Selasa, 13 September 2011

Warung Nasi Gandul Pak Lan Banyumanik



Mencicipi nasi gandul pasti akan ketagihan. Disajikan di atas daun pisang dengan berbagai macam daging sapi di atasnya. Masih ditambah kuah santan yang diracik dari aneka bumbu khusus, dan diberi campuran kecap manis. Rasanya bikin lidah bergoyang. Nasi gandul itu disajikan di Warung Nasi Gandul Pak Lan di Jl Sukun Raya No 6 Banyumanik Semarang.

Meski aslinya dari Pati, nasi gandul sudah menjadi bagian dari aneka ragam kuliner di Semarang. Dinamakan Pak Lan karena si empunya warung bernama Achmad Setyo Sukarlan. Lelaki kelahiran Desa Gempolsari Kecamatan Gabus Pati, 36 tahun lalu ini memulai warung nasi gandul pertamanya di Kalimantan. Saat itu, tahun 2001 Pak Lan merantau ke Sampit Kalimantan untuk membuka warung ayam goreng. “Saya membuka warung pertama kali di Sampit Kalimantan. Saat itu saya menjual masakan khas Jawa terutama ayam kampung goreng. Untuk nasi gandulnya tetap saya jual juga bersama masakan lainnya. Namun yang saya andalkan saat itu menu ayam kampung goreng,” jelas suami dari Agustin Ida Erniwati, 35 ini.

Ternyata jualan masakan Jawa milik Pak Lan di Sampit ramai dikunjungi pelanggan, terutama perantau asal Jawa. Kemudian muncul ide, sang istri membuka warung di Sukun Banyumanik Semarang. Selama masa itu, Pak Lan sering bolak-balik Semarang – Sampit untuk mengurusi dua warungnya. Sekitar tahun 2006, Pak Lan akhirnya menyerahkan warung di Sampit kepada saudaranya untuk dikelola.

“Saya pindah di Semarang pada 4 Agustus 2006. Karena anak saya sudah mulai sekolah, sedangkan warung di Sampit dipegang saudara,” tambah ayah dari Abdela Nisa Febriana, siswa kelas 2 SD itu.
Nasi gandul bikinan Pak Lan memang top.  “Saya bisa masak karena belajar sendiri. Ketika makan saya mencoba tahu, apa saja bumbu-bumbu di dalamnya. Terlebih saya memang suka jajan,” imbuhnya.

Hal inilah yang membuat Pak Lan semakin tahu macam-macam bumbu yang ada di berbagai masakan Jawa. “Memasak nasi gandul itu lama. Ada tiga tahapan mulai dari mempresto daging sampai empuk, memberi bumbu, dan terakhir menggorengnya. Semua butuh waktu tiga jam,”katanya.

Sumber: http://kulinerkhassemarang.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar