Jumat, 15 Oktober 2010

Lontong Kupang

33
Lontong kupang dikenal makanan khas Sidoarjo. Tak sulit menemukan tempat makanan ini. Sejak 1992, Pemkab Sidoarjo mengumpulkan 33 pedagang dari berbagai tempat di Sentra Kupang, Dusun Tebel, di jalan raya Gedangan. Di sini tinggal memilih warung dengan menu utama lontong kupang, sate kerang, dan minum es degan. Maknyus.
Pominah (53), pemilik warung Minah Kupang, mengungkapkan, lokasi ini mudah terjangkau. Tapi kini kondisi peminat makanan kupang ini mulai menurun dibanding dulu.
Penurunan, kata dia, dirasakan sejak 2006. ”Ramainya hanya di kisaran Sabtu dan Minggu, atau hari libur nasional. Di luar hari-hari itu sepi,” jelas Pominah.
Diakuinya, untuk hari-hari libur omsetnya mencapai Rp 1 juta lebih. Penikmat kupang di sini tidak hanya dari warga Sidoarjo, tapi mereka datang dari luar kota. Dalam musim liburan Desember dan Juli, banyak juga turis asing yang datang.

Para turis asing itu, cerita dia, berasal dari Filipina, Taiwan, dan Hong Kong.  Mereka memang penasaran dengan  makanan kupang, sate kerang dengan petis.  Kalau es degan mereka sudah paham karena di negaranya ada.
Minah menerangkan, pernah suatu kali ada seorang turis dari Filipina ke situ sekitar Desember 2009 lalu. Setelah mencicipi sepiring kupang ternyata tambah sampai tiga piring. Lidahnya ternyata cocok. ”Alasannya rasanya unik, paduan dari pedas, gurih dan manis,” ujar Minah menirukan warga Filipina itu dengan bahasa Inggris.
Menurut Minah, menurunnya pembeli bukan lantaran krisis tapi banyak berdiri warung-warung kupang di tempat lain sehingga banyak pilihan.

Pedagang di situ akhirnya menambah menu lain seperti soto ayam Lamongan, soto daging khas Jombang, lontong kikil agar pengunjung juga ada pilihan selain kupang.
”Lumayan jumlah pembeli  ada tambahan meski tidak banyak,” ujarnya.
Di tempat lain warung kupang milik Slamet di Suko masih populer. Meski sekarang bukan satu-satunya lagi  tapi paling banyak diminati. Tak jauh dari warung itu di jalan Cemengkalang dan Perumahan Puri Indah bermunculan warung kupang.
Ada beda kupang di sini dengan Gedangan. Pak Slamet memakai kupang kecil kalau di Gedangan pakai kupang besar.

Dijual dengan harga Rp 5.000 per porsi lengkap dengan lontong dan sesunduk sate. Penikmat bisa memilih selera rasa. Bagi yang tidak suka manis bisa minta dikurangi gulanya. Bagi yang suka pedas bisa ditambah lomboknya.
”Saya selalu mengikuti selera pembeli. Saya selalu tanya pedas atau asin? Sebelum menuangkan bumbu-bumbu ke piring,” ujar Pak Slamet yang mengaku sudah lebih 10 tahun berjualan kupang.
Di warungnya juga disediakan pilihan minuman mulai es teh, es buah, dan es degan. Menurutnya banyak penikmat kupang yang memilih es degan karena menurut anggapan air kelapa bisa menetralisir  asam dan kolesterol.
Sumber : www.surabayapost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar