Sabtu, 02 Oktober 2010

Sejarah Keberadaan Pabrik Gula di Indonesia


 
PABRIK GULA HINDIA BELANDA 

Pabrik gula besar dahulu dan sekarang 

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawan-pahlawannya, Disini sedikit sejarah tentang Pabrik Gula, Sejarah Pabrik Gula Besar di indonesia, sebagai acuan dan untuk lebih memperluas pandangan, sekilas kita kaji dan amati bagaimana indonesia memulai industri gulanya dengan pabrik gula besar yang pernah mengantar indonesia sebagai eksportir gula terbesar di dunia, dan dari semua buku maupun handbook of sugar manufacture/ proses / machinery selalu menjadikan industri gula di jawa menjadi acuan atau dengan kata lain mereka belajar dari Industri Gula Indonesia.

Pabrik Gula di Indonesia (abad 17 - 18 - 19 )
Perkembangan penggilingan atau pengepresan tebu di jawa, secara agak besar di mulai pertama kali pada pertengahan abad 17 didataran rendah batavia, di kelola okeh orang-orang cina. Kemudian di awal  abad  19  muncul  industri  gula  modern  di  pamanukan, ciasem, Jawa Barat, yang dikelola oleh para pedagang besar dari inggris. Yang karena kesalahan lokasi hanya bertahan satu dasawarsa (kekurangan tenaga kerja). Kehancuran industri gula Inggris (Pamanukan-Ciasem) di gantikan industri Belanda dalam kurun culturstelsel. VOC mulai melakukan pengiriman gula Batavia sejak 1673 ke Eropa, dengan jumlah ekspor per tahun lebih dari 10.000 pikul. 130 buah penggilingan pada tahun 1710, dengan produksi rata-rata setiap penggilingan sekitar 300 pikul. Tahun 1749 terdapat 65 penggilingan, sedang pada 1750 naik menjadi 80, dan akhir abad ke-18 merosot tinggal 55 penggilingan yang memasok sekitar 100.000 pikul gula.

 
Bentuk dan tekhnologi pengepres tebu ini, hanya terdiri dari dua buah silinder batu atau kayu yang diletakkan berhimpitan, dengan salah satu silinder diberi tonggak sedang pada ujung tonggak diikatkan ternak, atau digunakan tenaga manusia (digerakkan secara manual) untuk memutar selinder. sementara itu pada salah satu sisi pengepres biasanya satu orang atau lebih memasokkan tebu, kemudian hasil pengepresan dialirkan ke kuali besar yang terletak tepat di bawah selinder. Mudah pengoperasiannya dan dapat dipindah-pindahkan menurut kebutuhan. Di masa panen tebu, penggilingan-penggilingan ini akan dibawa menghampiri kebun yang sedang panen.

Harga kuda lebih mahal di bandingkan sapi, atau kerbau

Mesin Pabrik Gula (1830 )
Industri gula di Jawa Barat didukung oleh modal besar, dengan menggunakan mesin-mesin impor yang sebelumnya tidak pernah digunakan di Jawa, seperti bisa di lihat dalam salah satu surat Jessen Trail and company di tujukan kepada NHM (Salah satu Bank tempo dulu) yang mengatakan :
"In embarking on the enterprises we now have on hand, we werw sensible of the deficiency of the rude and imperfect machinery by which the manufacture of sugar was carried on here, and therfore determined to import European machinery, with skillful men to conduct the same...We now have (1826) three distinct sets of mills. Where we employ a European horizontal mill with three cylinders, driven by a six horse power steam engine, a European eight horse power mill, with three cylinders. Worked by cattle, and three auxiliary stone perpendicular mills, also worked by cattled, with six complete sets of iron boilers and iron and copper clarifiers, as also three distilleries, comprising six European copper stills.....and a suitable complement of fermenting system for distiling the molasses into Arak and Rum."

Yang Artinya kurang lebih :

"Dalam memulai di perusahaan-perusahaan kita sekarang ada di tangan, kami masuk akal dari kekurangan yang kasar dan tidak sempurna oleh mesin yang pembuatan gula dilakukan di sini, dan karena itu bertekad untuk impor mesin-mesin Eropa, dengan orang-orang terampil untuk melakukan yang sama ... Kita sekarang punya (1826) tiga set dari pabrik yang berbeda. Di mana kita menggunakan kincir horisontal Eropa dengan tiga silinder, didorong oleh enam daya kuda mesin uap, Eropa pabrik delapan daya kuda, dengan tiga silinder. Worked oleh ternak, dan tiga penolong tegak lurus batu pabrik, juga bekerja dengan cattled, dengan enam set lengkap boiler besi dan besi dan tembaga clarifiers, seperti juga tiga distilleries, yang terdiri dari enam Eropa ..... stills tembaga dan pelengkap yang sesuai dari sistem fermentasi yang distiling molase menjadi Arak dan Rum. "
 

Sejak tahun 1830 di Pekalongan terdapat tiga buah pabrik gula yang beroperasi untuk menggiling tebu-tebu gubernemen, dua diantaranya dioperasikan oleh orang-orang Tionghoa, yaitu oleh Gou Kan Tjou di desa Wonopringo dan Tan Hong Jan di desa Klidang. Sedang yang ketiga dioperasikan oleh Alexander Loudon, seorang bekas pedagang besar Inggris yang dilibatkan kerja administratif dalam kurun pasca Raffles. Loudon menjadi fabriekant di pabrik gula Karanganjar, kabupaten Pemalang. Loudon selain membangun pabrik di Pemalang, juga bersama De Sturler dan Verbeek membangun pabrik gula Poegoe dan Gemoe di Kendal pada tahun 1835-36.Namun karena keterbatasan informasi untuk ketiga pabrik gula di atas maka pembicaraan lebih diarahkan pada tiga buah pabrik modern yang didirikan sekitar tahun 1837-1838 yaitu Wonopringo, Sragie, Kalimatie. Ketiga pabrik gula di Pekalongan ini memakai lahan sawah untuk tebu seluas sekitar 1500 bau, pabrik Sragie dun Kaliematie masing-masing menggunakan 400 bau, dan Wonopringo, yang terbesar, memakai 700 bau lahan sawah (1ha=1,5 bau).Tenaga kerja dari buruh pribumi yang diikat dengan kontrak, Kontrak-kontrak gula gubernemen tersebut mengikat petani untuk bekerja tanpa batas waktu yang tegas. 

kontract iki bakal kanggo setaun, atawa saingga kongsi rolas taun, apa kersane kandjeng gupernemen. Sedang kerja-kerja yang terkait dalam kontrak tersebut meliputi: Sakabehe pegawejan ing dalem panggilingan sarta ing dalem kebon atawa nebang tebu, amek kaju bakar, iku uwong-uwong amesthi anglakoni pegawejan iku.

Varietas tebu yang ditanam merupakan jenis terbaik, dengan kadar rendemen (kadar gula dalam tebu) tinggi yang hanya dihasilkan oleh tebu yang dikenal dengan sebutan zwarte Cheribonriet (Tebu Hitam dari Cirebon), mulai digunakan sistem Reynoso tahun 1863, para buruh tebang (rappoe) bisa menghasilkan antara 30 hingga 50 ikat / kolong tebu (atau antara 750 hingga 1.250 batang tebu). Panen setiap tahun, untuk setiap bau tidak mencapai 25 pikul. Jumlah yang sering didapat dalam setiap panennya antara 17 hingga 22 pikul. Setiap hari, selama musim panen dan giling, pabrik memerlukan 40 hewan penarik beserta tukang gerobak.

 

Pabrik gula abad 20 (1934)



  

  
                                      suikerfabriek Tjomal
  
  
                                kemlangan sf

 
   
  
Dari laporan Proefstation Voor De Java Suikerindustrie – Jaargang 1934 didapatkan data
data performance pabrik gula sbb:

Pabrik dan performancenya (untuk per pabrik dalam tabel terlampir).

2 komentar: