Sabtu, 23 Oktober 2010

Laksamana Cheng Ho

Melalui artikel ini saya mencoba untuk merangkum kisah tentang laksamana cheng ho yang saya baca dari beberapa sumber di Internet, sehingga pembaca bisa mendapatkan kesatuan cerita yang lebih lengkap. Selamat membaca kisah laksamana Cheng Ho.

Masa Kecil Laksamana Cheng Ho
Walaupun tidak banyak catatan yang bisa menggambarkan masa kecil laksamana cheng ho, namun diketahui bahwa ia dilahirkan sekitar tahun 1371 di propinsi Yunan. Ada artikel juga menyebutkan lebih spesifik yaitu di Hodai, sebuah kampung di Daerah Bao San.
Orang tuanya memberi nama Ma he, sedangkan Ma San po ( dialek fujian bisa diucapkan Sam Po, Sam Po) merupakan nama kecil dari Laksamana Cheng ho. Ia dilahirkan sebagai anak kedua dari pasangan Ma Hazhi dan Wen ibunya. Sebagai orang hui, yaitu etnis china yang sebagian besar adalah muslim, Cheng ho sejak kecil sudah memeluk agama islam. Baik kakeknya dan ayahnya sudah menunaikan rukun haji. Seperti diketahui kata hazhi dalam dialek mandarin mengacu pada kata Haji.
Saat dinasti Ming menguasai Yunnan dari dinasti Yuan ( bangsa Mongol ), banyak pemuda yang ditangkap dan dijadikan kasim di Nanjing. mahe yang saat itu berumur 11 tahun pun diabdikan ke Raja Zhu di istana beiping ( sekarang beijing ).

Masa menjadi kasim
Ketika menjadi kasim atau abdi kaisar, Kasim san po berhasil menunjukkan keberaniannya seperti ketika memimpin dalam perebutan tahta melawan kaisar Zhu Yunwen ( dinasti Ming ).
Antara tahun 1405 dan 1433, kaisar Zhu mensponsori beberapa ekspedisi armada laut ke beberapa penjuru dunia. Tujuannya adalah mengembalikan kejayaan tiongkok, mengontrol perdagangan, dan memperluas pengaruh di samudera Hindia.
Disinilah kasim san po menawarkan diri untuk melakukan misi ekspedisi ini dan Kaisar menyetujui. Mungkin disinilah nama Laksamana Zheng He atau Cheng Ho mulai digunakan. Ketika itu tahun 1405, armada yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho melakukan perjalanan pertamanya. Armada ini terdiri dari sekitar 300 kapal dengan diawaki 28ribu awak kapal. Diperkirakan armada ini terdiri dari 6 kapal besar yang biasa digunakan dalam perjalanan kekaisaran.

Ekspedisi Laksamana Cheng Ho
Pelayaran pertama cheng ho ini merupakan seabad sebelum pelayaran pelaut pemberani dari Eropa, Vasco da gama. Walaupun jika dibandingkan kapal vasco da gama berukuran lebih kecil yaitu panjang 23m, lebar 5m, sedangkan Laksamana Cheng ho sekitar 122m, lebar 52m).






















Pada pelayaran pertama ini, armada Laksamana Cheng Ho berhasil mencapai hingga ke Asia Tenggara atau semenanjung Melayu, Sumatera, dan Java. Kemudian dilanjutkan ekspedisi kedua di tahun 1407-1409 dan ekspedisi ketiga 1409-1411 yang mampu mencapai India dan Srilanka.
Pada ekspedisi keempat, sekitar tahun 1413-1415, berhasil mencapai teluk persia, daratan arab, mogadhisu (Afrika Timur). Jalur ini diulang pada pelayaran kelima(1417-1419) dan keenamnya(1421-1422). Kemudian ekspedisi terakhir dilakukan di tahun 1431-1433 yang berhasil mencapai Laut Merah.
Selama perjalanannya, Laksamana Cheng ho memberikan hadiah kepada daerah yang dikunjunginya berupa porselin, sutera dan barang lainnya. Dan iapun mendapatkan hadiah aneh seperti zebra afrika dan jerapah. Selama berkunjung, Laksamana Cheng Ho dan armadanya sangat menghormati budaya dan kebiasaan masyarakat lokal. Bahkan ketika di Ceylon, Ia membangun monumen tiga agama yaitu Islam, Buddha dan Hindu.
Armada Laksamana Cheng Ho tidak mengutamakan peperangan untuk menyelesaikan masalah. Laksamana Cheng Ho lebih menyukai cara diplomasi untuk menyebarkan pengaruh Dinasti Ming. Walaupun dalam beberapa saat Laksamana Cheng Ho tetap mengerahkan kekuatannya seperti ketika menumpas Bajak Laut di Ceylon, atau ketika melawan armada lokal di arab dan afrika karena mengancam keberadaan Armadanya.
Salah satu kisah yang saya dengar dari acara Kick Andy, yaitu ketika Laksamana Cheng Ho berusaha mendamaikan kerajaan Blambangan dan Majapahit. Saat itu Laksamana Cheng Ho yang sedang berlabuh di semarang mengirimkan utusan kehormatan kaisar sebanyak 300 orang ke kerajaan Blambangan. Utusan ini sama sekali tidak bersenjata. Namun Majapahit salah mengira jika Kerajaan Blambangan sedang meminta bantuan dari Kaisar Ming. Sehingga Majapahit kemudian menyerang utusan ini. sekitar 170an lebih utusan tewas.
Laksamana Cheng Ho yang terkejut dengan serangan ini mengerahkan seluruh armadanya ke kerajaan Majapahit dan mengarahkan semua meriam kapal perangnya ke daratan. Namun ditengah emosi armadanya, Laksamana Cheng Ho melakukan tindakan yang mengejutkan yaitu dengan kapal kecil ditemani beberapa pengawalnya menghadap Raja Majapahit dan menanyakan alasan mengapa utusannya diserang.
Raja Majapahit menyadari telah terjadi kesalahpahaman. Masalah ini pun dapat terselesaikan dengan damai. Sungguh luar biasa hal yang dilakukan oleh Laksamana Cheng Ho. Jika saja kita tidak mengutamakan kekerasan untuk memecahkan masalah maka hasilnya akan luar biasa. Jalan damai masih lah solusi yang terbaik.

Laksamana Cheng Ho diketahui meninggal dalam perjalanannya yang terakhir yaitu ke-7. Walaupun di china Anda akan bisa menemukan makamnya, namun seperti pahlawan lainnya makam itu kosong.
Laksamana Cheng Ho dalam 7 perjalanan lautnya berhasil menyebarkan warga china muslim ke Malaka, Palembang, Surabaya dan daerah lainnya. Seperti diketahui Malaka menjadi pusat pendidikan islam dan pusat perdagangan. Walaupun Laksamana Cheng Ho tidak mengedepankan perdagangan karena ia bukanlah seorang pedagang.
Misinya adalah menunjukkan organisasi yang baik dan teknologi maju kepada dunia. Ekspedisinya memudahkan pedagang china untuk mencapai dan berdagang hingga ke seluruh penjuru dunia. Seperti diketahui orang china berhasil tersebar di seluruh dunia termasuk Indonesia.

 

Laksamana Cheng Ho


Cheng Ho

Cheng Ho (Hanzi tradisional:鄭和, Hanzi sederhana: 郑和 , Hanyu Pinyin: Zhèng Hé, Wade-Giles: Cheng Ho; nama asli: 马三宝 Hanyu Pinyin: Ma Sanbao; nama Arab: Haji Mahmud Shams) (1371 - 1433), adalah seorang pelaut dan penjelajah Tiongkok terkenal yang melakukan beberapa penjelajahan antara tahun 1405 hingga 1433.

Biografi

Cheng Ho adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao (馬 三保), berasal dari provinsi Yunnan. Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho ditangkap dan kemudian dijadikan orang kasim. Ia adalah seorang bersuku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam.
Cheng Ho berlayar ke Malaka pada abad ke-15.
Pada tahun 1424, kaisar Yongle wafat. Penggantinya, Kaisar Hongxi (berkuasa tahun 1424-1425, memutuskan untuk mengurangi pengaruh kasim di lingkungan kerajaan. Cheng Ho melakukan satu ekspedisi lagi pada masa kekuasaan Kaisar Xuande (berkuasa 1426-1435).

Penjelajahan

Cheng Ho melakukan ekspedisi ke berbagai daerah di Asia dan Afrika, antara lain:
Karena beragama Islam, para temannya mengetahui bahwa Cheng Ho sangat ingin melakukan Haji ke Mekkah seperti yang telah dilakukan oleh almarhum ayahnya, tetapi para arkeolog dan para ahli sejarah belum mempunyai bukti kuat mengenai hal ini. Cheng Ho melakukan ekspedisi paling sedikit tujuh kali dengan menggunakan kapal armadanya.
 

Pelayaran

Peta Kangnido (1402) sebelum Pelayaran Cheng Ho dan diperkirakan ia memiliki informasi geografi detail pada sebagian besar Dunia Lama.
 
Pelayaran Waktu Daerah yang dilewati
Pelayaran ke-1 1405-1407 Champa, Jawa, Palembang, Malaka, Aru, Sumatra, Lambri, Ceylon, Kollam, Cochin, Calicut
Pelayaran ke-2 1407-1408 Champa, Jawa, Siam, Sumatra, Lambri, Calicut, Cochin, Ceylon
Pelayaran ke-3 1409-1411 Champa, Java, Malacca, Sumatra, Ceylon, Quilon, Cochin, Calicut, Siam, Lambri, Kaya, Coimbatore, Puttanpur
Pelayaran ke-4 1413-1415 Champa, Java, Palembang, Malacca, Sumatra, Ceylon, Cochin, Calicut, Kayal, Pahang, Kelantan, Aru, Lambri, Hormuz, Maladewa, Mogadishu, Brawa, Malindi, Aden, Muscat, Dhufar
Pelayaran ke-5 1416-1419 Champa, Pahang, Java, Malacca, Sumatra, Lambri, Ceylon, Sharwayn, Cochin, Calicut, Hormuz, Maldives, Mogadishu, Brawa, Malindi, Aden
Pelayaran ke-6 1421-1422 Hormuz, Afrika Timur, negara-negara di Jazirah Arab
Pelayaran ke-7 1430-1433 Champa, Java, Palembang, Malacca, Sumatra, Ceylon, Calicut, Hormuz... (17 politics in total)


Cheng Ho memimpin tujuh ekspedisi ke tempat yang disebut oleh orang China Samudera Barat (Samudera Indonesia). Ia membawa banyak hadiah dan lebih dari 30 utusan kerajaan ke China - termasuk Raja Alagonakkara dari Sri Lanka, yang datang ke China untuk meminta maaf kepada Kaisar.
Catatan perjalanan Cheng Ho pada dua pelayaran terakhir, yang diyakini sebagai pelayaran terjauh, sayangnya dihancurkan oleh Kaisar Dinasti ching

Armada

Perbandingan antara kapal jung Cheng Ho ("kapal harta") (1405) dengan kapal "Santa Maria" Colombus (1492/93)
 
Armada ini terdiri dari 27.000 anak buah kapal dan 307 (armada) kapal laut. Terdiri dari kapal besar dan kecil, dari kapal bertiang layar tiga hingga bertiang layar sembilan buah. Kapal terbesar mempunyai panjang sekitar 400 feet atau 120 meter dan lebar 160 feet atau 50 meter. Rangka layar kapal terdiri dari bambu Tiongkok. Selama berlayar mereka membawa perbekalan yang beragam termasuk binatang seperti sapi, ayam dan kambing yang kemudian dapat disembelih untuk para anak buah kapal selama di perjalanan. Selain itu, juga membawa begitu banyak bambu Tiongkok sebagai suku cadang rangka tiang kapal berikut juga tidak ketinggalan membawa kain Sutera untuk dijual.

Kepulangan

Dalam ekspedisi ini, Cheng Ho membawa balik berbagai penghargaan dan utusan lebih dari 30 kerajaan - termasuk Raja Alagonakkara dari Sri Lanka, yang datang ke Tiongkok untuk meminta maaf kepada kaisar Tiongkok. Pada saat pulang Cheng Ho membawa banyak barang-barang berharga diantaranya kulit dan getah pohon Kemenyan, batu permata (ruby, emerald dan lain-lain) bahkan beberapa orang Afrika, India dan Arab sebagai bukti perjalanannya. Selain itu juga membawa pulang beberapa binatang asli Afrika termasuk sepasang jerapah sebagai hadiah dari salah satu Raja Afrika, tetapi sayangnya satu jerapah mati dalam perjalanan pulang.

Rekor

Majalah Life menempatkan Cheng Ho sebagai nomor 14 orang terpenting dalam milenium terakhir. Perjalanan Cheng Ho ini menghasilkan Peta Navigasi Cheng Ho yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan.
Cheng Ho adalah penjelajah dengan armada kapal terbanyak sepanjang sejarah dunia yang pernah tercatat. Juga memiliki kapal kayu terbesar dan terbanyak sepanjang masa hingga saat ini. Selain itu beliau adalah pemimpin yang arif dan bijaksana, mengingat dengan armada yang begitu banyaknya beliau dan para anak buahnya tidak pernah menjajah negara atau wilayah dimanapun tempat para armadanya merapat.
Semasa di India termasuk ke Kalkuta, para anak buah juga membawa seni beladiri lokal yang bernama Kallary Payatt yang mana setelah dikembangkan di negeri Tiongkok menjadi seni beladiri Kungfu.

Cheng Ho dan Indonesia

Cheng Ho mengunjungi kepulauan di Indonesia selama tujuh kali. Ketika ke Samudera Pasai, ia memberi lonceng raksasa "Cakra Donya" kepada Sultan Aceh, yang kini tersimpan di museum Banda Aceh.
Tahun 1415, Cheng Ho berlabuh di Muara Jati (Cirebon), dan menghadiahi beberapa cindera mata khas Tiongkok kepada Sultan Cirebon. Salah satu peninggalannya, sebuah piring yang bertuliskan ayat Kursi masih tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon.

Pernah dalam perjalanannya melalui Laut Jawa, Wang Jinghong (orang kedua dalam armada Cheng Ho) sakit keras. Wang akhirnya turun di pantai Simongan, Semarang, dan menetap di sana. Salah satu bukti peninggalannya antara lain Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu) serta patung yang disebut Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong.

Lonceng Cakra Donya

Cheng Ho juga sempat berkunjung ke Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan raja Wikramawardhana.
Menurut buku SELAYANG PANDANG SEJARAH MADURA yang dibuat oleh DR Abdurrahman, DEMPO AWANG tewas dalam pertempuran dengan Pangeran JOKOTOLE / Pangeran Secodiningrat III / Pangeran Setyodiningrat III dari Kerajaan Sumenep.

Dempo Awang beserta perahunya hancur luluh ketanah tepat di atas Bancaran (artinya, bâncarlaan), Bangkalan. Sementara Piring Dampo Awang jatuh di Ujung Piring yang sekarang menjadi nama desa di Kecamatan Kota Bangkalan. Sedangkan jangkarnya jatuh di Desa/Kecamatan Socah.

Sumber: wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar