Minggu, 26 Desember 2010

Kecintaan Suporter vs Amburadulnya Managemen PSSI





http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2010/12/1292735390433363677.jpg

Jangan ragukan cinta publik sepakbola Indonesia pada timnasnya karena mereka bersedia melakukan banyak hal untuknya. Sayang itu tak berbalas setimpal gara-gara manajemen ticketing yang amburadul di PSSI.

Banyak fans mengeluh saat PSSI dan LOC lokal memutuskan menaikkan harga tiket babak semifinal. Kecuali tribun kategori III yang diharagai Rp 50.000, seluruh kursi di Stadion Utama Gelora Bung Karno mengalami kenaikan harga.

Namun itu tak lantas menyurutkan animo gila bola tanah air. Toh dua laga Indonesia kontra Filipina di babak semifinal selalu berhasil mengundang puluhan ribu penonton untuk menyaksikan langsung dari pinggir lapangan. Tiket sold out.

'Terjual habis' mungkin bukan kata yang tepat untuk menggambarkan penjualan tiket pertandingan Piala AFF, khususnya babak semifinal. Soalnya melihat jumlah penonton yang masuk ke dalam GBK di dua laga tersebut, muncul kecurigaan kalau jumlah penonton melebihi tiket yang disediakan.

Contoh yang paling mudah dilihat adalah terisinya tribun wartawan oleh penonton umum. Padahal area ini harusnya steril dari mereka yang bukan pekerja media. Entah bagaimana ceritanya bisa ada penonton masuk ke area tersebut. Fatalnya lagi, kondisi tersebut sudah terjadi sejak babak fase grup.

Sebelum laga semifinal, PSSI melalui Nugraha Besoes dan Joko Driyono sempat menjanjikan kalau tribun wartawan akan bebas dari invasi suporter. Faktanya tidak demikian.

Di laga kedua babak semifinal kepadatan luar biasa terjadi di dalam GBK. Yang terasa aneh adalah banyaknya penonton yang tak kebagian kursi, ini jelas janggal karena tiket yang dijual harusnya sesuai dengan jumlah tempat duduk yang tersedia. Apalagi untuk alasan keamanan PSSI sempat menyatakan kalau mereka tak akan mengisi seluruh bangku yang tersedia dalam stadion. Yang kemudian jelas terlihat adalah banyak penonton berdiri di lorong, selasar dan tangga stadion.

Seorang pembaca detiksport malah menyebut kalau ada oknum polisi yang memperbolehkan penonton masuk ke dalam stadion asal menyetor uang Rp 100.000.

Kekacauan penjualan tiket Piala AFF sesungguhnya sudah terlihat sejak awal. PSSI dan LOC lokal hanya menyediakan satu lokasi untuk penjualan tiket yang terletak di Pintu X GBK, di samping Raja Karcis yang anehnya tidak menjual melalui situsnya namun harus datang ke kantor mereka yang terketak di Manggarai. Di GBK, ratusan dan bahkan ribuan calon penonton hanya dilayani oleh dua meja, yang memaksa fans mengantri hingga berjam-jam lamanya. Dalih PSSI atas kebijakan ini adalah supaya mereka mudah dalam mengatur penjualan tiket.

Alasan tersebut justru menunjukkan buruknya manajemen tiket PSSI dan LOC untuk Piala AFF ini. Padahal mereka bisa bekerjasama menggunakan jasa agen-agen tiket dan menjualnya secara online. Penjualan secara online jelas akan mengurangi bertumpuknya calon penonton di tiketboks yang disediakan.

Puncak kekacauan penjualan tiket terjadi pada Sabtu (18/12/2010) kemarin lusa. Ketika itu PSSI menutup loket, sebuah keputusan yang membuat penonton sudah datang langsung ke GBK kecewa dan beberapa di antaranya melampiaskan dengan melakukan aksi perusakan. Otoritas sepakbola Indonesia itu beralasan bahwa penutupan loket didasari alasan bahwa mereka ingin menghindari aksi percaloan.

Jawaban yang lagi-lagi terdengar janggal karena sejak awal PSSI tidak membatasi jumlah pembelian tiket oleh perorangan. Padahal jelas itu membuka praktik percaloan.

PSSI juga plin-plan dalam hal pengalokasian tiket. Sehari sebelum leg pertama babak semifinal otoritas sepakbola di tanah air itu menyebut kalau tiket tak lagi dijual lantaran 90% sudah terjual dan sisanya digunakan sebagai kontrol keamanan. Namun pada hari pertandingan, sebanyak 4.000 tiket tambahan dilepas.

Stadion Utama Gelora Bung Karno kapasitasnya memang terbatas dan tak mungkin menampung seluruh fans yang ingin memberi dukungan buat Firman Utina dkk. Tapi sayangnya PSSI tak melakukan cara yang bijak dan tepat dalam mengkomunikasikan hal tersebut.

Padahal jika tiket dimanajemen dengan baik, fans tentunya akan mengerti. Selama ini PSSI tak pernah mengumumkan kalau tiket sebuah pertandingan sudah terjual habis, hal mana membuat ratusan dan bahkan ribuan orang terus menyerbu GBK. Saat ekspektasi untuk mendapatkan tiket dibalas dengan tidak profesionalnya manajemen, fans jelas berhak merasa sangat kecewa.

Masih 10 hari sebelum final leg kedua Piala AFF 2010 digelar di GBK. Sungguh luar biasa kalau PSSI belum bisa membenahi sistem penjualan tiket dan kembali mengecewakan suporter yang dengan penuh semangat berniat mendukung tim kebanggaannya meraih prestasi tertinggi.

"Mana mungkin bisa ngadain Piala Dunia kalau urusan tiket aja masih amburadul kayak begini," sindir seorang pengantre tiket.


Sumber: detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar