Sabtu, 25 September 2010

11 Pemain Sepak Bola Terbesar Sepanjang World Cup

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiS2srsquk4uOqbaQxpoVNiyShG1fD9MEg5h5CcFQCgX1hgHROyvkHZxu_9kVcFPihw7euwNa25yn2nU63wadfKpL1y94pv3evBtiH-UioKJoTyEoeHZ8Gzy35UEDe5Hmv-iYx9re9CbZnK/s320/world_cup_trophy3.jpg 
Selalu ada pemain-pemain hebat yang bermain di Piala Dunia, namun tidak semua pemain hebat tersebut dapat menjadi legenda. Sepuluh pemain di bawah ini merupakan beberapa di antara pemain-pemain hebat yang akan terus dikenang sepanjang masa.
Prestasi mereka dan sumbangsih mereka bagi negara di gelaran Piala Dunia tidak perlu diragukan lagi, dan karena dua hal tersebutlah mereka layak mendapat gelar legenda terbesar Piala Dunia. Siapa saja mereka?

11. Bobby Charlton (Inggris)
http://www.overseaspropertymall.com/wp-content/uploads/2007/10/bobby.jpg
Bobby Charlton adalah ksatria sejati Inggris. Mungkin jika Charlton tidak pernah ada, Inggris juga tidak akan pernah menjuarai satu pun turnamen internasional. Ya, gelar Piala Dunia 1966 yang diraih Inggris memang tidak lepas dari peran penting Bobby Charlton di lini depan.
Dengan tinggi hanya 173 cm, Charlton sangat mengandalkan kecepatannya untuk memimpin penyerangan Inggris di Piala Dunia 1966. Tidak hanya mampu mendistribusikan bola dengan luar biasa, Bobby Charlton juga memiliki insting mencetak gol yang luar biasa. Rekor 49 gol dalam 105 penampilannya bagi Inggris masih menjadi rekor gol terbanyak dalam sejarah Inggris, yang bahkan tidak mampu disamai oleh Gary Lineker sekali pun.
Charlton berpartisipasi di empat Piala Dunia. Walaupun tidak diturunkan sama sekali di Piala Dunia 1958, Bobby Charlton menjadi tumpuan timnas Inggris di tiga Piala Dunia selanjutnya. Puncaknya tentu saja ketika Charlton membawa Inggris menjadi juara Piala Dunia pada tahun 1966.
Saat itu Charlton berumur 28 tahun, umur emas bagi seorang  pesepakbola. Di final melawan Jerman, Charlton harus bertarung melawan Beckenbauer muda, yang akhirnya harus mengakui kehebatan Sir Bobby. ”Inggris mampu mengalahkan kami di 1966 karena Charlton hanya sedikit lebih baik daripada saya pada saat itu,” puji Sang Kaisar.

10. Eusebio (Portugal)
 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0xjglYpOTLANPWbiEBaS1NiiaaaaJ1jKHa0jMfcNYf-D6BI7qVfELf0kXaKsz4heaR3rSGR_90R65tK-QwtWZX5dGPhT_U615HKhletJgLt5JYzuS99s1T88f4_iMIOQgSi9o8ILB-9h6/s400/eusebio.jpg
Jauh sebelum era Luis Figo apalagi Cristiano Ronaldo, Portugal memiliki seorang legenda bernama Eusebio. Kelebihan pemain yang berjuluk ‘Black Panther’ ini adalah akselerasi dan dribelnya yang seperti kucing, ditambah lagi dengan kemampuannya dalam menembak bola ke gawang.
Terlahir di Mozambik, Eusebio dapat disebut sebagai pemain terhebat yang pernah dimiliki Portugal sampai saat ini berkat penampilan gemilangnya di Piala Dunia 1966. Eusebio membawa Portugal meraih posisi ketiga di akhir turnamen sekaligus mencatatkan namanya sebagai pencetak gol turnamen sehingga berhak membawa pulang sepatu emas. Berkat sembilan gol yang dicetaknya sepanjang Piala Dunia 1966 itu pula membuatnya mendapatkan gelar pemain terbaik turnamen.
Momen terbaiknya tentu saja terjadi di pertandingan melawan Korea Utara di babak perempat-final. Tertinggal tiga gol terlebih dahulu, Portugal akhirnya bangkit lewat empat gol yang dicetak Eusebio hingga akhirnya mampu menang 5-3 di akhir pertandingan. “Piala Dunia 1966 merupakan titik tertinggi dalam kareir saya. Kami mungkin kalah di semi-final, namun sepakbola Portugal adalah pemenang besar,” ujar sang legenda.

9. Lothar Matthaeus (Jerman)
http://ttvh.vcmedia.vn/Images/Uploaded/Share/2009/03/20090320034020370/LotharMatthaus.jpg
Matthaeus adalah pemegang rekor penampilan terbanyak di Piala Dunia, 25 pertandingan dalam lima Piala Dunia berturut-turut. Selain itu, dia adalah satu-satunya pemain selain kiper Meksiko Antonio Carbajal yang mampu bermain di lima Piala Dunia sepanjang kariernya.
Walaupun perannya tidak terlalu terasa di Piala Dunia 1982, Matthaus menjadi pemain penting bagi Jerman di Piala Dunia 1986. Beckenbauer yang saat itu menjadi pelatih mempercayakan satu posisi di lini tengah Jerman diisi oleh Matthaeus, yang saat itu bahu membahu bersama Felix Magath di posisi tersebut. Jerman berhasil dibawanya melaju ke final sebelum akhirnya dihancurkan Argentina 3-2. Mengecewakan memang, tetapi itulah awal kesuksesan besar Matthaeus. Menjadi kapten sejak tahun 1987, Matthaeus sukses membawa Jerman menjadi juara di Piala Dunia 1990. Sukses Jerman ini tak lepas dari peran sentral Matthaeus di lini tengah, dan hasilnya Matthaeus diganjar berbagai penghargaan individual seperti Pemain Terbaik Jerman 1990, Pemain Terbaik Eropa 1990, dan Pemain Terbaik Dunia 1990. Satu tahun kemudian, dia menjadi pemain pertama yang meraih FIFA World Player.

8. Ronaldo (Brasil)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXJWPcoyNdSinfBIs308hbGlviyIzsFRcwMf91Wqf_7XJ6H4DAbWa6ZKkN-z-wi342LJxwRPcqRkZIcot7eb9opEdBNQF9Q8e3nQcqgc37YlOneYkjLlM76X7DoyJvQjLsq6TzE1k89Pk/s1600/p1_ronaldo_0219.jpg
Inilah striker terbaik yang dimiliki Brasil dalam dua dekade terakhir. Ronaldo Luis Nazario de Lima atau yang biasa disebut Ronaldo adalah pemegang rekor pencetak gol terbanyak di Piala Dunia hingga saat ini. Pertama kali muncul di Piala Dunia 1994 sebagai seorang anak muda berumur 17 tahun, Ronaldo mencapai puncak kejayaannya di Piala Dunia pada tahun 2002 ketika Brasil sukses menjadi juara dunia untuk kali kelima. Ronaldo menjadi bintang turnamen, mencatatkan delapan gol untuk mendapatkan sepatu emas yang merupakan simbol pencetak gol terbanyak.
Ronaldo mencatatkan namanya dalam sejarah Piala Dunia ketika mencetak satu gol di pertandingan babak 16 besar Piala Dunia 2006 Brasil melawan Ghana. Gol tersebut merupakan gol ke-15 Ronaldo di Piala Dunia, memecahkan rekor 14 gol Gerd Mueller yang telah bertahan selama lebih dari tiga dekade. Selain itu dirinya tercatat sebagai pemain ke-20 yang mampu mencetak gol di tiga kesempatan Piala Dunia, dan pemain kedua setelah Juergen Klinsmann yang mampu mencetak minimal tiga gol dalam masing-masing Piala Dunia di tiga kesempatan. Tak salah jika orang menjulukinya sebagai sang Fenomena.

7. Ferenc Puskas (Hongaria)
 http://2.bp.blogspot.com/_ZaxNV8Et4Tg/TGbfcV9AdTI/AAAAAAAAAa0/Ox_PpxhYKaI/s1600/puskas.jpg
Ferenc Puskas adalah pemain terbaik yang pernah dimiliki Hongaria, sang penguasa sepakbola dunia pada awal 1950-an. Tim yang saat itu berjuluk ‘Magical Magyars’ ini adalah salah satu tim terbaik yang pernah ada di dunia, namun sayangnya tak pernah menjuarai Piala Dunia.  Satu-satunya Piala Dunia yang diikuti Puskas bersama Hongaria adalah Piala Dunia 1954 di Swiss. Pada saat itu, Hongaria adalah salah satu tim favorit juara.
Kekuatan utama Hungaria pada saat itu adalah lini depannya yang menakutkan terutama sang bintang Ferenc Puskas. Walaupun tubuhnya pendek kekar dan kurang kuat di udara, catatan golnya bersama tim nasional benar-benar luar biasa, 84 penampilan dengan 83 gol.
Pada Piala Dunia 1954 itu, Hongaria berhasil mencapai final dan menantang Jerman yang pada penyisihan dikalahkan 8-3. Hampir semua orang yakin Hongaria akan menang mudah pada partai final ini, namun pada kenyataannya mereka harus menerima kekalahan 2-3 walaupun telah unggul dua gol terlebih dahulu di awal pertandingan. Puskas yang pada pertandingan itu belum 100 persen fit karena cedera berhasil mencetak satu gol. Walaupun harus menelan kegagalan besar itu, Hongaria harus bangga karena Puskas diakui sebagai salah satu pemain terbaik dalam sejarah Piala Dunia.

6. Michel Platini (Prancis)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6PZ1XefVLyzKES5oBerl6DegF1HZUEQwDvF32A7m3imVA8pqq4BsA2Es7O14gnOyVjmR3-DMezteT2CjKIRvjZC4sRXbehgxgXxANq9DxYn0pBA1ULINxOJg9f2C1Karu3B65htSucQ/s1600/michel_platini.jpg
Tahukah Anda, Prancis gagal tampil di dua Piala Dunia berturut-turut, yaitu 1970 dan 1974? Ya, tim ‘ayam jago’ ini memang selalu gagal lolos ke babak final Piala Dunia sejak 1966, hingga akhirnya seorang Michel Platini yang mengenakan nomor punggung 10 dan berperan sebagai playmaker di timnas Perancis membawa negaranya kembali lolos ke Piala Dunia pada tahun 1978. Platini pula yang membawa Prancis meraih prestasi cukup membanggakan di dua Piala Dunia selanjutnya, yaitu Piala Dunia 1982 dan Piala Dunia 1986. Dengan kemampuannya membaca permainan, teknik tingkat tinggi, dan ketajamannya di depan gawang lawan, Platini membawa Perancis meraih posisi keempat Piala Dunia 1982 dan peringkat ketiga Piala Dunia 1986.
Sejak kehadiran Platini pula Prancis diperhitungkan sebagai salah satu tim berbahaya di daratan Eropa, apalagi setelah keberhasilannya membawa Prancis menjadi juara Eropa pada tahun 1984. Walaupun Platini tidak berhasil mengangkat gelar Piala Dunia sepanjang kariernya, namun Platini tetap dianggap sebagai salah satu pemain legendaris Piala Dunia.

5. Johan Cruyff (Belanda)
http://agusnurrohman.files.wordpress.com/2010/03/johancruyff.jpg?w=250&h=333
Jika ada pertanyaan siapakah legenda terbesar Belanda di Piala Dunia, jawaban yang paling tepat tentu bukan Marco van Basten atau Ruud Gullit, tetapi Johan Cruyff. Cruyff memang tidak pernah membawa Belanda menjuarai satu turnamen pun sepanjang kariernya. Kesuksesan terbesarnya hanya membawa timnya menjadi runner-up Piala Dunia 1974, satu-satunya Piala Dunia sepanjang kariernya. Namun kehadirannya di turnamen tersebut dan kesuksesannya memimpin Belanda ke tempat tertinggi dalam sejarah keikutsertaan mereka di Piala Dunia dengan permainan tim total football yang sangat terkenal itu membuat sosok Cruyff rasanya layak disandingkan dengan legenda-legenda seperti Pele, Diego Maradona, dan Franz Beckenbauer.
Visinya yang luar biasa dan kreatifitasnya sebagai playmaker tim Oranje membawa Cruyff menjadi salah satu pemain terbesar Piala Dunia. Total Football, permainan menyerang yang sangat indah yang diusung Belanda di 1974 itu memang yang membantunya melegenda hingga saat ini. Dia adalah legenda terbesar Belanda sampai saat ini, dan total football yang dipimpinnya tak akan pernah terlupakan.

4. Zinedine Zidane (Prancis)
http://blognyainsan.files.wordpress.com/2010/07/zinedine-zidane-20070802-293303.jpg
Terlahir dari pasangan imigran Aljazair di Marseille, Prancis, Zinedine Zidane tumbuh menjadi pesepak bola terbaik sejak era Michel Platini sekaligus idola baru Prancis di abad 21.
Terkenal sebagai gelandang flamboyan, Zidane menikmati kesuksesan di liga Prancis, Italia dan Spanyol. Tapi prestasinya yang paling diingat adalah ketika membela Prancis di Piala Dunia 1998 dan Jerman 2006. Dalam dua turnamen ini, karier Zidane mencapai titik tertingginya. Di Piala Dunia 2002 dia absen lantaran cedera dan Prancis tersingkir di fase grup.
“Secara teknis, saya pikir dia adalah raja dari dua hal yang penting dalam sepakbola – kontrol bola dan operan. Belum ada yang menyamainya dalam dua hal itu,” kata Platini mengomentari penampilan Zidane selama kariernya.
Penampilan Piala Dunia pertama Zidane tahun 1998 di mana Prancis menjadi tuan rumahnya awalnya kurang berjalan mulus. Zidane diusir wasit saat pertandingan melawan Arab Saudi yang akhirnya dimenangi Prancis. Hal ini membuatnya tidak bisa ikut bertanding melawan Paraguay.
Namun, suami dari Aime Jacquet ini mulai menunjukkan permainan terbaiknya saat Perancis mengalahkan Italia lewat adu penalti. Dia juga berjasa ketika tim ayam jantan menang melawan Kroasia 2-1 di semi-final dan akhirnya merebut Piala Dunia 1998 setelah mengalahkan Brasil 3-0.
Zidane tampil luar biasa saat final melawan Brasil. Dia meliuk membawa bola kearah kotak penalti untuk kemudian menyarangkan dua gol di babak pertama.
Saat penggemar Prancis merayakan pesta kemenangan di Champs-Elysees, Paris, wajah Zidane lah yang diproyeksikan ke Arc de Triomphe dan memukau orang-orang yang hadir di sana. Sebuah ikon nasional lahir.
Di final Piala Dunia 2006, menjelang akhir perpanjangan waktu, terjadilah insiden yang akan terus dikenang dunia. Tiba-tiba Zidane, yang terkenal santun di lapangan, menanduk dada bek Italia Marco Materazzi meski saat itu tak ada perebutan bola. Pemain Italia ini pun langsung menggeletak. Tanpa ampun, wasit mengeluarkan kartu merah untuk Zidane. Prancis pun akhirnya kalah adu penalti dari Italia yang menjadi juara.
Beberapa pekan setelah kejadian aneh itu, barulah terungkap penyebab tandukan itu. Itu pun disampaikan oleh kalangan yang ahli membaca gerak bibir karena Zidane tetap tak mau menyebutkan, provokasi apa yang dikatakan oleh Materazzi. Rupanya Zidane tersinggung atas provokasi Materazzi yang mengucapkan, bahwa adik perempuan Zidane adalah anak pelacur dan Zidane merupakan keturunan teroris.

3. Franz Beckenbauer (Jerman)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJztp2u5XP79xX_H0YljioiU6UG5sWWvvYoTpXZ5R4H771pIS3L716kH8jOxfyPv-h9M6ApccOKnAAGph_rvpt12ybO5fv8ffH2ATCUKTIYpS3FbEVhlbP3MiykAlDCw0daJnX34hTFec/s320/franz-beckenbauer-signed-memorabilia-germany-world-cup-1970.JPG
Pada Piala Dunia 1990 di Italia, Beckenbauer kembali mengangkat Piala Dunia, kali ini sebagai pelatih timnas Jerman. Sebelumnya di Piala Dunia 1986, Beckenbauer juga sukses membawa Jerman ke final hingga akhirnya dikalahkan oleh Argentina dengan sang ikonnya, Diego Maradona.  Rasanya prestasi sang legenda akan sulit diulang oleh orang Jerman manapun, entah sampai kapan.

2. Diego Maradona (Argentina)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8pP1CAGHakR3got-uAi5WAqWs-QIm4MF6N8Qd4tcoHHsxdFTGRooz2-4Pb8GYiGulUi-3aOC0uytJ8KjQHQTAhNxx4ECIlFKZ427gm0jVrNFwDsNpWbP3_Ab4WPrJNCSTpuhmrRnXPA/s1600/diego_maradona_1150994374.jpg
Rasanya tak ada satu pun pemain sepakbola selain Maradona yang dipuja layaknya Tuhan. Bagi sebagian besar orang, Maradona merupakan pemain terhebat sepanjang masa dan  bukannya Pele, yang mendapatkan gelar tersebut secara resmi oleh FIFA. Walaupun hidupnya dipenuhi kontroversi; mulai dari gol Tangan Tuhan, kecanduan alkohol, dan penggunaan obat-obatan terlarang hingga akhirnya harus diusir dari Piala Dunia 1994, Maradona selalu dipuja oleh penggemarnya.
Meksiko 1986 merupakan Piala Dunia terbaiknya dengan beberapa momen yang tak mungkin terlupakan. Momen terbaiknya tentu saja ketika Maradona berlari dari tengah lapangan melewati lima pemain Inggris sebelum akhirnya mencetak sebuah gol yang kelak disebut sebagai gol terbaik sepanjang masa. Gol yang dicetak ketika melawan Inggris di perempat-final Piala Dunia 1986 tersebut begitu indah, dan momen itu adalah yang terbaik dalam kariernya yang membuatnya dianggap Tuhan oleh sebagian orang Argentina yang mendirikan Gereja Maradona. Semua orang akan selalu mengingat kata-kata yang diucapkan sambil menangis oleh komentator Victor Hugo Morales ketika terjadi gol terindah sepanjang masa itu, “Gracias, Dios. Por el futbol, por Maradona, por estas lagrimas.. (Terima kasih Tuhan, untuk sepakbola, untuk Maradona, dan untuk airmata ini..)”

1. Pele (Brasil)
http://risalmadjid.files.wordpress.com/2010/03/pele.jpeg
Pele pertama kali muncul di Piala Dunia pada tahun 1958 sebagai pemain muda berumur 17 tahun.  Dia mencetak gol pertamanya di Piala Dunia ketika bermain melawan Wales di perempat-final, pertandingan keduanya di Piala Dunia. Dengan usianya yang 17 tahun 239 hari, Pele dinobatkan sebagai pencetak gol termuda dalam sejarah Piala Dunia. Kehebatan Pele semakin terlihat ketika mencetak hat-trick di pertandingan semi-final melawan Perancis.  Sampai sekarang, Piala Dunia 1958 di Swedia dikenang sebagai awal mendunianya sang legenda.
Tak berlebihan rasanya jika FIFA sampai menjulukinya sebagai King of Football. Pernah mencetak delapan gol dalam satu pertandingan pada tahun 1964, Pele juga mencatatkan diri sebagai pemain yang pernah enam kali mencetak lima gol dalam satu pertandingan, 30 kali quattrick, dan tak kurang dari 92 kali hat-trick. Sepanjang karirnya, Pele membukukan 1.281 gol dalam 1363 pertandingan. Dengan statistik yang mengagumkan seperti itu, apalagi yang kurang dari seorang Pele?

Sumber: www.ruangberita.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar