Minggu, 28 November 2010

Gunung Bromo Mengeluarkan Suara Gemuruh

Gunung Bromo Mengeluarkan Suara Gemuruh


Gunung Bromo tidak hanya mengeluarkan materialan abu vulkanik, kerikil, asap hitam pekat dan gas belerang. Namun pada Ahad (28/11) sore, Gunung Bromo juga mengeluarkan suara bergemuruh selain meletus.

Suara gemuruh yang dikeluarkan Bromo itu terdengar sampai radius tiga kilo meter. Praktis, suara tersebut membuat banyak warga sekitar kaldera Bromo sempat panik. Namun, sesaat kemudian, setelah hujan deras mendera kawasan kawah Bromo, suara tersebut nyaris tak terdengar.

Kepala Tim Tanggap Darurat Bromo, Gede Suantika, menjelaskan bahwa suara gemuruh yang  dikeluarkan Bromo merupakan proses erupsi yang terus mengalami kenaikan. Bahkan, menurut dia, sesaat sebelumnya  sempat terjadi letusan lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi Jum’at (26/11) dan Sabtu (28/11) pagi.

‘’Bromo memang meletus lagi sekitar pukul 14.30 WIB siang tadi (Ahad, 28/11-Red). Letusannya lebih besar dibanding sebelumnya,’’ kata Gede Suantika saat dihubungi via telepon selularnya.

Meski begitu, tidak semua warga termasuk wartawan yang melakukan peliputan di lokasi mengetahui kejadian letusan tersebut. Apalagi, sebelum meletus, sempat terjadi hujan deras. Sehingga, erupsi letusan Bromo itu tak diketahui banyak orang.

Apalagi, setelah letusan itu terjadi, hujan deras kembali  mengguyur kawasan Gunung Bromo. Meski begitu, Gede Suantika, pejabat dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung ini  menegaskan bila Bromo meletus untuk yang ketiga kalinya sejak status awas ditetapkan Jum’at (19/11) lalu.

Menurut Gede Suantika yang sejak awal mengawal pemantauan gunung Bromo di Posko Taktis Penanggulangan Bencana Bromo, di Cemorolawang, letusan itu diawai dengan gempa vulkanik sebanyak dan gempa tremursecara terus menerus dengan amplitudo 25-36 mili meter. Selain itu, trjadi gempa vulkanik sebanyak 21 kali.

Tekanan dari letusannya pun cukup kuat. Itu terlihat dari kepulan asap sulfura yang keluar dari kawah Bromo. Tekanan asap sulfura yang mengandung gas blerang, abu vulkanik dan krikil serta pasir itu mencapai ketinggian 700-1.200 meter.

Materialan dari letusan Bromo itu diyakini sedikit terhambat penyebarannya, karena hujan deras. Meski begitu, Gede Suantika meminta agar warga –terutama yang berdekatan dengan Gunung Bromo, untuk tetap waspada.

Sumber: republika.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar