Selasa, 13 September 2011

Gimbal Udang Bu Sum




Menu-menu tradisional tetap digemari. Tak heran bila warung makan yang menyediakan masakan rumahan justru memiliki pelanggan loyal. Buktinya, Rumah Makan Bu Sum di Jalan Randusari Spaen 1 no 278 Semarang ini setiap hari dibanjiri pengunjung. Dari buka jam 06.00 sampai 16.00 warung tak pernah sepi, terlebih lagi pada jam-jam makan siang. Meskipun lokasinya berada di dalam kampung, pembeli tetap mencari.

Ada sekitar 50 jenis masakan Jawa, baik sayur maupun lauk-pauk yang disediakan oleh Suminah, 52, atau akrab disebut Bu Sum, pemilik warung. Kesemuanya masakan Jawa. Sebut saja lodeh kacang panjang-nangka muda, lodeh kangkung, otak-otak telur, perkedel, empal goreng, tempe goreng. Dan balado terong, oblok-oblok daun singkong, botok mlanding, oseng daun pepaya. Juga aneka sayur bening serta banyak lainnya. Konsumen tinggal pilih mana yang disuka.

“Paling banyak dicari pembeli itu lodeh kacang-gori (nangka muda), gimbal udang, juga oseng-oseng daun pepaya,”jelas Widiono, suami Bu Sum siang kemarin (5/6).

Pelanggan Bu Sum berbagai kalangan, kebanyakan para karyawan kantor, atau ibu-ibu pekerja yang tidak sempat masak. Bu Sum juga banyak melayani pesanan nasi dus dari instansi. Bahkan Wali Kota Sukawi Sutarip pun menjadi pelanggannya. “Pelawak Mamik, Tesi dan Didik Nini Thowok juga pernah makan di sini,”tambah Widiono yang sehari-hari PNS di Dinas Sosial Provinsi Jateng itu.

Bu Sum sebelumnya mangkal di Jalan Pemuda. Karena areal mangkalnya dibangun Gedung Bank Jateng, tahun 1990 pindah ke Jalan Randusari Spaen yang merupakan rumah tinggalnya. Diceritakan Widiono, awal buka di dalam kampung padat itu, dirinya sempat stres. Lantaran, tidak kelihatan dari jalan raya, siapa yang akan beli, begitu pikirnya waktu itu.

Lama-kelamaan, kelezatan masakan Bu Sum tersebar dari mulut ke mulut. “Pelanggan banyak juga yang dari luar kota. Misalnya para PNS daerah yang ada urusan di provinsi, makan di sini. Kami juga tidak paham, mereka tahu dari mana,”lanjut bapak 3 anak, 1 cucu ini seraya menambahkan dulu pegawai hanya 3 sekarang menjadi 14 orang yang kesemuanya perempuan. Rumah makan terus berkembang omzet per hari sekitar Rp 4 juta -5 juta. Tiap hari menghabiskan beras 70 kilogram.

Sumber: http://kulinerkhassemarang.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar