Selasa, 05 Oktober 2010

Ensiklopedia Tosan Aji




INDEX - A


ADEG IRAS, PAMOR, adalah nama pamor yang menyerupai garis lurus mulai dari ujung bilah sampai pangkalnya yang bersinggungan dengan bagian ganja. Pada bagian ganja, pamor ini seolah menyambung lagi sampai kebagian yang bersinggungan dengan pesi. Pamor ini dinilai baik tuahnya dan tergolong pamor langka.
 
ADEG SIJI, lihat SADA SA’LER.
 
ADEG WENGKON, lihat TEJA KINURUNG.
 
AENGTONG TONG, nama desa di Serunggi, Sumenep yang sampai kini masih membuat keris dan tombak. Desa ini dulu merupakan tempat tinggal para EMPU yang memenuhi kebutuhan kerajaan Sumenep dan kini masih ada beberapa orang yang bekerja sebagai pandai keris seperti Jaknal, Jembar, Jekri, Hoji dan lain lain.
 
AEROLIT, adalah batu pamor yang sangat keras dan berasal meteor, bila telah menjadi pamor akan berwarna kuning keabu-abuan. Gradasi warnanya tidak terlalu kontras dibandingkan dengan kehitaman warna besi dasar sehingga sulit dilihat mata, pamor dari bahan ini sering juga disebut Jalada.
 
AKHODIYAT, PAMOR, adalah bagian dari kelompok pamor yang memiliki kecemerlangan lebih gemerlap dari bagian pamor lainnya. Pada satu permukaan bilah keris, ada bagian yang kecemerlangan pamornya menonjol dibanding kecemerlangan pamor disekitarnya dan sepintas lalu mirip dengan lelehan logam keperakan yang putih mengkilap.
Menurut EMPU Fausan Pusposukadgo, ini terjadi karena suhu yang tepat pada saat penempaan dan bukan dibuat oleh logam perak seperti dugaan orang,
Pamor ini tidak dapat direncanakan dan tergolong pamor Tiban, pamor ini banyak disukai orang, di Madura dan Jawa Timur disebut Pamor Deling.
 
AKIM, nama seorang pembuat keris yang hidup diawal abad 20, dijaman penjajahan Belanda dan tinggal di kampung 21 Ilir, Palembang.
 
ALIAMAI, sebutan orang Serawak, Brunei, Sabah dan sebagian penduduk Mindanau Selatan untuk menyebut keris. Diperkirakan dari bahasa Sulu di Mindanau Selatan.
ALIP, nama pamor yang selalu menempati sor-soran, terutama pada sebilah keris, namun kadang ditemui juga di tombak. Termasuk pamor titipan dan pamor Rekan. Bentuknya hanya merupakan garis lurus, tebal sepanjang sekitar 4 sampai 6 cm dan kadangkala ujung garis itu membelok patah sedikit.
Pamor Alip bukan merupakan pamor Sada Saler terputus, tetapi sengaja dibuat begitu dan karena titipan kadangkala terdapat disela pamor lainnya yang lebih dominan.
Bagi sebagian orang, pamor ini mempunyai tuah baik yakni memperkuat iman, tahan godaan dan tidak tergolong pamor pemilih hanya pemiliknya harus berpantang terhadap beberapa hal. 
 
AMBANYU MILI, lihat ILINING WARIH.
 
AMBER, MINYAK, campuran minyak keris dengan bau yang keras memberi kesan sakral, ada yang menyebut minyak Misik
ANDA AGUNG, salah satu bentuk pamor berbentuk garis-garis menyudut, bersusun-susun, berjajar keatas dari pangkal keujung bilah, tergolong pamor tidak pemilih dan dipercaya dapat memperlancar karier. Termasuk pamor Miring.  
 

ANGGA CUWIRI, EMPU terkenal pada jaman kerajaan Majapahit sekitar abad 14, buatannya dikenali dengan tanda sebagai berikut :
Ganjanya relatif berukuran panjang dibanding dengan keris buatan jaman Majapahit lainnya. Gulu melednya berkesan kekar dan kokoh. Buntut cecaknya tergolong ngunceng mati. Bagian gendokannya montok, gembung. Bilah kerisnya berukuran sedang tetapi agak ramping dan agak tebal, besinya matang tempaan berwarna hitam kebiruan namun mempunyai kesan kering. Dibanding dengan bentuk keris secara menyeluruh, bagian sor-soran agak terlalu lebar, blumbangannya juga lebar dan luas. Pamornya sederhana, kebanyakan Wos Wutah atau Pulo Tirto.
Keris buatan EMPU Angga Cuwiri mempunyai kesan penampilan yang keras, berwibawa dan meyakinkan.
ANDORAN, salah satu cara mengenakan keris sebagai pakaian kelengkapan Adat Jawa Tengah terutama di Surakarta. Keris diselipkan di sela lipatan sabuk lontong, diantara lipatan kedua dan ketiga. Kedudukan keris tegak, ditengah punggung si pemakai sedangkan hulu dan warangka keris menghadap kekiri. Cara ini dipakai untuk menghadap orang yang dihormati, umpamanya Raja atau berada ditempat yang perlu dihormati seperti mesjid, makam dan sebagainya. 

ANGGABAH KOPONG,  salah satu dari 4 macam bentuk ujung sebilah keris atau tombak, menyerupai sekam padi kopong biasanya buatan Pajajaran atau Tuban banyak yang berbentuk Anggabah Kopong. 
 
ANJANI, NI EMPU, EMPU wanita terkenal dijaman Pajajaran sekitar abad 11, umumnya bilahnya tipis, panjangnya cukup dan manis, besinya pilihan, tempaan matang dan berwarna hitam. Pamornya tergolong Mubyar, biasanya Udan Mas, Wos Wutah atau Pendaringan Kebak dan pamor sejenis itu.
  
ANGGREK KAMAROGAN, KINATAH, adalah hiasan berupa pahatan relief (gambar timbul) pada sebilah keris atau tombak. Bentuknya berupa rangkaian bunga anggrek.
Pahatan ini hampir selalu dilapisi dengan logam emas atau emas dan perak, paling sedikit hiasan ini memenuhi setengah bilah. Dahulu yang berhak memakai ini hanya kerabat Raja dan Patihnya saja. 

 
ANOMAN, Nama dapur keris Luk Lima. Ukuran panjang bilahnya sedang, memakai kembang kacang, lambe gajahnya hanya satu, pakai ri pandan, sogokannya rangkap dan panjang sampai kepucuk bilah, selain itu tidak ada ricikan lain. Keris ini gampang dikenali karena sogokannya yang panjang tersebut.
 
ANUKARTO, PAMOR, lihat pamor rekan. 
AREN, KAYU, jenis kayu biasanya untuk tangkai tombak (Landeyan, bahasa Jawa), karena cukup berat biasa dipakai prajurit berbadan cukup kuat.
 
ARJANATI, KANJENG KYAI, salah satu tombak pusaka Pura Pakualaman, Yogyakarta. Bentuknya tidak biasa termasuk Kalawija, bilah lurus, pipih dan dibagian pangkal seolah digigit moncong Naga bersayap. Sayap naga tersebut dua susun, depan dan belakang dan masing masing susun memiliki lima bulu. Tombak ini tergolong nom-noman.
 
ASIHAN, PAMOR, gambar motifnya seolah menyatu antara gambar yang ada di bilah keris dan pamor yang ada di bagian ganja nya, pamor ini tidak berdiri sendiri dan selalu digabingkan dengan pamor lain yang lebih dominan seperti Ngulit Semangka Asihan dan sebagainya.
 
AWAR-AWAR, KAYU, sering dipakai untuk rangka keris karena memiliki poleng hitam seperti kayu Timoho walau tidak seindah Timoho serta bahannya lunak.


INDEX - B

BADAELA, pamor yang dianggap kurang baik termasuk pamor tiban dan terletak di sor-soran, karena tuahnya buruk maka sering diberikan ke museum atau dilarung.
 
BAKUNG, nama dapur keris luk lima, ukuran panjang bilahnya sedang. Cekungan pejetannya dalam, tikel alis dan greneng, selain itu tidak ada ricikan lain.

BALEBANG, dapur keris luk lima, ukuran panjang bilah sedang, kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap pakai sraweyan, tanpa greneng. Selain luk lima juga ada Balebang luk tujuh dengan kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap dan sraweyan.
BALEWISA, KANJENG KYAI, pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Parungsari, wrangka dari kayu Timoho dengan pendok bunton terbuat dari suasa. Semula milik Tumenggung Sasranegara kemudian diberikan ke anaknya Tumenggung Sasradiningrat yang menjadi menantu Sri Sultan HAMENGKU BUWONO I, keris ini kembali ke Kraton dijaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
 
BANGO DOLOG, Dapur keris luk tiga , ukuran bilah sedang, memakai kembang kacang, lambe gajah dua, pejetannya dangkal, memakai tikel alis. Bagian belakang bilah, dipangkal (sor-soran) tepinya tidak tajam sampai ke luk yang ke dua selain itu tidak ada ricikan lainnya.
BANCEAN, Wrangka kombinasi gaya Surakarta dan Yogyakarta  disebut juga Bincihan. 
BANDOTAN, Salah satu dapur tombak luk tujuh, sepertiga panjang tombak lurus sedangkan dua pertiga baru ada luk nya, sisi kiri/kanan bawah ada gandiknya berukir naga kadang dihias kinatah, badan kedua naga tersebut menyatu dan menghilang membentuk ada-ada yang besar dan menonjol mengikuti luk.
BANJURA, KI EMPU, seorang EMPU pada kerajaan Demak dan jarang tercatat dibuku, buatannya bentuk ganjanya datar, rata dan tipis, guru melednya kecil , sirah cicaknya panjang tetapi tidak sampai meruncing pada bagian ujung. Bilahnya sedang dan ramping seperti buatan EMPU Majapahit tetapi besinya memberi kesan “kering berpori dan kurang tempaan, pamornya sederhana, kembang kacangnya ramping tetapi lingkarannya besar, blumbangannya berukuran dalam tapi sempit, sogokannya dangkal dan panjangnya cukup, secara keseluruhan memberi kesan wingit.

BANYAK ANGREM, salah satu dapur tombak seperti angsa mengeram, tidak symetris, lebar bagian bawah, permukaan datar tetapi memakai ada-ada tipis ditengah bilah, ricikan lain tidak ada. Dapur ini banyak terdapat pada tombak lama dan dibuat bukan untuk berperang tetapi sebagai pusaka. 

BANYAK WIDE, EMPU, hidup jaman Pajajaran, ada yang menyebut namanya Ciung Wanara, hasil karyanya ganjanya tergolong panjang (ganja wuwung), guru meled juga panjang, sirah cecak membulat tetapi tepat bagian cocor meruncing kecil , besi keris hitam berkesan padat dan liat dan secara keseluruhan memberi kesan angker, wingit.
BARU, nama salah satu dapur tombak lurus, Bilahnya simetris. Bentuk menyerupai daun bambu dengan sedikit lekukan landai dibagian bawah pinggangnya. Lebar bilah bagian bawah sedikit lebih lebar daripada bagian atas pinggang. Tombak ini memakai bungkul dibagian sor-soran, bilah diatas sor-soran berbentuk ngadal meteng. Dapur Baru ini tergolong popular, banyak dijumpai terutama pada tombak buatan Majapahit dan Belambangan.
 
BARU CEKEL, nama salah satu dapur tombak lurus, bagian tengah bilah agak kebawah ada tekukan landai membentuk semacam pinggang yang cukup ramping, memakai ada-ada dan bungkul kecil. Sisi bilah paling bawah bentuknya menyudut, tetapi permukaan bilah yang menghadap kebawah bentuknya datar.
 
BARU GRONONG, nama salah satu dapur tombak lurus, bilahnya simetris, bentuknya pipih, tipis, mempunyai lekukan landai dibagian tengah bilah yang menyerupai pinggang. Lebar bilah bagian atas lebih sempit disbanding bagian bawah pinggang. Diatas metuk ada bungkul. Tombak ini memakai kruwingan dikiri kanan bagian bungkul tetapi permukaan bilahnya tidak memakai ada-ada.
 
BARU KALANTAKA, salah satu dapur tombak lurus, dibagian sisi tengah bilah ada lekukan landai membentuk semacam pinggang yang tidak begitu ramping. Bagian dibawah pinggang ini lebih besar daripada bagian diatasnya. Memakai ada-ada, dibawah ada-ada ada bungkul kecil. Sisi bilah yang menghadap kearah bawah membulat membentuk semacam separuh elips.
 
BARU KARNA, lihat BARU KUPING.
 
BARU, KANGJENG KYAI, tombak pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur baru, semula milik Ki Sawunggaling dari Bagelen kemudian diberikan ke Pangeran Mangkubumi melawan penjajahan Belanda.
 
BARU KUPING, nama salah satu dapur tombak lurus, bilahnya simetris, menyerupai daun bambu, dengan sedikit lekukan landai pada bagian bawahnya. Hampir mirip bentuknya dengan tombak dapur Baru. Lebar bagian bawah pinggang sedikit lebih kecil dari atas pinggang, memakai bungkul diatas mentuk, permukaan bilah tombak diatas bagian bungkul berbentuk ngadal meteng.
 
BARU PENATAS, tombak salah satu dapur lurus, simetris, pipih dan tipis. Mempunyai lekukan seperti pinggang ditengah, lebar bagian bawah pinggang lebih besar daripada bagian atas, diatas bagian metuk ada bungkul besar, permukaan bilah tombak diatas bungkul berbentuk ngadal meteng.
 
BARU TEROPONG, salah satu dapur tombak lurus, bagian tengah ada tekukan landai seperti pinggang tetapi tidak begitu ramping. Bilahnya agak tebal, tidak memakai ada-ada tetapi memakai bungkul berukuran besar namun tipis dan tidak begitu menonjol. Permukaan bilah tombak berdapur umumnya nggigir sapi.
 
BASSI PAMARO, sebutan bagi pamor Luwu, biasa dipakai orang Malaysia, Singapore dan Brunei dan menjadi bahan dagangan semenjak jaman Majapahit.
BATANG GAJAH, KANGJENG KIAI, Keris pusaka Kraton Yogyakarta berdapur Carita Luk 11, wrangkanya kayu Trembalo, pendoknya emas blimbingan rinaja warna. 

BATU LAPAK, pamor yang selalu menempati bagian sor-soran sebuah keris, badik, pedang atau tombak. Bentuknya merupakan berkas garis yang melengkung setengah lingkaran atau menyudut dan tergolong pamor miring serta pamor rekan , tuahnya bisa melindungi dari bahaya tak terduga.

BAWANG SEBUNGKAL, pamor dengan bentuk mirip dengan irisan bawang, menempati sor-soran keris tergolong pamor miring dan rekan. Tuahnya memelihara ketenangan dan ketentraman rumah tangga.
BEKEL JATI, EMPU, hidup di Tuban pada jaman Majapahit, tanda kerisnya Panjang bilah sedang, condong kedepan sehingga berkesan menunduk, lebar bilah dan ketebalannya cukup, bagian ganja agak sempit dibandingkan buatan Tuban lainnya dan termasuk ganja wuwung. Jika kerisnya berluk, maka luk nya dangkal (kemba), kembang kacangnya bagus tetapi lambe gajahnya tergolong kecil. Sogokannya dangkal dan pendek, janurnya dibuat agak tumpul dan umumnya berpamor Wos Wutah, Bendo Segara, Udan Mas.
BENDO SAGODO, pamor yang gambarnya merupakan bentuk gumpalan yang mengelompok rapat, masing masing gumpalan terpisah jarak 0.5 cm – 1 cm dan tergolong pamor rekan. Tuahnya gampang mencari rezeki dan pamor ini tidak pemilih.
 
BERAS WUTAH, lihat WOS WUTAH.
 
BERAS WUTAH PELET, gambaran pada wrangka kayu Timoho yang berupa bintik besar dan kecil berwarna hitam tersebar tak beraturan, katanya mempunyai tuah yang baik untuk mencari rezeki.
 
BESI KUNING, atau wesi kuning sebutan senjata tradisional yang terbuat logam bewarna kuning biasa berbentuk bukan keris tetapi pangot, patrem, golok pendek dan orang orang tua mengatakan bahwa besi kuningan merupakan campuran unsure besi, timah putih, perak, seng, timbal, tembaga, emas. Dipercaya mempunyai kekuatan gaib menjadi orang kebal terhadap senjata lain.
 
BESUT, lihat MASUH.
BETOK, salah satu dapur keris berukuran bilahnya lebar dibandingkan bilah keris lainnya. Panjang bilahnya pendek lurus, gandiknya panjang, pejetannya dangkal, dan merupakan keris yang tua umurnya.
 
BIMA KURDA, salah satu dapur keris luk 13, memakai kembang kacang, jenggot susun, lambe gajah satu, tanpa sogokan, tanpa tikel alis. Selain itu memakai Sraweyan dan greneng lengkap. Selain luk 13 ada juga yang luk 23 dan ukuran kerisnya lebih panjang dari kalawija, ricikannya memakai kembang kacang, lambe gajah dua, sogokannya dua, ukurannya normal, memakai greneng lengkap atau hanya ri pandan.
 
BIRAWA, KANGJENG KYAI, keris pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Carita, luk 11. Wrangkanya terbuat dari kayu Timoho dengan pendok dari emas bertahta berlian. Semula ini punya Sultan HAMENGKU BUWONO I yang dianugrahkan ke Pangeran Hadikusuma, putranya, akhirnya setelah berganti ganti pemilik kembali lagi ke Kraton dengan harga 300 ripis.
 
BIRING DRAJIT, salah satu dapur tombak lurus, bilahnya simetris. Sisi bilah tombak di bagian tengah ada lekukan dalam,bentuknya menyerupai pinggang yang sempit dan ramping, bagian bawah pinggang ini lebih lebar dibandingkan bagian atas pinggang. Disisi paling bawah ada dua bagian yang menyudut.
Tombak ini memakai ada-ada tipis ditengah bilah mulai bawah sampai ke ujung. Separuh bilah tombak kebawah permukaannya berbentuk ngadal meteng tetapi selebihnya datar saja.


INDEX - C

CACAP, Suatu kebiasaan keliru yang dilakukan pemilik keris dimasa lampau yaitu merendam bilah kerisnya dengan bisa ular atau isi perut ketonggeng, hal ini bisa merusak bilah . 
 
CACING KANIL, nama salah satu dapur tombak luk 3, 5 atau 7, mirip cacing menggeliat dan berbentuk beda dengan luk keris biasa, pada cacing kanil maka luk mengarah kesegala arah. Tombak dengan motif cacing kanil tidak pipih tetapi bulat atau persegi, bisa segi 3, 4 atau berbentuk belimbing.
Tombak cacing kanil sekarang berubah fungsi bukan sebagai tombak tetapi banyak digunakan sebagai tongkat komando. 
CALURING, atau Cluring merupakan dapur keris luk 11, memakai kembang kacang dengan sogokan rangkap tanpa ricikan lain, bilah panjang dan tebal, luk nya makin keujung makin rapat, keris ini mudah dikenali dari luk nya.
Ada juga Caluring luk 13 dengan ricikan yang sama.
 CAMPUR BAWUR, keris luk 3, ukuran bilah sedang, luk ada di atas, bawah dan tengah keris sehingga keris cenderung lurus. sogokan  keris rangkap, memakai greneng dan pejetan. 
CANCINGAN, lihat KANCINGAN. 
CARANG MUSTOPO, EMPU, hidup dijaman PAKU BUWONO IV, dikenal juga sebagai EMPU Kyai Mustopo, kerisnya dikenali sebagai berikut , ganja model Sebit Ron Tal, gulu meled sempit, buntut cicak model buntut urang, ukuran ganja seimbang dan serasi dengan panjang bilah. Bilah ramping dengan posisi agak merunduk, matang tempaan dan rapih, keris yang lurus rata rata lebih tebal dibandingkan yang luk. Pamornya sederhana berpenampilan tampan, sopan dan rapi menyenangkan.
CARANG SOKA, Keris luk 9, memakai kembang kacang, lambe gajah satu, sraweyan, ri pandan.
CARITA, keris luk 13, ukuran bilah sedang memakai kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap dan greneng. Ada juga Carita luk 11.
CARITA BUNTALA, keris luk 13, bilah sedang, kembang kacang, lambe gajah satu, sraweyan, ri pandan, kruwingan tidak melengkung landai tetapi berbentuk patah kaku. Ada juga luk 15, memakai kembang kacang, lambe gajah dua, memakai jalen, sraweyan, ri pandan.
CARITA BUNGKEM,  
CARITA DALEMAN, keris luk 11, panjang bilah sedang, kembang kacang bungkem, jenggot dan greneng serta lis-lisan dan gusen.
CARITA GANDU, keris luk 11, ukuran sedang, kembang kacang, jenggot, lambe gajah satu, sraweyan dan ri pandan.
CARITA GENENGAN,  keris luk 11, bilah sedang, luknya dalam, kembang kacang, jenggot dan lambe gajah satu, sogokan rangkap, sraweyan dan ri pandan. Dapur ini disebut juga Carita Gunungan.
CARITA KANAWA, keris luk 9, panjang bilah sedang, kembang kacang, lambe gajah dua, jalen dan jalu memet, dus sogokan normal, sraweyan, lis-lisan, gusen, kruwingan.
CARITA KAPRABON, keris luk 11, bilah sedang, gusen sampai keujung bilah, kembang kacang, tikel alis, jenggot, jalen, jalu memet, lambe gajah dua, sraweyan, ri pandan, greneng tanpa sogokan.
CARITA PRASAJA, keris luk 11, bilah sedang, kembang kacang dan lambe gajah dua.
CARUBUK, keris luk 7, panjang bilah normal, kembang kacang, lambe gajah dua, sraweyan dan greneng lengkap, ada yang mengatakan harus ditambahi dengan kruwingan.
CELURIT, senjata tradisional Madura, mirip arit, sabit tetapi bagian lengkung diujungnya lebih panjang dan runcing.
CENDANA KAYU, bahan pembuat wrangka yang banyak disukai terutama didaerah Surakarta sekitarnya. Pohonnya berkayu keras dengan tinggi bisa mencapai 15 m, kayu cendana dari Sumbawa terkenal harum baunya lebih dari cendana jawa. Urat kayu cendana yang bagus disebut ngulit urang, doreng, makin bagus makin mahal harganya.
CENGKRONG, salah satu dapur keris lurus, bilahnya sedang posisinya agak membungkuk, bagian gandik terletak dibelakang, panjang sampai lebih dari setengah bilah, tanpa ricikan apa apa, beberapa jenis dapur cengkrong ada yang luk 3, 5, 7, luk terletak diujung keris, dulu banyak dimiliki oleh alim ulama.
CENDANA MINYAK, untuk meminyaki keris, karena mudah menguap dan terlalu kental maka dicampur minyak klentik atau minyak mesin.
CEPLOK BANTENG, PELET, pelet kayu timoho yang bintik bintik besar rapat satu sama lainnya, kadang bersinggungan dan menyebar diseluruh permukaan kayu wrangka. Tuahnya baik untuk kewibawaan.
CEPLOK KELOR, PELET, pelet kayu timoho, bulatan bulatan sebesar daun kelor agak lonjong, menyeluruh di wrangka, tuahnya dapat menawarkan ilmu jahat.
CINCIN KERIS, lihat Mendak,
CITRO, salah satu dapur tombak luk 13 mempunyai semacam kembang kacang, dua lambe gajah ditepi bilah menghadap kebawah didekat bagian mentuk, selain itu memakai ada-ada tipis disepanjang bilah, kebanyakan buatan Mataram.
COCOR, bagian paling depan dari ganja dan merupakan bagian ujung dari sirah cicak. Cocor ada yang tumpul ada yang runcing, kadang disebut cucuk.
CONDONG CAMPUR, salah satu dapur keris lurus, panjang bilah sedang dengan kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan hanya satu didepan dan ukuran panjang sampai ujung bilah, sogokan belakang tidak ada, selain itu juga memakai gusen dan lis-lisan.
CUNDRIK, salah satu dapur keris lurus berukuran kecil sekitar sejengkal bilahnya umumnya agak tebal dan membungkuk, gandik terletak dibelakang berukuran panjang dan terdapat kruwingan yang jelas dan tegas, sepintas seperti keris Cengkrong.
CUNDUK UKEL, keris yang diberikan mertua kepada menantu nya sebagai ikatan keluarganya, biasanya sebelum diberikan ke menantu terlebih dahulu diberikan kepada anak perempuannya. Bila suatu saat mereka bercerai maka keris itu dikembalikan kepada anak perempuan tersebut.
CURIGA, kata lain dari keris yang lebih halus dan sopan


INDEX - D

DADUNG MUNTIR, pamor yang hampir mirip pamor Sada Saler, bedanya garis yang menjulur sepanjamg bilah tidak berbentuk garis biasa tetapi lukisan pamor yang mirip dengan pintalan tambang atau pintalan tali. Tuahnya menambah kewibawaan dan keberanian serta keteguhan hati, tergolong pamor rekan dan banyak terdapat  pada keris dan tombak buatan Madura, termasuk pamor pemilih, tidak setiap orang bisa cocok.
DAMAR MURUB, lihat URUBING DILAH.
DAN RIRIS, lihat PANDAN IRIS.
DANUWARSA, KANGJENG KYAI, keris pusaka Kraton Yogyakarta berdapur Jalak Sangu Tumpeng, warangkanya dari kayu trembalo, pendoknya dari suasa, merupakan putran dari KKA KOPEK, buatan Empu Supo dibuat jaman HAMENGKU BUWONO V. 
DAPUR, adalah penamaan ragam bentuk atau tipe keris, sesuai dengan ricikan yang terdapat pada keris itu dan jumlah luk nya. Penamaan dapur keris ada patokannya, ada pembakuannya. Dalam dunia perkerisan, patokan dan pembakuan ini biasanya disebut pakem dapur keris.  
DARADASIH, nama salah satu dapur tombak luk 5, ditengah bilahnya memakai ada-ada yang ukurannya besar dan tebal sehingga terlihat jelas, bilahnya tebal dan ditepinya ada gusen serta lis-lisan, sisi bilah bagian bawah tombak ini berbentuk menyudut. Ricikan lainnya tidak ada.
DARADASIH MENGGAH, salah satu dapur tombak luk 5, pada luk pertama terdapat pudak sategal, serta kruwingan dibagian sor-soran, permukaan bilah pada separuh bagian atas cenderung datar tetapi bagian bawah berbentuk ngadal meteng. Sisi bilah yang menghadap terdapat semacam kembang kacang dan dua lambe gajah yang kecil kecil ukurannya. 
DEDER, bagian hulu keris terbuat dari kayu untuk pegangan keris itu, bentuk deder itu ada ratusan, tiap daerah punya ciri sendiri, di Yogyakarta dan surakarta disebut juga ukiran. Kayunya biasanya dipilih yang gampang diukir tetapi harus keras dan punya urat yang indah, kayu yang dianggap baik di Jawa adalah kayu Tayuman sedang di Malaysia, Riau, Brunei adalah kayu kemuning
DELING, PAMOR, nama lain dari Akhodiat di Madura, kalau menyebar dibilah keris disebut Delung Settong, kalau mengumpul diujung bilah disebut Deling Pucuk dan kalau dibagian pesi disebut Deling Paksi
DEWADARU, PELET, nama gambar pada warangka yang berupa garis garis tipis dan tebal berwarna hitam atau coklat tua berjajar dari atas kebawah atau miring, tuahnya bisa mendapat keberuntungan, karena indahnya maka timoho pelet dewadaru banyak dicari orang.
DORA MENGGALA, salah satu dapur tombak luk 5, memakai pudak sategal dan kruwingan , bilah bagian bwah sor-soran agal tebal, tetapi mulai tengah bilah sampai ujung tipis dan datar. Pada sisi bilah uang menghadap kebawah terdapat bentuk yang menyerupai kembang kacang dan satu lambe gajah berukuran kecil.
DORENG PELET, gamvaran warangka kayu timoho berupa jurai jurai berwarna hitam atau coklat pada permukaan kayu, sepintas mirip kulit harimau, gambaran ini selain di kayu timoho juga ada pada kayu cendana dan kayu yang lain.
DRAJIT, nama keris luk 21, tergolong kalawija, ukuran kerisnya sedikit lebih panjang daripada keris bukan kalawija. Mempunyai kembang kacang, lambe gajah dua dan sraweyan. Tergolong keris langka dan buatan lama.
DUNGKUL, lihat WUNGKUL.
DUWUNG, padanan kata keris, dianggap lebih halus dan biasa digunakan oleh priyayi Jawa.
DWISULA, tombak bercabang dua, ada yang lurus dan ada yang ber luk 3, 5 atau lebih, tidak terlalu populer dibandingkan tombak Trisula, kegunaannya lebih sebagai tombak pusaka yang tidak dipakai secara langsung dalam pertempuran, biasanya dibuat indah bahkan ada yang diberi kinatah.




INDEX - E

EKSOTERI KERIS, ilmu mengenai keris yang tampak dari luar  dan merupakan lawan dari esoteri keris.
ENDAS BAJA, pamor yang menurut banyak orang bertuah buruk, katanya pemiliknya akan sering mendapat musibah karena ulahnya sendiri. Apa yang dilakukan serba salah, sebaiknya dibuang atau dilarung , pamornya selalu terdapat pada bagian sor-soran.
ENTO-ENTO, atau ngento-ento merupakan nama desa di Sleman yang pada masa silam merupakan tempat Empu Supo Winangun. Menurunkan Empu Jeno Harumbrojo dan Empu Genyo.
ENTO WAYANG, Empu yang hidup zaman Kartasura, anak Empu Supanjang dan leluhur Empu Jeno. Tanda tanda kerisnya tidak tercatat hanya selalu membuat keris gaya Mataraman.
EPEK, semacam ikat pinggang tradisional dan merupakan kelengkapan pakaian Jawa, terbuat dari bludru dan kadang dihiah benang emas atau manik manik, lebar sekitar 6 cm dan panjang sekitar 95 cm sampai 140 cm.
Sebuah epek baru dapat dikenakan bila dilengkapi timang, semacam kepala ikat pinggang, pada umumnya berwarna dasar hitam, kadang ada yang berwarna dasar  merah, biru atau hijau. Disesuaikan dengan baju yang dipakai.
ERI CANGKRING, bagian yang menonjol pada sisi atas ditepi sebuah warangka gaya Surakarta, Yogyakarta, Madura atau Bali, berbentuk menyudut tajam menonjol sekitar 0.5 cm dan tempatnya sejajar dengan tengah lobang searah dengan garis pesi keris.
ERI WADER, pamor yang menyerupai tulang ikan, sepintas seperti pamor Ron Genduru, bedanya lebih kurus dan tergolong pamor miring. Pembuatannya tergolong sukar dan karena dapat dirancang maka termasuk pamor rekan. Pamor ini tergolong pemilih dan dipercaya dapat menambah wibawa pemiliknya.
ESOTERI KERIS, ilmu yang memusatkan pada apa yang tidak tampak dari luar, membicarakan mengenai tuah, tanjeg, tayuh, khasiat, daya magis, manfaat, pengaruh, penunggu dan semacamnya. Terlepas dari benar atau tidaknya maka esoteri ini merupakan salah satu budaya per-kerisan dan dibicarakan juga dinegara lain dan kadang sering dibicarakan dari sudut agama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar