Rabu, 13 Oktober 2010

Struktur Rumah Adat Jawa

 Ragam Rumah Jawa





Rumah adat jawa tengah sangat beragam sekal disini saya akan mencoba memberi ilustrasi secara umum.
Ilmu yang mempelajari seni bangunan oleh masyarakat Jawa biasa disebut Ilmu Kalang atau disebut juga Wong Kalang.


Yang merupakan bangunan pokok dalam seni bangunan Jawa ada 5 (lima) macam, ialah : 
1. Panggung - Pe, yaitu bangunan hanya dengan atap sebelah sisi.
Type dan sub type Panggang Pe : Pokok, Trajumas, Kios, Gedhang, Cere Gancet, Empyak Setangkep, dan Barengan. 
2. Kampung, yaitu bangunan dengan atap 2 belah sisi, sebuah bubungan di tengah saja.
Type dan sub type Kampung : Pokok, Trajumas, Gedhang Selirang, Sinom, Apitan, Gajah, Gotong Mayit, Cere Gancet, Dara Gepak, Baya Mangap, Pacul Gowang, Srontongan, Klabang Nyander, Jompongan, Semar, dan Lambang Teplok. 
3. Limasan, yaitu bangunan dengan atap 4 belah sisi, sebuah bubungan de tengahnya.
Type dan sub type Limasan : Enom, Ceblokan, Cere Gancet, Gotong Mayit, Semar, Empyak Setangkep, Bapangan, Klabang Nyander, Trajumas, Lambang, Sinom, dan Apitan. 
4. Joglo atau Tikelan, yaitu bangunan dengan Soko Guru dan atap 4 belah sisi, sebuah bubungan di tengahnya.
Type dan sub type Joglo : Tawon Goni, Ceblokan, Jompongan, Pangrawit (terdiri dari Hageng, Lambang Gantung, dan Mangkurat), Lambang sari, Kepuhan (terdiri dari Lawakan, Limolasan, dan Kepuhan Apitan), Apitan, Wantah, Sinom, dan Trajumas. 
5. Tajug atau Masjid, yaitu bangunan dengan Soko Guru atap 4 belah sisi, tanpa bubungan, jadi meruncing.
Type dan sub type Tajug/Masdjid: Tawon Goni, Ceblokan, Lawakan, Lambang, dan Semar.



Masing-masing bentuk berkembang menjadi beraneka jenis dan variasi yang bukan hanya berkaitan dengan perbedaan ukurannya saja, melainkan juga dengan situasi dan kondisi daerah setempat.
Dari kelima macam bangunan pokok rumah Jawa ini, apabila diadakan penggabungan antara 5 macam bangunan maka terjadi berbagai macam bentuk rumah Jawa. 

Sebagai contoh : gedang selirang, gedang setangkep, cere gencet, sinom joglo lambang gantung, dan lain-lain.



Semoga sedikit tulisan ini bisa bermanfaat.
Selamat berkreasi...!



Tata Ruang Rumah Adat Jawa
Susunan ruang dalam bangunan tradisional Jawa pada prinsipnya terdiri dari beberapa bagian ruang yaitu :
  1. Pendapa, difungsikan sebagai tempat melakukan aktivitas yang sifatnya formal  (pertemuan, upacara, pagelaran seni dan sebagainya). Meskipun terletak di bagian depan, pendapa bukan merupakan ruang penerima yang mengantar orang sebelum memasuki rumah. Jalur akses masuk ke rumah yang sering terjadi adalah tidak dari depan melalui pendapa, melainkan justru memutar melalui bagian samping rumah.R
  2. Pringgitan, lorong penghubung (connection hall) antara pendapa dengan omah njero. Bagian pringgitan ini sering difungsikan sebagai tempat pertunjukan wayang kulit / kesenian / kegiatan publik. Emperan adalah teras depan dari bagian omah-njero. Teras depan yang biasanya lebarnya sekitar 2 meter ini merupakan tempat melakukan kegiatan umum yang sifatnya nonformal
  3. Omah njero, kadang disebut juga sebagai omah-mburi, dalem ageng atau omah. Kata omah dalam masyarakat Jawa juga digunakan sebagai istilah yang mencakup arti kedomestikan, yaitu sebagai sebuah unit tempat tinggal.
  4. Senthong-kiwa, dapat digunakan sebagai kamar tidur keluarga atau sebagai tempat penyimpanan beras dan alat bertani.
  5.  Senthong tengah (krobongan),  sering juga disebut sebagai boma, pedaringan, atau krobongan. Dalam gugus bangunan rumah tradisional Jawa, letak senthong-tengah ini paling dalam, paling jauh dari bagian luar. Senthong-tengah ini merupakan ruang yang menjadi pusat dari seluruh bagian rumah. ruang ini seringkali menjadi “ruang pamer” bagi keluarga penghuni rumah tersebut.Sebenarnya senthong-tengah merupakan ruang yang sakral yang sering menjadi tempat pelaksanaan upacara / ritual keluarga. Tempat ini juga menjadi ruang penyimpanan benda-benda pusaka keluarga penghuni rumah.
  6. Senthong-tengen, fungsinya sama dengan sentong kiwa
  7. Gandhok, bangunan tambahan yang mengitari sisi samping dan belakang bangunan inti.
  
Struktur ruang pada rumah tradisional Jawa ( telah diolah kembali ),
Dakung, Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Jogjakarta
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1982)

Sumber: kibagus-homedesign.blogspot.com

2 komentar: