Rabu, 15 Desember 2010

Columbus dan Pemalsuan Penemuan Benua Amerika

Fakta-fakta dan penjabaran bahwa Cheng Ho lebih dulu ke amrik dibanding Columbus ini sangat solid, seampuh teori yang meruntuhkan teori darwin.. berikut penjabaran yang berhasil di kutip dari pelbagai sumber:
Terdapat seorang kolektor peta cina bernama Liu Gong, peta yang diyakininya berasal dari tahun 1763, namun juga menandai dengan jelas bahwa peta tersebut adalah copy dari peta Tahun 1418 bertepatan dengan pelayaran Cheng Ho, yang berlangsung antara 1405 hingga 1432.














Peta ini disadari arti pentingnya setelah Gavin Menzies menerbitkan bukunya yang berjudul 1421: Tahun Cina menemukan dunia, dalam bukunya ia mengemukakan teori bahwa peta dunia yang belum ditemukan sebelumnya yang disusun para laksamana Cheng Ho disalin oleh para pembuat peta Eropa dan digunakan secara ekstensif dalam pelayaran para penjelajah besar Barat, termasuk Columbus, Ferdinan Magellan, Vasco Da Gama dan James Cook.
Sebagian teori Menzies didukung oleh pengetahuannya tentang lautan dewasa ini, angin perdagangan kontinental dan bintang navigasi yang dipelajarinya selama hidupnya sebagai seorang komandan angkatan laut Inggris.
Berikut adalah kutipan yang saya ambil dari Republika:
”Laksana inilah yang semestinya dianugerahi gelar sebagai penemu pertama benua Amerika,” ujarnya. Menzies melakukan kajian selama lebih dari 14 tahun. Ini termasuk penelitian peta-peta kuno, bukti artefak dan juga pengembangan dari teknologi astronomi modern seperti melalui program software Starry Night.
Dari bukti-bukti kunci yang bisa mengubah alur sejarah ini, Menzies mengatakan bahwa sebagian besar peta maupun tulisan navigasi Cina kuno bersumber pada masa pelayaran Laksamana Zheng He. Penjelajahannya hingga mencapai benua Amerika mengambil waktu antara tahun 1421 dan 1423. Sebelumnya armada kapal Zheng He berlayar menyusuri jalur selatan melewati Afrika dan sampai ke Amerika Selatan. 
 

[zheng_he.jpg]
Laksamana Cheng Ho

Uraian astronomi pelayaran Zheng He kira-kira menyebut, pada larut malam saat terlihat bintang selatan sekitar tanggal 18 Maret 1421, lokasi berada di ujung selatan Amerika Selatan. Hal tersebut kemudian direkonstruksi ulang menggunakan software Starry Night dengan membandingkan peta pelayaran Zheng He.
“Saya memprogram Starry Night hingga masa di tahun 1421 serta bagian dunia yang diperkirakan pernah dilayari ekspedisi tersebut,” ungkap Menzies yang juga ahli navigasi dan mantan komandan kapal selam angkatan laut Inggris ini.
Dari sini, dia akhirnya menemukan dua lokasi berbeda dari pelayaran ini berkat catatan astronomi (bintang) ekspedisi Zheng He. Lantas terjadi pergerakan pada bintang-bintang ini, sesuai perputaran serta orientasi bumi di angkasa.
Akibat perputaran bumi yang kurang sempurna membuat sumbu bumi seolah mengukir lingkaran di angkasa setiap 26 ribu tahun. Fenomena ini, yang disebut presisi, berarti tiap titik kutub membidik bintang berbeda selama waktu berjalan. Menzies menggunakan software untuk merekonstruksi posisi bintang-bintang seperti pada masa tahun 1421. 

(berikut ini adalah bukunya)

Kita sudah memiliki peta bintang Cina kuno namun masih membutuhkan penanggalan petanya,” kata Menzies. Saat sedang bingung memikirkan masalah ini, tiba-tiba ditemukanlah pemecahannya. “Dengan kemujuran luar biasa, salah satu dari tujuan yang mereka lalui, yakni antara Sumatra dan Dondra Head, Srilanka, mengarah ke barat.”
Bagian dari pelayaran tersebut rupanya sangat dekat dengan garis katulistiwa di Samudera Hindia. Adapun Polaris, sang bintang utara, dan bintang selatan Canopus, yang dekat dengan lintang kutub selatan, tercantum dalam peta. “Dari situ, kita berhasil menentukan arah dan letak Polaris.
Sehingga selanjutnya kita bisa memastikan masa dari peta itu yakni tahun 1421, plus dan minus 30 tahun.” Atas temuan tersebut, Phillip Sadler, pakar navigasi dari Harvard- Smithsonian Center for Astrophysics, mengatakan perkiraan dengan menggunakan peta kuno berdasarkan posisi bintang amatlah dimungkinkan. Dia juga sepakat bahwa estimasi waktu 30 tahun, seperti dalam pandangan Menzies, juga masuk akal.


Hemm, fakta yang sangat menarik, satu hal lagi yang perlu kawan-kawan ketahui adalah sengketa tentang siapa sebenarnya yang lebih dahulu menemukan benua Amerika ini dijadikan sebuah kajian ilmiah, bahkan di Inggris beberapa textbook siswa sekolah sudah memasukkan hal ini ke dalam kurikulumnya, dan seharusnya mungkin sudah layak di kaji di Indonesia.
Kenyataan bahwa seorang pelaut muslim yang ulung lebih dahulu menjejakkan kakinya di Amerika dibanding seorang Columbus memang masih sulit diterima oleh sebagian kaum.
Columbus , mungkin menjadi dikenang oleh dunia dan tekenal sebagai ‘penemu’ Amerika karena kehebatannya, kehebatannya mengusir dan memusnahkan dan membantai penduduk Indian asli Amerika dari jutaan jiwa menjadi hanya puluhan ribu dan beralih ke wilayah reservasi, lalu mendatangkan bangsanya sendiri dan mengklaim itu adalah tanah airnya, sedangkan Cheng Ho.. ibarat kata hanya sekedar berkunjung dan mampir untuk berdagang dan bersilaturahmi sambil menimba ilmu.
Seperti yang saya jabarkan di awal, sejarah adalah pondasi yang selalu dipelajari untuk di ambil hikmahnya, bagaimana hikmah itu bisa diambil jika sejarah yang dimuat adalah kebohongan belaka?
Maka sudah kewajiban kita untuk menyampaikan kebenarannya, agar benar-benar ada hikamah yang dapat dipelajari dari peristiwa tersebut. Selama ini sejarah yang ada baik tingkat nasional maupun internasional masih terdapat hal-hal yang rancu, terutama terkait dengan penemuan-penemuan atau sejarah yang di torehkan oleh bangsa timur.
Sudah lama sejarah ini ditulis ukan oleh sang pelaku sejarah sejati, melainkan sang pemenang dan pendaftar ‘paten’.
Sumber: argakencana.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar