Minggu, 10 Oktober 2010

Di Bawah Sidoarjo Terdapat 3 Gunung Lumpur Tua

http://hotmudflow.files.wordpress.com/2010/02/2811903p1.jpg


Kabar terbaru tentang lumpur Lapindo Sidoarjo. Jika sebelumnya ada gunung berapi di bawah laut Sulawesi dengan ketinggian lebih dari 3000 meter dan sifatnya membahayakan. Ternyata gunung di bawah tanah yang membahayakan manusia pun ada di bumi Indonesia ini. Kini di wilayah Sidoarjo terdapat 3 (tiga) gunung lumpur yang berada di bawah tanah. Kabar ini tentunya semakin mengagetkan kita.
Ironisnya, satu dari tiga gunung lumpur di dalam tanah tersebut telah menyembur, tim menduga semburan lumpur bukan disebabkan pengeboran minyak dan gas yang dilakukan PT Lapindo Brantas. Dua gunung lumpur bawah tanah lainnya juga berpotensi keluar semburan karena lokasinya berada sekitar 10 km dari lokasi semburan yakni di barat daya dan timur laut lokasi semburan.
Para ahli pun menyarankan agar warga yang berada di sekitar lokasi segera dievakuasi. Hasil penelitian itu disampaikan kelompok ilmuwan Rusia yang dipimpin Doktor Sergey Kadurin pada konferensi pers yang dihadiri para ahli Geologi Indonesia.

Sekelompok ilmuwan Rusia telah menyatakan bencana lumpur panas di Sidoarjo, Jawa Timur disebabkan oleh kegiatan Seismik. Mereka menemukan fakta bahwa lumpur Sidoarjo terjadi akibat kembali aktifnya struktur Gunung Lumpur yang telah terbentuk sekitar 200 ribu tahun lalu.
Sergey Kadurin dan timnya juga menemukan fakta lain, yakni gempa bumi yang terjadi sekitar satu tahun sebelum adanya kejadian lumpur Sidaoarjo merupakan salah satu peristiwa geologi yang membantu terbukanya saluran lumpur.

Gempa yang terjadi di Yogyakarta pada tahun 2006 merupakan tepat dua hari sebelum semburan lumpur Sidoarjo juga berpengaruh dalam pengaktifan kembali lumpur tua. Sergey menyimpulkan dalam peristiwa semburan lumpur Sidoarjo, saluran lumpur telah ada sebelum dilakukannya pengeboran sumur.
Sementara itu, Senior Manager BP Migas, Awang Harun Setyana juga menjelaskan bahwa pengeboran di lokasi semburan lumpur Sidoarjo sebenarnya sudah sesuai prosedur.

Tim ilmuwan Rusia menyimpulkan hasil penelitiannya setelah membuat konstruksi sebuah sistem informasi geologi. Mereka menciptakan sebuah model tiga dimensi dari formasi geologi bawah tanah di area itu. Model tiga dimensi tersebut dibuat dari data seismik dua dimensi pada 2003 dan awal 2006.
Kabar ini membuat kita semakin prihatin dengan keadaan bangsa ini. Sepertinya selain masalah-masalah sosial, masalah bencana alam dan bencana lainnya seperti gunung lumpur bawah tanah ini harus segera diatasi.



Waspadai Gunung Lumpur Tua di Bawah Sidoarjo


Sekelompok ilmuwan Rusia menemukan bukti bahwa lumpur Lapindo terjadi karena aktifnya kembali gunung lumpur tua yang terbentuk pada 15.000–20.000 tahun lalu. Bencana seperti itu ditengarai juga pernah terjadi pada zaman Kerajaan Majapahit.

’’GEMPA BUMI yang terjadi sekitar setahun sebelum letusan lumpur Lapindo merupakan salah satu peristiwa geologi yang membantu pembukaan saluran lumpur. Pergerakan patahan Watukosek yang terjadi terus-menerus telah membantu proses itu lebih lanjut. Gempa bumi yang terjadi dua hari sebelum letusan terjadi juga bisa menjadi sebuah kickoff yang terakhir,’’ ujar Dr Sergey V. Kadurin yang memimpin tim dari Russian Geological Research Institute (VSEGEI) kemarin (30 Sept 2010).


Lumpur Lapindo terjadi sekitar 10 bulan sebelum semburan pada 9 Juli 2005. Saat itu, terjadi gempa bumi dengan pusat tepat di bawah semburan lumpur dengan kekuatan 4,4 skala Richter. Kemudian, diikuti sebuah gempa lagi 16 hari sebelum semburan lumpur yang berjarak sekitar 450 kilometer dengan kekuatan 5,5 skala Richter. ’’Lalu, dua hari sebelumnya (27/5/2006), terjadi gempa 6,3 skala Richter di Jogjakarta yang berjarak 185 kilometer dari semburan lumpur,’’ jelasnya.

Sebanyak 20 peneliti lembaga itu yakin lumpur Lapindo terjadi karena beberapa kegiatan seismik yang cukup kuat sehingga mempercepat penyaluran lumpur melalui struktur tanah yang telah ada. ’’Kami menggunakan sistem informasi geologi (Geological Information System–GIS) yang memungkinkan mereka menciptakan sebuah model 3D dari formasi geologi bawah tanah,’’ lanjut dia.Kombinasi gangguan seismik itu lantas mengaktifkan kembali gunung lumpur tua. Melalui gambar 3D, tim Rusia tersebut menemukan adanya struktur dua kanal lumpur yang sangat besar di bawah Sidoarjo. ’’Terdapat dua kanal lumpur besar di bawah sana. Karena itu, kami minta pemerintah Indonesia tidak mengabaikan kemungkinan bencana yang akan datang atau lalai dalam mengambil antisipasi yang tepat,’’ ungkapnya.

Penelitian tersebut diawali dari kunjungan kenegaraan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Jakarta pada September 2007 yang menyerukan hubungan kerja sama yang lebih baik antara Moskow dan Jakarta. Pihaknya tidak ingin ada debat panjang mengenai hasil penelitian tersebut. Tapi, pemerintah harus waspada dan mengambil tindakan sebaik-baiknya. ’’Kalau perlu, evakuasi penduduk di daerah sekitar,’’ tegasnya.

Senior Manager Eksplorasi Pengkajian dan Manajemen Sumber Daya BP Migas (Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas) Awang Harun Satyana mengungkapkan, tragedi serupa dengan lumpur Sidoarjo pernah terjadi pada masa Majapahit. ’’Selain alasan politik, Majapahit mungkin telah mundur oleh deformasi Delta Brantas karena rentetan erupsi gunung lumpur Jombang-Mojokerto-Bangsal di kawasan sepanjang 25 kilometer,’’ katanya.Hal itu terungkap dalam Kitab Pararaton yang ditulis pada 1613 Masehi. Dalam hubungan dengan kemunduran Majapahit, kitab Pararaton mencatat beberapa bencana seperti ’’Banyu Pindah’’ yang terjadi pada 1256 Caka atau 1334 M. Lalu, bencana ’’Pagunung Anyar’’ pada 1296 Caka atau 1374 M. ’’Secara harfiah, Banyu Pindah adalah air yang berpindah dan Pagunung Anyar adalah gunung baru yang bisa jadi itu mud volcano,’’ ungkapnya.Dalam Prasasti Kelagyan (959 Caka atau 1037 M) juga diceritakan, pada suatu hari, Sungai Brantas yang semula mengalir ke utara tiba-tiba mengalir ke timur sehingga memutuskan hubungan negeri Jenggala dan laut, merusak tanaman, serta menggenangi rumah-rumah penduduk. Erlangga bertindak dengan membangun bendungan besar di Waringin Pitu dan memaksa sungai kembali mengalir ke utara. ’’Mungkin, itulah yang disebut bencana ’Banyu Pindah’,’’ jelasnya.

http://hotmudflow.files.wordpress.com/2007/10/peta-lumpur-1-sept-2007.jpg

Semburan Lumpur Sidoarjo Karena Gunung Tua Aktif Kembali

Sergey V Kadurin

GUNUNG LUMPUR – Laporan hasil penelitian ilmuwan asal Rusia dari Universitas Odessa, Ukraina, menyatakan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, bukan berasal dari pengeboran, melainkan akibat kegiatan seismik. Dengan demikian, memicu kembali aktifnya gunung lumpur tua yang telah terbentuk sekitar 150.000-200.000 tahun lampau. (Suara Karya/Ist).

Semburan lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur, yang berlanjut hingga kini, diakibatkan aktifnya struktur gunung lumpur yang telah terbentuk sekitar 150.000-200.000 tahun lalu. Sejumlah ilmuwan terkemuka Rusia yang meneliti semburan lumpur Sidoarjo menyatakan, bencana tersebut bukan disebabkan aktivitas pengeboran sumur minyak di sekitar area tersebut. Tim ilmuwan Rusia Institute of Electro Physics yang dipimpin Sergey V Kadurin menyimpulkan, semburan tersebut merupakan hasil langsung dari pengaktifan kembali gunung lumpur tua yang terjadi akibat dari serangkaian kegiatan seismik. Gunung lumpur itu kemudian meletus pada 29 Mei 2006 silam. Letusan dipicu serangkaian kegiatan seismik yang telah dimulai 10 bulan sebelum terjadinya letusan lumpur di Sidoarjo. Aktifnya kembali gunung lumpur ini ternyata sudah dipicu oleh dua gempa bumi yang terjadi sekitar 10 bulan pada 9 Juli 2005 dengan pusat gempa tepat di bawah zona letusan lumpur dengan kekuatan gempa 4,4 skala richter (SR). Kemudian diikuti gempa berkekuatan 5,5 SR yang berjarak sekitar 450 kilometer dari lokasi lumpur. 

“Gempa bumi yang terjadi sekitar satu tahun sebelum letusan lumpur Sidoarjo memengaruhi di bawah zona letusan lumpur di area struktur gunung lumpur. Ini merupakan salah satu peristiwa geologi yang membantu pembukaan saluran lumpur,” kata pengajar senior di Universitas Odessa di Ukraina ini, di Jakarta, baru-baru ini. Menurut dia, pergerakan patahan Watukosek yang terjadi terus-menerus telah membantu proses ini lebih lanjut. “Dan gempa bumi yang terjadi dua hari sebelum letusan terjadi, bisa menjadi sebuah kick-off yang terakhir,” ujarnya.Kesimpulan tersebut didasari penelitian panjang dan serius dengan mengonstruksi sebuah sistem informasi geologi (geological information system/ GIS) yang memungkinkan mereka menciptakan sebuah model 3 dimensi dari formasi geologi bawah tanah di area tersebut. Hal tersebut memungkinkan tim memiliki gambaran sesungguhnya dari sumber lumpur dan bagaimana sumber lumpur itu memiliki saluran dan lalu menyembur keluar. 
Juru Bicara Tim Rusia Boris Gromov mengatakan, minat para ilmuwan dalam meneliti peristiwa ini, di samping ingin membantu masyarakat Indonesia dalam memecahkan masalah yang disebabkan gunung lumpur di Jawa, juga sebuah bukti dari persahabatan dan kerja sama antara Rusia dan Indonesia yang telah terjalin sejak lama. “Rusia juga telah memiliki pengalaman yang luas dalam menangani gunung lumpur yang banyak terdapat di daerah-daerah yang kaya hidrokarbon, seperti di kawasan Asia Tengah,” katanya. 
Sementara itu, Senior Manager Geologi Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Awang Harun Setyana mengatakan, gempa bumi sangat signifikan memicu letusan gunung lumpur. “Banyak gunung lumpur di Pulau Jawa dan daerah tersebut merupakan episentrum. Gempa bumi sangat signifikan memicu letusan gunung lumpur,” ujar Awang. Menurut dia, erupsi lumpur tidak pernah datang dari lubang sumur, tapi berasal dari sesar yang membentuk garis lurus sepanjang 40 kilometer. Di lain pihak, Wakil Ketua Badan Penanganan Lumpur Sidoarjo, Prof Hardi Prasetyo, menegaskan, ancaman semburan lumpur di Jawa memang sangat nyata, kendati selama ini belum masuk dalam agenda bencana alam pemerintah selama ini. “Kasus Lusi (lumpur Sidoarjo–Red) membuka kesadaran seriusnya ancaman semburan lumpur,” katanya. Untuk itu, dia mengatakan, sejak tahun 2009 pemerintah mengambil alih sepenuhnya kasus Lusi. “Masalah ini sesungguhnya telah terjadi sejak dulu kala. Bahkan sebagian ilmuwan percaya bahwa Kerajaan Majapahit runtuh bukan karena perang, tapi karena semburan lumpur,” tuturnya.  
Terkait dengan temuan ilmuwan Rusia Kadurin tersebut, Vice President Relations and Social Affairs Lapindo Brantas Inc Yuniwati Teryana mengemukakan, sejak awal Lapindo melakukan pengeboran sudah sesuai prosedur yang ditentukan. Namun, begitu terjadi semburan, muncul berbagai persepsi yang menyebutkan bahwa itu merupakan kesalahan industri. “Berbagai polemik pun bermunculan,” ujarnya. Sampai akhirnya, putusan MA menetapkan bahwa semburan lumpur Lapindo merupakan fenomena alam. Saat ini, menurut Yuniwati, sejak diterbitkannya Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 40 Tahun 2007, penanganan teknis lumpur Lapindo sudah diambil alih pemerintah. Dalam hal ini dtangani Badan Penanganan Lumpur Sidoarjo (BPLS). Jadi, menurut Yuniwati, pihak Lapindo sudah tidak berwenang lagi. Dia menambahkan, menurut peta area terdampak sejak 22 Maret 2007, PT Lapindo Brantas hanya bertanggung jawab menangani persoalan dan daerah yang terkena dampak semburan sesuai peta itu. “Jadi, untuk yang sekarang, kita tidak berwenang lagi menangani. Baik itu daerah baru yang terkena dampak semburan atau masalah teknis untuk menangani masalah semburan itu sendiri,” tuturnya.



Gunung Lumpur Madura satu Garis dengan Lumpur Sidoarjo

Peta Geologi Jateng-Jatim dan lokasi semburan lumpur Secara geologi semburan lumpur yang terjadi di Madura ternyata berada satu garis patahan dengan lumpur panas yang saat ini menyembur di sekitar lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Porong Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Demikian disampaikan M Sofyan Hadi, anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia Jawa Timur. “Mud Vulcano (gunung lumpur-red) itu memang satu garis atau satu patahan,” kata M Sofyan Hadi saat dihubungi detikcom melalui telepon, Senin (30/10/2006).
Menurut dia, rentetan mud vulcano yang muncul di Jawa Timur itu dari Kecamatan Geger Bangkalan Madura, Karang Anyar Sedati Sidoarjo, Gunung Anyar Rungkut Surabaya dan Porong Sidoarjo. “Semua itu dalam satu lipatan. Kalau di Porong namanya Lipatan Sekar Putih,” tuturnya.

“Sebenarnya mud vulcano itu sudah ada sejak masa lalu, jutaan tahun lalu. Hanya saja sekarang baru terjadi karena tekanan tektonik sehingga menyembur,” katanya. Ia menerangkan bahwa di Selat Madura Purba hingga Purwodadi Jawa Tengah itu mengendap lapisan vulkanik yang usianya 5 juta tahun.
Dibanding lumpur Porong, kondisi semburan lumpur yang di Madura saat ini kata Sofyan relatif lebih stabil dan aman. Lumpur yang keluar pun cenderung menurun. “Tidak akan membesar. Sebab tekanan yang di Madura sudah lepas di Porong,” imbuhnya.
Namun yang jelas, kata Sofyan, fenomena semburan lumpur di Madura yang dijuluki Bujel Tasik (pusat laut) sama sekali tidak berhubungan dengan laut. Pernyataan dia ini sekaligus mementahkan anggapan warga selama ini. “Tidak ada korelasinya dengan laut, hanya saja komposisi lumpurnya sama dengan yang di Porong,” katanya.

Informasi yang dihimpun, jika yang terjadi adalah mud volcano, maka fenomena alami ini tidak dapat dihentikan dengan mudah. Lapindo dan Timnas Penanggulangan Lumpur saat ini mengambil jalan alternatif yang dinilai paling mungkin adalah permanent disposal dengan mengalirkan lumpur ke laut.
Dalam sejarah, mud volcano pernah terjadi, berdasarkan peta geologi buatan Belanda 1938 memperlihatkan bahwa di peta Sidoarjo terdapat dua “moddervulkanen” atau “mudvolkano” (gunung lumpur) di daerah Gedangan. Satu di Poeloengan dan satu lagi di Desa Betro, Buncitan, Kalang Anyar.

Blok Brantas berada pada jalur “Active Mud Volcano” yang membentang dari Purwodadi – Cepu – Bojonegoro – Porong. Fenomena gunung lumpur juga didapati di Sangiran, Kuwu Purwodadi (masih aktif menyembur sampai sekarang), Tuban, Koneng, Bangkalan, Gunung Anyar di Rungkut Surabaya (masih aktif), Gedangan Sidoarjo, Banjarpanji fase erupsi besar, sebelah utara Probolinggo, sebelah utara Bali sampai sebelah utara Lombok (NTB). Tiga lokasi terakhir ini semuannya di bawah permukaan laut.

 


















Sumber: hotmudflow.wordpress.com
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar