Rabu, 13 Oktober 2010

Pencahayaan dan Sirkulasi Udara Rumah Tropis

Oleh Charles Roring di Manokwari, West Papua, Indonesia
Memiliki sebuah rumah yang baik dan nyaman telah menjadi impian setiap keluarga. Sebuah rumah adalah tempat tinggal dan beristirahat sebuah keluarga. Rumah adalah sebuah konstruksi yang melindungi sebuah keluarga dari hujan, salju, dan cahaya matahari serta udara dingin yang berlebihan.

wooden-house-sonder-minahas.jpg

Rumah yang baik hendaknya harus memenuhi persyaratan teknis tertentu sebagaimana yang ditentukan oleh ISO, DIN, JIS atau SNI. Sebagai penuntun, contohnya, persyaratan minimum pencahayaan bagi sebuah rumah menurut SNI adalah 20% dari luas lantai. Ini berarti jika sebuah kamar tidur berukuran 4m x 4m = 16 m2 maka luas jendela hendaknya minimal 20% x 16 m2 = 3.2 m2. Biasanya, sebuah ruang tamu memerlukan pencahayaan yang lebih banyak dari pada kamar tidur.

Di samping, memiliki cukup pencahayaan, sebuah rumah juga membutuhkan sirkulasi udara yang cukup. Ini penting buat rumah-rumah di daerah tropis yang selalu diterpa sinar matahari sehingga suhu udaranya panas dengan kelembaban udara yang tinggi. Untuk rumah tinggal, bukaan-bukaan sirkulasi udara hendaknya paling sedikit 5% dari luas lantai. Untuk gedung-gedung perkantoran yang menampung lebih banyak orang selama jam-jam kerja, bukaan sirkulasi udara hendaknya paling sedikit 10%.

Di daerah tropis, orang suka membangun dinding lebih tinggi supaya rumah lebih sejuk. Namun demikian, dinding yang tinggi harus diberi pengikat baik di dasar, samping dan atas dinding supaya tetap tegar bila terjadi gempa bumi.

Di Indonesia, sebuah rumah yang baik tidak hanya membutuhkan pencahayaan dan sirkulasi udara yang memadai tetapi juga kekuatan untuk menahan struktur kalau terjadi gempa bumi. Ketika orang di kota besar menggunakan balok-blok baja profil untuk memperkuat gedung-gedung bertingkat, penduduk desa lebih menyukai memakai bamboo dan kayu. Material ini mudah diperoleh di daerah terpencil dan bisa dibeli dengan harga yang memadai. Selama ratusan tahun kayu telah melindungi rumah-rumah dari keambrukan selama terjadi gempa bumi. Gempa bumi atau tanah goyang di Indonesia terjadi hamper setiap tahun karena negara ini berada di daerah jalur gempa (ring of fire).

Oleh karena itu setiap orang yang membangun rumah, tidak hanya perlu memperhatikan faktor kesehatan, dan lingkungan hidup tetapi juga kekuatan konstruksi agar bangunan bisa menjadi tempat yang aman bagi setiap orang yang bernaung di dalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar