Sabtu, 30 Oktober 2010
Bantahan Buku "The Grand Design" Karya Stephen Hawking
Sungguh Melas Stephen Hawking
Assalamualaikum wr,
Tanggal 9 September 2010 sebuah buku segera terbit karya Fisikawan terkemuka asal Inggris, Stephen Hawking, dalam buku terbarunya yang berjudul The Grand Design, segera terbit. Setelah dia pernah terkenal dengan bukunya pada tahun 1988, A Brief History of Time. Dalam bukunya terdahulu dia menulis bahwa kepercayaannya akan campur tangan Tuhan dalam penciptaan alam semesta. "Jika kita menemukan sebuah teori yang lengkap maka itu akan menjadi kemenangan besar dari nalar manusia. Untuk itu, kita harus mengetahui pikiran Tuhan," tulis Hawking, pada saat itu.
Sayang seribu sayang, dalam buku yang keduanya ini dia berpendapat bahwa alam semesta tak diciptakan oleh Tuhan…..Astaghfirullah. Menurutnya, peristiwa Big Bang yang menjadi awal pembentukan alam semesta tercipta akibat hukum gravitasi dan bukan karena adanya campur tangan Ilahi. "Karena adanya hukum gravitasi, alam semesta bisa dan akan tercipta dengan sendirinya. Penciptaan yang spontan itu adalah alasan mengapa sesuatu itu ada, mengapa alam semesta itu ada, mengapa kita ada," tegas Hawking dalam buku terbarunya itu yang ditulis bersama Leonard Mlodinow, fisikawan asal AS.
Dalam buku yang barunya, Hawking meyakinkan bahwa "M-Theory", sebuah bentuk dari string theory, bisa menjelaskan penciptaan alam semesta. "Tidak perlu membawa-bawa Tuhan, seolah-olah Ia yang memicu terciptanya alam semesta," tulis Hawking.
Pemikiran Hawking yang ditulis dalam buku barunya itu datang dari sebuah observasi pada 1992 yang meneliti sebuah planet serupa Bumi yang mengelilingi sebuah bintang yang mirip Matahari. "Secara kebetulan kondisinya mirip sistem tata surya kita dengan matahari tunggal, dan kombinasi yang benar-benar sangat mirip antara jarak Bumi-Matahari dan massa matahari, sehingga bukan menjadi hal yang luar biasa dan tidak terbukti bahwa Bumi dirancang secara khusus hanya untuk kehidupan manusia," jelas Hawking kemudian.
Pendapat tersebut langsung mendapat tanggapan dari Kepala Gereja Inggris, Uskup Agung Can-terbury Dr Rowan Williams. Menurutnya, masalah penciptaan tidak bisa hanya dijelaskan dari ilmu fisika semata. Sains dan agama bukan sesuatu yang harus dipertentangkan. "Kepercayaan kepada Tuhan bukan semata soal penjelasan bagaimana hubungan satu sama lain di alam semesta. Ini adalah soal keyakinan bahwa ada kekuatan hebat sehingga segala sesuatu ter-gantung keberadaannya," ujar Rowan Williams seperti dilansir CNN, Jumat (3/9/2010).
Komentar Williams didukung sejumlah pemuka agama di Inggris lainnya, antara lain dari Kepala Pendeta Jonathan Sacks. Dikatakannya, "Sains adalah penjelasan. Agama adalah interpretasi. Injil tentu tidak tertarik menjelaskan bagaimana alam semesta bisa tercipta."
Ibrahim Mogra, imam dan kepala komite di Dewan Muslim Inggris, mengatakan, "Saat kita melihat alam semesta dan semua yang diciptakan di dalamnya, pasti ada pikiran ada yang menciptakannya. Itulah Yang Maha Kuasa."
Mencoba memahami pemikiran Stephen Hawking sebagai fisikawan yang luar biasa di tingkat dunia, saya hanya bisa bergumam “Melas sekali Stephen Hawking ini……, ternyata daya IQ yang brilliant dan EQ yang lumayan, tidak disertai dengan Spiritual Quotient yang tinggi, kasihan dia, ternyata Allah SWT belum memberikan hidayah kepadanya dan membukakan tabir padanya…..Astaghfirullah”.
Pendapat Hawking bertentangan dengan Isaac Newton yang mengatakan bahwa alam semesta adalah ciptaan Tuhan karena tidak mungkin alam tercipta dari chaos. Pendapatnyapun berten-tangan dengan pendapat Albert Einstein yang berpendapat bahwa “Alam semesta raya ini di-ciptakan oleh Tuhan tidak dengan bermain dadu”, semuanya begitu harmonis, & mengalir sehingga mudah dijelaskan oleh ilmu fisika dan matematika. (lihat ayat dibawah ). Insyaallah ayat 2 dibawah ini dapat menjelaskan ketidak pahamannya sebagai Fisikawan.., mungkin dia hanya membandingkan penemuannya dengan kitab – kitab sebelum Al Qur’an diturunkan, karena kesibukannya atau karena memang belum dibuka pintu hidayahnya :
1. Tuhan tidak Bermain Dadu (Albert Einstein) : Ucapannya telah sesuai dengan bunyi firman Allah didalam Al Qur’an, artinya walaupun dia seorang yahudi tetapi pemikirannya sangat Islami. Mari Pahami ayat dibawah ini :
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ
مَا خَلَقْنَاهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Ad Dhukaan, ayat 38-39).
2. Gravitasi ; Dia (Stephen Hawking) memahaminya ini sebagai pemicu segalanya di alam se-mesata raya ini bukan Tuhan….Masyaallah. (bukankah gravitasi bagian dari aktivitas Allah, dalam menciptakan alam semesta ini?, mari pahami ayat dibawah ini)
إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَن تَزُولَا وَلَئِن زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِّن بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيماً غَفُوراً
Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS. Fathir, ayat 41).
3. Big Bang : Dia (Stephen Hawking) pernah menjelaskan pada tahun 1988, yang sesungguh-nya sudah mengarahkannya pada Sang Pencipta alam jagad raya ini beserta segala isinya. Bahwa Langit & bumi dulu bersatu padu, dan acuan mencari zat H2O adalah mutlak untuk adanya kehidupan diluar Bumi (NASA).
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقاً فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاء كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu ke-duanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (QS Al Anbia, ayat 30).
4. Tidak terbukti Bumi dirancang untuk Manusia: Insyaallah suatu saat sebelum matinya (bila Allah menghendaki), dia (Stephen Hawking) akan menulis yang sebaliknya. Bukankah Allah dalam Al Qur’an tidak pernah menyandingkan Langit dengan selain Bumi, sebaliknya selalu Langit bersanding dengan bumi, bukankah ini bukti bahwa bumi sama pentingnya dengan langit ? Allah tidak pernah menyandingkan Langit dengan bintang, bulan, matahari, gugusan bintang.
Kenapa? Karena memang langit diciptakan hanya akan menghadirkan sebuah debu di alam semesta yaitu sebuah Planet bernama Bumi yang penuh berkah, yang akan diperuntukkan untuk keturunan Adam (Ras Homo sapien sapiens), yang salah satu keturunannya ditunggu oleh seluruh semesta alam yaitu nabi Muhammad SAW, bila ada planet Bumi lain di alam jagad raya ini, maka pastilah Nabi Besar kita tidak disebut sebagai Rahmatan Lil A’lamin dan sebagai nabi penutup semua utusanNya.
Sayang seribu sayang dia (Stephen Hawking) pastilah belum pernah membaca Al Qur’an tampaknya, Mari kita pahami ayat dibawah ini :
قَالَ فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا تُخْرَجُونَ
Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pu-la) kamu akan dibangkitkan. (QS. Al- A'raaf, ayat 25).
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً
وَبَاطِنَةً وَمِنَ النَّاسِ مَن يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُّنِيرٍ
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentin-gan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni'mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pen-getahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (QS. Luqman, ayat 20)
Memahami kedua ayat tersebut diatas, jelas-jelas bahwa seluruh isi langit dan bumi hanya diciptakan untuk manusia, dan Insyaallah tidak ada lagi planet seberkah Planet Bumi.
Hal ini pernah diucapkan oleh Prof.DR.Donald Brown Lee (Kepala Project : Stardust Mission, NASA) yang mengatakan program SETI (Search Extra Teristial Intelegent) pencarian kecerdasan makhluk ruang angkasa segera ditutup saja, karena kelihatannya tidak ada lagi kehidupan diluar planet bumi ini.
Sahabat2 yang selalu dirahmati Allah, kita tidak perlu dan tidak akan pernah khawatir bila ada seribu bahkan jutaan pakar yang menulis seperti Stephen Hawking dalam bukunya The Grand De-sign, bahwa "Tidak perlu membawa-bawa Tuhan seolah-olah Ia yang memicu terciptanya alam semesta ini, karena Gravitasi pemicu semuanya ". Melas sekali orang ini.
Dia (stephen), ketika dalam perjalanan pendakian gunungnya sudah hampir mencapai puncaknya pada tahun 1988, tetapi pada tahun 2010 ini rupanya dia menengok kiri dan kanan keburu terkagum dengan keindahan dalam perjalanannya, sehingga membuat pendakiannya tidak maksimum hingga puncaknya. Bahkan dia tergelincir kembali kejurang......, padahal ada keindahan dan kenikmatan tiada tara seandainya dia tetap fokus dengan tujuan pendakiannya yaitu mencapai puncak gunung kemuliaan.
Allah Maha Besar dan tidak butuh orang-orang seperti Stephen Hawking, karena sesungguhnya manusialah yang membutuhkan Allah SWT. Memang benar bahwa sesungguhnya kesombongan itu dapat menjerumuskan manusia untuk tidak mengakui Sang Khalik, dan sesungguhnya makhluk yang sanggup Atheis itu hanyalah manusia, bahkan Iblispun yang dianggap rajanya sombong diantara makhluk ciptaannya, ternyata tidak atheis karena tetap takut pa-da Sang Penciptanya.
Astaghfirullah... Astaghfirullah... Astaghfirullah...
Allahu Akbar... Allahu Akbar... Allahu Akbar...
Maha benar Allah dengan semua Firman2Nya.
Seandainya komentar dan kegemesan saya ini dalam mengkomentari Pakar Fisika diatas sebagai penerima hadiah Nobel, ternyata dikemudian hari salah, pasti bukanlah Firman Allah yang salah, tetapi analisa sayalah yang salah.
Wassalam,
Agus Haryo S
www.com11.indonesianforum.net
In "The Grand Design" Hawking says that we are somewhat like goldfish in a curved fishbowl. Our perceptions are limited and warped by the kind of lenses we see through, “the interpretive structure of our human brains.” Albert Einstein rejected this subjective approach, common to much of quantum mechanics, but did admit that our view of reality is distorted.
BalasHapusEinstein’s Special Theory of Relativity has the surprising consequences that “the same event, when viewed from inertial systems in motion with respect to each other, will seem to occur at different times, bodies will measure out at different lengths, and clocks will run at different speeds.” Light does travel in a curve, due to the gravity of matter, thereby distorting views from each perspective in this Universe. Similarly, mystics’ experience in divine oneness, which might be considered the same eternal event, viewed from various historical, cultural and personal perspectives, have occurred with different frequencies, degrees of realization and durations. This might help to explain the diversity in the expressions or reports of that spiritual awareness. What is seen is the same; it is the seeing which differs.
In some sciences, all existence is described as matter or energy. In some of mysticism, only consciousness exists. Dark matter is 25%, and dark energy about 70%, of the critical density of this Universe. Divine Essence, also not visible, emanates and sustains universal matter (mass/energy: visible/dark) and cosmic consciousness (f(x) raised to its greatest power). During suprarational consciousness, and beyond, mystics share in that essence to varying extents. [quoted from my e-book on comparative mysticism]
Sebuah pemikirian ceteknya ilmu manusia dan rendahnya sempitnya pemikiran manusia. Banyak hal di dunia ini yang tak dapat di jelaskan pada logika, termasuk kematian sekalipun. Akan jadi apa manusia bila ia meninggalkan dunia ini?? explain me with scientific stephen, you're just human so you must NOT to be more than that.
BalasHapus