Jumat, 12 November 2010
Kidung Rumi
Masuk ke dalam larik-larik puisi Maulana Jalaluddin Rumi seakan memasuki dunia asing yang indah, penuh kejutan-kejutan, yang terkadang berseberangan dengan logika umum. Tetapi justru keunikan dan keaslian imajinatif Rumi inilah yang membawa keutuhan puisi-puisinya ke dalam penjiwaan pembacanya. Rumi menjadi simbol kepiawaian memainkan kata: kecermatan dan ketangkasannya menyelipkan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis ke dalam puisinya, keahliannya menyisipkan perkataan-perkataan kaum Sufi ke dalam kidung-kidung indahnya, sulit dicari tandingnya.
Diwan dan Matsnawi merupakan dua karya monumental Rumi: seakan dua muara untuk menggali pengetahuan tentang perkembangan spiritual Sang Guru. Semakin kita membaca kidung-kidung Rumi berulang-ulang, semakin kita asyik-masyuk ke dunia yang sarat dengan persoalan-persoalan baru, perenungan-perenungan baru dan juga gagasan-gagasan baru. Sekali waktu, ia berbicara tentang kesatuan bersama Tuhan (Unity of God). Ia berbicara juga tentang hati sebagai cermin manusia. Tetapi, ia terutama sekali, berbicara tentang Cinta.
Buku di tangan pembaca ini, merupakan analisa kritis dari para pakar intens pengkaji karya-karya Rumi: Annemarie Schimmel, Amin Banani, J. Christoph Burgel, William C. Chittick, Hamid Dabashi, Margaret A. Mills dan Victoria Holbrook. Masing-masing mereka berbicara penuh kekaguman tentang Rumi Sang Guru Cinta.
Sumber: www.pdat.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar