Selasa, 13 September 2011

Warung Bebek Goreng Gendut

 


SALAH satu tempat tujuan kuliner di Kota Semarang adalah warung Bebek Gendut yang terletak di Jalan Ngesrep Timur V/53 Semarang. Warung kuliner yang menawarkan menu andalan bebek goreng kremes ini buka setiap hari mulai pukul 10.00-23.00.

Pasangan Tri A dan Susianti sudah memulai bisnis kuliner bebek goreng kremes ini sejak tahun 1996. Awalnya hanya berupa warung tenda. Tapi usaha tersebut semakin berkembang hingga memiliki warung permanen yang bisa menampung sekitar 30 pengunjung, dan saat ini juga sedang diperluas lagi.

Selain itu, mulai 23 Juni 2009, Tri juga akan membuka cabang Bebek Gendut di Jalan Haji Samali 50 Pasar Minggu Jakarta. “Ini resep buatan saya dengan istri saya. Dan ternyata cocok dengan lidah pelanggan hingga saat ini,” tutur Tri lepada Radar Semarang.

Ia menjelaskan, mungkin bebek goreng kremes racikannya itu adalah yang pertama kalinya di Semarang. Saat itu, tutur Tri, para penjual bebek goreng di Semarang hanya menyajikan daging bebek digoreng biasa. Karena itu, ia mencoba berkreasi dengan menawarkan ayam goreng kremes yang ternyata cocok dengan lidah pelanggan.

Salah satu keistimewaan masakan Tri dan Susanti di lidah para pelanggan adalah daging bebek yang empuk. Bumbu khusus yang diracik pasangan ini membuat daging bebek tidak lagi alot.

“Saya pakai ramuan rempah-rempah khusus agar dagingnya empuk. Dan para pelanggan ternyata juga suka,” jelasnya.

Tak hanya menu bebek goreng kremes, tapi warung bebek Gendut juga melayani menu bebek bakar. Alternatif lain adalah masakan ayam, gurame, burung dara, pecel lele dengan variasi masakan goreng atau bakar.

Selain cocok rasanya, para pelanggan warung ini juga tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Untuk menu bebek, baik bakar atau goreng, setiap porsi harganya Rp 10 ribu. Kemudian seporsi burung dara atau gurame Rp 15 ribu, ayam (Rp 8 ribu), pecel lele (Rp 5 ribu).

“Saya ingin menjadikan masakan bebek kremes ini jadi masakan khas Semarang. Untuk cabang di Jakarta, juga saya tulis sebagai masakan khas Semarang,” tutur Tri yang merupakan warga Semarang asli.

Biasanya, para pelanggan memadati warungnya sekitar pukul 17.00-20.00. Setiap hari, rata-rata ia harus memotong 80 ekor bebek dan 40 ekor ayam yang setiap ekor bisa dijadikan 4 porsi masakan. Selain itu, ia juga menyediakan 20 ekor burung dara dan 5 kilogram lele. “Bahkan kalau lagi musim liburan saya bisa memotong sampai 150 ekor bebek setiap harinya,” jelas Tri.


Sumber: http://kulinerkhassemarang.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar