Senin, 05 September 2011

Kisah Teroris Seharga Rp 8 Miliar

Umar Patek Pernah Jadi Siswa Kebanggaan





Dani Wisnu - detikNews

Pada akhirnya semua takluk pada waktu. Tidak ada yang abadi, apalagi dalam kurun waktu 25 tahun. Banyak yang telah berubah. Nama, rumah, dan juga pandangan hidup. Ada yang menjadi lebih baik. Ada yang malah lebih buruk.

Pemalang, Jawa Tengah, menjadi saksi perubahan itu. Di kota yang berbatasan dengan Laut Jawa ini, seorang remaja yang pernah menjadi kebanggaan kini menjelma menjadi tokoh teroris yang sangat menakutkan.

Ia dulu dipanggil dengan nama kesayangan Hisyam. Kini namanya lebih dikenal sebagai Umar Patek. Ia gembong teroris yang sangat diburu. Tidak hanya menebar teror bom di tanah airnya, tapi juga di manca negara. Amerika Serikat membandrol harga US$ 1 juta atau sekitar Rp 8 miliar kepada siapa saja yang bisa menangkapnya atau memberikan informasi untuk menangkapnya.

Hisyam remaja adalah siswa yang cerdas terutama untuk pelajaran eksakta. Saat bersekolah di SMA Muhammadiyah 1 Pemalang, nilai rapor blasteran Arab-Jawa itu selalu 8 untuk mata pelajaran IPA dan Bahasa Arab.

"Ia salah satu siswa kebanggaan karena pandai,” kata Wakil Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 Pemalang Sucipto saat di temui detik+.

Sang guru sungguh tidak menyangka murid kebanggaan itu kini dikenal sebagai teroris kelas wahid. Hisyam yang memiliki nama Umar Patek alias Abu Syeih alias Umar Arab diduga terlibat dalam rangkaian aksi teror di Indonesia, yaitu bom Natal tahun 2000, bom Bali I yang menewaskan 220 orang, pelatihan militer di Aceh dan juga aksi teror di Filipina.

Para guru dan tetangganya mengenal laki-laki kelahiran Pemalang, 20 Juli 1966 ini sebagai orang yang pendiam dan tertutup. "Ia lulus tahun 1986. Anaknya tertutup dan jarang bergaul sehingga tidak semua guru kenal dengannya,” ungkap Sucipto.

Pemalang bagi Umar Patek barangkali tinggal menjadi masa lalu. Ia telah meninggalkan kota itu sejak lulus SMA. Sekarang kota ini bukan lagi menjadi kota yang penting untuk dikunjunginya bila pulang. Tidak ada lagi rumah keluarga sang teroris itu di kota penghasil sarung tenun ini.

Waktu kecil, Patek dan keluarga tinggal di Jalan Semeru No 20 Kelurahan Mulyoharjo Pemalang, Jawa Tengah. Sama seperti di sekolahan, putra pasangan Ali Zain dan Fatimah itu juga dianggap sebagai orang yang tertutup karena jarang bergaul dengan masyarakat.

Patek terakhir kali terlihat di kampung halamannya pada pertengahan tahun 2000 silam sebelum terjadi bom Natal 24 Desember tahun 2000. Dua tahun setelah kasus bom itu, keluarga Patek pun menghilang. Mereka pindah secara diam-diam.

Sejak 2002 itu, rumah yang ditinggal penghuninya itu lantas dialihfungsikan menjadi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) serta Tempat Penitipan Anak (TPA) Al-Irsyad Al-Islamiyah.

"Sejak tahun 2002 lalu orang tuanya sudah pindah ke Jawa Timur,” kata salah satu tetangga dekat Umar Patek, Rifki Toufa.

Di mata tetangga, tidak hanya Patek yang merupakan putra sulung pasangan Ali Zain dan Fatimah yang tertutup, semua keluarganya pun demikian.

Bahkan saat pindah ke Jawa Timur semua tetangga tidak ada yang diberitahu sehingga sampai saat ini tidak ada yang tahu persis dimana mereka pindah.“Saat pindah rumah para tetangga tidak ada yang tahu, tiba-tiba rumahnya sudah kosong,” terang Rifki.

Warga terkaget-kaget saat mendengar kabar Hisyam adalah Umar Patek. Tetangga tidak menyangka Hisyam yang pendiam menjadi buronan kasus teroris.

"Pertama para tetangga tidak percaya, namun setelah melihat foto di TV ternyata benar jika Umar Patek adalah Hisyam,” jelas Rifki.

Umar Patek ditangkap di Kota Abbotabad, Pakistan pada akhir Januari lalu. Ia kini menghuni Rutan Brimob Kelapa Dua dan menjalani pemeriksaan untuk mengurai jaringan terorisme di Indonesia.




Rahasia Pertemuan Umar Patek & Osama






M. Rizal - detikNews

Osama Bin Laden tewas di kota yang sama dengan tempat ditangkapnya Umar Patek. Osama juga tewas setelah 4 bulan Patek ditangkap. Adakah semua itu hanya kebetulan?

Umar Patek ditangkap di Abbottabad, Januari 2011 lalu. Gembong teroris asal Pemalang, Jawa Tengah itu, meninggalkan Filipina untuk menemui Osama di Pakistan. Perjalanan ke Pakistan sebenarnya merupakan perjalanan yang berisiko bagi Patek.

Filipina adalah tempat persembunyian yang aman untuk Patek dari buruan petugas keamanan dan intelijen 4 negara, Indonesia, Filipina, Australia dan AS yang mengincarnya. Patek memiliki kedekatan dengan kelompok pemberontak Abu Sayyaf di Mindano, Morro.

Kedekatannya dengan kelompok Abu Sayyaf ini membuat Patek akrab dengan keponakan Osama, Jamal Al Khalifah. Keponakan Osama ini mendapatkan tugas langsung membantu perjuangan Abu Sayap atau Moro Islamic Libartion Front (MILF) atau Front Pembebasan Moro.

Kelompok Abu Sayyaf merupakan kelompok militan yang terdekat dengan Osama di Asia Tenggara. Keakrabannya dengan Jamal inilah yang diduga membuat Patek juga dikenal Osama.

Ada dua orang Indonesia yang terhubung dengan Osama, yaitu Hambali yang bisa mendapatkan “kedudukan di Al Qaeda dan Umar Patek,” kata penulis buku 'Temanku Teroris?' Noor Huda Ismail.

Patek diduga kuat merupakan salah satu orang kepercayaan Osama untuk jaringan internasional. Rekam jejak Patek memperkuat dugaan ini. Suami Rukkayah ini pernah menjadi salah satu instruktur senior di Afghanistan.

Bahkan pada tahun 1989an awal hingga akhir dia tercatat sebagai instruktur mujahidin didikan Central Intellegence Agency (CIA), dinas rahasia Amerika Serikat (AS) untuk mengusir Uni Soviet (sekarang Rusia). Osama pun awalnya juga didikan AS untuk melawan komunis Uni Soviet di Afghanistan.

Beliau (Umar Patek, red) bisa berbahasa Urdu, Arab dan Parsi dengan baik. Sangat mengenal Osama dan merupakan orang kepercayaannya untuk jaringan internasional,” ungkap pengamat terorisme Mardigu WP kepada detik+.

Hubungan Patek dan Osama juga bisa dilihat dari dana aktivitas teroris asal Pemalang itu di Indonesia yang berasal dari luar negeri dan berkaitan dengan Al Qaeda.

Bagi Osama, sosok Patek sangat penting, karena termasuk tokoh istimewa yang memiliki kemampuan mobilisasi yang cukup tinggi. Patek berhasil melarikan diri ke Filipina dan bergabung dengan kelompok Abu Sayyaf dalam waktu yang cukup
lama.

Bahkan pada September 2006, ia pernah diberitakan tewas di Propinsi Sulu, Filipina Selatan. Namun, belakangan di awal tahun 2010, dia malah diberitakan masih aktif membantu kegiatan operasi kelompok Abu Sayyaf di Sulu.

“Orang yang diburu-buru oleh banyak negara ini justru mampu melakukan perjalanan sampai ke Pakistan. Artinya, tentunya dia bukan orang sembarangan,” analisa pengamat terorisme UI Yon Mahmudi.

Dengan bekal kedekatan itu, tidak aneh bila Patek ingin bertemu Osama di Pakistan. Tapi, terjadikah pertemuan itu?Hingga kini tidak ada jawaban pasti. Hanya saja Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro sempat mengatakan, adanya tanda-tanda Patek akan melakukan pertemuan dengan Osama sebelum akhirnya pria yang diduga sebagai otak pelaku serangan 11 September itu tewas.

Hanya saja, pemerintah Indonesia tidak memiliki informasi lebih rinci yang menunjukan penangkapan Patek memang membantu penyerbuan pasukan AS di rumah persembunyian Osama di Abbottabad.

Tidak adanya kepastian itu memunculkan spekulasi dan sejumlah analisa peggerebekan yang menewaskan Osama ini berkat bantuan orang dalam organisasi Al Qaeda sendiri, termasuk petunjuk dari penangkapan Patek. Benarkah?

Ada dua kelompok berbeda jawaban untuk pertanyaan itu. Kelompok pertama meyakini memang benar Osama terendus berkat penangkapan Patek. Pihak intelijen mengetahui rencana pertemuan Patek dengan Osama dan terus menguntitnya.

"Dengan ditangkapnya Umar Patek, semakin jelaslah posisi Osama. Dapat dipastikan salah satu informasi tentang lokasi Osama juga berasal dari dia (Patek),” ujar Yon Mahmudi.

Namun Mardigu berpendapat Patek bukan satu- satunya sumber yang membuat Osama diketahui dan disergap. “Ia merupakan salah satu indikasi dalam ‘matching data’ intelijen,” tegasnya.

Tapi mantan Kepala BIN Letjen TNI (Purn) Abdullah Mahmud (AM) Hendropriyono tidak percaya Patek berhasil bertemu Osama. Bos Al Qaeda ini tidak akan begitu saja bisa ditemui sembarangan orang, termasuk teroris sekelas Umar Patek. “Tidak mungkin juga ketemu Umar Patek yang bukan levelnya itu. Itu naif sekali," ungkap Hendro kepada detik+.

Menurut Hendro, Osama kemungkinan berhasil dilumpuhkan karena adanya permainan intelijen AS dan Pakistan. Apalagi melihat begitu lamanya Osama tinggal di Pakistan sudah barang tentu mendapatkan perlindungan dari intelijen dan militer Pakistan. "Ya kalau sekarang itu bisa dilakukan, kemungkinan orang itu juga bermain dengan intelijen dan militer setempat," ujarnya.

Jadi lanjut Hendropriyono, Osama tertangkap akibat strategi pemerintah AS yang melepaskan sejumlah kurir-kurir Osama dari tahanan Guantanamo, sehingga jejak Osama ini terendus melalui jejak para kurir ini.

Pengacara Patek, Asludin Hatjani, pun membantah kemungkinan adanya pertemuan kliennya dengan Osama. Apalagi menghubung-hubungkannya dengan penyergapan yang menewaskan Osama. “Saya dapat cerita langsung dari Umar Patek, tidak pernah adapertemuan itu. Kalau ada informasi soal itu dan disebarkan dalam jaringan media massa asing dan motifnya apa saya belum tahu,” jelasnya lagi.



Umar Patek Berlumuran Darah di Lembah Orash






M. Rizal - detikNews

Januari 2011 merupakan bulan yang horor bagi Abdul Hameed. Teror mengerikan harus disaksikan Hameed di rumahnya sendiri. Darah berceceran dan tembakan berdesingan.

Rumah Hameed terletak di lembah Orash, Abbottabad, kota yang indah dengan pemandangan alamnya. Kota yang berjarak sekitar 150 kilometer sebelah utara kota Islamabad ini dikenal sebagai kota wisata di Pakistan.

Hameed tentu terkaget-kaget ketika tiba-tiba rumahnya diserbu tentara. Pasukan Komando Pakistan itu bahkan langsung menggeledah rumahnya. "Tutup mulut dan semua angkat tangan," teriak salah seorang anggota Pasukan Komando Pakistan kepada Abdul Hameed.

Semua ruangan rumah Hameed lantas digeledah. Termasuk sebuah kamar di lantai dua, tempat pasangan suami istri yang menjadi tamu Hameed. Suasana begitu gaduh dan mencekam. Door! Door! Suara tembakan pun terdengar dua kali. Setelah itu hening kembali. Lalu sejumlah tentara menyeret seorang lelaki yang berlumuran darah.

Itulah akhir kisah pelarian Umar Patek. Ya pria yang diseret tentara Pakistan itu memang buron teroris yang dihargai Amerika Serikat (AS) sekitar US$ 1 juta atau Rp 8,6 miliar

Teroris yang banyak memiliki nama alias seperti Umar Kecil, Abu Syeikh dan Umar Arab ini merupakan orang yang paling dicari AS, Australia, Indonesia dan Filipina karena terkait serangkaian aksi terorisme.

Di Indonesia sendiri, pria kelahiran tahun 1970 ini dituduh sebagai orang yang memberikan pelajaran dan pelatihan terhadap sejumlah pelaku peledakan bom di Sari Club dan Paddy’s Bar, Kuta, Bali pada 2002 silam. Pelaku peledakan bom 10 tahun lalu yang dikenal sebagai Bom Bali I, seperti Imam Samudera, Amrozi, Ali Imron telah ditangkap, diadili dan dieksekusi mati saat Patek, mentor mereka ditangkap.

Penggerebekan atas Patek terjadi padal 25 Januari 2011. Kepada Associated Press (AP), pertengahan Maret 2011 silam, Hameed mengaku tidak bisa melupakan peristiwa horor itu.


Penangkapan Patek tidak hanya dilakukan oleh pasukan militer Pakistan, tapi menurut Hameed, juga terlihat sejumlah agen rahasia AS, Central Inttelegence Agency (CIA).

Hameed akhirnya tahu, pria asing yang menginap di rumahnya ternyata buronan teroris yang dicari keamanan dan intelijen sejumlah negara.

Setelah penggerebekan itu, Hameed menyaksikan darah berceceran di kamar lantai dua rumahnya. Dua lubang bekas tembakan proyektil senjata telihat menembus jendela dan langit-langit kamar yang dihuni tamunya.

Yang lebih mengagetkan Hameed, salah satu putranya, Kashif, juga ditangkap pihak keamanan Pakistan dengan tuduhan membantu teroris. Padahal Kashif adalah seorang mahasiswa ilmu telekomunikasi di salah satu perguruan tinggi di Pakistan. "Dia bukan teroris, ia hanya seorang anak laki-laki, bukan siapa-siapa. Dua orang (Umar Patek dan istrinya) itu menjebak anak dan keluarga saya," ujar Hameed.

***

Umar Patek memang sangat licin dan cerdik. Ia berkali-kali lolos dari operasi pengejaran dan penangkapan aparat keamanan dan intelijen. Saat kawan-kawannya sesama petinggi Jamaah Islamiah seperti Dr Azhari, Noordin M Top dan Dulmatin tewas dalam penyergapan pasukan Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri, ia masih bisa melenggang bebas.

Peluru bahkan tidak menyentuhnya, ketika Dulmatin tewas digerebek di Pamulang, Tangerang Selatan 2010 lalu. Padahal ia tidak jauh dari lokasi sahabat dekatnya itu saat tewas tertembak. “Saat Dulmatin tewas di Pamulang, ternyata Umar Patek ada di sekitar itu,” papar Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Pol Boy Rafli Amar.

Setelah Dulmatin tewas, Patek melarikan diri ke luar negeri bersama istrinya Rukayah, yang adalah warga negara Filipina. Setelah itu pihak keamanan dan intelijen Indonesia seperti kehilangan jejak.

Kemudian banyak kabar ia tertangkap ataupun tewas di luar negeri. Tapi semua itu hanya isu yang lantas terbantahkan. Baru pada medio Maret 2011, sang buron positif tertangkap di Pakistan. Tapi penangkapan itu baru diketahui Indonesia 2 Maret 2011. Itu pun setelah muncul pemberitaan di media massa.

Penangkapan Patek memang sangat dirahasiakan pemerintah Pakistan. Menurut seorang pejabat Badan Intelijen Pakistan atau Inter Service Intelligence (ISI), sebelum tertangkap sang teroris telah mengikuti pertemuan kelompok militant Asia Tenggara dan Timur Tengah di Makkah Al Mukarramah, Arab Saudi.

Informasi intelijen Pakistan menyebutkan, penangkapan Umar Patek dilakukan tidak lama setelah fasilitator Al-Qaeda di Abbottabad, Tahrir Shehzad, dicokok di Lahore. Sehari sebelumnya, Shehzad meninggalkan Abbottabad. Ia dibekuk bersama dua tersangka teroris, warga Prancis yang baru tiba di Lahore.

Patek dan istrinya berencana melakukan perjalanan bersama dua anggota militan asal Perancis itu menuju Waziristan Utara, yaitu wilayah perbatasan antara Pakistan dan Afghanistan. Waziristan diyakini merupakan tempat persembunyian para bos kelompok teroris dunia, Al Qaeda.

"Umar Patek itu, dia ke sana tujuannya ke Afghanistan, dia mau berjihad di sana," terang Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai .

Saat ditangkap, pria kelahiran Pemalang itu tidak mau menyerah begitu saja sehingga tembakan pun terdengar. Itulah sebabnya Patek mengalami luka tembak di paha kanan. Ia sempat menjalani perawatan di Pakistan. Saat ini luka tembak di kakinya itu sudah mengering.

"Dia sudah cerita mengenai tertembaknya di Pakistan. Ada bekas luka tembakan di paha kanannya. Tapi sudah mengering, saya lihat sendiri," ujar pengacara Umar Patek, Asludin Hatjani kepada detik+.

Setelah delapan bulan ditangkap, Patek baru dikembalikan ke Indonesia. Padahal sejak pertengahan Maret 2011 lalu, pemerintah Indonesia melalui Mabes Polri dan BIN serta Kementerian Luar Negeri telah meminta agar Pakistan mau memulangkannya ke Indonesia.

Kabar muncul, Patek tidak segera dipulangkan karena dimanfaatkan dahulu untuk memancing bos tertinggi Al Qaeda.Dugaan menguat apalagi empat bulan setelah penangkapan Umar Patek, 2 Mei 2011 pimpinan tertinggi Al Qaeda, Osama Bin Laden tertembak mati dalam sebuah penyergapan di kota yang sama tempat Patek ditangkap sebelumnya.

Setelah melalui negosiasi yang panjang Indonesia dengan sejumlah negara yang juga sangat berkepentingan, akhirnya teroris itu pun dipulangkan ke tanah air.

Secara diam-diam, Patek diterbangkan dengan menggunakan pesawat khusus melalui Pangkalan Udara di sebuah tempat di Islamabad, 10 Agustus 2011. Keesokan harinya, ia tiba di Jakarta. Dan kini meringkuk di sel tahanan Mako Brimob dalam pengawasan yang ketat.


Sumber: http://www.detiknews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar