Sabtu, 23 Oktober 2010

Candi Plaosan

Candi Plaosan merupakan kompleks Candi Hindu yang dibangun untuk Sri Kahulunnan atau Pramodawardhani, saudara dari Samaratungga, yang merupakan keturunan dari Wangsa  Sailendra, yang menikah dengan Rakai Pikatan.


Tidak ditemukan prasasti yang menerangkan kapan pembangunan atau peresmian candi ini. Namun berdasarkan bentuk makara dan gaya tulisan yang ada dalam prasasti-prasasti pendek, diduga Candi Plaosan dibangun di pertengahan abad IX Masehi. Sebagai catatan bentuk makara yang ada di candi tersebut menjadi “trend” pada kurun waktu 838-898 M. 

Letak Candi Plaosan Lor berada di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Candi ini berada 1,5 kilometer di timur Candi Sewu tidak jauh dari Candi Prambanan sekitar 3 kilometer di timur laut dan 1,5 kilometer ke arah utara jalan raya Yogyakarta – Solo.


Candi ini cukup megah dan besar. Di antar seorang pemandu Candi, akhirnya mereka memasuki kompleks candi.
Halaman Utama terletak di pusat kompleks bangunan, berbentuk persegi panjang, dikelilingi pagar pemisah yang memisahkan dua halaman. Di dalam halaman I berdiri dua bangunan induk yang berdampingan arah utara – selatan. Antara candi induk utara dan candi induk selatan dibatasi oleh pagar pembatas yang dihubungkan dengan sebuah gapura. “Candi induk selatan dalam keadaan utuh karena telah dipugar tahun 1960, sedangkan candi induk utara dalam keadaan rusak/runtuh. Pada pagar halaman I sisi barat terdapat dua gapura yang menuju ke masing-masing candi induk. 
Candi induk selatan berbentuk segi panjang dan bertingkat dua. Pada masing-masing tingkat memiliki tiga bilik. Bentuk semacam ini hanya ada di Indonesia.. Berarti seperti pada candi-candi yang lainnya, Candi ini ternyata juga mempunyai bagian kaki, tubuh dan atap. Bagian kaki candi dihiasi dengan lipit-lipit dan di sisi barat ditemukan pipi tangga dan tangga masuk ke bilik.

Di atas kaki candi berdiri tubuh candi dan penampil di sisi barat. Bagian tubuh ini terdiri atas dua tingkat masing-masing tingkat memiliki tiga bilik yaitu bilik utara, tengah dan selatan. Bilik-bilik dibatasi dengan tembok dan dihubungkan dengan pintu serta memiliki jendela. Pada sisi panjangnya (di barat) masing-masing tingkat mempunyai dua jendela dan pada sisi lebarnya (selatan dan utara) dua jendela.
Bagian atap candi induk selatan terdiri atas tiga tingkatan. Tingkat bawah dihiasi dengan stupa keci-kecil yang sebagian besar sudah hilang. Tingkat di tengah dihiasi stupa agak besar dan kecil yang mengelilingi tingkat paling atas tempat berdiri stupa yang besar. Pada stupa terbesar (puncak) terdapat relung kecil semacam ceruk.

 

Pada bilik kedua candi induk selatan berisi arca yang dipahat dengan sempurna yaitu Bodhisatwa Padmapani, Bodhisatwa Wajrapani dan Bodhisatwa Manjucri. Arca-arca ini menggambarkan bahwa Candi Plaosan Lor merupakan bangunan suci agama Budha.
Di halaman ke-2. Halaman kedua, yakni halaman tengah yang terletak di luar halaman I, di dalamnyaberdiri tiga deret persegi yang mengelilingi candi induk. Deret I terdiri atas 50 candi perwara, deret II terdiri atas empat candi perwara dan 54 stupa perwara, deret III terdiri atas empat candi perwara dan 62 stupa perwara. Jumlah candi perwara 58 buah dan stupa perwara 116 buah yang sebagian besar dalam keadaan rusak. Dua candi dan satu stupa perwara sudah dipugar tahun 1941, 1962 dan 1992. Ternyata memang parah sekali, semuanya hampir hancur dan rusak parah.

Di pagar halaman II di sisi barat terdapat dua pintu masuk yang masing-masing dijaga oleh dua arca dwarapala yang berbentuk raksasa. Halaman luar setelah halaman II diketahui ketika diadakan penelitian tahun 1962. Penemuan pondasi tembok bangunan yang panjangnya kurang lebih 150 meter di barat dan membujur ke arah utara – selatan ternyata dapat ditentukan adanya halaman III.

Salah satu kekhasan Candi Plaosan adalah permukaan teras yang halus. Teras candi ini berbeda dengan teras candi lain yang dibangun di masa yang sama. Hal itu terkait dengan fungsi candi kala itu yang diduga untuk menyimpan teks-teks kanonik milik para pendeta Budha. Dugaan lain yang berasal dari para ilmuwan Belanda, jika jumlah pendeta di wilayah itu sedikit maka mungkin teras itu digunakan sebagai sebuah wihara (tempat ibadah umat Budha).
Kompleks candi ini sangat besar, pagar kelilingnya saja 460 m dari utara ke selatan dan 290 m dari barat ke timur. Interior pagar yang terdiri atas parit sepanjang 440 m dari utara ke selatan dan 270 m dari barat ke timur.

Sumber: anjaswijanarko.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar