Selasa, 24 Januari 2012

Gus Dur: Gitu Aja Kok Repot, Mega: No Comment, SBY: Emang Gue Pikirin

 


Dalam perjalanan republik ini kita sudah dipimpin oleh 6 orang presiden dengan gaya dan tipe yang berbeda. Presiden dalam sistem pemerintahan kita merupakan pemimpin tertinggi dalam pemerintahan. Setiap pemimpin pasti memiliki style dan gaya memimpin yang berbeda, juga berbeda dalam menghadapi masalah. Bahkan tidak jarang style itu menjadi ciri khas pemimpin tersebut.

Tiga presiden terakhir kita yang walau sama-sama berasal dari etnis/suku yang sama namun berbeda dalam gaya menghadapi persoalan bangsa. Pertama Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang merupakan presiden Indonesia yang keempat. Walau memerintah dengan waktu yang singkat (1999-2001) tapi selama pemerintahannya banyak menimbulkan kontroversi. Namun seperti biasa setiap kritikannya ditanggapi dengan ucapan ringan “gitu aja kok repot”

Gus Dur dikenal presiden RI paling suka berplesiran ke luar negeri. Kondisi dalam negeri yang kacau balau diambang disintegrasi tapi Gus Dur tetap enjoy dengan bepergian keluar negeri. Salah satu kontroversi dari Gus Dur adalah ketika mengajak Israel untuk berdamai dengan Indonesia termasuk rencana membuka hubungan bisnis, rencana yang membuat umat Islam menjadi marah, tentu tanggapan Gus Dur rileks “gitu aja kok repot”.

Lain lagi dengan Megawati, presiden wanita pertama Indonesia ini. Megawati dikenal sebagai presiden paling irit komentar. Karena sikapnya itu banyak yang meragukan kapasitas politiknya, Mega bisa naik presiden hanya karena dia putri dari Presiden Soekarno. Mega tentu berbeda dengan Benazir Bhuto atau Indira Gandhi yang juga putri seorang Pemimpin sebelum meneruskan dinasti orang tuanya.

Polemik pemerintahan Mega adalah penjualan LNG Tangguh dengan harga sangat murah ke China. Penjualan ini merugikan Indonesia secara ekonomi. Termasuk dengan memeberikan door prize berupa realese and discharge kepada obligor hitam yang kebetulan kebannyakan dari etnis Tionghoa, sepertinya Mega punya hubungan dekat dengan pebisnis China. Di cecer masalah penjualan Tangguh, Mega tetap diam membisu. Masa pemerintahan Mega banyak membuat mahasiswa geram karena sikapnya tidak mau berdialog atau berdiskusi dengan mahasiswa, pokoknya no comment lah.

Yang paling menggemaskan adalah pemerintahan “auto pilot” SBY. Banyak yang menilai SBY yang dianggap cerdas dan bersih ternyata memilki kelemahan yaitu tidak memilki keberanian dan visi membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar. Paling nyata adalah kasus korupsi yang menggurita dari pejabat daerah sampai pejabat negara. Dan seperti biasa SBY hanya jago membuat himbauan untuk tidak korupsi, bahasa krennya Nato (no action talk only). Negeri auto pilot ini beruntung masih bisa survive. Walau diklaim sukses dibidang ekonomi tapi dibidang hukum rapor SBY merah menyala. Dikritik karena lamban dan hanya jago retorika tidak membaut SBY bergeming “emang gue pikirin” begitu kira-kira ucapan SBY.

Kasihan negeri ini koruptor dan mafia telah menyandera negeri ini. Dan semoga presiden 2014 nanti mempunyai visi menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa besar yang disegani oleh dunia, bangsa yang lepas dari masa kelam bernama korupsi, bangsa yang mampu mengurus kekayaan alamnya dan bangsa yang mampu membuat bangsa lain menghormati tiap inchi wilayah Indonesia.

Indra Sastrawat
Sumber: http://politik.kompasiana.com