Jumat, 09 Juli 2010

Syair Jalaluddin Rumi


mana yang lebih berharga

kerumunan beribu orang atau kesendirian sejatimu?

kebebasan atau kuasa atas seluruh negeri?
sejenak, sendiri dalam bilikmu akan terbukti lebih berharga daripada segala hal lain yang mungkin kau terima

oh Illahi, telah kutemukan cinta!
betapa menakjubkan, betapa hebat, betapa indahnya!
kuhaturkan puja-puji bagi gairah yang bangkit,
dan menghiasi alam semesta ini maupun segala yang ada di dalamnya!

ketika engkau merasa bergairah, cari tahu sebabnya
itulah tamu yang tak kan pernah kau salami dua kali

adakalanya dengan tujuan menolong
Dia membuat kita sengsara
tapi kepiluan hati demi Dia
membawa kebahagiaan
senyum akan datang, sesudah air mata
siapapun yang meramalkan ini adalah hamba yang diberkati Illahi
dimana pun air mengalir, hidup akan makmur
dimana pun air mata berderai, rahmat Illahi diperlihatkan
pilihlah cintaya, cinta!
tanpa manisnya cinta,hidup ini adalah beban
tentu engkau telah merasakannya hati yang kacau
tak dapatkan kesenangan hidup
dalam kebohongan
air dan minyak
tak dapat menyalakan cahaya
hanya perkataan yang benar membawa kesenangan hidup
kebenaran adalah umpan yang sangat memikat hati

pergilah ke pangkuan Illahi,
dan Illahi akan memelukmu dan menciummu, dan menunjukkan
bahwa Dia tidak akan membiarkanmu lari dari Nya
Dia akan menyimpan hatimu dalam hati Nya
siang dan malam
kesabaranku
mati pada malam ketika Cinta lahir!

dari anggur cinta, Illahi menciptaku!

barang siapa menjadi mangsa cinta,
mana mungkin dia menjadi mangsa Sang Maut?

dari perpisahan lebih panjang daripada Hari kebangkitan
dan maut lebih cantik daripada derita perpisahan

aku boleh mati,tetapi gairahku kepada Mu tak kan pernah mati

telah kupalingkan hatiku dari dunia dan segala kesenangannya
Kau dan hatiku bukanlah dua wujud yang berpisah
dan tak pernah kelopak mataku menutup di dalam lelap
kecuali kutemukan Kau antara mata dan bulu mataku

mereka tahu pasti bahwa aku sedang jatuh cinta
tetapi mereka tak tahu siapa yang kucintai

hatiku mencintaimu sepanjang hidupku, dan ketika aku mati
maka tulang-tulangku, kendati hancur, mencintai Mu dalam debu

hari ini aku lupa sembahyang karena cintaku yang meluap-luap
dan aku tak tahu lagi pagi atau malamkah sekarang
karena ingatan pada Mu , wahai Illahi, adalah makanan dan minumanku
dan wajah Mu, saat aku melihat Nya, adalah obat penderitaanku

aku adalah Dia yang kucintai
dan Dia yang kucintai adalah aku

(jalaluddin rumi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar