Jumat, 24 Desember 2010

Benarkah Yesus Lahir 25 Desember?

Natal (Christmass) diartikan sebagai hari kelahiran Yesus. Perayaan yang diselenggarakan oleh semua orang Kristen dan juga non Kristen ini berasal dari ajaran gereja Keristen Katolik Roma. Tetapi, dari manakah mereka mendapatkan ajaran itu? Sebab Natal bukan ajaran Alkitab (Bibel) dan Yesus pun tidak pernah memerintahkan para muridnya untuk menyelenggarakannya. Perayaan yang masuk dalam ajaran Kristen  Katolik Roma pada abad IV ini adalah berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala (paganisme-politeisme).

Berikut beberapa dasar bahwa Natal bukanlah berasal dari ajaran Alkitab:
1.       Catholic Encyclopedia, edisi 1911, dalam judul Christmas:
Natal bukanlah upacara gereja yang pertama …melainkan ia diyakini berasal dari Mesir. Perayaan yang diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari ini kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus.”
Dalam judul Natal Day, Bapak Katolik I mengakui bahwa:
Di dalam kitab suci, tidak seorangpun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanya orang-orang kafir sajalah (seperti Fir’aun dan Herodes) yang berpesta-pora merayakan hari kelahirannya di dunia.”

2.       Encyclopedia Britannica (1946), menjelaskan:
Natal bukanlah upacara gereja abad pertama. Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bibel juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala.”

3.       Encyclopedia Americana (1944), menjelaskan:
Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya, umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut. (Perjamuan Suci yang termaktub dalam Kitab Perjanjian Baru hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus). ….Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus mulai diresmikan pada abad IV M. Pada abad V, gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari pesta bangsa Roma yang merayakan hari kelahiran ‘Dewa Matahari’. Sebab tidak seorangpun yang mengetahui hari kelahiran Yesus.”


Yesus tidak lahir 25 Desember!
Sungguh sangat mustahil jika Yesus dilahirkan pada musim dingin. Susana kelahiran Yesus diceritakan dalam Injil Lukas 2: 11 sebagai berikut:
Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka, dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: ‘Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu berita gembira untuk seluruh bangsa.’ Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus, di kota Daud.”

Tidak mungkin para ternak itu berada di padang Yudea pada bulan Desember. Sebab wilayah Yudea, setiap bulan Desember adalah musim hujan dan hawanya sangat dingin. Biasanya mereka melepas ternak mereka ke padang dan lereng-lereng gunung. dan paling lambat tanggal 15 Oktober, ternak tersebut sudah dimasukkan ke kandangnya untuk menghindari hujan dan hawa dingin yang menggigil.

Demikian pula dijelaskan pada Perjanjian Lama, kitab Kidung Agung 2 dan Ezra 10: 9,13. dan dalam kitab Talmud (kitab suci agama Yahudi) dalam bab Ringan Kaki.
Jika Yesus menghendaki kita untuk mengingat-ingat dan merayakan hari kelahirannya, niscaya dia tidak akan menyembunyikan hari kelahirannya.


Proses Natal masuk ke gereja
A New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge dalam artikelnya yang berjudul Christmas menguraikan dengan jelas sbb:
Sungguh banyak tanggal perayaan yang terkait pada kepercayaan kafir Brumalia (25 Desember) sebagai kelanjutan dari perayaan Saturnalia (17-24 Desember) dan perayaan menjelang akhir tahun serta festival menyambut kelahiran matahari baru. Adat kepercayaan pagan Brumalia dan Saturnalia yang sudah sanga tpopuler di masyarakat itu diambil Kristen…. Perayaan ini dilestarikan oleh Kristen dengan sedikit mengubah jiwa dan tata caranya. Pada pendeta Kristen di Barat dan di Timur Dekat menentang perayaan kelahiran Yesus Kristus yang meniru agama berhala ini. Di samping itu, Kristen Mesopotamia menuding Kristen Barat telah mengadopsi model penyembahan kepada dewa Matahari.”

Perlu diingat, menjelang abad I s/d IV M, dunia dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis-politeisme. Sejak agama Kristen masih kecil hingga berkembang pesat, para pemeluknya dikejar-kejar dan disiksa oleh penguasa Romawi. Setelah Konstantin naik tahta dan kemudian memeluk agama Kristen serta menempatkan agama Kristen sejajar dengan agama kafir Roma, banyak rakyat berbondong-bondong memeluk agama Kristen.
Tetapi karena mereka sudah terbiasa merayakan hari kelahiran dewa-dewanya pada 25 Desember, mengakibatkan adat tersebut sulit dihilangkan. Perayaan ini adalah pesta-pora dengan penuh kemeriahan dan sangat disenangi oleh rakyat. Mereka tidak ingin kehilangan kegembiraan seperti itu, maka meskipun sudah memeluk agama Kristen, mereka tetap melestarikan upacara adat itu.

Di dalam A New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge juga menjelaskan bagaimana Konstantin tetap merayakan hari “Sunday” sebagai hari kelahiran Dewa Matahari (Sun: Matahari, Day: Hari; dalam bahasa Indonesia disebut Minggu). Dan juga pengaruh kepercayaan kafir Manichaeisme yang menyamakan Anak Tuhan (Yesus) identik dengan Matahari. Sehingga perayaan hari kelahiran Sun God (Dewa Matahari) yang jatuh pada 25 Desember diresmikan menjadi hari kelahiran Son of God (Anak Tuhan/Yesus).


Asal-usul Natal
Jika kita telusuri mulai dari ayat-ayat Alkitab sampai pada sejarah kepercayaan bangsa Babilonia kuno, nixcaya akan ditemukan bahwa ajaran itu berasal dari kepercayaan berhala yang dianut oleh masyarakat Babilonia di bawah raja Nimrod (Islam: Namrudz). Jelasnya, akar kepercayaan ini tumbuh setelah terjadi banjir besar di masa nabi Nuh. Nimrod adalah cucu Ham, anak nabi Nuh. Dialah yang membangun menara Babel, kota Babilonia, Ninive dan kota-kota lainnya. Dia pula orang pertama yang membangun kerajaan di dunia. Nama Nimrod dalam bahasa Hebrew (Ibrani) berasal dari kata “marad” yang berarti “dia membangkang atau murtad”.
Dari catatan-catatan kuno, kita mengetahui perjalanan Nimrod ini yang mengawali pemurtadan terhadap Tuhan dan menjadi biang pembangkang di dunia. Jumlah kejahatannya amatlah banyak, diantaranya ia mengawini ibu kandungnya sendiri yang bernama Semiramis.
Setelah Nimrod meninggal dunia, ibu yang merangkap sebagai istri tersebut menyebarkan ajaran bahwa roh Nimrod tetap hidup selamanya, walaupun jasadnya telah mati. Dia membuk­tikan ajarannya dengan adanya pohon Evergreen yang tumbuh dan sebatang kayu yang mati, yang ditafsirkan oleh Semiramis sebagai bukti kehidupan baru bagi Nimrod yang sudah mati. Untuk mengenang hari kelahiran­nya, Nimrod selalu hadir di pohon Ev­ergreen ini dan meninggalkan bingkisan yang digantungkan di rant­ing-ranting pohon itu. 25 Desember itulah hari kelahiran Nimrod. Dan inilah asal usul Pohon Natal.
Melalui pengaruh dan pemujaan­nya kepada Nimrod, Semiramis dianggap sebagai “Ratu Langit” oleh rakyat Babilonia. Dengan berbagai julukan, akhirnya Nimrod dipuja sebagai “Anak Suci dari Sorga “. Melalui perjalanan sejarah dan pergantian generasi dan masa ke masa, dan satu bangsa ke bangsa lainnya, penyembahan berhala versi Babilonia ini berubah menjadi Mesiah Palsu yang berupa dewa Baal, anak dewa Matahari. Dalam sistem kepercayaan Babilonia ini “Ibu dan anak” (Semiramis dan Nimrod yang lahir kembali) menjadi obyek penyembahan. Ajaran Penyembahan kepada ibu dan anak ini menyebar luas sampai di luar Babilonia dengan bentuk dan nama yang berbeda-beda, sesuai dengan bahasa di negara­negara yang ditempatinya. Di Mesir dewa-dewi itu bernama Isis dan Osiris. Di Asia bemama Cybele dan Deoius. Di agama Pagan Roma disebut Fortuna dan Yupiter. Bahkan di Yunani, China, Jepang, Tibet bisa ditemukan adat pemujaan terhadap dewi Madonna, jauh sehelum Yesus Lahir.
Sampai pada abad ke-4 dan ke-5 Masehi, ketika dunia pagan (penyem­bah banyak dewa) Romawi menerima agama baru yang disebut “Kristen,” dengan membawa adat dan keper­cayaan pagan mereka yang lama. Akibatnya kepercayaan kepada Dewi Madonna, Ibu dan Anakjuga menjadi portlier, terutama di hari Natal. Di setiap musim Natal kita selalu mendengar lagu-lagu atau hymne “Silent Night” atau “Holy Night” yang sangat akrab dengan tema pemujaan terhadap Ibu dan Anak.
Kita yang sejak lahir diwarnai oleh alam budaya Babilonia, telah diajarkan untuk mengagungkan dan memuliakan semua tradisi yang berasal dari jaman jahiliyah kuno itu. Kita tidak pernah bertanya untuk mengetahui dari manakah asal usul adat seperti itu - Apakah ia berasal dari ajaran Bibel (Alkitab), ataukah ia berasal dan kepercayaan penyembah berhala yang sesat?
Kita terperanga seakan-akan tidak mau menerima kebenaran in kane­na seluruh dunia terlanjur telah melakukannya Lebih aneh lagi, sebagian besar meremehkan dan mencemooh kebenaran ini. Namun Tuhan telah berfirman kepada para utusannya yang setia:
“Katakan dengan lantang, dan jangan menghinaukan penghinaan mereka! Kumandangkan suanamu seperti tenompet. Dan tunjukkan di depan umatKu tentang kesesatan mereka’
Memang kenyataan ini sungguh sangat mengejutkan bagi mereka, meskipun ini adalah fakta sejarah dan berdasarkan kebenaran dan Bibel (Alkitab).
  

Siapa sebenarnya Santa Claus atau Sinterklas?
Santa Claus bukan ajaran yang berasal dari paganisme, tetapi juga bukan ajaran Kristen. Sinterklas adalah ciptaan seorang pastur yang bernama Santo Nicolas, hidup pada abad IV M. Hal ini dijelaskan oleh Encyclopedia Britannica, vol 19, hal 648-649 sebagai berikut:
St. Nicolas adalah seorang pastur di Myra yang amat diagung-agungkan oleh orang-orang Yunani dan Latin setiap tanggal 6 Desember.... legenda ini berawal dari kebiasaannya yang suka memberikan hadiah secara sembunyi-sembunyi kepada tiga anak wanita miskin.... untuk melestarikan kebiasaan lama dengan memberi hadiah secara tersembunyi itu digabungkan ke dalam malam Natal. Akhirnya, terkaitlah antara hari Natal dengan Santa Claus.”
Sungguh merupakan suatu kejanggalan, orang tua menghukum anaknya yang berkata bohong. Tetapi di saat menjelang natal, mereka membohongi anak-anak dengan cerita Sinterklas yang memberikan hadiah di saat mereka sedang tidur.
Inikah ajaran Kristen yang mengajarkan mitos dan kebohongan kepada anak-anak. Padahal Yesus sudah mengatakan: “Janganlah menjadi saksi palsu. Dan ada cara yang menurut manusia benar, tetapi sebenarnya itu adalah jalan kamatian dan kesesatan.”
Oleh karena itu, upacara “Si Santa Tua” itu juga merupakan upacara setan. Lihat II Korintus 11: 14 sbb:
Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat terang. Jadi itu bukanlah hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka.”

(Diringkas dari Majalah MODUS VOL II No. 6/Th. II/2005 hal 24-41)

Sumber: trimaboli.multiply.com 


1 komentar:

  1. mengeni kelahiran Yesus cukup mengundang kontroversi
    nice info

    BalasHapus