang sulit dibandingkan, sesuai dengan karakter dan bentuk bangunannya. Masjid al-Haram dibangun dengan pelataran mengelilingi Kaabah (Qiblat umat Islam) berkapasitas lebih dari satu juta orang. Sementara Masjid Rahmatan lil Alamin di Kampus Al-Zaytun bangunan induknya saja berkapasitas 150.000 jamaah, namun pelatarannya jauh lebih kecil dari pelataran Masjidil Haram.
Tetapi jika dibandingkan dengan masjid-masjid terbesar lainnya di dunia, termasuk masjid-masjid terbesar di Asia Tenggara, Rahmatan lil Alamin, saat ini adalah yang terbesar. Masjid Istiqlal di Jakarta yang pernah dicatat merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara hanya berdaya tampung 20.000 jamaah. Masjid yang terletak di pusat ibukota negara Republik Indonesia, Jakarta itu dibangun atas prakarsa Presiden Sukarno.
Pemancangan batu pertama masjid yang diarsiteki Frederich Silaban (seorang Kristiani) dilakukan oleh Ir Soekarno 24 Agustus 1961. Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai dan kubahnya diameter 45 meter. Gambar Bulan dan Bintang dari baja anti karat bergaris tengah 3 m. Gedung pendahuluan dan emper penghubung seluas 36, 989 km2, teras raksasa dan emper keliling seluas 29.850 m2, menara setinggi 6.666 cm, lingkar 500 cm. Sementara MURI masih mencatat Masjid Istiqlal sebagai masjid terbesar di Indonesia dengan kapasitas tampung 50.000 orang di ruang utama 100 x 100 meter.
Setelah dibangunnya Masjid Al-Akbar Surabaya berdaya tampung 30.000 jemaah dan bisa meluber ke luar pelataran sampai lebih dari 60.000 orang, masjid ini kemudian dicatat sebagai masjid terbesar di Indonesia. Masjid Al-Akbar dibangun di atas lahan 11,2 hektar, ditambah hampir dua hektar lainnya yang dipergunakan untuk pembangunan jalan akses ke masjid. Bangunannya terdiri dari dua lantai dengan total luas 28.000 meter persegi. Lantai pertama untuk kegiatan ibadah. Lantai dua untuk ruang pertemuan dan kantor takmir. Sedang basement seluas 10.000 meter persegi untuk sekolah, dari play group, taman kanak-kanak, sampai sekolah dasar. Ditambah perpustakaan dan pelbagai sarana publik seperti warung internet.
Di Malaysia juga ada masjid yang diklaim sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara. Masjid Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah di Bandaraya Shah Alam, Malaysia berkapasitas 24. 000 jemaah. Masjid ini juga mempunyai menara tertinggi dan kubah rumah ibadat yang terbesar di dunia. Kubahnya mempunyai ketinggian 106.7 m pada puncaknya dan berdiameter 51.8m. Masjid ini selesai dibangun 11 Maret 1988.
Dibanding dengan masjid-masjid besar di Asia Tenggara tersebut di atas, serta sejumlah masjid besar lainnya di Indonesia seperti Masjid Agung Surabaya, Masjid Sunan Ampel Surabaya, Masjid Menara Kudus, Masjid Agung Demak, Masjid Raya Bandung, Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon, Masjid Jaka Tawa Cirebon, dan lain-lain, jelas Masjid Rahmatan lil Alamin adalah yang terbesar.
Kemahabesaran Allah
Ketika masuk ke dalam Masjid Rahmatan lil Alamin ini, berada persis di bawah kubah besarnya, terasa kekerdilan diri sebagai manusia dibandingkan keagungan dan kemahabesaran Allah yang dilambangkan masjid ini. Bangunan masjid seluas 99 x 99 m memang dimaksudkan menggambarkan filosofi dari sifat-sifat Allah (Asmaul Husna), yang jumlahnya 99. Bila diputar ke arah mana saja angka ini tidak akan pernah berubah, selalu bernilai 99.
Begitu pula jumlah lantai masjid ini, 6 lantai, merupakan filosofi ‘Arkanul Iman’ rukun iman yang berjumlah enam. Sementara tinggi keenam lantai tersebut secara keseluruhan adalah 33 m yang mempunyai filosofi jumlah tasbih, tahmid, dan takbir setelah shalat. Tinggi tiang masing-masing lantai adalah 5 m, ini mempunyai filosofi ‘Arkanul Islam’, yang melambangkan lima rukun Islam.
Masjid Rahmatan lil Alamin memiliki kubah (dom) yang amat besar dan menara setinggi 175,06 m dan dilengkapi dengan 4 kubah kecil. Hal ini bermakna filosofis sebagai perwujudan bahwa Indonesia mengenal berbagai madzhab.
Suatu hal yang ‘ajaib’ dalam rancang bangun masjid yang mempunyai seni artistik tinggi ini adalah dari lantai mana pun dan dari sisi mana pun kita akan dapat memandang langsung ke mimbar yang sekaligus sebagai kiblat.
Semakin diamati, masjid ini semakin indah dan mengagumkan. Arsitekturnya begitu indah dengan perpaduan model arsitektur di seluruh dunia, arsitektur universal. Hal ini sesuai dengan makna namanya Rahmatan lil Alamin, masjid yang akan menebar rahmat, menebar kasih hingga akan tercipta hubungan silaturahmi yang tidak ada putus-putusnya.
Masjid Rahmatan lil Alamin ini merupakan karya monumental umat Islam pada awal milenium ketiga ini. Masjid yang akan menjadi simbol kebangkitan Islam yang Rahmatan lil Alamin, sekaligus bermakna kebangkitan bangsa Indonesia.
Berbiaya 14 Juta Dolar AS
Sebelum membangun Masjid Rahmatan lil Alamin, Al-Zaytun untuk pertama kali membangun Masjid Al-Hayat, sebagai masjid persiapan I’dadi. Masjid Al-Hayat dibangun di atas tanah seluas 5.000 m2 dengan dua lantai yang dapat menampung kurang lebih 7.000 jamaah. Peletakan batu pertamanya dilakukan pada 1 Januari 1999 dan pengerjaannya selesai dalam kurun waktu 3 bulan.
Kemudian, sehubungan pesatnya pertambahan jumlah santri dan penghuni Al-Zaytun menyebabkan Masjid Al-Hayat sudah tidak mampu lagi menampung jamaah, baik pada hari-hari biasa maupun Jumat. Sehingga Al-Zaytun kemudian membangun masjid lebih besar yang diberi nama Masjid Rahmatan lil Alamin.
Masjid Rahmatan lil Alamin memerlukan biaya kurang lebih 14 juta dollar Amerika atau sekitar Rp 100 milyar lebih. Setelah Masjid Rahmatan lil Alamin digunakan, bangunan Al-Hayat akan difungsikan untuk perpustakaan Al-Zaytun.
Pembangunan Rahmatan lil Alamin boleh dibilang merupakan satu tonggak sejarah pembangunan sebuah simbol dan monumen kebesaran umat Islam dan kebesaran bangsa di negeri ini. Peletakan batu asas masjid ini merupakan sebuah catatan sejarah yang menarik. Diawali saat memasuki gerbang tahun baru Hijriah 1 Muharam 1421 H. Saat itu, puluhan ribu umat Islam dan sejumlah sahabat beriman lainnya berkumpul merayakan tahun baru 1 Muharam 1421 H di Al-Zaytun sekaligus bersatu hati untuk secara bersama melakukan peletakan batu asas masjid Rahmatan lil Alamin. Peletakan batu asas diawali dan dipimpin oleh Syaykh Abdussalam Panji Gumilang didampingi para eksponen dan segenap civitas Al-Zaytun yang sekaligus mewakili sejumlah umat Islam. Kemudian disusul sejumlah tokoh dan undangan lainnya, di antaranya R Nuriana, Gubernur Kepala Daerah Tingkat Satu Jawa Barat saat itu, dan sejumlah sahabat beriman lainnya.
Peletakan batu asas tidak berhenti hanya hari itu, tetapi terus dilanjutkan secara simultan oleh para umat Islam dan sahabat beriman selama tiga bulan.
Begitulah kisah peletakan batu asas pembangunan masjid yang menjadi induk dari semua karya besar yang menumental di Al-Zaytun, yang kelak diyakini akan diukir sejarah sebagai simbol kebesaran dan kebangkitan bangsa ini.
Di samping memiliki areal yang luas dengan daya tampung yang besar, Masjid Rahmatan lil Alamin juga mempunyai seni artistik yang tinggi, ditambah dengan dom (kubah) yang besar yang dilapisi bahan seperti emas yang maknanya agar Indonesia dapat tampil berkualitas emas.
Suasana saat berlangsungnya pelaksanaan acara peletakan batu asas tersebut begitu meriah. Selain Gubernur Daerah Tingkat Satu Jawa Barat turut hadir pula seluruh Kepala Daerah Tingkat dua yang ada di Jawa Barat, juga kelompok-kelompok pengajian yang datang dari seluruh Indonesia dan para undangan dalam negeri serta dari negeri jiran Singapura dan Malaysia, ditambah ribuan masyarakat yang ingin berpartisipasi bersodaqoh untuk pembangunan Masjid Rahmatan lil Alamin.
Kemudian, peletakan batu pertama Masjid Rahmatan lil Alamin ini dilangsungkan setelah masa 100 hari sejak dimulainya perletakan batu asas. Bermakna bahwa selama 100 hari setiap tamu yang berkunjung ke Al-Zaytun diperkenankan untuk ikut andil meletakan batu asasnya.
Sebagai simbol keberadaan umat Islam, sudah barang tentu apabila pembangunan sebuah masjid menggambarkan nilai-nilai keimanan dan ajaran-ajaran Islam itu sendiri, hal ini seperti diuraikan oleh Syaykh Al-Zaytun dalam sambutannya dengan menjelaskan filosofi yang terkandung dalam pembangunan Masjid Rahmatan lil Alamin tersebut.
Pada kesempatan peletakan batu asas itu, para koordinator/persatuan wali santri seluruh provinsi di Indonesia dan luar negeri, kelompok-kelompok pengajian, institusi pendidikan, perusahaan dan instansi-instansi pemerintah/swasta maupun keluarga atau perorangan yang hadir, turut serta menyumbang dengan ikhlas untuk membiayai pembangunan masjid ini. Mereka semua tentunya merupakan perwujudan kebesaran dan kesatuan umat Islam.
Gubernur Jawa Barat Nuriana dalam sambutannya ketika itu (Majalah Al-Zaytun, Edisi IV, April 2000) mengharapkan semoga dengan dibangunnya Masjid Rahmatan lil Alamin ini nantinya dapat menjawab tantangan zaman, mencerminkan nilai-nilai moral keadilan, sejalan dengan tanggung jawab sosial, adanya orientasi ilmu, serta adanya pendekatan yang tidak sesuai dengan perkembangan pembangunan segera dapat dirubah dengan menjiwai moralitas ajaran agama yang semata-mata sebagai sarana ibadah kepada Allah.
Nuriana mengatakan, di tengah dominasi iptek yang besar sekali pengaruhnya pada manusia dan arus globalisasi yang memengaruhi sistem etika, moral bahkan berpengaruh terhadap kedaulatan negara, untuk itu hendaklah masjid dapat dijadikan sebagai perwujudan situasi sosial masyarakat, tempat komunitas yang menjalankan berbagai aktivitas pengabdian kepada Allah, sekaligus dapat menciptakan iklim solidaritas dengan sesamanya, tempat bermusyawarah para jamaahnya untuk menyusun strategi kebijakan, dalam rangka membangun kualitas kehidupan yang lebih baik.
“Jadi bukan hanya dijadikan kebanggaan semata dan tempat ibadah ritual saja, hingga hanya menjadi sebuah bangunan yang dibatasi oleh dinding-dinding penyekat tertentu,” jelas Nuriana.
Telaten
Pelaksanaan pembangunan masjid ini dilakukan dengan telaten. Untuk sistem pondasi, misalnya, dibuat dengan sistem pondasi kapal. “Sebenarnya, nama resminya raft foundation atau pondasi rakit. Namun, kalau rakit kan maknanya kecil maka kami sempurnakan menjadi pondasi kapal,” jelas Ir Djamal M. Abdat, Pimpinan Tanmiyah Al-Zaytun.
Sementara, untuk menyempurnakan desain Masjid Rahmatan lil Alamin, Syaykh Al-Zaytun Dr Abdussalam Panji Gumilang, langsung memimpin tim beranggota M Natsir Abdul Qadir, M Yusuf Rasyidi dan Ir Bambang T Abdul Syukur, pada akhir Oktober melakukan perjalanan ke Spanyol untuk melihat secara langsung model arsitektur di Al-Hambra, Cordoba yang terkenal itu. Kemudian ke Mesir, untuk melihat model bangunan arsitektur masjid-masjid bersejarah yang punya nilai arsitektur yang tinggi.
Arsitektur Masjid Rahmatan lil Alamin dibuat dengan memadukan model arsitektur di seluruh dunia. Hal ini dilakukan karena Masjid Rahmatan lil Alamin akan menjadi sebuah masjid monumental karya umat Islam di abad 21. Gaya arsitekturnya merupakan perpaduan menyeluruh dari semua gaya arsitektur yang ada di dunia ini.
Saat ini, masjid ini telah mulai dilapisi dengan granit yang diimpor dari RRC, mulai seluruh lantai dan dindingnya. Harga per keping granit ini sekitar Rp 400.000. “Untuk keperluan ini tak kurang dari 70.000 meter persegi granit yang dibutuhkan”, jelas Syaykh Panji Gumilang. Dan sesuai dengan namanya Rahmatan lil Alamin, masjid yang akan menebar rahmat, menebar kasih hingga akan tercipta hubungan silaturahmi yang tidak ada putus-putusnya.
Barangkali menarik dikisahkan sepenggal pengalaman para pekerja kontruksi yang terlibat dalam pembangunan Masjid Rahmatan lil Alamin ini. Terutama mereka yang bekerja di ketinggian ketika merangkai kerangka lengkung struktur pembentuk kubah besar masjid ini. Bekerja di ketinggian bukan pekerjaan yang bisa dilakukan sembarang orang. Orang yang takut ketinggian jangan harap bisa melakukannya. Selain itu, mereka harus memiliki ketahanan mental dan fisik, sebab pada ketinggian di atas 40 meter ke atas angin berhembus lebih kencang dari pada di daratan. “Di ketinggian 15 meter saja angin sudah kencang,” kata salah seorang karyawan Al-Zaytun sub unit erection.
Sekadar pembanding, memanjat sebuah tower transmisi listrik saja sudah memerlukan tenaga besar. Sampai di atas bukan tujuan akhir melainkan hanya sebuah langkah awal. Di ketinggian itu mereka mesti melakukan pekerjaan spesifik yang terkadang dilakukan sambil berdiri di atas sebatang besi kerangka. Begitu pula dalam proses ereksi kerangka bangunan yang di Al-Zaytun seluruhnya menggunakan baja WF. Terkadang seorang petugas mesti bergelayutan di rangka-rangka baja yang sedang dikerek tower crane.
Pemandangan menegangkan begitu terasa ketika para petugas sub unit erection tengah merangkai kerangka-kerangka lengkung struktur pembentuk kubah besar Masjid Rahmatan lil Alamin. Bayangkan, mereka harus bergelayutan dan memanjat baja WF lengkung sepanjang 24 m di atas ketinggian 80 m untuk menyambung belalai-belalai WF pembentuk kubah besar itu. Atau ketika harus mengencangkan baut-baut perangkai dan kemudian mengelasnya.
Menurut A Daud yang sejak awal menjadi komandan unit pabrikasi, setiap pekerja di unitnya dituntut mampu mengelas, sebab semua rangkaian konstruksi baja, selain diikat dengan baut mesti diperkuat dengan sambungan las. Pada saat-saat seperti ini, keseimbangan tubuh menjadi vital.
Salah fatal, tak seimbang, atau grogi, nyawa menjadi taruhannya. Bagi orang yang takut ketinggian, jangankan untuk merangkai struktur baja yang beratnya berton-ton, berdiri di sebatang WF saja pasti sudah gemetar. Terlalu lama, keringat dingin bisa mengucur.
Tak salah jika para pekerja spesialis perangkai konstruksi baja merupakan para pekerja yang betul-betul sudah teruji. Sebagai contoh, di sub unit erection Al-Zaytun, seseorang yang diperkenankan bekerja di ketinggian telah melalui proses seleksi alam. Pertama sekali jika mampu bekerja merangkai baja hingga satu lantai, ditingkatkan hingga dua lantai. Begitu seterusnya. Menurut salah seorang karyawan unit ini, suatu ketika salah seorang rekan berkeringat dingin, padahal baru di ketinggian dua lantai. Komandan unit yang bijaksana akhirnya memutuskan rekan tersebut tak lagi bertugas di ketinggian.
Keputusan seperti itu menjadi bagian terpenting dalam proses pekerjaan konstruksi. Bagaimanapun, keselamatan kerja tak boleh terabaikan. Terkadang kelalaian kecil berakibat besar. Satu baut kendur, terkadang harus dibayar dengan kecelakaan kerja.
Jelas, hal-hal seperti itu mesti diantisipasi dengan sebuah sistem. Maka sebelum memulai pekerjaan, setiap komandan subunit tak boleh alpa mencek kesiapan personil dan peralatan kerja yang digunakan mengingat wilayah kerja unit ini berisiko tinggi.
Setelah melihat keanggunan dan keagungan masjid ini, meski belum rampung seluruhnya, hasil jerih payah para pekerja itu terasa menjadi suatu kebanggaan dan kehormatan yang nilainya lebih besar dari jerih payah dan segala risiko yang mereka hadapi itu. Masjid ini adalah sebuah karya besar yang patut dicatat sebagai simbol kebangkitan bangsa ini. Bahkan lebih dari itu, sebagai simbol pengagungan dan ketakwaan manusia kepada Allah.
Namun lantaran di bawah lantai satu masjid ini ada basement, entah kenapa, sempat ada pihak-pihak yang mencurigai basement ini sebagai bunker. Konon, kecurigaan itu muncul, karena pada saat proses pengerjaan konstruksi masjid ini para pengunjung dianjurkan untuk tidak memasuki bangunan masjid ini. Padahal anjuran itu disampaikan adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Sebab satu batu kecil saja terjatuh dari atas akan bisa mengakibatkan kepala seseorang pecah atau bocor.
Namun saat pengerjaannya sudah dalam proses finishing, para pengunjung sudah diperkenankan memasuki bangunan ini, termasuk melihat dari dekat basement masjid ini. Kami dari tim Berita Indonesia juga memasuki basement ini. Tidak terlihat ada bunker di situ. Basement itu sedang ditata dengan membaginya terdiri dari beberapa ruangan yang kelak bisa digunakan untuk berbagai keperluan.
Kini, kendati belum rampung, masjid yang direncanakan mampu menampung 150 ribu jamaah ini telah digunakan dalam berbagai acara besar, seperti Idul Fitri, Idul Adha, peringatan 1 Muharram dan acara-acara besar lainnya. Dalam acara-acara itu pulalah dilakukan penggalangan dana untuk pembangunan Masjid Rahmatan lil Alamin dari jamaah yang hadir.
Setelah Masjid Rahmatan lil Alamin kelak difungsikan sepenuhnya, bangunan Al-Hayat akan digunakan untuk perpustakaan Al-Zaytun. Saat ini, Masjid Al-Hayat, masih merupakan pusat kegiatan seluruh penghuni Al-Zaytun dari subuh sampai dengan Isya’. Di masjid ini para pengunjung Al-Zaytun akan melihat kegiatan shalat berjamaah dan tadarus al-Quran yang dilakukan oleh seluruh penghuni Al-Zaytun.
Di masjid inilah setiap hari Jumat Syaykh AS Panji Gumilang memberikan pengarahan khasnya kepada para santri dan seluruh penghuni kampus, dan merupakan acara khusus yang sangat menarik dan selalu mendapatkan respons dari jamaah Shalat Jumat. Syaykh selalu memberikan tekanan agar kelak para santri mampu berkiprah dalam kemandirian, dan sanggup mewarnai kehidupan masyarakat sekelilingnya.
Fasilitas Lainnya
Selain fasilitas gedung pembelajaran, asrama dan dapur modern serta masjid terbesar di Asia Tenggara, kampus ini juga dilengkapi bangunan wisma tamu Al-Ishlah. Wisma ini ditempatkan di sebelah selatan Masjid Al-Hayat dengan luas lantai 7.600 m2, bangunan lima lantai, dengan 150 kamar tidur tamu dan dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti; coffee shop, meeting room, dan pendukung lainnya. Wisma ini mulai dibangun tanggal 1 Juli 1999, selesai 27 Oktober 2001. Selain itu, bangunan wisma tamu khusus akan ditempatkan di sebelah selatan entrance utama arena pendidikan.
Juga dilengkapi perkhidmatan kesehatan (hospital), bangunan administrasi pusat dan rektorat. Saat ini Perkhidmatan Kesihatan dengan masih mengambil tempat lantai dasar bangunan pembelajaran Umar Ibnu Khaththab, berfungsi memberikan pelayanan kesihatan kepada seluruh santri, para guru, dan civitas Al-Zaytun lainnya serta masyarakat sekitar. Khusus masyarakat di tiga desa yang telah berpartisipasi dalam pengadaan lahan wakaf, diberikan konsultasi kesihatan secara cuma-cuma.
Pembangunan gedung Perkhidmatan Kesihatan (hospital), direncanakan di sebelah selatan arena pendidikan dengan luas lantai 22.000 m2 yang pembangunannya dilakukan secara bertahap. Hospital ini direncanakan pula pada masa depan sebagai sarana pendukung untuk Fakultas Kedokteran Universitas Al-Zaytun Indonesia.
Dalam rangka pendukung sarana pendidikan dan berbagai sarana lainnya dalam kawasan Al-Zaytun juga dibangun jaringan komputer sentral yang menjangkau seluruh unit sarana pendidikan, jaringan sound system, jaringan telepon, dan jaringan listrik dari PLN dan dengan back up generator listrik (genset sebanyak 18 unit).
Semua aktivitas Al-Zaytun dilayani dari bangunan administrasi pusat dan bangunan rektorat yang berada di sebelah selatan Masjid Rahmatan lil Alamin.
Oleh: Drs Ch Robin Simanullang (Berita Indonesia 45)
Sumber: http://www.beritaindonesia.co.id
Upacara Sedekah Gunung Merapi
Gunung Merapi sebagai salah satu simbol spiritual Masyarakat Jawa, Khususnya Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunung teraktif di Dunia ini setiap tahunnya selalu menjadi pusat ritual bagi penduduk yang ada di sekitarnya. Setahun selepas erupsi, maka tanggal 26 November 2011 di adakan Upacara Sedekah Gunung Merapi. Bertepatan dengan 1 muharam 1433 H dalam penanggalan Islam dan malam 1 Suro dalam penanggalan Jawa, di adakan seremoni labuhan dengan sesaji dan kepala kerbau.
Bertepat di Balai Pertemuan Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengan menjadi lokasi Upacara Sedekah Gunung. DIhadiri oleh pejabat setempat, dari Bupati Boyolali beserta jajarannya dan masyarakat setempat untuk bersama-sama menjalankan ritual tersebut. Seremoni yang setiap tahun di adakan ini menjadi agenda rutin setiap malam 1 Suro, sehingga menjadi sebuah potensi wisata spiritual.
Acara di awali dengan tarian Soreng dari Desa Lencoh. Mengambil sepenggal cerita dari Babad Tanah Jawa, yakni dengan mengambil tokoh Arya Penanggsang. Selain tarian Soreng juga di tampilkan tari Gambyong oleh pemudi-pemudi setempat. usai penampilan tari-tarian, maka ucara inti dimulai. Setelah sambutan dari pejabat-pejabat setempat, maka dibacakan tentang apa makna dari upacara Sedekah Gunung Merapi. Upcara ini dahulu di lakukan oleh Paku Buwono VI bersama Pangeran Diponegoro yang sering mendaki Puncak Merapi. Sesaji ini di peruntukan untuk Kyai Petruk yang bernama Asli Handoko Kusumo, yang tinggal di Merapi dan Kyai Sarif di Merbabu.
Sesaji dengan potonngan kepala kerbau, nasi tumpeng dari jagung, sayur-sayuran, daging sayam, kopi dan lain sebagainya di doakan bersama sebelum di larung di Puncak Merapi. Doa-doa di kumandangkan kepada Sang Khalik agar senantiasa mendapat berkah dan dijauhkan dari marabahaya Gunung Merapi. Usai di doakan, makan sesaji tersebut di angkut menuju Pos 1 Gunung Merapi dengan diiringi banyak orang. Di Pos 1 yang terletak di Gardu Pandang New Selo, sesaji kemudian di bawa oleh 2 orang untuk di antar menuju Puncak Merapi. Kepala kerbau di bawa oleh 1 orang, dan sesaji lainnya di bawa 1 orang lagi.
Bersama-sama penduduk setempat, dan penggiat alam bebas bersama-sama menghantarkan sesaji tersebut menuju Puncak Merapi. Ada kepercayaan, setiap yang memebawa sesaji akan mendapatkan kekuatan saat mendaki Gunung Merapi. Biasa orang mendaki menuju puncak membutuhkan waktu normal 4-6 jam, tetapi bisa di tempuh dalam waktu 2 jam. Sesaji ini akan diistirahatkan sebentar di Pasar Bubrah dan setelah itu akan segera di bawa menuju puncak. Lokasi untuk melarung atau menaruh sesaji terletak di sisi timur laut Puncak Gunung. Disana terdapat sebuah lokasi yang biasanya di gunakan untuk melarung sesaji.
Hampir ratusan pendaki Gunung ikut menyemarakan malam 1 suro. Malam yang di anggap sakral oleh masyarakat Jawa ini, digunakan untuk tirakatan. Tirakatan sebuah prosesi lelaku untuk mendekatkan diri dengan Sang Pencipta guna mendapat berkah dan rahmatnya. Lelaku dengan “lek-lekan” tidak tidur semalaman dan lelaku “mendaki gunung” menjadi agenda tersendiri, sehingga tidak heran banyak gunung di datangi penggiat alam bebas dan penduduk setempat saat malam 1 suro.
Malam 1 suro sebuah simbol religi bagi Masyarakt Jawa dan Merapi adalah satu lokasi yang dijadikan pusat ritual. Agenda tahunan yang sudah ada sejak lama dan menjadi tradsi. Sebuah potensi wisata religi dan petualangan di hadirkan. Sisi lain mendapatkan berkah dari prosesi Tirakatan juga mendapatkan pesona mistis dan keindahan puncak Merapi yang selalu di hormati dan di sakralkan. Sebuah atraksi wisata yang layak untuk dihadiri setiap setahun sekali dan tunggu malam 1 suro tahun depan.
Dhanang Dhave
Sumber: http://wisata.kompasiana.com
Mobil Sport 6 Roda, Kenapa Tidak?
Covini, nama pabrikan mobil asal Italia ini masih terdengar asing bagi sebagian besar dari kita. Tapi produk type ini, C6W sudah diproduksi sejak 2005 sampai sekarang, dalam jumlah yang amat terbatas, 6-10 buah pertahun. Amat eksklusif!.
Mobil ini mengusung mesin Audi 4.200 cc V8, dengan kecepatan maksimum 300km/jam, spesifikasi yang sama dengan Audi Quattro RS5V8 .
Dengan kapasitas mesin kelas menengah seperti ini, performancenya jangan dibandingkan dengan mobil sport kelas “otot” macam Chevy Corvette (7.300 cc) atau Dodge Viper yang 8.000 cc. Tapi kira-kira seimbang dengan sebuah Porsche 911 yang punya mesin 4.000 cc.
Mobil sport yang tidak tergolong bongsor (panjang 4,18m, lebar 1,99m dengan tinggi 1,08m) ini juga relatif ringan, hanya 1.150kg berkat bodynya yang terbuat dari serat fiber.
Tapi mengapa harus 6 roda?
Jelas, penggunaan 6 roda menjadikan mobil ini sebagai ‘eye-catcher’. Salah satu faktor penting untuk para pengguna mobil jenis ini. You are what you drive, aren’t you?
Secara teknis penggunaan 4 roda depan menjanjikan pengendalian yang lebih baik. Kalau ban depan salah satunya meleduk (yang berarti petaka buat mobil konvensional 4 roda, apalagi mobil dengan penggerak roda depan FWD), mobil ini masih layak-kendali. Resiko aquaplaning, ban yang kehilangan traksi akibat menerjang genangan air juga bisa diperkecil. Dan, mengerem dengan 6 roda akan lebih baik daripada hanya 4 roda, kan?
Tapi penggunaan 6 roda juga bukannya tanpa handicap. 6 roda berarti 6 ban, 6 set shock absorber, 6 unit sistim rem, suatu pemborosan yang tidak perlu. Tapi, buat konsumen mobil ini, siapa peduli? Sama juga dengan ketidak-pedulian akan konsumsi BBM yang mestinya juga sama sekali tidak irit…..
Sebenanya konsep menggunakan 6 roda ini bukan barang baru. Pabrikan besar asal Amerika Serikat, Ford, sudah menampilkan mobil konsep mereka, Ford Seattle-ite dalam World Fair di New York 1963. Tapi mobil konsep ini tidak pernah diproduksi secara massal.
Tapi, Ferruccio Covini, sang pemilik dan desainer Covini C6W bilang bahwa konsep mobilnya ini tidak mengekor pada Ford yang baru pada tahap prototype, tapi mengadopsi teknologi yang dipakai oleh mobil balap F1 yang juga menggunakan 6 roda yang berlomba di ajang musim balapan 1976-1977,
Tyrrell P34.
Tyrrell Racing Organisation Team adalah salah satu konstuktor berpengaruh di ajang balap Formula 1 (F1). Eksis sejak 1958 sebelum dijual oleh pemiliknya Ken Tyrrell kepada British America Racing 1998. Tyrrell sukses mengantar Jackie Stewart menjadi juara dunia F1 tahun 1969, 1971 dan 1973. Pada 1971 Tyrrell juga menjadi juara dunia Konstruktor.
Mobil P34 (Project no.34) ini adalah karya tim desainer yang dipimpin oleh Derek Gardner. Penampilan mobil balap 6 roda ini adalah satu-satunya di ajang F1. Sehingga P34 ini dijuluki sebagai mobil dengan Desain Paling Radikal sepanjang sejarah F1.
Didukung mesin V8 Ford Cosworth dengan sponsor utama perusahaan minyak Perancis Elf, sulit untuk mengatakan performance mobil ini sebagai sebuah blunder, atau sekadar cari sensasi. Tampil perdana di musim 1976, tim Tyrrell yang digawangi pebalap Jody Scheckter dan Patrick Depailler mampu duduk di peringkat 3 konstruktor. Bahkan di sirkuit Anderstorp, Swedia, Scheckter dan Depailler sukses finish di urutan 1 dan 2. Musim 1977 Scheckter meninggalkan tim dan diganti Ronnie Peterson. Mobil P34 direvisi ulang menjadi P34B, yang lebih berat 30kg. Prestasi P34B tidak terlalu sukses, dan proyek ini dihentikan tahun berikutnya karena terlalu mahal.
Kembali ke laptop, eh salah, ……………ke masalah mobil sport di atas.
Berapa sih harga yang harus ditebus untuk membawa pulang sebuah Covini C6W?
Meskipun saya tidak sedang jualan, tapi untuk sekedar informasi….. bolehlah.
Konon, di Amrik sono, harga mobil ini berkisar di angka USD 400,000. Dua kali lipat lebih mahal dibanding dengan sebuah Porsche 911 Carrera. Kalau Bapak dan Ibu sekalian berniat membawanya pulang ke Indonesia, paling tidak siapkan dana lagi kira-kira sebesar 200% nya untuk PPN-BM.
Dan kalaulah sudah menjadi salah satu penghuni garasi Bapak dan Ibu, saya himbau untuk tidak keisengan membawanya jalan-jalan ke Tanah Abang, Pasar Senen atau tempat-tempat lain semacamnya. Saya kuatir……. Bener!. Sumprit!
Kuatir kalau Angkot yang saya kendarai sekarang ini akan nyerempet mobil ini…..
Ahmad jayakardi
Sumber: http://teknologi.kompasiana.com
4 Milyar untuk DPR Kita yang Suka Bolos Sidang
Sebagai karyawan yang bergelut di urusan
HRD, saya cukup mengenal beberapa jenis mesin absensi yang menggunakan
pemindai sidik jari. Meski tak ingat pasti aneka merk dan typenya, saya
masih ingat awal tahun ini saya ditugaskan untuk mengadakan mesin
absensi sidik jari untuk dipasang di beberapa site operasional
perusahaan kami. Penawaran dari beberapa agen penjual mesin tersebut
cukup beragam, tergantung pada fungsi dan feature yang tersedia
serta tampilan report yang dihasilkan mesin tersebut. Dari yang
termurah – mesin buatan China – seharga 2,5 jutaan per unit, sampai yang
termahal sekitar 6 jutaan.
Setelah mempelajari brosur, akhirnya kami
memanggil salah satu agen yang menawarkan mesin dengan feature
paling lengkap. Pihak agen pun melakukan presentasi dan kami
menyampaikan kebutuhan kami untuk site yg memang karakteristik jam
kerjanya cukup unik dan para pekerjanya umumnya berpendidikan rendah.
Akhirnya kami sepakat dengan harga 6,5 juta per unit sudah termasuk
penambahan/ modifikasi program khusus sesuai permintaan kami.
Selanjutnya tinggal staf kami memasukkan data nama karyawan, nomor induknya, unit kerjanya dan data lain sesuai kebutuhan. Mulailah dijadwalkan setiap karyawan diambil specimen sidik jarinya untuk dimasukkan ke dalam memory program. Setelah dilakukan verifikasi, maka mesin absensi pemindai sidik jari siap diaplikasikan setiap hari. Sebuah mesin kapasitasnya mampu menampung sampai 2500-an data. Dan karena jumlah pekerja kami di masing-masing site hanya berkisar 300-400 orang, maka mesin tersebut sebenarnya under capacity.
Teknologi memang mudah dan murah. Selain membuat segala urusan jadi lebih mudah, makin lama sebuah mesin/alat/piranti akan makin kecil dimensinya, makin ringan bobotnya, makin canggih performanya, namun makin murah harganya. Tengok saja PC, laptop, notebook/netbook, HP, BB atau smartphone jenis lainnya.
Tiap kali dirilis type baru, modelnya biasanya lebih handy dan harganya relatif lebih murah daripada type sebelumnya ketika pertama kali dirilis. Itu sebabnya saya terbelalak dan nyaris tak percaya ketika membaca running text di TV swasta bahwa biaya pengadaan mesin absensi elektronik di DPR mencapai 4 milyar!
Saya mikir, berapa banyak sih mesin absensi yang dibutuhkan Gedung DPR? Katakanlah setiap Fraksi minta disediakan 1 unit mesin absensi khusus untuk monitoring kehadiran saat rapat Fraksi dan diletakkan di ruang Fraksi, berarti butuh 9 unit mesin absensi. Lalu setiap Komisi minta 1 unit mesin yang khusus untuk sidang komisi dan dipasang di ruang Komisi, berarti perlu 11 unit mesin absensi. Satu lagi mesin absensi untuk diinstall diruang Rapat Paripurna. Semuanya ada 21 unit mesin absensi. Soal PC, cukup 1 saja sebagai server datanya. Semuanya tak akan sampai 200 juta rupiah sudah komplit dengan modifikasi program dan instalasi pemasangan mesin dan kabelnya. Sebab mesin ini bukanlah mesin yang rumit dan besar. Cukup melubangi tembok sedikit saja untuk memasang sekrup untuk menempelkan mesin ke dinding mesin, sudah bisa terpasang.
Sebuah sekolah SMK yang pernah saya kunjungi di Surabaya awal tahun 2008 lalu, sudah memasang alat ini di depan kelas. Tentu tak setiap kelas, tapi beberapa kelas memakai 1 unit mesin absensi. Dan sekolah itu SMK Negeri yang siswi-siswinya bukan anak orang berduit. Kalau 3 tahun lalu saja sebuah SMK yang tidak “kaya” bisa memasang peralatan tersebut untuk pencatatan absensi siswanya, artinya investasi untuk peralatan ini memang tidak mahal dan tidak perlu dukungan komputer canggih untuk mengoperasikannya.
Lalu, dari mana angka 4 milyar itu tiba-tiba muncul? Pikiran iseng saya timbul. Saya coba hitung ada 560 orang anggota DPR, dikalikan 6 juta rupiah, hasilnya 3,36 milyar. Ditambah mark up sana sini, bisalah dibulatkan jadi 4 milyar. Ooh.., rupanya Setjen DPR maunya memberikan 1 unit mesin absensi sidik jari kepada setiap anggota dewan yang terhormat. Jadi mereka bisa absen dari mana saja. Ketika masih tiduran di kamar pribadi di rumahnya, sambil kongkow di cafe sebuah mall, saat sedang bernegosiasi bisnis di resto sebuah hotel bintang 5, atau saat jalan-jalan di luar negeri. Jadi dijamin mereka selalu “hadir” rapat. Bukankah selama ini mereka sudah terbisa begitu? Fisiknya tidak ikut rapat, tapi tanda tangannya ada, lengkap! Raganya tidak hadir di Senayan, tapi komisi/tunjangan rapatnya tetap bisa diterima utuh!
Begitulah DPR, berlagak sadar dengan pentingnya pemantauan kehadiran anggotanya, tapi sebenarnya tak jauh-jauh dari urusan proyek pengadaan barang. Dan jangan ditanya kenapa harganya bisa semahal itu, toh rakyat sudah berkali-kali disuguhi tontonan pengadaan fasilitas untuk anggota DPR yang harganya tidak masuk akal. Masih ingat kan soal pembelian mesin cuci, laptop, dan terakhir rencana pembangunan komplek gedung baru yang akhirnya dibatalkan. Tapi bukan anggota DPR namanya kalo tidak cerdik mencari momentum. Kali ini, dengan dalih ingin menertibkan kehadiran anggotanya dalam rapat-rapat, siapa yang akan menghalangi rencana ini? Hmm…, sungguh rencana yg terpuji tapi dilakukan dengan kurang terpuji. Anehnya, belakangan ada beberapa anggota DPR yang menolak pembelian mesin absensi itu dan minta dibatalkan karena anggota DPR bukan pegawai yang harus absen, katanya. Nah lho!
Siapa tahu angka 4 milyar itu memang sengaja di buat, agar rakyat menolak dan lagi-lagi anggota DPR yang memang sangat pemalas dan sering mangkir dari tugasnya sebagai wakil rakyat, akan terbebas dari pantauan tingkat kehadirannya. Mestinya, jika memang harga 4 milyar ini dianggap terlalu besar, mestinya anggota DPR harus memanggil Setjen DPR yang menghitung anggarannya dan tanyakan kenapa harus sebesar itu?
Apa perlu studi banding ke luar negeri hanya untuk tahu berapa harga mesin absensi sidik jari? Bukankah cukup menggerakkan jari-jari di atas laptop canggih atau gadget terbaru yang mereka miliki, Oom Google akan membantu memberikan info terbaru soal harga mesin itu di pasaran. Jadi…, sebenarnya DPR emang punya tekad kuat untuk mendisiplinkan diri tanpa harus menghamburkan uang rakyat atau tidak?! Haruskah 4 milyar uang rakyat melayang hanya demi menertibkan wakil rakyat?! Atau…, biarkan saja mereka tetap malas dan sering mangkir, dengan alasan mesinnya kemahalan?! Saya cuma bisa berdecak sambil geleng-geleng kepala. Wakilku emang cerdik dan berakal bulus!
Ira Oemar
Sumber: http://politik.kompasiana.com
Kutai Kartanegara Bridge, Tacoma Narrow Bridge, Silver Bridge dan Peace River Bridge
Apa kesamaan empat jembatan pada judul di
atas? Keempat-empatnya adalah jembatan tipe suspensi dan semuanya
mengalami keruntuhan. Tacoma Narrow Bridge runtuh akibat tiupan angin,
Silver Bridge runtuh akibat adanya keretakan sepanjang 2.5 cm pada salah
satu pin kabel sedang Peace River Bridge runtuh karena adanya
pergeseran tanah. Nah, kalau jembatan Kutai Kartanegara, apa
penyebabnya?
Runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara membuat aku teringat saat kuliah dulu, dimana aku dan beberapa teman dari Teknik Sipil membahas tentang pembangunan Jembatan Barelang. Mulai saat itulah aku tahu banyak tentang jembatan tipe suspensi.
Sekilas kalau melihat sisa puing-puing jembatan Kutai Kartanagara, kayaknya kabel-kabel vertikal terputus dari bagian atas. Tidak terlihat adanya sisa-sisa kabel vertikalnya yang menjuntai. Kayaknya memang biang keroknya adalah bagian clamp penyambung kabel vertikal, atau “Bahasa Jawa Krama Inggil”-nya vertical suspender. Terlebih TV One sempat menayangkankan gambar holder yang tergeletak di sisa jembatan dalam kondisi utuh.
Terus terang, aku belum sempat mempelajari lebih jauh. Tapi kalu melihat bentuk fisik jembatan, ada satu hal yang aku khawatirkan yaitu getaran akibat angin. Angin dapat membuat kaber vertikal bergetar sehingga klem yang menempel pada kabel utama (biasanya disebut Clamp Halp) sedikit melintir (twisted).
Meskipun diplintir sangat sedikit sekali namun jika berlangsung terus menerus maka akan menimbukan beban lelah (fatique). Persis kalo kita memutuskan kawat dengan cara membengkokkan kawat berkali-kali.
Jika klem pada salah satu kabel rusak, kabel utama akan menggeliat kemudian merusak kelm-klem yang lain yang pada dasarnya sudah kritis, mirip seperti reaksi berantai. Jika klem udah rusak maka holder bisa terlempar. Dari foto yang diunggah oleh Mas Indra Furwita, terlihat gambar holder yang masih utuh …
Juga sisa holder pada kabel utama yang cuma satu biji (harusnya dua biji alias sepasang), ada pula yang sudah hilang dua-duanya ….
Akh, sudahlah, ini cuma hipothesis, hasil yang bener ya tunggu dari BPPT ….
PS: Besok insya Allah saya buatkan gambar klemnya, buat temen-temen kompasianer yang belum mengerti vertical suspender … nyari lewat mbah google engga nemu juga nih!:
Berikut tambah yang sesuai yang sudah dijanjikan:
Kalo dari foto di atas, sekilas dapat terlihat bahwa kabel utama pada Golden Bridge jauh lebih melengkung (curved) daripada kabel utama pada Jembatan Kuati Kartanegara. Inilah yang bikin penasaran, apakah kabel vertikal yang panjangnya hampir sama, tidak saling berresonansi saat salah satu kabel bergetar tertiup angin?
Berikut detail gambar tentang Clamp Halp dan Holder pada vertical suspender:
Alifadian Yuhaniz
Sumber: http://regional.kompasiana.com
Runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara membuat aku teringat saat kuliah dulu, dimana aku dan beberapa teman dari Teknik Sipil membahas tentang pembangunan Jembatan Barelang. Mulai saat itulah aku tahu banyak tentang jembatan tipe suspensi.
Sekilas kalau melihat sisa puing-puing jembatan Kutai Kartanagara, kayaknya kabel-kabel vertikal terputus dari bagian atas. Tidak terlihat adanya sisa-sisa kabel vertikalnya yang menjuntai. Kayaknya memang biang keroknya adalah bagian clamp penyambung kabel vertikal, atau “Bahasa Jawa Krama Inggil”-nya vertical suspender. Terlebih TV One sempat menayangkankan gambar holder yang tergeletak di sisa jembatan dalam kondisi utuh.
Terus terang, aku belum sempat mempelajari lebih jauh. Tapi kalu melihat bentuk fisik jembatan, ada satu hal yang aku khawatirkan yaitu getaran akibat angin. Angin dapat membuat kaber vertikal bergetar sehingga klem yang menempel pada kabel utama (biasanya disebut Clamp Halp) sedikit melintir (twisted).
Meskipun diplintir sangat sedikit sekali namun jika berlangsung terus menerus maka akan menimbukan beban lelah (fatique). Persis kalo kita memutuskan kawat dengan cara membengkokkan kawat berkali-kali.
Jika klem pada salah satu kabel rusak, kabel utama akan menggeliat kemudian merusak kelm-klem yang lain yang pada dasarnya sudah kritis, mirip seperti reaksi berantai. Jika klem udah rusak maka holder bisa terlempar. Dari foto yang diunggah oleh Mas Indra Furwita, terlihat gambar holder yang masih utuh …
Juga sisa holder pada kabel utama yang cuma satu biji (harusnya dua biji alias sepasang), ada pula yang sudah hilang dua-duanya ….
Akh, sudahlah, ini cuma hipothesis, hasil yang bener ya tunggu dari BPPT ….
PS: Besok insya Allah saya buatkan gambar klemnya, buat temen-temen kompasianer yang belum mengerti vertical suspender … nyari lewat mbah google engga nemu juga nih!:
Berikut tambah yang sesuai yang sudah dijanjikan:
Kalo dari foto di atas, sekilas dapat terlihat bahwa kabel utama pada Golden Bridge jauh lebih melengkung (curved) daripada kabel utama pada Jembatan Kuati Kartanegara. Inilah yang bikin penasaran, apakah kabel vertikal yang panjangnya hampir sama, tidak saling berresonansi saat salah satu kabel bergetar tertiup angin?
Berikut detail gambar tentang Clamp Halp dan Holder pada vertical suspender:
Alifadian Yuhaniz
Sumber: http://regional.kompasiana.com
Kekasih Maya
Dia tidak akan menyangka. Tentu dia tak akan menyangka, namanya saja kejutan.
Dia yang kumaksud adalah Teddy. Teddy, kekasihku. Sebenarnya dia “hanya” kekasih mayaku. Kami belum pernah saling bertemu. Tapi kami sudah sangat akrab di dunia maya. Bermula dari pertemuan di sebuah ruang chatting umum, lalu akhirnya kami sering suka mojok sendiri. Ungkapan-ungkapannya, diksi yang digunakannya, aku menyimpulkan kami punya visi yang sama.
Kami sama-sama tertarik pada isu pendidikan. Bagaimana memajukan bangsa ini. Dari diskusi ke diskusi lainnya. Aku guru, dia wartawan dan tentunya masih bujangan. Bujangan yang bisa dikatakan lapuk, karena usianya sudah 34 tahun. Beda 7 tahun dariku yang baru menginjak 27. Aku kebetulan mendapat beasiswa di Inggris. Namun jarak Inggris-Indonesia yang terpisahkan samodera luas tak ada artinya bagi kami.
Kami sudah dua tahun membina komunikasi yang cukup dekat walau hanya di dunia maya, menjadi sangat akrab, sampai akhirnya saling memanggil “sayang”. Aku biasa chatting dengannya di sela-sela kuliah. Dia biasanya di sela-sela melakukan tugas editing koran. Rutinitas itu kami lakukan tiap hari, dan kami seakan tidak bosan. Selalu saja ada yang bisa dibicarakan. Dia adalah orang yang sangat asyik. Aku mabuk kepayang dibuatnya.
Dan kejutan yang kumaksud adalah kedatanganku ke kotanya. Sssst… sebenarnya kepulanganku ke Indonesia juga tak kuberitahukan padanya. Aku ingin ini benar-benar kejutan untuknya.
“Aku tak sabar untuk bertemu denganmu, Vita,” ujar Teddy suatu ketika saat kami chatting.
“Akupun begitu, mas,” ujar dia.
“Kapan ya kita bisa ketemu, kapan aku bisa memelukmu, dan bukan hanya mengirimkan emoticon ‘hug’?” rengeknya. Dan aku pun tersanjung. Melambung.
Teddy sering bercerita tentang sebuah taman di kotanya. Taman yang sangat ideal untuk memadu kasih. Dia bercerita, sering pergi ke taman untuk menulis. Pernah suatu ketika, kami saling menggunakan webcam, dan aku melihat Teddy dengan latar belakang taman yang indah. Ya, taman ini.
Aku tinggal di kota lain di Indonesia. Jadi aku hanya bisa membayangkan saja, atau melihat foto-foto yang dikirimkan Teddy padaku. Namun hari ini aku benar-benar ada di taman itu. Aku sengaja tak menghubunginya dulu. Aku ingin menghubunginya ketika sudah berada di taman. Pertemuan di taman ini tentu akan menjadi momentum yang sangat romantis. Taman ini akan menjadi saksi pertemuan pertamaku dengan kekasih mayaku. Taman ini juga akan menjadi saksi bisu tempat kami melepas rindu, setelah sekian tahun terlibat cinta yang memabukkan di dunia maya.
Huuh betul kata Teddy. Kelemahan taman ini adalah bangku taman yang kurang banyak. Sementara untuk duduk di rerumputan, aku akan berpikir panjang. Jangan-jangan jeans kesayanganku akan basah oleh embun. Maka aku pun mencari lokasi yang nyaman dan sejuk di pinggir danau. Sayang bangku yang kuincar sudah ditempati seorang ibu muda dan anak bayi laki-lakinya yang montok.
Kucoba menyapa mereka, walau sebenarnya dalam hati aku berharap mereka segera pergi, agar aku bisa leluasa menguasai bangku itu. “Halooo… si ganteng, siapa namamu? Boleh tante ikut duduk?”
Sang ibu muda langsung mengembangkan senyum. “Silakan… bangkunya masih luas. Namanya Dante.”
Aku pun menghempaskan bokongku di bangku besi dengan akas kayu itu. Aku bersalaman dengan ibu muda itu, yang kutaksir berumur kira-kira 24 atau 25 tahun tahun, lebih muda beberapa tahun dariku. Dia manis juga.
“Vita.”
“Dania.”
“Tamannya indah ya Mbak?” ujarku berbasa-basi.
“Begitulah, indah sekali. Ini tempat favorit kami dan orang-orang di kota ini,” jelas Dania. “Mbak Vita bukan orang sini?”
“Hehehe saya memang bukan orang sini, Mbak. Tapi sudah banyak mendengar tentang taman ini.”
“Oooh begitu… sedang menunggu teman?”
“Iya… eh enggak. Tepatnya saya sedang mau mengajak teman yang tinggal di kota ini untuk bertemu di sini. Tapi orangnya belum saya hubungi.”
“Oooh mau kasih kejutan ya?” tebak Dania sambil mengedipkan sebelah mata sebelum menyuapi bayinya, suapan terakhir.
“Begitulah,” ujarku tersipu.
“Baiklah… silakan kalau begitu. Kami pamit dulu, tuh ayahnya Dante udah jemput,” ujar Dania sambil beranjak, sembari menunjuk sesosok laki-laki yang menghampiri kami dari arah belakangku.
Aku menoleh. Terkesiap. Jantungku hampir copot. Persendianku lunglai.
Aku melihat samar-samar sosok yang sangat kukenal.
Dia juga terkesiap.
Dia adalah: Teddy.
Niken Satyawati\
Sumber: http://fiksi.kompasiana.com
Hadis Palsu tentang Huru-hara Jumat
Hadis Palsu tentang Huru-hara Jumat: Propaganda Menyesatkan Setelah Film 2012
Cobalah Anda google search kata “hadis huru-hara jumat”, maka ada beberapa situs yang memuat berita tentang ramalan akan terjadinya kejadian dahsyat pada pertengahan bulan ramadlan. Dilengkapi dengan sebuah hasil “kajian NASA” tentang planet X yang dihubung-hubungkan dengan sebuah hadis yang menjelaskan tentang kejadian dahsyat tadi.Ada beberapa orang yang nampaknya termakan berita tersebut, terutama karena pencantuman hadis sebagai referensinya. Apalagi dengan “didukung” analisis dari temuan-temuan ilmiah fenomenal saat ini, kepercayaan intuitif terhadap otoritas hadis seakan-akan berpadu dengan logisitas suatu analisis ilmiah yang melahirkan sikap histeria tertentu. Ada yang secara taken for granted menyerap berita tersebut lantas menyebarkannya dengan copy-paste, baik dibumbui basa-basi maupun tidak, melalui berbagai media penyebaran berita. Ada yang melemparnya sebagai “bahan diskusi” dalam forum-forum tertentu baik formal maupun non-formal. Ada juga yang menjadikannya sebagai “resep ampuh” untuk menggiring kalangan-kalangan tertentu ke arah “refleksi-pertaubatan” baik secara massal maupun individual….
Sebagai sebuah berita, tidak ada yang tidak wajar jika kemudian informasi tersebut menyebar begitu saja dan memotivasi berbagai sikap dari para penerimanya. Kita masih ingat beberapa tahun ke belakang ketika film 2012 yang disutradarai Roland Emmerich beredar. Berita tentang film itu begitu menghebohkan sehingga semakin memperkuat bukti kehebatan kapitalisme yang mampu menyeret semua orang dalam pusarannya, bahkan orang yang anti terhadap kapitalisme bisa menjadi alat bagi kapitalisme untuk menggemukkan dirinya. Hal ini sangat jelas tergambar betapa sikap mengharamkan film 2012 justru menjadi iklan gratis bagi film 2012 untuk semakin banyak menyedot penonton.
Namun lain lagi ceritanya jika berita tersebut telah melibatkan hadis sebagai sumber informasi dengan otoritas Rosulullah SAW, maka secara ekslusif hadis tersebut perlu dipastikan dulu validitasnya mengingat otoritas Rosulullah SAW tadi. Dan untuk memastikan hal ini ada disiplin ilmu hadis yang membahasnya. Dengan ilmu hadis ini umat Islam khususnya, diarahkan pada satu etika dan sikap untuk tidak menyalahgunakan otoritas Rosulullah SAW, bahkan untuk tujuan kebaikan sekalipun. Dengan kata lain, sebaiknya umat Islam membiasakan sikap kritis dan tidak mudah meyakini apalagi menyebarkan sebuah berita berlabel hadis, terlepas dari kepentingan apapun yang berkaitan dengan penyebaran “berita berhadis” seperti itu.
Dalam ilmu hadis ada dua macam kritik terhadap hadis : kritik sanad dan kritik matan. Kritik sanad berkaitan dengan kritik terhadap periwayatan sebuah hadis yang meliputi kesinambungan pemberitaan antar periwayat mulai dari Nabi sampai ulama yang membukukan hadis, serta terhadap integritas moral dan intelektual para periwayat. Sementara kritik matan berkaitan dengan kritik terhadap isi berita dari hadis.
Terkait berita menghebohkan yang memuat hadis tentang huru-hara di pertengahan ramadlan, secara kritik sanad, ada periwayat yang integritasnya dicela oleh kebanyakan kritikus hadis sehingga hadis-hadis yang berasal dari atau melalui dia termasuk hadis munkar (layak diingkari validitasnya). Periwayat tersebut bernama Nu’aim bin Hammad yang banyak meriwayatkan “hadis” dalam kitab Al-Fitan yang banyak memuat cerita-cerita berkenaan kisah akhir zaman. Dr Fahd Salman Audah mengatakan hadis itu sangat lemah (dlo’if jiddan) atau palsu (maudlu’).
Bahkan Imam Az-Zahabi mengatakan : “Tak seorang pun boleh berhujjah dengan hadith Nu’aim bin Hammad sebab dia telah mengarang kitab tentang fitnah akhir zaman dengan memuat keajaiban-keajaiban dan banyak pula hadis yang dibawanya adalah Munkar. Dia banyak mengambil hadis dari Ka’ab bin al-Ahbar yang dikenali lantaran banyak merujuk pada kitab-kitab Israiliyyat. Dia juga banyak mengambil hadis dari orang-orang yang tidak dikenal dan diragukan”.
Dalam memahami matan atau isi hadis pun kita hendaknya mensingkronkannya dengan ayat-ayat Al Quran yang relevan. Jika isi hadis bertentangan dengan isi Al Quran, maka hadis tersebut validitasnya dianggap lemah, dan seterusnya.
Akhirnya, ada yang lebih penting dari sekedar beriman, yakin, atau percaya terhadap peristiwa-peristiwa ghaib seperti itu. Adalah jangan sampai ketakutan manusiawi kita terhadap peristiwa-peristiwa seperti itu mengalahkan ketakutan kita terhadap Allah SWT. Jangan sampai kita rajin “beribadah” karena tahu dan yakin bahwa peristiwa kiamat itu dahsyat seperti dijelaskan dalam Al Quran.
Asep Hilman Yahya
Sumber: http://edukasi.kompasiana.com
Dua Gunung Yang Dapat Mempercepat Kiamat
Inilah Dua Gunung Yang Dapat Mempercepat Kiamat
Saya membaca, mempelajari, dan meyakini bahwa ada begitu banyak gunung
berapi yang sangat berbahaya di dunia ini. Tapi ada juga yang luar biasa
berbahaya dan ganasnya tatkala ia meletus. Gunung Tambora misalnya,
adalah salah satu gunung yang ledakannya paling dahsyat di dunia. Ada
juga ledakan gunung Tanpo di Finlandia yang maha dahsyat itu. Tapi yang
paling terkenal walaupun masih kalah dahsyat dibanding ke dua gunung
tadi, adalah Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda Ia lebih dikenal
dan terkenal diolehkarenakan Gunung Krakatau meletu ketika populasi
manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, bahkan
juga telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang.
Anak Krakatau.
Anak yang terlahir ini bukanlah anak haram. Ia memang lahir setelah orang tuanya lenyap. Tepatnya 40 tahun setelah kepergian Induk Krakatau yang meletus mahadahsyat, lalu kemudian melahirkan anak yang terus bertumbuh besar. Hari lahirnya tercatat resmi pada tahun 1927. Munculnya gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau dari kawasan kaldera purba tersebut tentu menimbulkan rasa was-was yang sama. Akankah ia akan se-ganas dan se-dahsyat leluhurnya?
Faktanya, tiap tahun ia bertumbuh dan bertambah tinggi. Melalui kalkulasi maka para ahli menyimpulkan bahwa kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 20 inci per bulan. Oleh karena itu diketahuilah berapa penambahan tinggi setiap tahunnya. Saat ini, ketinggian Anak Krakatau sudah mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara induknya yaitu Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.
Kita mungkin trauma dan takut dengan peristiwa sejarah kelam meletusnya Gunung Krakatau. Betapa banyak jiwa menjadi korban dari amukan gunung yang sungguh luar biasa itu. Dan betapa kita tak bisa mencegah sebuah gunung untuk supaya tidak meletus. Menurut sorang ahli bernama Simon Winchester, bahwa realita-realita geologi, seismik serta tektonik di Jawa dan Sumatera yang aneh akan memastikan bahwa apa yang dulu terjadi pada suatu ketika akan terjadi kembali. Tak ada yang tahu pasti kapan Anak Krakatau akan meletus. Tapi ia diperkirakan akan mengikuti jejak induknya. Beberapa ahli geologi memprediksi letusan ini akan terjadi antara tahun 2015-2083.
Aktivitas beberapa gunung berapi akhir-akhir ini
tentu mengisyaratkan kita sebagai manusia untuk lebih mawas diri,
bersiap, dan terus belajar untuk lebih memahami alam sekitar kita.
Sebuah contoh kecil adalah Gunung Soputan di Minahasa yang terus-menerus
membingungkan para ahli dengan aktivitasnya yang ganjil dan tak
henti-hentinya. Kemudian juga Anak Gunung Krakatau yang semakin
menunjukkan gejala aktif. Bahkan hari ini sempat menyemburkan abu sampai
ratusan meter tingginya. Semua aktivitas-aktivitas itu jangan pernah
dianggap remeh.
Menurut para ahli, suara yang paling keras yang
pernah terdengar terjadi pada tanggal 27 Agustus 1883, ketika gunung
berapi Krakatau itu mengamuk tak karu-karuan, ia meletus dengan letusan
paling hebat dalam sejarah, menewaskan tidak kurang dari 35.000-36.000
jiwa. Enam kilometer kubik campuran lahar dan debu terlontar ke udara
dan belakangan awan debunya tersebar ke seluruh dunia dan mewarnai
matahari terbenam di pelosok-pelosok dunia selama tiga tahun setelahnya.
Matahari bersinar redup selama setahun penuh. Abu yang beterbangan
bahkan terlihat jelas di langit New York Amerika. Suaranya terdengar
sampai ke Pulau Rodriquez di Samudra Pasifik yang jaraknya hampir 5.000
kilometer dari gunung itu. Pokoknya, luar biasa sangat. Tak terpikirkan.
Tak terbayangkan. Letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama
di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut, makanya ia tercatat manis
dalam sejarah pahit.
Tapi itu dulu, sekarang ini menurut saya ada dua
jenis gunung yang harus diwaspadai lebih lagi. Dua gunung yang bakalan
mempercepat kiamat seandainya mereka mengamuk, dan meletus.
Yellowstone. Yellowstone boleh saja dianggap sama seperti gunung berapi lainnya, tapi bedanya Yellowstone adalah super volcano (atau dikenal dengan super V), yang jelas-jelas lebih kuat dan lebih dahsyat dari gunung berapi biasa. Super volcano
yang ada di dunia ini banyak, tapi selama berabad-abad mereka bisa
terrsembunyi dengan aman tanpa kita ketahui. Kenapa bisa? Karena kalau
gunung berapi biasa, ujungnya mengerucut ke atas seperti bentuk
piramida, maka Super V mengerucut ke bawah (piramida terbalik). Moncongnya membenam jauh ke dasar bumi, hal mana menjadikannya sangat berbahaya.
Nah, super volvano paling besar yang sudah ditemukan adalah di taman wisata bernama Yellowstone National Park,
Wyoming Amerika Serikat. Dibawah dasar bumi yang terlihat asyik, kalem,
dan mempesona di Yellowstone National Park itu sebenarnya tersimpan
sesuatu yang maha dahsyat. Yang amat berbahaya bagi kelangsungan hidup
manusia modern. Ini disebut juga caldera. Di dalamnya tersimpan gas
gunung berapi yang sudah terkurung selama ratusan tahun, magma yang luar
biasa banyaknya, serta batu-batu gunung yang sangat keras. Tingkat
kekuatan ledakan Yellowstone diperkirakan berada pada tingkatan paling
tinggi yang paling mungkin terjadi dalam sejarah yaitu 8, atau dikenal
dengan The Highest Possible Level of Volcano Explosivity Index. Kalau ledakan itu terjadi, bukan hanya Amerika yang akan tenggelam, tapi dunia bakalan ‘kiamat’.
Pertanyaannya adalah: Akankah Yellowstone meletus?
Beberapa fakta dan data mengamini itu. Jawaban para
ahli mendukungnya. Akhir-akhir ini aktivitas Yellowstone semakin
meningkat. Bahkan Amerika memiliki sebuah badan khusus yang tugasnya
memantau aktivitas gunung ini setiap bulannya. Beberapa hasil pantaunnya
dapat dilihat di sini: http://volcanoes.usgs.gov/yvo/activity/
Ada beberapa tanda-tanda yang mulai terlihat, misalnya saja temperatur yang dimiliki danau glacial
di Yellowstone mulai meningkat. Timbunan-timbunan di dasar danau
semakin bertambah besar. Ventilasi hawa panas disepanjang Norris Geyser
rupa-rupanya juga mengakibatkan temperatur tanah dataran sekitar situ
meningkat sangat signifikan.
Pada bulan Oktober 2011 lalu, sebuah badan kerja sama yang terdiri dari badan pemantau Super V Yellowstone yaitu The Yellowstone Volcano Observatory (YVO) dan lembaga survey geologi Amerika, dikenal dengan nama The U.S. Geological Survey (USGS),
sudah mencatat begitu banyak aktivitas gempa di National Park itu.
Tercatat sekitar 27 gempa telah terjadi. Bulan sebelumnya (September
2011) bahkan lebih banyak lagi yaitu 45 kali gempa. Pada bulan Juli
terjadi aktivitas gempa 50-an kali. Ini jelas menandakan keaktifan
Yellowstone semakin menampak. Memang letusan Yellowstone yang paling
akhir terjadi sekitar 70.000 tahun lalu. Tapi kapan ia akan kembali
meletus? Masih tanda tanya.
Anak yang terlahir ini bukanlah anak haram. Ia memang lahir setelah orang tuanya lenyap. Tepatnya 40 tahun setelah kepergian Induk Krakatau yang meletus mahadahsyat, lalu kemudian melahirkan anak yang terus bertumbuh besar. Hari lahirnya tercatat resmi pada tahun 1927. Munculnya gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau dari kawasan kaldera purba tersebut tentu menimbulkan rasa was-was yang sama. Akankah ia akan se-ganas dan se-dahsyat leluhurnya?
Faktanya, tiap tahun ia bertumbuh dan bertambah tinggi. Melalui kalkulasi maka para ahli menyimpulkan bahwa kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 20 inci per bulan. Oleh karena itu diketahuilah berapa penambahan tinggi setiap tahunnya. Saat ini, ketinggian Anak Krakatau sudah mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara induknya yaitu Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.
Kita mungkin trauma dan takut dengan peristiwa sejarah kelam meletusnya Gunung Krakatau. Betapa banyak jiwa menjadi korban dari amukan gunung yang sungguh luar biasa itu. Dan betapa kita tak bisa mencegah sebuah gunung untuk supaya tidak meletus. Menurut sorang ahli bernama Simon Winchester, bahwa realita-realita geologi, seismik serta tektonik di Jawa dan Sumatera yang aneh akan memastikan bahwa apa yang dulu terjadi pada suatu ketika akan terjadi kembali. Tak ada yang tahu pasti kapan Anak Krakatau akan meletus. Tapi ia diperkirakan akan mengikuti jejak induknya. Beberapa ahli geologi memprediksi letusan ini akan terjadi antara tahun 2015-2083.
Tapi ada beberapa pakar lainnya yang menyatakan
bahwa tidak ada teori yang masuk akal tentang Anak Krakatau yang akan
kembali meletus dalam waktu dekat ini. Tapi mereka menegaskan, kalau
sampai ia meletus. Andaikata ia benar-benar meletus setelah
tingginya melampaui induknya, jelas sekali angka korban yang ditimbulkan
akan lebih dahsyat dari letusan induknya. Lalu kapan ia akan
meletus dan mempercepat kiamat? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mampu
menganalisa dan mempridiksi kekuatan alam, tapi hanya Tuhan yang maha
mengetahui.
Seandainya Super V-Yellowstone dan Anak Krakatau meletus, batu-batu luar biasa besar, lava panas, kumpulan magma dan semua isi perut gunung akan terlontar ke udara dengan kecepatan supersonic. Kota-kota disekitarnya terancam bahaya besar. Pada tingkat berikutnya adalah racun-racun radioaktif yang berhamburan jatuh dari angkasa. Awan abu beterbangan di atas benua-benua, menghentikan semua jadwal penerbangan yang ada, menurut estimasi bisa selama 3-5 tahun. Awan abu itu juga akan menutup sinar matahari. Akibatnya? Sungguh mengerikan, karena tertutupnya sinar matahari menyebabkan menurunnya temperatur udara dan sangat mungkin diikuti oleh apa yang dikenal sebagai “nuclear winter” (hujan nuklir). Tidak ada penerbangan, tidak ada satelit, tidak ada hubungan radio apapun, dan hujan radioaktif semakin memperparah keadaan. Teknologi menjadi putus bahkan mati sama sekali, tentu ini menyisahkan pertanyaan maha penting: Tanpa teknologi, bagaimana nasib generasi sesudah letusan itu?
Gambaran mahadahsyat tentang letusan luar biasa,
yang tentunya akan membuat umat manusia, kalaupun tidak punah seluruhnya
akan mengalami masa-masa sulit, dimana hidup yang manusia rasakan saat
ini berubah total dan drastis. Sangat mungkin mendekati jaman ketika
teknologi belum ditemukan, sementara sakit penyakit terus mewabah luas
dan dengan intesitas amat tinggi. Semoga saja ini tidak terjadi pada
generasi kita, dan generasi anak cucu kita. Tapi satu hal yang pasti
kita harus lebih peka dan lebih menyayangi bukan saja terhadap sesama
kita manusia, tapi juga terhadap bumi dan alam dimana kita menumpang
tinggal ini.
Data Sources: YVO, USGS, Mountain activity.
Michael Sendow
Sumber: http://green.kompasiana.com