Jumat, 26 November 2010

Indonesia Ditawari Hibah 24 Pesawat F16 Fighting Falcon

Kemenhan Kaji Tawaran 24 F16-A Bekas dari AS


Kementerian Pertahanan sedang mempertimbangkan tawaran 24 pesawat bekas F16-A dari Amerika Serikat. Hibah dilakukan dengan syarat Indonesia mau meretrofit atau memperbaiki dulu pesawat tersebut. “Wacana itu sedang kami kaji,” kata Juru Bicara Kemenhan Brigadir Jenderal I Wayan Midhio, saat dihubungi, Selasa (9/11).

Wayan berujar, saat ini Kemenhan mempertimbangkan dua opsi; menerima tawaran Amerika, ataukah membeli enam pesawat baru tipe yang sama. “Kisaran harganya sama. Enam pesawat baru itu senilai 24 pesawat lama yang diretrofit,” kata dia.

Menurut Wayan, jika melihat kebutuhan Indonesia, menerima 24 pesawat bekas Amerika lebih tepat. “Kita itu sedang membutuhkan banyak pesawat. Apalagi sekarang banyak pesawat kita yang sudah rusak. Karena keterbatasan itulah lebih baik kita ambil yang 24 (pesawat),” ujarnya.

Meskipun bekas, kata Wayan, pesawat itu masih memiliki kualitas sama baiknya dengan pesawat baru. “Nggak ada masalah kalau soal itu. Kemampuannya sama saja. Dan kita kan pertimbangannya, kemampuan pertahanan udara lebih bagus kalau kita punya lebih banyak pesawat,” ujarnya.

Mengenai pendapat Wakil Ketua Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat Tubagus Hasanuddin yang menyarankan pemerintah menolak tawaran Amerika, Wayan mengatakan, pihaknya bisa menerima saran tersebut. Tapi, ia kembali menekankan, kualitas pesawat lama dengan yang baru sama.


Indonesia Kaji Hibah 24 Jet F-16 Bekas Amerika



Kementerian Pertahanan sedang mempertimbangkan tawaran hibah 24 pesawat tempur F-16A bekas dari Amerika Serikat. Hibah diberikan dengan syarat Indonesia mau memperbaiki (retrofitting) dulu pesawat-pesawat tersebut.

"Wacana itu sedang kami kaji," kata juru bicara Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal TNI I Wayan Midhio, saat dihubungi kemarin.

Wayan mengatakan Kementerian Pertahanan sedang mempertimbangkan dua opsi, yakni menerima tawaran Amerika atau membeli enam pesawat F-16A yang baru. "Kisaran harganya sama. Enam pesawat baru itu senilai 24 pesawat lama yang diretrofit," kata dia.

Jika melihat kebutuhan Indonesia saat ini, kata dia, menerima 24 pesawat bekas Amerika lebih tepat ketimbang membeli yang baru. "Kita sedang butuh banyak pesawat. Apalagi sekarang banyak pesawat kita sudah rusak. Karena keterbatasan itulah, lebih baik kita ambil yang 24 (pesawat)," ujarnya.

Menurut Wayan, kualitas pesawat F-16A bekas itu sama baiknya dengan pesawat baru. "Kita kan pertimbangannya kemampuan pertahanan udara lebih bagus kalau kita punya lebih banyak pesawat," kata Wayan.



TB Hassanudin Sarankan TNI Tolak Hibah F-16 Bekas

Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Tubagus Hassanudin menyarankan, sebaiknya Pemerintah menolak tawaran hihab 24 unit pesawat F-16 A jika harus meretrofit atau mempernaiki dulu. Tawaran itu sudah disampaikan jauh hari sebelum Presiden Barack Obama akhirnya berkunjung ke Indonesia, kemarin.

Menurut Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Tubagus Hasanuddin, dirinya tidak mengetahui pasti apakah pembicaraan Obama dengan SBY termasuk untuk merealisasikan hibah pesawat bekas itu. "Tapi baru-baru saja Indonesia ditawari hibah itu sebelum Obama datang," kata Hasanuddin kepada Tempo.


Hasanuddin yang juga purnawirawan berpangkat terakhir Mayor Jenderal ini mengatakan, jika pesawat bekas itu diberikan dengan hibah murni silakan saja pemerintah menerima. Namun jika syaratnya harus meretrofit, maka Indonesia menolak.

"Sebagai perbandingan, meretrofit tiga pesawat bekas itu sama dengan membeli satu pesawat baru," kata politisi PDIP ini. Dengan biaya meretrofit dan biaya angkut yang besar ini, maka Hasanuddin menyarankan untuk menolak hibah dan membeli pesawat baru.

Selain soal biaya perawatan pesawat bekas yang tinggi, membeli pesawat baru mempunyai beberapa keuntungan. Keuntungan itu antara lain senjata yang lebih baru, life time yang lebih panjang. "Selain itu suku cadang pesawat baru relatif lebih kecil untuk diganti yang ujung-ungnya biaya pemeliharaan juga kecil," kata dia.

Alasan menolak hibah bersyarat itu, kata Hasanuddin, juga soal harga diri bangsa. Dengan alasan-alasan di atas, Hasanuddin menyatakan bila kedatangan Obama termasuk membicarakan hibah bersyarat itu, maka sebaiknya Indonesia menolaknya.


Indonesia Disarankan Menerima Hibah 24 F16 Fighting Falcon

 

Pemerintah disarankan menerima tawaran hibah 24 pesawat F16-A bekas dari Amerika Serikat. Menurut pengamat militer dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jaleswari Pramodhawardani, tawaran Amerika itu bisa mencukupi kebutuhan alat utama sistem senjata (alutsista) pemerintah “Jumlah 24 pesawat itu setidaknya bisa untuk satu skuadron (enam belas pesawat),” kata Jaleswari kepada Tempo, Kamis (11/11).
Namun, jika jadi menerima tawaran Amerika, ujar Jaleswari, ada beberapa hal yang harus dikritisi. Pertama, pemerintah mesti terlebih dulu memastikan apakah penyediaan suku cadang dan perawatannya satu paket dengan hibah ke-24 F16 bekas.

Jaleswari mencemaskan, peristiwa kesulitan suku cadang akibat embargo bantuan militer Amerika ke Indonesia pada 1999, terulang. “Kita punya pengalaman pahit diembargo karena peristiwa Timor Timur. Nah karena itu harus dipastikan, apakah kali ini Amerika melengkapi hibah dengan jaminan maintenance.”
Kedua, tentunya pemerintah juga harus memastikan ke-24 armada itu dalam kondisi bagus. “AS mau menghibahkan F16 kan karena mereka akan menggunakan strategi baru. Mereka akan memakai pesawat yang teknologinya lebih baru, F35,” kata Jaleswari.

Yang juga harus diperhatikan pemerintah, kata Jaleswari, adalah varian alutsista. “Keberagaman alutsista itu tidak menguntungkan kita. Kita tidak bisa membangun kekuatan pertahanan dengan alutsista yang beragam. Bagaimana mensinergikannya ? Ini harus dipikirkan.”

Meski banyak hal harus dipertimbangkan sebelum menerima hibah Amerika, Jaleswari tetap menganggap tawaran 24 F16 bekas jauh lebih tepat dibanding pemerintah membeli pesawat tempur baru.
Ia memberi gambaran, jika membeli pesawat baru, pemerintah harus menunggu minimal delapan tahun sampai akhirnya pesawat tersebut “diantar” ke Indonesia.

“Beli pesawat itu nggak kayak beli mobil yang inden setahun aja udah ada barangnya. Misal kita mau beli Sukhoi, ya baru 8-10 tahun sampainya. Itu pun ketika pesawatnya datang, teknologinya udah mulai ketinggalan dengan pesawat yang lebih baru lagi,” kata dia.

Karena itu, kata dia, menerima 24 F16 bekas Amerika adalah pilihan yang paling tepat untuk pertahanan Indonesia yang sedang membutuhkan tambahan skuadron.

“Saya pikir nggak masalah pesawat itu bekas. Untuk sementara pakai itu dulu sampai uang kita cukup untuk beli pesawat baru. Dan kalau DPR melihat alutsista dibutuhkan, ya harus siapkan anggarannya,” ujar Jaleswari.
 
Sumber: tempointeraktif.com



PROFIL PESAWAT TEMPUR F-16

F-16 Fighting Falcon

 
F-16 Fighting Falcon adalah jet tempur multi-peran yang dikembangkan oleh General Dynamics (lalu di akuisisi oleh Lockheed Martin), di Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya dirancang sebagai pesawat tempur ringan, dan akhirnya ber-evolusi menjadi pesawat tempur multi-peran yang sangat populer. Kemampuan F-16 untuk bisa dipakai untuk segala macam misi inilah yang membuatnya sangat sukses di pasar ekspor, dan dipakai oleh 24 negara selain Amerika Serikat.[1] Pesawat ini sangat popular di mata international dan telah digunakan oleh 25 angkatan udara. F-16 merupakan proyek pesawat tempur Barat yang paling besar dan signifikan, dengan sekitar 4000 F-16 sudah di produksi sejak 1976. Pesawat ini sudah tidak diproduksi untuk Angkatan Udara Amerika Serikat, tapi masih diproduksi untuk ekspor.

F-16 dikenal memiliki kemampuan tempur di udara yang sangat baik, dengan inovasi seperti tutup kokpit tanpa bingkai yang memperjelas penglihatan, gagang pengendali samping untuk memudahkan kontrol pada kecepatan tinggi, dan kursi kokpit yang dirancang untuk mengurangi efek g-force pada pilot. Pesawat ini juga merupakan pesawat tempur pertama yang dibuat untu menahan belokan pada percepatan 9g.

Pada tahun 1993, General Dynamics menjual bisnis produksi pesawat mereka kepada Lockheed Corporation, yang kemudian menjadi bagian dari Lockheed Martin setelah merger dengan Martin Marietta pada tahun 1995.
 

Spesifikasi (F-16C Blok 30)

Orthographically projected diagram of the F-16.

 
Karakteristik umum
* Kru: 1
* Panjang: 49 ft 5 in (14.8 m)
* Lebar sayap: 32 ft 8 in (9.8 m)
* Tinggi: 16 ft (4.8 m)
* Area sayap: 300 ft² (27.87 m²)
* Airfoil: NACA 64A204 root and tip
* Berat kosong: 18,238 lb (8,272 kg)
* Berat terisi: 26,463 lb (12,003 kg)
* Berat maksimum lepas landas: 42,300 lb (16,875 kg)
* Mesin: 1× Pratt & Whitney F100-PW-220 afterburning turbofan
o Dorongan kering: 14,590 lbf (64.9 kN)
o Dorongan dengan afterburner: 23,770 lbf (105.7 kN)
* Alternate powerplant: 1× General Electric F110-GE-100 afterburning turbofan
o Dry thrust: 17,155 lbf (76.3 kN)
o Thrust with afterburner: 28,985 lbf (128.9 kN)

Performa
* Kecepatan maksimum: >Mach 2 (1,320 mph, 2,124 km/h) at altitude
* Radius tempur: 340 mi (295 nm, 550 km) on a hi-lo-hi mission with six 1,000 lb (450 kg) bombs
* Jarak jangkau ferri: >3,200 mi (2,800 nm, 4,800 km)
* Batas tertinggi servis: >55,000 ft (15,000 m)
* Laju panjat: 50,000 ft/min (260 m/s)
* Beban sayap: 88.2 lb/ft² (431 kg/m²)
* Dorongan/berat: F100 0.898; F110 1.095

Persenjataan
* Senjata api: 1× 20 mm (0.787 in) M61 Vulcan gatling gun, 511 rounds
* Roket: 2¾ in (70 mm) CRV7
* Rudal:
o Air-to-air missiles:
+ 6× AIM-9 Sidewinder or
+ 6× AIM-120 AMRAAM or
+ 6× Python-4
o Air-to-ground missiles:
+ 6× AGM-65 Maverick or
+ 4× AGM-88 HARM
o Anti-ship missiles: 4× AGM-119 Penguin
* Bom:
o 2× CBU-87 cluster
o 2× CBU-89 gator mine
o 2× CBU-97
o 4× GBU-10 Paveway
o 6× GBU-12 Paveway II
o 6× Paveway-series laser-guided bombs
o 4× JDAM
o 4× Mk 80 series
o B61 nuclear bomb

Lainnya:
o SUU-42A/A Flares/Infrared decoys dispenser pod and chaff pod or
o AN/ALQ-131 & AN/ALQ-184 ECM pods or
o LANTIRN, Lockheed Martin Sniper XR & LITENING targeting pods or
o up to 3× 300/330/370 US gallon Sargent Fletcher drop tanks for ferry flight/extended range/loitering time.

Avionik
* AN/APG-68 radar
 
Sumber: wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar