Selasa, 28 September 2010

Bledug Kuwu, Sebuah Mud Vulcano yang Abadi

Bledug Kuwu

Orang Belanda mengunjungi Bledug Kuwu (tahun 1932)
Bledug Kuwu adalah sebuah kawah lumpur (mud volcano) yang terletak di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah. Tempat ini dapat ditempuh kurang lebih 28 km ke arah timur dari kota Purwodadi. Bledug Kuwu merupakan salah satu obyek wisata andalan di daerah ini, selain sumber api abadi Mrapen, dan Waduk Kedungombo. Obyek yang menarik dari bledug ini adalah letupan-letupan lumpur yang mengandung garam dan berlangsung terus-menerus secara berkala, antara 2 dan 3 menit.

Geologi

Secara geologi, kawah lumpur Kuwu, sebagaimana kawah lumpur lainnya, adalah aktivitas pelepasan gas dari dalam teras bumi. Gas ini biasanya adalah metana. Kuwu adalah satu-satunya yang berlokasi di Jawa Tengah. Letupan-letupan lumpur yang terjadi biasanya membawa pula larutan kaya mineral dari bagian bawah lumpur ke atas. Banjir lumpur panas Sidoarjo juga diakibatkan oleh kawah lumpur, meskipun untuk yang terakhir ini tingkat aktivitasnya lebih tinggi.

Kandungan garam


Ladang garam di sekitar kawah lumpur.
Lumpur dari kawah ini airnya mengandung garam, oleh masyarakat setempat dimanfaatkan untuk dipakai sebagai bahan pembuat garam bleng (IPA: /bləng/) secara tradisional. Caranya adalah dengan menampung air dari bledug itu ke dalam glagah (batang bambu yang dibelah menjadi dua), lalu dikeringkan.

Legenda

Menurut cerita turun temurun yang beredar di kalangan masyarakat setempat, Bledug Kuwu terjadi karena adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan Laut Selatan (Samudera Hindia). Konon lubang itu adalah jalan pulang Joko Linglung dari Laut Selatan menuju kerajaan Medang Kamulan setelah mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang telah berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Joko Linglung konon bisa membuat lubang tersebut karena dia bisa menjelma menjadi ular naga yang merupakan syarat agar dia diakui sebagai anaknya Raden Aji Saka.

Sumber: www.id.wikipedia.org

2 komentar:

  1. kampung kita,tuh...sayang ramenya cuma kalo pas lebaran ada pentas dangdutnya doang...itupun dangdut yang kostum penyanyinya bikin kaum laki turun naik jakunnya....bagaimana pemdanya,nih...ada mesin duit didiemin ajah!!

    BalasHapus
  2. mas giarto,
    aku juga gemes ngeliat kenyataan di grobogan...
    grobogan..o... grobogan... nasibmu sungguh malang... (kayak lagu dangdut aja)...
    sebuah kekayaan alam yg sudah mendunia, tapi sayang masih belum dikelola scr maximal...
    padahal di sidoarjo ada "obyek wisata" yg sama dg bledug kuwu dan baru berumur 4th, tapi lebih terkenal lumpur lapindo nya....
    hehehe...

    BalasHapus