Rabu, 18 Januari 2012

Syariat Islam dan Masyarakat Nonmuslim

Tulisan ini dimuat di Harian Tribun Timur Makassar. Tulisan lama, tapi semoga mencerahkan dan menyegarkan.

Opini penegakan syariat Islam bak bola salju yang terus bergulir dan membesar. Umat Islam yang dulu tak mengenal bahkan anti dengan syariat Islam, kini tampak mulai menerima dan memahami syariat Islam yang sesungguhnya. Ini dibuktikan melalui hasil survey Roy Morgan Research yang terbaru (Juni 2008) mengatkan bahwa, 52 persen rakyat Indonesia menuntut Penerapan Syariat Islam. Hal ini sejalan dengan hasil survey yang dilakukan oleh beberapa lembaga. Hasil survei PPIM UIN Syarif Hidayatullah tahun 2001 dan 2002 (Majalah Tempo, edisi 23-29 Desember 2002). Hasil survei menunjukkan: sebanyak 67% (2002) responden berpendapat bahwa pemerintahan yang berdasarkan syariat Islam adalah yang terbaik bagi Indonesia. Padahal survei sebelumnya (2001) hanya 57,8% responden yang setuju dengan pendapat demikian. Berarti peningkatannya cukup signifikan, yakni sekitar 10%.Namun disatu sisi, ketika seruan penerapan syariat Islam semakin menggema, pencitraburukan syariat Islam dan para pejuangnya pun semakin membahana.

Salah satu stigmatisasi negatif yang sering dialamatkan kepada syariat Islam salah satunya adalah bahwa ketika syariat Islam diterapkan, maka akan memberangus pluralitas dan orang non muslim. Mereka akan dipaksa untuk masuk Islam, gereja akan ditutup, mereka tidak bisa makan babi dan berbagai kekhawatiran lainnya. Namun apakah memang seperti itu? Bernarkah syariat Islam adalah sistem tirani minoritas yang tidak mengakui pluralitas?

Semua itu adalah fitnah dengan alasan yang tak argumentatif. Syariat Islam sendiri menjamin bahwa kekhawatiran diatas tidak akan terjadi, karena syariat tidak akan memaksa mereka masuk Islam dan melakukan semua yang dikhawatirkan itu. Karena prinsip dasar dakwah Islam kepada non-muslim adalah tidak ada paksaan dalan beragama (memeluk Islam) seperti yang tertuang dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 256.

Syariat Islam adalah seperangkat aturan yang mengakui eksistensi pluralitas (keberagaman) dan tidak menafikkan keberadaan agama diluar Islam. Karena itu Islam pun mempunyai aturan, bagaimana menyikapi pluralitas termasuk didalamnya orang non-muslim. Dalam kehidupan yang menyangkut wilayah pribadi, syariat Islam hanya diberlakukan kepada muslim. Sementara non-muslim diberikan kebebasan untuk menjalankan aturan agamanya sendiri.

Adapun dalam kehidupan umum, muslim dan non-muslim, tanpa terkecuali harus mengikuti aturan syariat Islam. Ini bukan sebuah konsep ketidakadilan, karena syariat Islam adalah ramatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam) bukan hanya rahmat untuk orang Islam semata.

Contohnya larang riba. Pelarangan diterapkannya sistem ekonomi riba, jelas tidak Cuma bermanfaat bagi kaum muslimin saja. Karena sistem riba yang merupakan tulang punggung ekonomi kapitalis, akan mencelakakan seluruh umat manusia, baik muslim maupun non-muslim. Seruan Islam untuk meninggalkan sistem ekonomi kapitalis yang berbasis riba adalah seruan untuk menyelamatkan seluruh umat manusia. Telah terbukti sistem kapitalis saat ini telah membawa dunia kepada jurang kebangkrutan.

Contoh lain misalnya, syariat Islam tidak membenarkan jika pengelolaan sektor pertambangan diberikan kepada individu apalagi perusahaan asing. Namun syariat Islam mewajibkan pengelolaan pertambangan diserahkan kepada negara dan keuntungannya dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Konsep cemerlang seperti ini jelas tidak hanya membawa kemakmuran kepada masyarakat muslim namun juga akan mensejahterakan non-muslim.

Ada anggapan bahwa ketika syariat Islam diterapkan secara menyeluruh dalam kawalan institusi negara maka orang non muslim akan menjadi warga kelas dua. Ini adalah anggapan yang tidak benar. Dalam pandangan syariat Islam, muslim dan non-muslim diperlakukan sama sebagai warga negara. Bahkan secara spesifik apa yang diwajibkan kepada muslim tidak diwajibkan kepada non-muslim, seperti membayar zakat. Dalam kehidupan publik, warga non-muslim akan mendapatkan hak yang sama dengan masyarakat muslim. Muslim dan non-muslim sama-sama berhak mendapatkan perlindungan keamanan, pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis. Jika seorang muslim tidak boleh dicederai jiwa dan kehormatannya serta diambil hartanya tanpa alasan yang jelas, maka begitu juga non-muslim.

Kampanye hitam, yang dialamatkan kepada syariat Islam dan khilafah (negara Islam) dibantah oleh TW Arnold dalam bukunya The Preaching of Islam. Ia membantah propaganda busuk yang selama ini dilontarkan terhadap syariat Islam tentang perlakukan diskriminatif terhadap non-muslim di negara khilafah. Selain oleh TW Arnold, kampanye hitam terhadap syariat Islam pun dibantah oleh fakta sejarah.

Di Yunani misalnya, sekalipun jumlah orang Yunani lebih banyak dari jumlah orang Turki di berbagai provinsi khilafah yang ada dibagian Eropa, toleransi keagamaan diberikan kepada mereka, perlindungan jiwa dan harta yang mereka dapatkan membuat mereka mengakui kepemimpinan Sultan atas seluruh umat Kristen.

Pada saat penaklukan Kota Konstantinopel oleh Sultan Muhammad II pada tahun 1453, maka Sultan melarang keras segala penindasan terhadap kaum non-muslim. Maka dikeluarkanlah sebuah dekrit yang memerintahkan penjagaan keamanan pada uskup agung yangbaru terpilih. Sang Uskup juga diberikan kesempatan untuk meminta perhatian pemerintahan Islam untuk menyikapi para gubernur yang bertindak tidak adil terhadap warga non-muslim.

Jaminan keamanan pun wajib diberikan kepada orang non-muslim. Sejarah mencatat pada masa daulah khilafah masih Berjaya, pemerintahan Islam pada saat itu memberikan sertifikat tanah (tahun 925 H/1519 M) kepada pengungsi Yahudi yang diusir dari Spanyol setelah runtuhnya pemerintahan Islam disana. Terdapat pula surat jaminan keamanan dan perlindungan kepada Raja Swedia (30 Jumadil Awal 1121 H/7 Agustus 1709 M). Selain itu Raja Prancis juga pernah dilindungi oleh Khalifah Sulaiman al-Qanuni ketika diancam oleh musuh-musuhnya.

Paparan diatas adalah beberapa fakta sejarah yang membuktikan keadilan syariat Islam dalam memperlakukan orang non-muslim. Karena begitu adilnya syariat Islam memperlakukan kaum muslim dan non-muslim, maka kaum Kristen koptik malah membantu pasukan Amru bin al-‘Ash atas pembebasan Mesir atas pemerintahan Bizantium yang merupakan pemerintahan Kristen. Kaum Kristen Koptik memilih membantu pemerintahan Islam untuk menaklukkan saudaranya sendiri (kaum Kristen Bizantium), karena mereka telah merasakan kenikmatan dan kemakmuran hidup dibawah naungan syariat Islam.

Karena bukti keadilan Islamlah yang mambuat kaum Yahudi Spanyol memilih tinggal di wilayah negara Islam setelah inkuisisi oleh Ratu Isabella. Hal yang sama juga membuat orang-orang Rusia memilih tinggal di wilayah negara Islam pasca Revolusi Bolchevik. Namun sayang fakta sejarah ini seolah dengan sengaja dipendam untuk tetap mengokohkan stigmatisasi negatif terhadap syariat Islam.

Timbulnya kecemasan dan ketakutan non-muslim terhadap penegakan syariat Islam adalah karena ketidaktahuan atau kesalahpahaman mereka terhadap syariat Islam. Semua ini terjadi karena tidak ada yang menjelaskan syariat Islam dengan penjelasan yang gamblang dan tegas. Atau bisa jadi karena adanya kampanye buruk (black campaign) terhadap syariat Islam. Diperparah lagi pola tingkah sebagian media yang selalu mengidentikkan syariat Islam dengan aturan yang bersifat “barbarian” penuh kekerasan dan tidak manusiawi. Selain itu para pengemban dakwah yang ikhlas memperjuangkan tegaknya syariat Islam, justru diidentikkan dengan pelaku teroris. Padahal pejuang penegak syariat Islam adalah mereka yang selalu berusaha menyelamatkan Indonesia dari hegemoni sistem kapitalis,tak pernah lelah mengoreksi kebijakan pemerintah yang tidak pro-rakyat, menyeru pemerintah untuk melepaskan diri dari intervensi asing, dan menghindarkan negeri ini dari disintergrasi bangsa. Mereka bukan teroris tetapi sosok ideal penyelamat bangsa.


Adi Wijaya
http://hukum.kompasiana.com



Tak Henti-hentinya Para Badut di DPR Itu “Melucu”

Silakan tertawa, menangis pun boleh  menyaksikan para badut di senayan itu yang tak pernah berhenti “melucu”. Tak perlu lagi dijelaskan apa lelucon mereka terbaru. Bisa jadi ovj pun kalah lucu saat mereka belaga ga tau, belaga pilon tentang keluarnya dana untuk ini itu. Bantahan-bantahan itu sejujurnya mengindikasikan kuat  sifat merendahkan logika masayarakat banyak. Mirip kebanyakan sinetron di Indonesia yang juga merendahkan logika. 

Yah apa lagi yang hendak di tulis? Rasanya semua sumpahserapah telah ditujukan pada anggota dewan terhormat itu. Tapi mereka bergeming, malah esok dan esoknya lagi membuat lelucon-lelucon baru. Hal yang tampak paling menonjol dari prilaku anggota dewan terhormat itu atas kritik masyarakat, mereka nampak nyantai, merasa tak merasa bersalah atas apa yang dilakukannya. Kalaupun mereka berbantah-bantahan tentang prilaku minor mereka sendiri, sebenarnya itu sekadar lipstik, sekadar konsumsi untuk publik semata isyaratkan bahwa ada loh dari kawanan badut itu yang benar-benar merakyat. Mereka ingin mengatakan : nila setitik, rusak susu sebelanga

Dalam sistem demokrasi seperti di Indonesia mekanisme penyampaian suara rakyat diwakili melalui lembaga DPR. Harapan orang banyak atas peran DPR itu sebenarnya sudah terang benderang dan itu pun amat mudah dipahami oleh para anggota DPR itu sendiri. Masalahnya, seperti kata para pakar, para anggota dewan yang terhormat itu tidak benar-benar mewakili suara rakyat, tapi mewakili partainya. Pada saat pemilu legislatif mereka mengklaim dirinya wakil rakyat, tapi begitu telah duduk manis di DPR ia menjelma sebagai wakil partai.

Semua orang mafhum, untuk duduk manis di kursi mahal seharga dua puluh empat juta itu, tak sedikit tenaga dan tentu saja kocek yang harus dirogoh. Nyumbang kas partai, biaya bikin spanduk, baliho, brosur, nyogok orang-orang tertentu di partai agar namanya masuk “daftar jadi” dan untuk segala macam keperluan yang jumlahnya bisa mencapai miliaran. Kalaupun calon tak punya cukup duit untuk jadi anggota DPR, tapi calon itu dinilai potensial, partainya akan membuat semacam perjanjian dengan calon itu agar ini dan agar itu. Jadi sebenarnya kita termasuk bodoh jika berharap banyak dari para anggota dewan itu. Karena awalnya sudah busuk, membusuklah terus barang itu.

Kursi seharga 24 juta per buahnya merupakan sedikit dari sekian banyak “lelucon” mereka. Kalau mau disebut sebagai kawanan, mereka sejenis kawanan singa yang hidup berkelompok. Mereka akan saling berkelahi manakala ada makanan. Setelah kenyang mereka kembali berkawan. Tapi jangan lupa, kawanan singa tak pernah menyimpan makanan, dan tak perlu fasilitas mewah, bahkan mereka hidup telanjang!.
Lantaran tak ada sanksi hukum (sebatas sanksi moral masayarakat yang terbukti tak pernah membuat mereka jera) atas semua lelucon yang mereka tampilkan, nampaknya para anggota dewan yang terhormat itu akan terus memproduksi serial humornya. Apalagi jatah mereka duduk di kursi seharga 24 juta itu sebentar lagi habis. Lihat saja mereka akan makin membabi-buta.

Jika orang yang mewakili bertingkah aneh-aneh, tentunya wajar jika orang yang diwakili bertingkah lebih nyleneh. Silakan tertawa, menangis pun boleh  menyaksikan para badut di senayan itu yang tak pernah berhenti “melucu”. Saya meilih tertawa hahahahahaha…menertawakan kekerdilan jiwa, ketiadaan hati seorang manusia.

Arief Daradjati
http://birokrasi.kompasiana.com

Nasi Pecel "Yu Sri" Semarang


Ternyata di Semarang ada juga tempat makan pecel yang enak. Lokasinya di Simpang Lima, namanya Nasi Pecel "Yu Sri". Diajak oleh Pak Suroto, teman saya dari Depkominfo, kami beserta rombongan lainnya langsung meluncur ke Simpang Lima yang jaraknya hanya sekitar 10 menit dari hotel Pandanaran untuk menikmati nasi pecel ini.

Buka sejak pukul 17.00, warung ini tidak pernah sedikitpun sepi. Pengunjung terus mengalir untuk menikmati nasi dengan sayuran rebus yang diberi bumbu kacang ini, dan disajikan diatas pincuk daun pisang.
Penjaja makanan tidak pernah berhenti, benar-benar tidak pernah berhenti, untuk mengambil nasi, sayur, lauk pauk lainnya dan kemudian mengguyurnya dengan bumbu pecel. Kita pun harus menunggu giliran untuk dapat tempat duduk di warung kecil ini, dan setelah selesai makan rasanya tidak enak berduduk lama-lama karena sudah banyak orang yang berdiri untuk menanti giliran agar bisa duduk makan.

Sebagai lauk pendamping kita bisa memilih banyak jenis penganan. Salah satu yang paling laris adalah sate keong. Selain itu jeroan seperti Paru, Babat, dan Usus juga menjadi favorit lauk pendamping.Jeroan ini digoreng basah, seperti dibacem lah. Tahu dan Tempe juga pasti tersedia, selain peyek udang. Saya sendiri memilih lauk pendamping babat,telor ceplok, sate usus ayam dan sate ati ampela. Hmmmmmmmm, yummi banget deh pokoknya, walaupun bumbu kacangnya masih lebih dahsyat bumbu pecel SGPCnya Jogja.

Dan yang lebih hebat lagi, harganya juga murah. Makan ber-enam dengan tiap orang mengambil sate cukup banyak, jeroan dan lainnya, tentu dengan disertai minum teh botol, kami cukup membayar 69rebu perak :) Kesimpulan: Jika kamu ke Semarang sempatkan untuk ke Simpang Lima, menikmati kuliner tradisional Nasi Pecel "Yu Sri".

Sumber: http://www.banyumurti.net

Nasi Pecel Mbok Sador Semarang


Masih dari kawasan Simpang Lima – Semarang, ada satu lagi tempat makan pecel yang juga menjadi favorit banyak orang, namanya Nasi Pecel Mbok Sador. Menyediakan tempat yang lebih luas dibanding Nasi Pecel Yu Sri, sajian yang dihidangkan disini tidak jauh berbeda dengan Yu Sri.




Penjaja pecel duduk di tengah tenda dihadapan pecel dan berbagai menu sampingan. Perbedaan yang cukup kentara adalah di bumbunya, sedikit lebih pedas dan berasa. Di sinipun kita bisa dapatkan menu sampingan seperti berbagai jeroan (usus, paru, babat, daging dan lain-lain), peyek teri, sate telor puyuh, sate telor ayam dan lain-lain. Kalau perut gak kerasa kenyang, kayaknya ingin mencoba semua sajian yang ada di meja ini.



Untuk minumnya kita juga dapat memesan segelas es jeruk yang segar. Soal harga, jangan ditanya, kami berlima hanya mengeluarkan uang tak lebih dari 60rb total untuk semua makanan dan minuman yang kami santap. Jadi kalo jalan-jalan di Simpang Lima-Semarang jangan ragu-ragu untuk menyantap satu pincuk nasi pecelnya Mbok Sador. Selamat menikmati….


Sumber: http://www.banyumurti.net

Daftar Belanja Militer Kemenhan Tahun 2012

Kemenhan menyiapkan Rp150 triliun untuk belanja lima tahun ke depan.

Eko Huda S, Nur Eka Sukmawati
Latihan Kesenjataan Terpadu (ANTARA/Seno S)
 
 
Kementerian Pertahanan memiliki dana sebesar Rp150 triliun untuk belanja dalam lima tahun ke depan. Dana itu akan dialokasi untuk tiga pos penting, terutama terkait dengan peremajaan Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista).

"Yang harus dipahami, anggaran dalam pembelian alutsista itu multi years dengan melalui proses yang panjang dan bertahap," ujar Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro di Gedung Kemhan, Jakarta, Senin 16 Januari 2012.

Anggaran tersebut digunakan untuk tiga hal, antara lain Rp50 triliun dana on top untuk percepatan Minimum Essential Force (MEF), Rp55 triliun untuk alutsista, dan Rp45 triliun untuk pemeliharaan dan perawatan. Sebagian dana itu, akan digunakan berbelanja pada tahun 2012 ini.
Berikut daftar belanja TNI untuk tahun 2012 itu:

1. TNI Angkatan Darat (TNI AD): Main Battle Tank, senjata anti altileri berupa roket, multiple launcher rocket system, dan meriam armed dengan fokus meriam kaliber 150 mm.

TNI AD juga berencana membeli senjata artileri pertahanan udara yang difokuskan pada peluru kendali dan helikopter yang difokuskan pada helikopter serbu dan serang, serta Panser yang akan dibuat oleh PT Pindad.

2. TNI Angkatan Udara (TNI AU): Senjata anti pesawat udara, pesawat tempur F16, helikopter Cougar 735 sejenis Super Puma, dan Hercules sebanyak empat unit dari Australia.

3. TNI Angkatan Laut (TNI AL): Sea Rider, Fastboat Patrol, Kapal Perusak, Hidro Oceanic, Kapal Latih untuk pengganti KRI dewarutji. Selain itu, ada juga kapal-kapal administrasi, seperti kapal angkutan tank dan minyak, serta kapal selam.

"Kami berharap pada semester pertama 2012 ini bisa menyelesaikan beberapa kontrak khususnya terkait alat utama sistem persenjataan," ungkap Dirjen Sarana dan Prasarana Kementerian Pertahanan, Marsekal Muda Bogas Silaen. (umi)

• VIVAnews 
 http://nasional.vivanews.com

Menhan: Kekuatan Militer RI Sudah Khawatirkan Negara Lain

Laurencius Simanjuntak - detikNews


Penguatan pertahanan negara lewat peningkatan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) terus dilakukan pemerintah. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan bahkan kekuatan militer Indonesia sudah banyak membuat khawatir banyak negara.

"Saya buka saja, kita sudah banyak mengkhawatirkan negara lain," kata Menhan saat silaturahmi dengan pemimpin redaksi media massa di Gedung Jenderal TNI M Yusuf, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (17/1/2012).

Menhan mengatakan kekhawatiran negara lain itu tidak pas. Sebab, sama seperti China, RI membangun kekuatan militer karena pertumbuhan ekonomi dan pembangunan teknologi yang semakin membaik.

"Pembangunan kesejahteraan dan selalu diikuti dengan pembangunan keamanan," kata Menhan.

Dia menegaskan pengadaan alutsista yang terus dilakukan pemerintah saat ini adalah bukan untuk menyerang negara lain. "Bukan untuk offense, tapi defense. Menjaga kedaulatan kita," ujarnya.

Penjagaan kedaulatan itu, kata Menhan, bisa dilihat saat pesawat Sukhoi TNI AU menghimpit pesawat Wakil Perdana Menteri Papua Nugini. Hal itu dilakukan karena memang pesawat negara tetangga itu tidak mempunyai clearance.

"Kalau saya di lapangan, tidak ada clearance, ya saya perintahkan untuk terbang," ujarnya.

Menhan memaparkan, di darat TNI AD sudah memiliki batalyon infantri terbesar se-ASEAN, yakni 100 batalyon lebih. Di laut, TNI AL memiliki frigad, dan di udara TNI AU akan memiliki dua skuadron Sukhoi.

Kementerian Pertahanan selama tahun 2009-2014 memiliki anggaran Rp 150 triliun untuk pengadaan alutsista. Rinciannya, Rp 50 triliun untuk pengadaan, Rp 45 triliun untuk perawatan, dan Rp 50 triliun untuk produksi dalam negeri.

http://www.detiknews.com

Nasi Goreng Babat Pak Karmin Mberok, Semarang


Kuliner #151
Nasi Goreng Babat Pak Karmin
Jl. Pemuda (Samping Jembatan Mberok)
Semarang
Telp: 024 - 3563334

Untuk kesekian kalinya saya berkesempatan mengunjungi Semarang di bulan April 2011. Dalam waktu yang sempit saya langsung menetapkan salah satu tujuan Kuliner Semarang yang belum pernah saya kunjungi: Nasi Goreng Babat Pak Karmin. Googling dan tanya sana sini akhirnya langsung naek taksi menuju lokasi yang dituju. Sampe sana, kalimat yang langsung terlintas d benak saya: "Don't judge the food by it's cover" :) Yup, tempatnya sangat sederhana di samping jembatan Mberok, tapi ramenya pengunjung yang hadir gak kan membohongi "isi" warung tersebut. Langsung saya pesan dua menu spesial di kedai ini: Nasi Goreng Babat dan Babat Gongso. Gak papa dianggap rakus yang penting senang.
 
Sebelum Nasi Goreng Babat yang saya pesan dibuat maka akan ditanya dulu tingkat kepedasan yang saya minta, apakah mau pedes, sedeng, dikit atau gak pedes sama skali. Pertanyaan berikutnya adalah babatnya dicampur atau nggak, ternyata walaupun namanya nasi goreng babat tapi isinya bisa kita pilih, mau babat saja atau mau campur dengan "pencipta kolestrol" lainnya seperti ati, limpa, paru atau iso. Bumbunya kerasa pas banget, konon memang racikan bumbu di kedai Pak Karmin ini memang yang jadi andalan yang membuat Nasi Goreng Babat-nya berbeda dengan yang lain. Ditambah dengan teknik menggoreng yang tepat maka bumbunya meresap ke setiap bulir nasi yang tersaji di piring kita. Juara! Nasi goreng ini disajikan diatas piring yang sudah diberi alas daun pisang, dengan potongan telur dadar dan acar mentimun. Harga Rp. 15.000,-



 
Babat Gongso, menu lainnya dari kedai Pak Karmin yang tidak boleh terlewatkan. Potongan Babat dan juga jeroan lainnya (ati, limpa, paru atau iso) yang dimasak (ditumis?) dengan bumbu kecap yang kental dengan bumbu-bumbu yang "menyayat hati" saking meresapnya. Tidak ada rasa enek ketika menyantap jeroan dengan bumbu manis ini, babatnya pun dapat kita kunyah tanpa "perlawanan" berarti... Empukkk... Kayaknya lebih enak dimakan dengan nasi putih agar bumbunya semakin berasa, dan tidak beradu dengan rasa nasi gorengnya. Oh ya, jangan lupa untuk memesan tingkat kepedesannya, buat yang suka pedes tentunya akan bisa menikmati keindahan paduan pedas manis dari babat gongso ini. Hmmmm... Harga: Rp.25.000,-

 
Buat melawan panasnya udara Kota Semarang di siang hari, sangat cocok jika Es Jeruk jadi pendamping Nasi Goreng Babat dan Babat Gongso ini. Fresh orange juice dengan tingkat kemasaman dan kemanisan yang pas. Harga: Rp. 7.000,-


 
Melihat dari Facebook Page-nya Nasi Goreng Babat Pak Karmin ini sudah dirintis sejak tahun 1954. Dan sekarang sudah generasi kedua yang memegang usaha ini. Dan sekarang sudah ada dua cabang yaitu di Jl Gajah Mada dan di kawasan Telaga Mas. Buka dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore, puncak kunjungan dari kedai ini adalah pada saat-saat jam makan siang. Tampak pengunjung hlir mudik berganti (bahkan sampai ngantri) ditambah kesibukan para pegawai yang juga menerima pesanan lewat telepon terutama dari kantor-kantor yang berada di kawasan Jembatan Mberok ini. Mau berwisata kuliner di Semarang? Silakan mampir di Nasi Goreng Babat Pak Karmin - Mberok

Sumber: http://www.banyumurti.net

Lumpia Semarang

Lumpia semarang.
 
 
Lumpia semarang adalah makanan semacam rollade yang berisi rebung, telur, dan daging ayam atau udang.

Cita rasa lumpia semarang adalah perpaduan rasa antara Tionghoa dan Indonesia karena pertama kali dibuat oleh seorang keturunan Tionghoa yang menikah dengan orang Indonesia dan menetap di Semarang, Jawa Tengah. Makanan ini mulai dijajakan dan dikenal di Semarang ketika pesta olahraga GANEFO diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. 

Variasi

Dewasa ini, terdapat enam jenis lumpia semarang dengan cita rasa yang berbeda. Pertama aliran Gang Lombok (Siem Swie Kiem), kedua aliran Jalan Pemuda (almarhum Siem Swie Hie), dan ketiga aliran Jalan Mataram (almarhumah Siem Hwa Nio). Ketiga aliran ini berasal dari satu keluarga Siem Gwan Sing–Tjoa Po Nio yang merupakan menantu dan putri tunggal pencipta lumpia Semarang, Tjoa Thay Yoe–Wasih dan yang terakhir adalah lumpia Jalan TanggaMus (Ny. Mechtildis Tyastresna Halim) lumpia nya bulat-bulat dan gurih.

Aliran keempat adalah sejumlah bekas pegawai lumpia Jalan Pemuda, dan aliran kelima adalah orang-orang dengan latar belakang hobi kuliner yang membuat lumpia dengan resep hasil pembelajaran dari lumpia yang sudah beredar.

Generasi tertua saat ini, yaitu generasi ketiga Siem Swie Kiem (68), tetap setia melayani konsumennya di kios warisan ayahnya (Siem Gwan Sing) di Gang Lombok 11. Keistimewaan lumpia Gang Lombok ini menurut sejumlah penggemarnya yang sempat ditemui di kios tersebut adalah racikan rebungnya tidak berbau, juga campuran telur dan udangnya tidak amis.

Lumpia buatan generasi keempat dapat kita peroleh di kios lumpia Mbak Lien alias Siem Siok Lien (43) di Jalan Pemuda dan Jalan Pandanaran. Mbak Lien meneruskan kios almarhum ayahnya, Siem Swie Hie, yang merupakan abang dari Siem Swie Kiem, di Jalan Pemuda (mulut Gang Grajen) sambil membuka dua cabang di Jalan Pandanaran.

Kekhasan lumpia Mbak Lien ini adalah isinya yang ditambahi racikan daging ayam kampung. Ketika awal mula meneruskan usaha almarhum ayahnya, Mbak Lien membuat tiga macam lumpia, yaitu lumpia isi udang, lumpia isi ayam (untuk yang alergi udang), dan lumpia spesial berisi campuran udang serta ayam. Tetapi, karena merasa kerepotan dan apalagi kebanyakan pembeli suka yang spesial, sekarang Mbak Lien hanya membuat satu macam saja, yaitu lumpia istimewa dengan isi rebung dicampur udang dan ayam.

Adapun generasi keempat lainnya, yaitu anak-anak dari almarhum Siem Hwa Nio (kakak perempuan dari Siem Swie Kiem) meneruskan kios ibunya di Jalan Mataram (Jalan MT Haryono) di samping membuka kios baru di beberapa tempat di Kota Semarang. Di antara anak-anak almarhum Siem Hwa Nio ini ada juga yang membuka cabang di Jakarta. Bahkan ada cucu almarhum Siem Hwa Nio sebagai generasi kelima membuka kios lumpia sendiri di Semarang.

Selain keluarga-keluarga leluhur pencipta lumpia semarang tersebut, sekarang banyak juga orang-orang ”luar” yang membuat lumpia semarang. Mereka umumnya mantan karyawan mereka. Mereka yang mempunyai hobi kuliner juga turut meramaikan bisnis lumpia semarang dengan membuat lumpia sendiri, seperti Lumpia Ekspres, Phoa Kiem Hwa dari Semarang International Family and Garden Restaurant di Jalan Gajah Mada, Semarang.

Harga

Harga lumpia yang dijual para pedagang tersebut berbeda-beda. Kios lumpia Gang Lombok milik Siem Swie Kiem, misalnya, menjual dengan harga Rp 6.000 per biji (goreng/basah). Kios di Jalan Pemuda milik Mbak Lien menjual dengan harga Rp 5.500 per biji. Sedangkan pedagang-pedagang lumpia lain menjual dengan harga sekitar Rp 2.500 per biji.

Loenpia Mbak Lien Semarang


Kuliner #152
Loenpia Mbak Lien
Jl Pemuda
Telp (024) 3580734 / 7620015
Jl Pandanaran (depan Bandeng Juwana)
Telp 081 824 2086
Semarang

Satu makanan yang selalu harus-wajib-kudu saya datangi kalo ke Semarang adalah Lunpia. Gak pernah nemu lunpia Semarang di kota lain yang rasanya bener2 sama dengan aslinya di kota ini. Pulang dari Nasi Goreng Babat Pak Karmin, sekitar 500m dari jembatan Mberok masih di Jl Pemuda, ada satu gang (Gg Grajen) yg memasang spanduk Loenpia Mbak Lien di depannya. Yup, ini adalah salah satu penjaja loenpia Semarang yang cukup melegenda di kota ini. Tersedia dua jenis, Lumpia basah ataupun kering (sudah digoreng). Tapi jangan khawatir, yang basah juga udah mateng koq, sudah siap disantap. Kelebihan dari Loenpia Mbak Lien ini emang pada isinya yang lebih padat dengan rasa yang lebih legit dan nendang banget, perpaduan antara rebung segar, telur, udang dan ayam kampung. Hmmm... apalagi makannya dilengkapi dengan saus kanji yang khas, acar timun, bawang dan cabe rawit. Perfecto!


 
Loenpia Mbak Lien ini juga paling cocok untuk dibawa pulang sebagai buah tangan. Sepotongnya bisa kita tebus dengan harga 9rb rupiah. Agak mahal memang, tapi sebanding banget dengan rasa yang diberikan. Kalo mau buat oleh-oleh mending beli yang basah aja. Loenpia Mbak Lien bisa tahan dalam dua hari, dan jika masuk kulkas bisa tahan sampe lima hari. Kalo mau dimakan tinggal dipanasin dengan cara digoreng or dikukus. Saya sih paling suka kalo dikukus. Selain di Jl Pemuda, Lumpia Mbak Lien juga dapat kita temui di kawasan oleh-oleh Semarang, di Jl Pandanaran. Percis di depan Toko Bandeng Juwana. Yuk, bawa oleh-oleh dari Semarang buat orang tercinta di rumah

Sumber: http://www.banyumurti.net

Lumpia "Mataram" Semarang


Kota Semarang terkenal dengan Lumpia (lunpia), Bandeng Presto dan Wingko Babatnya. Minggu pertama Desember saya berkesempatan untuk mengunjungi ibu kota Provinsi Jawa Tengah ini, menginap di hotel Pandanaran di daerah Simpang Lima. Sangat beruntung saya dapat hotel ini karena dekat dengan pusat jajanan di Jalan Pandanaran. Malam pertama langsung saya habiskan untuk menelusuri jajanan di sepanjang jalan ini, dan fokus saya pertama tentunya adalah mencari Lumpia untuk cemilan malam hari, ditemani teman saya Mas Solikhin dan wartawan IT yang cukup kondang, Donny BU. Setelah sedikit menelusuri jalan ini akhirnya kami memilih yang terdekat di ujung jalan, karena kayaknya mau beli yang mana juga, lumpianya sama-sama aja.


 
Lunpia Semarang "Mataram", begitu nama tokonya. Seperti toko lainnya, Makanan berbahan dasar rebung di toko ini juga dapat disajikan dengan digoreng atau basah, serta dengan beberapa pilihan isi seperti kepiting, ayam, udang dan telur, menunya bisa dilihat di gambar berikut:
 



 
Kami memesan lumpia goreng dan basah yang standar, dengan isi ayam, udang dan telor (Rp. 2.500/pc) serta lumpia kepiting telor dengan ukuran yang agak lebih besar (Rp. 6000/pc). Saya sih lebih suka rasa yang lumpia standar. Disajikan dengan acar timun, cabe rawit dan bawang daun, serta bumbu kental yang khas. Malam ini saya menghabiskan satu lumpia kepiting telor, 2 lumpia basah dan satu lumpia goreng. Padahal baru makan malem... gimana gak makin buncit nih?

Sumber: http://www.banyumurti.net

Pondok Cabe Jogjakarta

Pondok Cabe
Jl. C Simanjuntak No. 41 B - Jogja
Telp: (0274) 551 445 - 0813 9292 2121


Nyari tempat makan murah di jogja sebenernya mudah, apalagi kota ini terkenal dengan sebuatan "Kota Pelajar" dimana pangsa pasar terbesar tentunya adalah para pelajar dan mahasiswa yang kantongnya pas-pasan. Saya diajak makan di tempat yang katanya sering dijadiin tempat nongkrong mahasiswa, karena murah pastinya, tempatnya yang luas, nyaman dan menyediakan free hotspot buat pengunjung. Nama tempatnya: Pondok Cabe. Sesuai dengan namanya, speciality dari rumah makan ini adalah Sambal tentunya, ada 15 sambal yang tersaji di daftar menu. Apa saja?


Sambal bawang, Sambal Mercon, Sambal Bajak, Sambal TePe, Sambal Dadak, Sambal Terasi Goreng, Sambal Gunung, Sambal Hitam Manis, Sambal Penyetan, Sambal Iwak, Sambal Tempe, Sambal Brambang, Sambal Tomat, Sambal Lombok Ijo dan Sambal Mangga (Musiman). Semua itu dijajakan hanya dengan harga 1500-2000 perak aja per sambalnya. Kami mencoba sambal iwak, sambal terasi goreng dan sambal hitam manis. Sambal iwak (ikan dalam bahasa Jawa) adalah sambal yang berbahan dasar ikan wader dengan cabe dan bumbu-bumbu lainnya, rasanya seperti ikan asin pedas, tapi memberikan cita rasa pedas yang lumayan dahsyat. Sambel terasi goreng seperti pada umumnya terbuat dari cabai terasi dan tomat dengan aroma terasi yang lebih soft. Sambal Hitam Manis adalah sambal kecap manis yang tentunya diberi potongan cabe rawit dan bawang merah. Yang jelas semua sambal di Pondok Cabe ini ditujukan buat para pencinta pedas.


Untuk lauk utamanya saya pilih Garang Asem Ayam, makanan favorit sepanjang masa :) Ayam yang diberi kuah santan, dibungkus dengan daun pisang dan dikukus, jadi seperti pepes tapi berkuah. Potongan cabe rawit merah dan tomat tampak memeriahkan menu ini. Plus rasa asam yang muncul dari belimbing wuluh menegaskan kesegaran masakan khas Jawa Tengah ini. Harga: Rp. 5.500,-

Sayurannya saya pilih oseng kangkung. Kangkung segar yang dioseng dengan bawang putih dan cabe merah ini emang paling pas buat makan siang. Belum lagi aroma ebi yang kuat menyeruak dari sela-sela daun kangkung membuat rasa oseng kangkung ini nendang. Harga: Rp. 3.000,-

Es Beras Kencur, selalu jadi pilihan saya kalo ada di Rumah Makan yang menyajikan sajian khas Jawa. Selain segar dan nikmat, konon minuman ini juga punya khasiat untuk menghilangkan penat serta pegal-pegal ditubuh, juga untuk mengingkatkan nafsu makan. Harga: Rp. 2.500,-

Juice The Gun, pistol di jus??? hehehe, The Gun merupakan pelesetan dari Degan alias Kelapa Muda dalam bahasa Jawa. Kalo biasanya kelapa muda hanya diserut biasa, di Pondok Cabe kita bisa meminta degan ini di juice. Rasanya sueegggeeerrrr... TOP BGT lah pokoknya. Harga: Rp. 4.500,-

Sebenernya masih banyak makanan dan minuman yang tersedia di tempat ini, misalnya: empal gepuk, pepes udang, botok teri, wader goreng, lele penyet, mendoan, sayur asem dan lain sebagainya. Sedangkan minuman ada Es Cendol "PC", teh poci, jeruk nipis, jahe gepuk, kunyit asem, milo, teh tarik, aneka juice dan lain-lain. Dan luar biasanya dari tempat ini, tertulis dengan jelas, Nasi Putihnya free flow alias nambah sepuasnya, cukup bayar 2000/orang, boleh makan nasi sebakul... tapi tentunya hanya untuk makan di tempat. Gak heran kan kenapa mahasiswa pada tumplek disini. Jadi buat yang lagi berwisata kuliner di jogja boleh mampir ke Pondok Cabe dan "Rasakan Sensasi Pedasnya"....

Sumber: http://www.banyumurti.net

Bakmi dan Nasi Goreng "Pak Pele" Jogjakarta

Bakmi & Nasi Goreng "Pak Pele"
Alun-Alun Utara (Timur Pagelaran Kraton)
Pelataran SD Keputran - Yogyakarta



Selain Gudeg, kuliner yang banyak diburu orang dari Jogja adalah Bakmi. Penjaja bakmi, banyak bertebaran di seluruh penjuru kota. Nah, di pinggir alun-alun kraton pada malam hari kita bisa menemukan tenda yang selalu ramai dikunjungi penikmat kuliner ini, namanya Pak Pele. Berbagai olahan bakmi dan nasi goreng tersedia di tempat ini. Untuk mienya sendiri kita bisa memilih untuk digoreng atau digodhog (rebus), juga bisa memilih menggunakan mie kuning, mie putih atau campuran keduanya. Sama seperti Bakmi Jombor, rahasia utama kenikmatan sajian ini adalah penggunaan arang untuk memasak. Gak tau kenapa, setiap tempat makan yang memasaknya make arang saya gak pernah kecewa. Mungkin karena tingkat panasnya yang pas membuat olahan makanan pun menjadi pas, hal yang tidak bisa ditandingi oleh kompor gas.


Kalau ingin menyantap nasi, nasi goreng di tempat ini tidak kalah dahsyatnya. Atau mungkin mau mencoba Magelangan? Hampir sama dengan nasi goreng, tapi magelangan ini menggunakan juga mie sebagai bahan pokoknya, pokoknya dicampur gitu lah. Jangan tanya soal rasa, tidak hanya sekedar pengisi perut di malam hari, nasi goreng dan magelangan ini memberikan cita rasa yang sangat berbeda dengan nasi goreng yang sering kita santap di Jakarta atau Bandung.


Buat minumnya, cobain yang "beda". Ada Es Tape, tape hijau yang diseduh dengan air dan gula kemudian diberi es batu, sueeeegggeerrrr. Rasanya kecut-kecut tapi manis gimanaaa gitu. Atau mau jahe panas? Jahe yang digeprek dan diseduh dengan air panas dan gula jawa ini emang mantep banget. Sangat pas buat yang lagi gak enak tenggorokan atau terkena flu, langsung badan terasa panas dan segar kembali.


Gak usah ragu, segera meluncur ke alun-alun jogja dan cari tenda yang ramai dan ada lesehannya juga. Kalo gak ketemu tanya orang-orang atau tukang becak dimana lokasi tepatnya Bakmi "Pak Pele", dijamin pada tahu

Sumber: http://www.banyumurti.net

Sego Pecel Bu Wiryu Jogjakarta

SGPC Bu Wiryo 1959
Jl. Agro CT VIII Klebengan, Yogyakarta
Telp: 0274 512288


PECEL, salah satu kuliner khas dari Jawa Tengah dan Jogja. Kumpulan sayur yang telah direbus, biasanya terdiri dari tauge, kangkung, bayam, kacang panjang dan lain-lain diguyur oleh bumbu pecel khas yang terbuat dari kacang. Hmmm yummmiiii.... Di Kota Jogja ada satu tempat legendaris yang menjual kuliner khas ini, berlokasi di sekitar kampus Universitas Gadjah Mada. Namanya: SGPC Bu Wiryo 1959, SGPC sendiri merupakan singkatan dari kata Sego Pecel (Nasi Pecel). Adonan Bumbu pecel yang pas menjadi andalan dari tempat makan yang satu ini, bumbu kacangnya memang menyajikan cita rasa manis dan pedas yang terpadu secara sempurna sehingga membuat candu buat banyak orang, termasuk saya :) Hampir tidak pernah perjalananku ke Jogja dilewati tanpa mampir ke tempat ini. Buat temennya, kita bisa memilih berbagai gorengan, mulai dari tempe, tahu, kerupuk gendar, kerupuk aci, telor ceplok, bakwan dan lain sebagainya. Favorit saya sih telor ceplok, paling pas beradu dengan bumbu pecel...



Selain sego pecel, SGPC Bu Wiryo ini juga menyediakan makanan utama lainnya yaitu Nasi Sop. Sop dengan bihun, wortel, kentang dan sayuran lainnya. Kita juga bisa memilih "topping" sop ini seperti bayam dan daging. Rasanya, seger banged masss... Rempah-rempah asli memang membuat rasa masakan ini menjadi kaya. Gak kaya sop biasa lah :)

Oh ya, harga makanan disini benar-benar bersahabat dengan kantong, saya gak tau harga per itemnya. Tapi saya makan berdua dengan rincian sebagai berikut:
- 1 Nasi Pecel
- 1 Nasi Sop Daging
- 1 Telur Ceplok
- 5 buah gorengan (tahu dan tempe)
- 1 Juice Tomat
- 1 Teh Manis
Total : Rp. 27.000,00. Murah kan?

"Melayani di UGM sejak 1959", demikian tagline yang tertulis di papan nama rumah makan ini. Ya, pernah saya baca di Kompas, tempat makan ini memang menjadi salah satu tempat makan favorit para mahasiswa UGM karena terletak di kawasan kompleks UGM, tepat di pinggir selokan Mataram. Bahkan karena ketika bayar dituntut kejujuran si konsumen, kadang kala mahasiswa yang kantongnya pada kempes ini pada nyatut, alias Darmaji (dahar lima ngaku siji). Tapi Bu Wiryo tidak ambil pusing karena mengerti kondisi ekonomi mahasiswa-mahasiswa tersebut. Hal ini berbuah ketika mereka semua sudah jadi orang, dan kembali ke tempat Bu Wiryo ini untuk "membayar hutang" nya di masa lalu. Mempertahankan nuansa ndesonya, masuk ke tempat makan ini kita disajikan dengan nuansa kampung dengan lantai, bangku dan meja "tempo doeloe" diiringi musik hidup akustik yang banyak membawakan lagu-lagu tempo doeloe juga. Makan disini benar-benar membawa kita di alam kesadaran bahwa: "Ya, kita lagi di Jogja"

Sumber: http://www.banyumurti.net

Gudeg Bu Lies Jogjakarta

Gudeg Wijilan "BU LIES"
Jl. Wijilan 5, Jogja
Telp: (0274) 450164 - 7114670


Jogja memang dikenal sebagai kota gudeg, tapi ada satu kawasan yang memaklumatkan diri sebagai Sentra Gudeg-nya Jogja, yaitu di Jl. Wijilan. Pada suatu malam saya beserta rombongan dinas berkesempatan buat mengunjungi tempat ini, berjejer tempat-tempat makan yang menjual makanan seragam GUDEG. Kami memilih salah satu tempat yang kayaknya paling luas, tertulis di depan "Gudeg Bu Lies"


Suasana "Jawa" langsung menyergap begitu kita duduk, pilihan lesehan atau pake bangku tersedia. Daftar menu pun langsung "dihidangkan" termasuk menu buat yang mau bawa pulang (besek or kendil). Untuk santap di tempat tersedia aneka pilihan dengan "toping" utama: Gudeg + Krecek. Sampingannya bisa kita pilih sendiri seperti tahu, telur, aneka bagian ayam (paha atas, paha bawah, paha sambung, dada sayap, kepala dan ati ampela). Buat jelasnya klik gambar menu di atas. Saya sih pilih paha atas (seperti biasa) sama kepala (buat digerogotin). Walaupun menurut saya tidak sedahsyat Gudeg Yu Djum, gudeg Bu Lies ini tetap menyimpan cita rasa yang kaya dari kuliner khas Yogya ini. Legitnya sang gudeg plus pedas-pedas manisnya si krecek berpadu harmonis dengan lezatnya daging ayam dengan bumbu yang meresap sampai ke tulang. Walau agak sayang, dagingnya sedikit alot. Satu porsi nasi gudeg ini bisa kita nikmati dengan harga mulai 7000rupiah (Gudeg krecek tahu) sampai 30rb rupiah (Komplit spesial: Ayam, Telur, Ati Ampela). Seluruppp....


Buat minumnya tentunya paling cocok dengan Teh Poci. Teh tubruk panas yang disajikan dalam poci dan gelas kecil dari tanah liat ini emang paling pass, apalagi ditimpali dengan gula batu yang khas. Kenapa ya teh poci ini punya cita rasa dan aroma berbeda dengan teh yang disajikan dalam gelas biasa???



Jadi yang lagi di Jogja, boleh-boleh deh mampir di Sentra Gudeg-nya kota ini. Lokasinya gak jauh dari Alun-Alun Keraton koq. Dan buat yang pengen membagi kenikmatan gudeg sama orang di rumah silakan pesan dalam kemasan besek atau kendil.

Sumber: http://www.banyumurti.net

Gudeg Yu Djum Jogjakarta



Wisata Kuliner Indonesia #163
Gudeg Yu Djum
Jl. Kaliurang KM 4,5 Karangasem CT III / 22 Yogyakarta
Telp: 0274 - 515968

"Jangan ngaku pernah ke Jogja kalo belum nyicipin Gudeg Yu Djum"... Yup, dahsyatnya gudeg Yu Djum buat saya pribadi masih nomer 1, makanya setiap kali saya berkunjung ke Jogja, meluangkan waktu untuk menikmati Gudeg Yu Djum menjadi satu prioritas yang harus dilakukan :) Saya pertama kali datang ke Yu Djum di tahun 2007 dan langsung ketagihan dengan cita rasa gudegnya. Satu porsi gudeg lengkap akan terdiri dari: nasi, gudeg, sambel krecek, ayam, ati ampela dan telur rebus. Kita bisa bebas memilih apa yang akan tersaji di "piring" rotan beralaskan daun pisang. Yang jelas saya hampir selalu nambah jika bersantap di Gudeg Yu Djum. Aroma manis yang keluar dari tiap bagian di atas bener-bener bakalan memanjakan indera pengecap kita, menjadi pengalaman kuliner jogja yang tak kan terlupakan.


Ingin berbagi kenikmatan Gudeg Yu Jum ini dengan keluarga di rumah? Jangan khawatir, tersedia paket besek maupun paket kendil yang bisa kita bawa pulang. Tinggal kita pilih paketnya, mulai dari harga Rp.35ribu sampai dengan Rp.180rb yang sudah berisi lengkap Gudeg+Krecek, ayam 1 ekor dan Telur 10 butir. Buat lebih jelasnya bisa diklik gambar daftar menu di bawah ini, baik untuk menu makan di tempat dan untuk menu bawa pulang:

Menu dine-in Gudeg Yu Djum

Menu Take Away Gudeg Yu Djum


Mungkin rahasia kelezatan Gudeg Yu Djum ini salah satunya adalah karena mempertahankan cara masak tradisional. Lihat aja dapurnya, panci-panci besar dimasak di atas kompor yang menggunakan kayu bakar. Gak tau kenapa, syaa sering merasa kalo masaknya make arang atau kayu bakar seperti ini rasa yang dihasilkan akan jauh lebih nikmat dibanding jika memasak menggunakan kompor gas biasa. Mungkin karena tingkat kepanasan yang pas, sehingga bumbu dapat matang dengan sempurna dan meresap ke dalam bahan yang diolah.

Gudeg Yu Djum sendiri dapat kita temui di dua tempat yaitu di Jl. Wijilan (salah satu ruas jalan yang menjadi sentra gudeg) dan di Jl. Kaliurang KM 4,5. Dan, Alhamdulillah, ketika saya berkunjung ke Gudeg Yu Djum sempat bertemu langsung dengan Yu Djum, sang legenda hidup, yang masih turun ke dapur untuk membantu menyiapkan masakan dan memotong-motong daun pisang. Kesederhanaan tampak dari nenek yang tempat makannya ini tak pernah sepi dikunjungi pembeli. Gudeg Yu Djum ini merupakan Kuliner Jogja favorit saya...

Sumber: http://www.banyumurti.net/

Bakmi Jombor Yogyakarta

 
















Kalo sudah sampe tempat ini, biasanya saya bingung mau pesen apa. Mau nasi godog, magelangan, mie godog atau yang lainnya. Soalnya semua makanan di tempat makan ini sangat enak, mungkin karena dimasak menggunakan bahan bakar arang jadi bumbu-bumbunya bisa meresap n pas banget. Kalau saya lagi kerjaan di Jogja, saya akan berusaha untuk dapat mampir ke Bakmi Jombor untuk menikmati hidangan khas kota jogja ini yang sulit ditemui di kota lainnya.



 













Nasi Godog... Godog dalam bahasa Indonesianya adalah Rebus. Jadi makanan apa ini? Masa ada nasi direbus? Sebenernya Nasi Godog hampir sama dengan mie rebus, tetapi ditambahkan nasi didalamnya. Karena saya orang Indonesia yang doyan banget nasi, makanan ini paling sering jadi pilihan utama kalo saya dateng ke Bakmi Jombor. Harga : Rp. 8.000,-




 












 
Mie Godog... sesuai namanya, menu ini sebenarnya adalah mie rebus tetapi dengan bumbu dan aroma khas bakmi jogja yang dimasak di atas tungku arang sehingga bumbunya meresap. Jangan dibayangkan rasanya sama dengan mie rebus instan, mie godog jauh lebih enak. Harga : Rp. 8.000,-


 
 










Teh Poci... Nah buat minumnya saya rekomendasikan untuk menikmati hangatnya Teh Poci. Teh yang disajikan dalam poci khas jawa tengah, dan gula batu sebagai pemanisnya, memang benar-benar bisa membuat kita betah berlama-lama di tempat ini, hanya untuk menseruput sedikit demi sedikit teh poci ini. Harga : Rp. 2.500,-


Jadi buat temen2 yang mau maen ke jogja, dan ingin berwisata kuliner malam, bisa mampir ke tempat ini yang beralamat di Jl.Raya Magelang KM 6.3, tepatnya di sebarang Hotel Borobudur atau Terminal Jombor.
Sumber: http://www.banyumurti.net