Minggu, 31 Oktober 2010

Wajah Transportasi Umum Kita

kereta listrik
kereta listrik

Pesawat jatuh, kereta api anjlok dan keluar dari rel, bus masuk jurang, kapal laut tenggelam… rasanya, nih, telinga kita makin ‘terbiasa’ dengan banyaknya berita kecelakaan transportasi. Yang menyedihkan, sudah banyak jatuh korban luka ringan sampai meninggal, kondisi transportasi di Indonesia tampaknya belum juga menunjukkan perbaikan.
Nggak hanya ancaman keselamatan, kita sebagai penumpang sering kali merasa tidak nyaman saat menggunakan alat transportasi umum. Sopir ugal-ugalan dan ngetem seenaknya saja, interior bus/angkot yang nggak terawat, sampai pengemis yang setengah menodong bikin kita makin nggak betah (tapi terpaksa) menggunakan fasilitas ini.
Jadi membandingkan, nih, kapan, ya kita bisa menikmati kereta cepat atau bus yang bersih, tepat waktu, dan aman seperti negara maju?




Kenyamanan Diabaikan

Mengurai masalah transportasi ibarat mengurai benang kusut. Soalnya ada banyak pihak yang berkepentingan dalam masalah ini: pemerintah, operator (perusahaan pemilik bus, maskapai penerbangan), pengelola (bandara, terminal), hingga masyarakat sebagai pengguna.

bis kopaja
bis kopaja

Sebagai konsumen, kita, sih, pengen mendapatkan hak dasar kita yaitu keselamatan, keamanan, dan kenyamanan. Dari berbagai kasus, nggak dipungkiri jika ada sejumlah operator yang mengesampingkan tiga unsur tersebut demi mendapatkan keuntungan bisnis maksimal. Contoh gampangnya: asap yang dikeluarkan dari knalpot kendaraan umum jarang banget ada yang bersih – yang ada malah hitam dan menyumbang polusi ke udara!


Setoran Dulu, Nih…

Bisa jadi, kondisi nggak karuan ini terjadi sebagai dampak atas sistem setoran yang diterapkan. Sistem setoran mewajibkan sopir dan kenek untuk membayar sejumlah uang atas pekerjaannya menjalankan armada transportasi. Tentu saja, ini memberi beban pada sopir. Karena jika setoran kurang, maka sopirlah yang harus menanggung kekurangannya.

Dengan sistem semacam ini, nggak heran jika sopir membawa angkot atau bus secara ugal-ugalan. Soalnya, mereka harus berkompetisi dengan armada sejenis untuk mendapat penumpang dan laba sebanyak-banyaknya, sehingga akhirnya nggak mempedulikan keselamatan maupun kenyamanan penumpang.
Mau mengganti sistem setoran dengan sistem gaji? Nggak semudah itu. Perusahaan tentu berusaha mencari untung dengan meminimalkan risiko rugi karena dengan setoran mereka sudah mendapatkan pemasukan lebih pasti.

transjakarta
transjakarta


Peran Kita

Jangan cuma bisa protes terhadap kondisi angkutan umum. Introspeksi juga, dong, siapa tahu kita ikut menyumbang peranan terhadap ketidaknyamanan bertransportasi. Kita menyetop bus atau angkot di sembarang tempat, ikutan buang sampah di bus, atau nekat masuk ke bus yang sudah penuh. Kalau sudah begini, mana nyamannya….
Sebagai pengguna kendaraan pribadi, kita bisa dianggap sebagai ‘penyumbang’ ketidaknyamanan pengguna alat transportasi umum. Daripada macet di jalur biasa, kita beralih ke jalur khusus bus yang kosong melompong. Akhirnya? Makin macet, deh! Selama kita masih nggak disiplin, sampai kapan pun kita nggak akan pernah punya transportasi yang bisa diandalkan.

Sumber: www.pelangiku.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar