Selasa, 21 Desember 2010

Kisah Nyata Seorang Pemuda Arab Yang Menimba Ilmu Di Amerika

Ada seorang pemuda arab yang baru saja menyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika. Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya.

Selain belajar, ia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk Islam.

Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampung tersebut. Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja.

Semula ia berkeberatan. Namun karena ia terus mendesak akhirnya pemuda itupun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka. Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghormatan lantas kembali duduk.

Di saat itu si pendeta agak terbelalak ketika melihat kepada para hadirin dan berkata, “Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini.” Pemuda arab itu tidak bergeming dari tempatnya.

Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergeming dari tempatnya. Hingga akhirnya pendeta itu berkata, “Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya.” Barulah pemuda ini beranjak keluar.

Di ambang pintu ia bertanya kepada sang pendeta, “Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang muslim.” Pendeta itu menjawab, “Dari tanda yang terdapat di wajahmu.” Kemudian ia beranjak hendak keluar. Namun sang pendeta ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memojokkan pemuda tersebut dan sekaligus mengokohkan markasnya. Pemuda muslim itupun menerima tantangan debat tersebut.

Sang pendeta berkata, “Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus menjawabnya dengan tepat.”

Si pemuda tersenyum dan berkata, ”Silahkan!”

Sang pendeta pun mulai bertanya,

1. Sebutkan satu yang tiada duanya,
2. dua yang tiada tiganya,
3. tiga yang tiada empatnya,
4. empat yang tiada limanya,
5. lima yang tiada enamnya,
6. enam yang tiada tujuhnya,
7. tujuh yang tiada delapannya,
8. delapan yang tiada sembilannya,
9. sembilan yang tiada sepuluhnya,
10. sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh,
11. sebelas yang tiada dua belasnya,
12. dua belas yang tiada tiga belasnya,
13. tiga belas yang tiada empat belasnya.
14. Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh!
15. Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
16. Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?
17. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya?
18. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!
19. Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?
20. Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yang diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu?
21. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!
22. Pohon apakah yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?”

Mendengar pertanyaan tersebut pemuda itu tersenyum dengan senyuman mengandung keyakinan kepada Allah.

Setelah membaca basmalah ia berkata,
1. Satu yang tiada duanya ialah Allah SWT.
2. Dua yang tiada tiganya ialah malam dan siang. Allah SWT berfirman,
”Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami).” (Al-Isra’: 12).
3. Tiga yang tiada empatnya adalah kekhilafan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali dinding yang hampir roboh.
4. Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur’an.
5. Lima yang tiada enamnya ialah shalat lima waktu.
6. Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah hari ketika Allah SWT menciptakan makhluk.
7. Tujuh yang tiada delapannya ialah langit yang tujuh lapis.
Allah SWT berfirman, “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.” (Al-Mulk: 3).
8. Delapan yang tiada sembilannya ialah malaikat pemikul Arsy ar-Rahman.
Allah SWT berfirman,”Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit.
Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Rabbmu di atas (kepala) mereka.” (Al-Haqah: 17).
9. Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Musa :
tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang dan *
10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah kebaikan.
Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat.” (Al-An’am: 160).
11. Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah saudara-saudara Yusuf .
12. Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah mu’jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah,
“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman,
‘Pukullah batu itu dengan tongkatmu.’ Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air.”(Al-Baqarah:60).
13. Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah saudara Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.
14. Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Shubuh.
Allah SWT berfirman, “Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing.” (At-Takwir: 18).
15. Kuburan yang membawa isinya adalah ikan yang menelan Nabi Yunus AS.
16. Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Yusuf yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya,
“Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala.” Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka,”
tak ada cercaaan terhadap kalian.” Dan ayah mereka Ya’qub berkata,
“Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
17. Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara keledai.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai.” (Luqman: 19).
18. Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapak dan ibu adalah Nabi Adam, malaikat, unta Nabi Shalih dan kambing Nabi Ibrahim.
19. Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim.
Allah SWT berfirman, “Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim.” (Al-Anbiya’: 69).
20. Makhluk yang terbuat dari batu adalah unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).
21. Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah tipu daya
wanita, sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu
sangatlah besar.” (Yusuf: 28).
22. Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun,
setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran
matahari
maknanya: Pohon adalah tahun, ranting adalah bulan, daun adalah hari dan buahnya adalah shalat yang lima waktu, tiga dikerjakan di malam hari dan dua di siang hari.

Pendeta dan para hadirin merasa takjub mendengar jawaban pemuda muslim tersebut. Kemudian ia pamit dan beranjak hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh sang pendeta.

Pemuda ini berkata, “Apakah kunci surga itu?”
Mendengar pertanyaan itu lidah sang pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rona wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekhawatirannya, namun hasilnya nihil.

Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia berusaha mengelak.

Mereka berkata, ”Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab, sementara ia hanya memberimu satu pertanyaan namun anda tidak mampu menjawabnya!”

Pendeta tersebut berkata, ”Sungguh aku mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, namun aku takut kalian marah.

” Mereka menjawab, “Kami akan jamin keselamatan anda.”
Sang pendeta pun berkata, ”Jawabannya ialah: Asyhadu an La Ilaha Illallah wa anna Muhammadar Rasulullah.”

Lantas sang pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu memeluk agama Islam. Sungguh Allah telah menganugerahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.**

* Penulis tidak menyebutkan yang kesembilan (pent.)
** Kisah nyata ini diambil dari Mausu’ah al-Qishash al-Waqi’ah melalui internet, www.gesah.net 

Seorang Sufi dan Ahli Maksiat

Suatu hari, Ibrahim bin Adham didatangi oleh seseorang yang sudah sekian lama hidup dalam kemaksiatan, sering mencuri, selalu menipu, dan tak pernah bosan berzina. Orang ini mengadu kepada Ibrahim bin Adham, "Wahai tuan guru, aku seorang pendosa yang rasanya tak mungkin bisa keluar dari kubangan maksiat. Tapi, tolong ajari aku seandainya ada cara untuk menghentikan semua perbuatan tercela ini?" Ibrahim bin Adham menjawab, "Kalau kamu bisa selalu berpegang pada lima hal ini, niscaya kamu akan terjauhkan dari segala perbuatan dosa dan maksiat.

Pertama, jika kamu masih akan berbuat dosa dan maksiat, maka usahakanlah agar Allah jangan sampai melihat perbuatanmu itu." Orang itu terperangah, "Bagaimana mungkin, Tuan guru, bukankah Allah selalu melihat apa saja yang diperbuat oleh siapapun? Allah pasti tahu walaupun perbuatan itu dilakukan dalam kesendirian, di kamar yang gelap, bahkan di lubang semut pun." Wahai anak muda, kalau yang melihat perbuatan dosa dan maksiatmu itu adalah tetanggamu, kawan dekatmu, atau orang yang kamu hormati, apakah kamu akan meneruskan perbuatanmu? Lalu mengapa terhadap Allah kamu tidak malu, sementara Dia melihat apa yang kamu perbuat?" Orang itu lalu tertunduk dan berkata,"katakanlah yang kedua, Tuan guru!" Kedua, jika kamu masih akan berbuat dosa dan maksiat, maka jangan pernah lagi kamu makan rezeki Allah." Pendosa itu kembali terperangah, "Bagaimana mungkin, Tuan guru, bukankah semua rezeki yang ada di sekeliling manusia adalah dari Allah semata? Bahkan, air liur yang ada di mulut dan tenggorokanku adalah dari Allah jua." Ibrahim bin Adham menjawab, "Wahai anak muda, masih pantaskah kita makan rezeki Allah sementara setiap saat kita melanggar perintahNya dan melakukan laranganNya? Kalau kamu numpang makan kepada seseorang, sementara setiap saat kamu selalu mengecewakannya dan dia melihat perbuatanmu, masihkah kamu punya muka untuk terus makan darinya?" "Sekali-kali tidak! Katakanlah yang ketiga, Tuan guru." Ketiga, kalau kamu masih akan berbuat dosa dan maksiat, janganlah kamu tinggal lagi di bumi Allah." Orang itu tersentak, "Bukankah semua tempat ini adalah milik Allah, Tuan guru? Bahkan, segenap planet, bintang dan langit adalah milikNya juga?" Ibrahim bin Adham menjawab,"Kalau kamu bertamu ke rumah seseorang, numpang makan dari semua miliknya, akankah kamu cukup tebal muka untuk melecehkan aturan-aturan tuan rumah itu sementara dia selalu tahu dan melihat apa yang kamu lakukan?" Orang itu kembali terdiam, air mata menetes perlahan dari kelopak matanya lalu berkata, "Katakanlah yang keempat, Tuan guru." Keempat, jika kamu masih akan berbuat dosa dan maksiat, dan suatu saat malaikat maut datang untuk mencabut nyawamu sebelum kamu bertobat, tolaklah ia dan janganlah mau nyawamu dicabut." Bagaimana mungkin, Tuan guru? Bukankah tak seorang pun mampu menolak datangnya malaikat maut?" Ibrahim bin adham menjawab, "Kalau kamu tahu begitu, mengapa masih jua berbuat dosa dan maksiat? Tidakkah terpikir olehmu, jika suatu saat malaikat maut itu datang justru ketika kamu sedang mencuri, menipu, berzina dan melakukan dosa lainnya?" Air mata menetes semakin deras dari kelopak mata orang tersebut, kemudian ia berkata, "Wahai tuan guru, katakanlah hal yang kelima." Kelima, jika kamu masih akan berbuat dosa, dan tiba-tiba malaikat maut mencabut nyawamu justru ketika sedang melakukan dosa, maka janganlah mau kalau nanti malaikat Malik akan memasukkanmu ke dalam neraka. Mintalah kepadanya kesempatan hidup sekali lagi agar kamu bisa bertobat dan menambal dosa-dosamu itu." Pemuda itupun berkata, "Bagaimana mungkin seseorang bisa minta kesempatan hidup lagi, Tuan guru? Bukankah hidup hanya sekali? Ibrahim bin Adham pun lalu berkata, "Oleh karena hidup hanya sekali anak muda, dan kita tak pernah tahu kapan maut akan menjemput kita, sementara semua yang telah diperbuat pasti akan kita pertanggung jawabkan di akhirat kelak, apakah kita masih akan menyia-nyiakan hidup ini hanya untuk menumpuk dosa dan maksiat?" pemuda itupun langsung pucat, dan dengan surau parau menahan ledakan tangis ia mengiba, "Cukup, Tuan guru, aku tak sanggup lagi mendengarnya." Lalu ia pun beranjak pergi meninggalkan Ibrahim bin Adham. Dan sejak saat itu, orang-orang mengenalnya sebagai seorang ahli ibadah yang jauh dari perbuatan-perbuatan tercela.

Semoga kisah ini menjadi renungan bagi kita bersama dalam menapaki setiap langkah kita selagi hidup di dunia.

Diambil dari : www.fakhrurozy.blogspot.com

Dahsyatnya Sedekah

Dimanakah letak kedahsyatan hamba-hamba Allah yang bersedekah? Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :

Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"

Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).

Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?"

Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).

Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?"

Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).

"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali bertanya para malaikta.

Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat).

Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?"

Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya."

Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.

Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.

Karenanya, tidak usah heran, seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan dahsyat. Sungguh ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.

Apalagi kedahsyatan seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas? Pada suatu hari datang kepada seorang ulama dua orang akhwat yang mengaku baru kembali dari kampung halamannya di kawasan Jawa Tengah. Keduanya kemudian bercerita mengenai sebuah kejadian luar biasa yang dialaminya ketika pulang kampung dengan naik bis antar kota beberapa hari sebelumnya. Di tengah perjalanan bis yang ditumpanginya terkena musibah, bertabrakan dengan dahsyatnya. Seluruh penumpang mengalami luka berat. Bahkan para penumpang yang duduk di kurs-kursi di dekatnya meninggal seketika dengan bersimbah darah. Dari seluruh penumpang tersebut hanya dua orang yang selamat, bahkan tidak terluka sedikit pun. Mereka itu, ya kedua akhwat itulah. Keduanya mengisahkan kejadian tersebut dengan menangis tersedu-sedu penuh syukur.

Mengapa mereka ditakdirkan Allah selamat tidak kurang suatu apa? Menurut pengakuan keduanya, ada dua amalan yang dikerjakan keduanya ketika itu, yakni ketika hendak berangkat mereka sempat bersedekah terlebih dahulu dan selama dalam perjalanan selalu melafazkan zikir.

Sahabat, tidaklah kita ragukan lagi, bahwa inilah sebagian dari fadhilah (keutamaan) bersedekah. Allah pasti menurunkan balasannya disaat-saat sangat dibutuhkan dengan jalan yang tidak pernah disangka-sangka.

Allah Azza wa Jalla adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya. Bahkan kepada kita yang pada hampir setiap desah nafas selalu membangkang terhadap perintah-Nya pada hampir setiap gerak-gerik kita tercermin amalan yang dilarang-Nya, toh Dia tetap saja mengucurkan rahmat-Nya yang tiada terkira.

Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, semuanya akan terpulang kepada kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada dalam genggaman kita dan kerapkali membuat kita lalai dan alpa. Demi Allah, semua ini datangnya dari Allah yang Maha Pemberi Rizki dan Mahakaya. Dititipkan-Nya kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bersedekah dengan sepenuh ke-ikhlas-an semata-mata karena Allah. Kemudian pastilah kita akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun saat menghadap-Nya kelak.

Dari pengalaman kongkrit kedua akhwat ataupun kutipan hadits seperti diuraikan di atas, dengan penuh kayakinan kita dapat menangkap bukti yang dijanjikan Allah SWT dan Rasul-Nya, bahwa sekecil apapun harta yang disedekahkan dengan ikhlas, niscaya akan tampak betapa dahsyat balasan dari-Nya.

Inilah barangkali kenapa Rasulullah menyerukan kepada para sahabatnya yang tengah bersiap pergi menuju medan perang Tabuk, agar mengeluarkan infaq dan sedekah. Apalagi pada saat itu Allah menurunkan ayat tentang sedekah kepada Rasulullah SAW, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir; seratus biji Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui," demikian firman-Nya (QS. Al-Baqarah [2] : 261).

Seruan Rasulullah itu disambut seketika oleh Abdurrahman bin Auf dengan menyerahkan empat ribu dirham seraya berkata, "Ya, Rasulullah. Harta milikku hanya delapan ribu dirham. Empat ribu dirham aku tahan untuk diri dan keluargaku, sedangkan empat ribu dirham lagi aku serahkan di jalan Allah."

"Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan," jawab Rasulullah.

Kemudian datang sahabat lainnya, Usman bin Affan. "Ya, Rasulullah. Saya akan melengkapi peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya," ujarnya.

Adapun Ali bin Abi Thalib ketika itu hanya memiliki empat dirham. Ia pun segera menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari, satu dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam.

Mengapa para sahabat begitu antusias dan spontan menyambut seruan Rasulullah tersebut? Ini tiada lain karena yakin akan balasan yang berlipat ganda sebagaimana telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Medan perang adalah medan pertaruhan antara hidup dan mati. Kendati begitu para sahabat tidak ada yang mendambakan mati syahid di medan perang, karena mereka yakin apapun yang terjadi pasti akan sangat menguntungkan mereka. Sekiranya gugur di tangan musuh, surga Jannatu na’im telah siap menanti para hamba Allah yang selalu siap berjihad fii sabilillaah. Sedangkan andaikata selamat dapat kembali kepada keluarga pun, pastilah dengan membawa kemenangan bagi Islam, agama yang haq!

Lalu, apa kaitannya dengan memenuhi seruan untuk bersedekah? Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala dan pelipat ganda rizki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. Masya Allah!

Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Allah sendiri membuat perbandingan, sebagaimana tersurat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, seperti yang dikemukakan di awal tulisan ini.

Lupa Diri

Ada tiga orang dari Bani Israil yang mempunyai penyakit berbeda. Yang pertama menderita penyakit kusta, yang kedua menderita kebotakan, dan yang ketiga menderita kebutaan. Suatu saat Allah bermaksud menguji mereka, sehingga Dia mengutus seorang malaikat untuk menemui mereka. Pertama kali malaikat ini menemui orang yang terkena penyakit kusta. Malaikat bertanya kepadanya, “Apa yang paling engkau inginkan sekarang?” Penderita kusta menjawab, “Rupa dan kulit yang mulus dan hilangnya sesuatu yang dianggap jijik oleh orang lain dari diriku.” Maka malaikat itu mengusap penderita kusta sehingga warna kulitnya menjadi mulus. Lalu malikat berkata lagi kepada dia, “Kekayaan apa yang paling kamu senangi?” Ia menjawab, “Unta!” Maka malaikat memberikan seekor unta yang sedang bunting dan berkata, “Semoga Allah memberkatimu dengan unta ini!”

Selanjutnya sang malaikat menemui orang botak dan bertanya, “Apa yang paling engkau inginkan sekarang?” Orang botak menjawab, “Rambut yang bagus dan sesuatu yang membuat orang lain mencemoohku ini hilang.” Maka malikat mengusap kepala orang tersebut sehingga hilanglah kebotakannya. Lalu dia pun memberikan rambut yang sangat bagus kepadanya. Malaikat ini bertanya lagi, “Harta apa yang paling engkau senangi?” Orang botak menjawab, “Sapi!” Maka ia diberi seekor sapi sedang yang bunting. Malaikat berkata kepadanya, “Semoga Allah memberkatimu dengan sapi ini!”

Kemudian sang malaikat menemui orang buta. Ia berkata kepadanya, “Apa yang paling engkau inginkan sekarang?” Orang buta ini menjawab, “Dapat melihat!” Maka muka orang buta ini diusap oleh malaikat sehingga ia dapat melihat. Lalu malaikat bertanya kepadanya, “Harta apa yang paling engkau senangi?” Ia menjawab, “kambing!” Maka orang ini diberi seekor kambing yang sedang bunting dan akan segera beranak.

Singkat cerita unta, sapi, dan kambing mereka terus berkembang biak. Sehingga, masing-masing dari tiga orang itu mempunyai satu lembah yang penuh dengan unta, sapi, dan kambing. Suatu saat, malaikat yang pernah menemui mereka datang kembali kepada mereka bertiga. Pertama kali ia menemui orang yang asalnya terserang penyakit kusta-saat ini ia telah menjadi orang yang bermuka tampan dan berkulit mulus. Malaikat ini berkata, “saya ini orang miskin yang sedang kesusahan melanjutkan perjalanan karena untaku kabur. Saat ini tidak ada yang bisa membantuku kecuali Allah dan kamu. Atas nama Dzat yang telah memberi kulit mulus dan harta kepadamu, saya meminta seekor unta untuk dijadikan tunggangan dalam perjalananku.” Orang ini menjawab, “Saya masih punya banyak kewajiban yang harus dipenuhi. Jadi, maaf saja saya tidak bisa memberimu.” Malaikat tersebut berkata, “Rasanya saya mengenal engkau. Bukankah dulu engkau penderita kusta yang dihina oleh orang banyak karena fakir lalu Allah memberi harta kepadamu?” Orang tersebut berkata, “Kata siapa? Kekayaan ini saya dapatkan sebagai warisan dari orang tuaku.” Malaikat ini berkata, “Jika engkau berdusta, Allah akan mengembalikanmu kepada keadaan semula.” Karena ia berdusta maka Allah mengembalikannya kepada keadaan semula, yaitu mengidap kembali kusta.

Selanjutnya malaikat tadi mendatangi orang yang asalnya menderita kebotakkan dan menyampaikan apa yang disampaikan kepada penderita kusta. Namun, orang botak ini pun sama mengaku bahwa kekayaannya didapat dari harta warisan orangtuanya. Ia menolak memberi bantuan. Malaikat berkata, “Jika engkau berdusta, engkau akan dikembalikan oleh Allah kepada keadaan semula.” Dikarenakan di berdusta, Allah mengembalikannya kepada kedaan semula, yaitu botak kembali.

Lalu malaikat menemui orang buta yang saat ini telah dapat melihat. Malikat berkata, “Saya ini seorang manusia miskin yang sedang melakukan perjalanan. Saya kehabisan bekal dan saya mengharap bantuan Allah dan engkau. Atas nama Dzat yang telah mengembalikan penglihatanmu, saya meminta seekor kambing untuk bekal dalam perjalananku.” Orang buta berkata, “Dulu saya buta lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Silahkan ambil kambing yang engkau inginkan. Demi Allah, saya tidak akan mengoretkan sedikit pun apa yang engkau ambil untuk Allah.” Malaikat berkata, “Pegang saja hartamu itu! Sebab, saya hanya menguji kalian. Allah sungguh senang kepadamu dan marah kepada dua rekanmu itu!”

Kisah Hikmah
Kumpulan Kisah dari Kitab-Kitab Imam Al-Ghazali

Islamkah Kita ?

Alkisah, raja Persia yang bernama Tukla, mengunjungi salah satu orang saleh dan berkata, “Kegagalan telah melandaku. Hanya orang miskin yang mendapatkan kekayaan di dunia ini, bila kemuliaan dunia ditinggalkan. Oleh karena itu, kini aku akan habiskan waktuku beribadah agar aku bisa memanfaatkan waktuku yang tersisa bagiku”. Orang saleh yang mendengarkan marah lalu berkata, “Cukup!”. Lalu ia berseru, “Agama bertindak sama dalam memberikan pelayanan kepada manusia; yang pelayanan kepada umat manusia tersebut tidak akan ditemukan dalam tasbih, atau diatas sajadah atau pada pakaian yang compang-camping.

Jadilah seorang raja yang bermoral suci. Berbuatlah dan bukan hanya kata-kata, yang dituntut oleh agama, karena kata-kata tanpa perbuatan adalah kesia-siaan”. Penggalan cerita ini tertulis pada buku berjudul Bustan, salah satu magnus opus-nya Sang penyair besar Persia, Sa’di. Kalu coba kita renungkan, maka pada penggalan tersebut, Sa’di ingin memberikan ‘hikmah’ bahwa : Pertama, agama (dalam artian konsep takdir) bukanlah sebuah upaya justifikasi terhadap gagalnya kita dengan segala upaya kita.

Kita sangat sering terjebak pada determinisme yang berujung pada sikap fatalistik, bahwa Tuhan adalah perantara bagi gagalnya kita dalam melakukan sesuatu. Kita sering menisbahkan kesalahan kita kepada Sang Esa tersebut. Bukan sekedar itu, kita juga sering malahan menyalahkan orang lain atas sesuatu yang menimpa kita. Negara kita saat ini dilanda semacam ‘kemiskinan berjamaah’, tetapi oleh sebahagian orang malahan menyalahkan orang-orang miskin tersebut dengan tuduhan malas dan lain sebagainya. Kita terjebak dengan mem-blaming the victim. Mereka adalah korban dari dosa kolektif kita semua. Kita semua bertanggungjawab terhadap masalah tersebut.

Menanggulangi masalah kemiskinan juga mnembutuhkan tindakan kolektif, karena itu konsep takdir dalam agama Islam tidaklah berada pada kutub determinisme, apalagi terletak pada free will. Kita adalah co-creator Allah didunia ini, ucap terminologi tashawwuf. Kedua, agama Islam bukanlah sarana ‘onani spiritual’ an sich. Dalam agama Islam, bukanlah pendekatan kepada Allah saja yang harus kita lakukan. Kita punya berbagai kerja dari pengejawantahan misi dan visi Islam sebagai agama pembebasan. Agama Islam memberikan tempat yang sama bagi upaya pendekatan kepada Allah dan pendekatan kepada masyarakat. Muhammad Iqbal menuliskan sebuah perbedaan yang mencolok dari seorang mistikus dengan seorang nabi.

Seorang mistikus, katanya, hanya melakukan perjalanan dari dirinya menuju ke Tuhannya semata. Dan puncak perjalanan seorang mistikus adalah ketika ia ‘bertemu’ Tuhannya. Tetapi seorang nabi, melakukan upaya seorang mistikus dalam pendekatan ke Tuhannya dan melakukan upaya pendekatan kepada masyarakatnya. Seorang nabi menawarkan rekayasa budaya, menawarkan rekayasa sosial dan pembentukan paradigma baru bahwa betapa berfikir rasional adalah senjata ampuh dan berfikir irasional adalah kenaifan.

Seorang nabi melakukan siklus kehidupan, yaitu menata spiritual dan intelektual untuk aksi sosial yang kesemuanya dibingkai oleh pandangan dunia tauhid. Ketiga, agama yang membebaskan tidak terletak pada kata-kata, tetapi pada aksi. Kadang teori-teori dan adagium-adagium keagamaan telah menjejal otak kita terlalu banyak sehingga aksi teramat sering kita lupakan. Kita larut mempelajari dan berteori tentang sesuatu, tapi tidak melakukan sesuatu. Untuk hal ini, mungkin kita harus menyepakati Karl Marx yang ‘membenci’ orang yang hanya berfikir tentang hakikat sesuatu, tetapi tidak berusaha untuk melakukan perubahan. Islam adalah penyerahan diri, penyerahan diri adalah keyakinan, keyakinan adalah pembenaran, pembenaran adalah ikrar, ikrar adalah pelaksanaan, dan pelaksanaan adalah amal perbuatan.

Kita harus mulai belajar untuk memisahkan ajaran agama Islam yang rasional dan rasionalisasi ajaran agama Islam oleh manusia. Ada perbedaan signifikan terhadap ajaran agama Islam yang esensial dan membebaskan dengan ajaran agama Islam yang tampak sekarang bahwa seakan-akan tidak membebaskan dan terkurung pada pemahaman sempit yang berangkat dari beda-beda mazhab yang secara malang, hal itu dilakoni dengan fanatik. Dan terciptalah agama yang anti pada keterbukaan dan sarang anti pembebasan. Memotret Indonesia kita, maka memang harus kita akui bahwa ada semacam ‘paradoksal faktual’.

Kita dapat lihat betapa unsur-unsur spiritualitas mengalami eskalasi yang cukup signifikan dengan menjamurnya pengajian-pengajian dan pusat-pusat pengkajian Islam. Hal ini mengingatkan kita pada ramalan John Naissbit bahwa dipenghujung abad 20 akan ada peningkatan perasaan keagamaan. Tetapi juga kita harus melihat secara faktual bahwa terjadi peningkatan kekerasan, terjadi peningkatan kejahatan-kejahatan yang mungkin dapat kita simpulkan bahwa berbanding lurus dengan kenyataan peningkatan spiritualitas. Kita dibanjiri dengan buku-buku yang membawa kita pada dunia spiritualitas tetapi kita juga dibanjiri dengan buku-buku, tabloid-tabloid ataupun koran-koran yang mengantar kita pada dunia pornografis yang rendahan.

Kita belum juga membicarakan dunia cyber. Pertanyaan sekarang adalah Islamkah kita? Atau kita hanya mengaku beragama Islam? Ataukah kita adalah beragama Islam oleh kultur yang terbentuk secara turun-temurun oleh keluarga kita yang secara kebetulan mengecap agama Islam? Ataukah kita adalah Islam yang rasional dengan penangkapan esensi Islam secara tepat? Tentu yang kita harusnya akui adalah yang terakhir, namun sudahkah kita mengetahui Islam esensial yang indah tersebut? Dan setelah kita tahu apa yang harus kita lakukan untuk menembak realitas sekarang menggunakan ‘episteme’ realitas keagamaan Rasulullah di limabelas abad yang lalu tersebut? Tugas kita memang mencari. Mencari Islam esensial untuk menemukan metodologi yang tepat, lalu mencoba melanjutkan misi profetik kenabian untuk melakukan rekayasa sosial untuk mencapai masyarakat madani. Selamat mencari…!

Wallahu a’lam Bishshawab

Nabi Khidir As

Hagiografi Nabi Khidir As.

Dalam Surah al-Kahfi ayat 65, Nabi Khidir as diungkapkan sebagai hamba di antara hamba-hamba Allah yang mendapatkan rahmat dan ilmu langsung dari sisi-Nya.

Allah berfirman,
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. [Surat Al-Kahfi ayat : 65].

Para ahli kitab tafsir menjelaskan “Rahmat dari sisi Allah” sebagai wahyu dan kenabian, sedangkan “Ilmu dari sisi Allah” sebagai ilmu laduni, yakni ilmu di balik peristiwa kasatmata, baik yang telah lalu maupun yang akan terjadi.

Menurut berbagai riwayat, Nabi Khidir adalah seorang nabi yang diutus Allah untuk menyeru kaumnya kepada tauhid dan keimanan terhadap para nabi, rasul dan kitab-kitab mereka. Salah satu tanda kenabian atau mukjizatnya adalah setiap kali ia duduk di atas kayu kering ataupun tanah gersang, maka berubahlah tempat yang didudukinya menjadi hijau royo-royo. Itulah alas an mengapa dia dipanggil dengan sebutan Khidir atau “Yang Hijau”.

Jalaluddin as-Suyuthi dalam tafsir ad-Dur al-Mantsur menukil hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas sebagai berikut :

“Sesungguhnya Khidir disebut Khidir lantaran setiap salat di atas hamparan hamparan kulit putih, maka hamparan itu tiba-tiba berubah menjadi hijau”.

Menurut berbagai riwayat, nama Nabi Khidir yang sebenarnya adalah Talia bin Malik bin Abir bin Arfakhsyad bin Sam (atau Shem) bin Nuh.

Cerita Nabi Khidir dalam a- Kahfi ayat 60 dimulai dengan kata-kata Nabi Musa kepada seorang pemuda bernama Yusya’ bin Nun sebagai berikut :

“Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai di pertemuan dua laut; atau aku berjalan sampai bertahun-tahun”.


Tekad ini muncul lantaran Allah mewahyukan kepada nabi Musa as untuk berguru kepada Khidir as.

Imam Ja’far ash-Shadiq menuturkan bahwa setelah Allah berbicara langsung kepada Nabi Musa, menurunkan Taurat kepadanya dan memberinya berbagai karunia dan mukjizat, sifat kesombongannya yang manusiawi timbul hingga bertuturlah ia :

“Aku tidak melihat ciptaan yang lebih berilmu dari padaku”.

Mendengar ungkapan itu, Allah segera member Jibril perintah berikut :

“Selamatkan hamba-Ku ini sebelum ia hancur, dan katakan kepadanya untuk menemui dan berguru kepada seorang ‘abid yang tinggal di pertemuan dua laut."
Kepada Musa, Allah memberikan dua pertanda untuk menunjukkan tempat tinggal Khidir, yaitu pertemuan dua laut dan hidupnya kembali ikan yang sudah mati. Mengenai pertemuan dua laut ini, riwayat yang dibawa oleh Ibn Babawayh dan al-Qummi menyebutkan bahwa tempat itu berada di sekitar wilayah Suriah dan Palestina, mengingat alur cerita berkaitan dengan orang-orang yang tinggal di Nazaret. Riwayat lain yang dibawa as-Suyuthi menyebutkan bahwa pertemuan dua laut itu berada di Lembah Kura Aras, wilayah dekat Azerbaijan.

Soal ikan, sebagian riwayat menyebutkan bahwa ikan itu sudah digoreng, tapi sebagian besar riwayat menyebutkan bahwa ikan itu belum digoreng tapi sudah digarami. Menurut sejumlah, pertemuan dua laut itu juga merupakan sumber air kehidupan (ma’ al-hayah), sehingga orang yang meneguknya akan kekal abadi dan dan bangkai yang berada di sekitarnya akan hidup kembali.

Al-Qur’an menuturkan bahwa Yusya’ lupa menceritakan peristiwa hidup-kembali dan hilangnya ikan ke laut kepada Nabi Musa, sehingga ketika Nabi Musa merasa lapar dan memintanya untuk menyiapkan makanan, Yusya’ teringat kembali akan peristiwa itu. Yusya’ pun menuturkan peristiwa mencengangkan yang terjadi pada ikan itu. Kepada Yusya’ Nabi Musa mengatakan bahwa itulah tempat yang dituju. Sesampainya di tempat itu, Nabi Musa dan Yusya’ menemukan bongkahan batu besar yang memancarkan air.

Di dekat sumber air itu, Nabi Musa menemukan Nabi Khidir dan berkata kepadanya :
“Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu bias mengajariku hal ikhwal yang telah diajarkan kepadmu secara benar”.

Nabi Khidir menjawab :

“Sesungguhnya kamu tidak akan bersabar mengiringiku. Bagaimana pula kamu sanggup bersabar tentang sesuatu yang belum kamu ketahui”. 

Menghubungkan kesabaran dengan pengetahuan ini sangat relevan, sebab orang memang sering tidak bias bersabar atas sesuatu yang tidak diketahuinya. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata :

“Manusia adalah musuh apa yang tidak diketahuinya”.

Mendengar jawaban tersebut, Musa menegaskan niatnya untuk bersabar dan taat mengikuti perintah Khidir. Selanjutnya, Nabi Khidir meminta Musa untuk tidak bertanya-tanya dan bersabar menunggu keterangan mengenai hal-hal yang akan terjadi sepanjang perjalanan.


Cerita selanjutnya terungkapkan dalam Al-Qur’an surah al-Kahfi ayat 71 hingga 82.

Allah berfirman,
Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar. (Surat Al-Kahfi ayat : 71)

Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku". (Surat Al-Kahfi ayat : 72)

Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku". (Surat Al-Kahfi ayat : 73)

Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, Maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena Dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar".
(Surat Al-Kahfi ayat : 74)

Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?" (Surat Al-Kahfi ayat : 75)

Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, Maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku". (Surat Al-Kahfi ayat : 76)

"Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, Maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu". (Surat Al-Kahfi ayat : 77)

"Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya." (Surat Al-Kahfi ayat : 78)

"Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera."(Surat Al-Kahfi ayat : 79)

"Dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran"(Surat Al-Kahfi ayat : 80)

"Dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya)." (Surat Al-Kahfi ayat : 81)

"Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya". (Surat Al-Kahfi ayat : 82)

Ayat-ayat di atas mengisahkan perbedaan sudut pandang Nabi Khidir yang telah disingkapkan kepadanya alam gaib dan Nabi Musa yang hanya melihat secara indrawi. Kisah ini secara sederhana ingin mengemukakan sedikitnya tiga hal : pertama, alam eksistensi terdiri dari aspek yang tampak (syahadah) dan aspek tak tampak (ghaib); kedua, dua aspek ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi; dan ketiga, pengetahuan seseorang tentang aspek gaib pasti akan mempengaruhi perilakunya di alam nyata. Oleh karena itu, makin luas ilmu gaib yang diberikan Allah pada seseorang, makin berbeda pula perilaku orang itu di alam indrawi. Begitulah pengandaian Nabi Muhammad yang terekam dalam surah al-A’raf ayat 188 :

Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya.

Sunan Giri



Tanggal dan Tempat Lahir
Sunan Giri adalah nama salah seorang Wali Songo dan pendiri kerajaan Giri Kedaton, yang berkedudukan di daerah Gresik, Jawa Timur. Ia lahir di Blambangan (Sekarang Banyuwangi) 9 Juni 1442 Masehi.


Nama dan Gelar
Sunan Giri memiliki beberapa nama panggilan, yaitu
1. Raden Paku,
2. Prabu Satmata,
3. Sultan Abdul Faqih,
4. Raden 'Ainul Yaqin
5. Joko Samudra.
6. Sultan Giri Kedathon.


Ayah Sunan Giri
Sunan Giri adalah anak Maulana Ishaq, seorang mubaligh yang datang dari Asia Tengah. Maulana Ishaq diceritakan menikah dengan Dewi Sekardadu, yaitu putri dari Raja Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir kekuasaan Majapahit.


Nasab Sunan Giri
Sunan Giri bin Maulana Ishaq bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah.


Masa Kecil Sunan Giri
Sunan Giri merupakan buah pernikahan dari Maulana Ishaq, seorang mubaligh Islam dari Asia Tengah, dengan Dewi Sekardadu, putri Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit. Namun kelahirannya dianggap telah membawa kutukan berupa wabah penyakit di wilayah tersebut. Dipaksa untuk membuang anaknya, Dewi Sekardadu menghanyutkannya ke laut.

Kemudian, bayi tersebut ditemukan oleh sekelompok awak kapal (pelaut) dan dibawa ke Gresik. Di Gresik, dia diadopsi oleh seorang saudagar perempuan pemilik kapal, Nyai Gede Pinatih. Karena ditemukan di laut, dia menamakan bayi tersebut Joko Samudra.

Ketika sudah cukup dewasa, Joko Samudra dibawa ibunya ke Surabaya untuk belajar agama kepada Sunan Ampel. Tak berapa lama setelah mengajarnya, Sunan Ampel mengetahui identitas sebenarnya dari murid kesayangannya itu. Kemudian, Sunan Ampel mengirimnya dan Makdhum Ibrahim (Sunan Bonang), untuk mendalami ajaran Islam di Pasai. Mereka diterima oleh Maulana Ishaq yang tak lain adalah ayah Joko Samudra. Di sinilah, Joko Samudra, yang ternyata bernama Raden Paku, mengetahui asal-muasal dan alasan mengapa dia dulu dibuang.


Istri dan Anak Sunan Giri:
Sunan Giri menikah dengan Dewi Murtasiyah binti Sunan Ampel, berputera :
1. Sayyid Ali Zainal Abidin alias Alias Ali Sumodiro alias Raden Dalem alias Sunan Dalem alias Sunan Giri II.
2. Sayyid Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen).
3. Sayyid Abdullah alias Jayengresmi alias Syekh Amongraga alias Sunan Kidul, menikah dengan Tambangraras, putri Ki Panurta. Jayengresmi memiliki karya yaitu Suluk Serat Centhini.
4. Sayyid Ibrahim alias Jayengsari,
5. Sayyid Hasan alias Rancangkapti.
6. Sayyid Husain alias Darmakusuma


Karya Sunan Giri:
1. Gending Asmaradhana
2. Gending Pucung
3. Permainan Jelungan
4. Permainan Jamuran
5. Permainan Gendi Gerit
6. Permainan Jor,
7. Permainan Gula Ganti
8. Lagu Cublak-Cublak Suweng
9. Lagu Lir-ilir
10.Lagu Tembang Dolanan Bocah


Cara Dakwah Sunan Giri

Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau lebih dikenal dengan Raden 'Ainul Yaqin kembali ke Jawa. Ia kemudian mendirikan sebuah pesantren giri di sebuah perbukitan di desa Sidomukti, Kebomas. Dalam bahasa Jawa, giri berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.

Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa, bahkan pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Pengaruh Giri terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang disebut Giri Kedaton, yang menguasai Gresik dan sekitarnya selama beberapa generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh Sultan Agung.


Makam Sunan Giri
Beliau dimakamkan di desa Giri, Kebomas, Gresik.

 

Biografi Sunan Giri
























Sunan Giri atau yang mempunyai nama lain Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin dan Joko Samudra adalah nama salah seorang Wali Songo yang berkedudukan di desa Giri, Kebomas, Gresik, Jawa Timur. Ia lahir di Blambangan (Banyuwangi) pada tahun Saka Candra Sengkala “Jalmo orek werdaning ratu” (1365 Saka). dan wafat pada tahun Saka Candra Sengkala “Sayu Sirno Sucining Sukmo” (1428 Saka) di desa Giri, Kebomas, Gresik.


Sunan Giri juga merupakan keturunan Rasulullah SAW; yaitu melalui jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far Ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad Al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali' Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan), Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar), Maulana Ishaq, dan 'Ainul Yaqin (Sunan Giri). Umumnya pendapat tersebut adalah berdasarkan riwayat pesantren-pesantren Jawa Timur, dan catatan nasab Sa'adah BaAlawi Hadramaut.

Sunan Giri merupakan buah pernikahan dari Maulana Ishaq, seorang mubaligh Islam dari Asia Tengah, dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit. Namun kelahiran Sunan Giri ini dianggap rakyat Blambangan sebagai pembawa kutukan berupa wabah penyakit di kerajaan Blambangan. Kelahiran Sunan Giri disambut Prabu Menak Sembuyu dengan membuatkan peti terbuat dari besi untuk tempat bayi dan memerintahkan kepada para pengawal kerajaan untuk menghanyutkannya ke laut.

Berita itupun tak lama terdengar oleh Dewi Sekardaru. Dewi Sekardadu berlari mengejar bayi yang barusaja dilahirkannya. Siang dan malam menyusuri pantai dengan tidak memikirkan lagi akan nasib dirinya. Dewi Sekardadupun meninggal dalam pencariannya.

Peti besi berisi bayi itu terombang-ambing ombak laut terbawa hinga ke tengah laut. Peti itu bercahaya berkilauan laksana kapal kecil di tengah laut. Tak ayal cahaya itu terlihat oleh sekelompok awak kapal (pelaut) yang hendak berdagang ke pulau Bali. Awak kapal itu kemudian menghampiri, mengambil dan membukanya peti yang bersinar itu. Awak kapal terkejut setelah tahu bahwa isi dari peti itu adalah bayi laki-laki yang molek dan bercahaya. Awak kapalpun memutar haluan kembali pulang ke Gresik untuk memberikan temuannya itu kepada Nyai Gede Pinatih seorang saudagar perempuan di Gresik sebagai pemilik kapal. Nyai Gede Pinatih keheranan dan sangat menyukai bayi itu dan mengangkanya sebagai anak dengan memberikan nama Joko Samudra.
Saat mulai remaja diusianya yang 12 tahun, Joko Samudra dibawa ibunya ke Surabaya untuk berguru ilmu agama kepada Raden Rahmat (Sunan Ampel) atas permintaannya sendiri. Tak berapa lama setelah mengajarnya, Sunan Ampel mengetahui identitas sebenarnya dari murid kesayangannya itu. Sunan Ampel mengirimnya beserta Makdhum Ibrahim (Sunan Bonang), untuk mendalami ajaran Islam di Pasai sebelum menunaikan keinginannya untuk melaksanakan ibadah Haji. Mereka diterima oleh Maulana Ishaq yang tak lain adalah ayahnya sendiri. Di sinilah, Joko Samudra mengetahui cerita mengenai jalan hidup masa kecilnya.

Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau lebih dikenal dengan Raden 'Ainul Yaqin diperintahkan gurunya yang tak lain adalah ayahnya sendiri itu untuk kembali ke Jawa untuk mengembangkan ajaran islam di tanah Jawa. Dengan berbekal segumpal tanah yang diberikan oleh ayahandanya sebagai contoh tempat yang diinginkannya, Raden ‘Ainul Yaqin berkelana untuk mencari dimana letak tanah yang sama dengan tanah yang diberikan oleh ayahanya. Dengan bertafakkur dan meminta pertolongan serta petunjuk dari Allah SWT. maka petunjuk itupun datang dengan adanya bukit yang bercahaya. Maka didatangilah bukit itu dan di lihat kesamaanya dan ternyata memang benar-benar sama dengan tanah yang diberikan oleh ayahnya. Perbukitan itulah yang kemudian ditempati untuk mendirikan sebuah pesantren Giri di sebuah perbukitan di desa Sidomukti, Kebomas, Gresik pada tahun Saka nuju tahun Jawi Sinong milir (1403 Saka). Pesantren ini merupakan pondok pesantren pertama yang ada di kota Gresik. Dalam bahasa Jawa, giri berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.

Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa, bahkan pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sumbawa, Sumba, Flores, Ternate, Sulawesi dan Maluku. Karena pengaruhnya yang luas saat itu Raden Paku mendapat julukan sebagai Raja dari Bukit Giri. Pengaruh pesantren Giri terus berkembang sampai menjadi kerajaan yang disebut Giri. Kerajaan Giri Kedaton menguasai daerah Gresik dan sekitarnya selama beberapa generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh Sultan Agung.

Terdapat beberapa karya seni tradisonal. Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan Sunan Giri, di antaranya adalah permainan-permainan anak seperti Jelungan, Jor, Gula-gantiLir-ilir dan Cublak Suweng; serta beberapa gending (lagu instrumental Jawa) seperti Asmaradana dan Pucung.


























Sunan Giri lahir di Blambangan, pada tahun 1442. Ayahnya bernama Maulana Ishak, saudara kandung dari Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri memiliki beberapa nama: Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden Ainul Yaqin dan Jaka Samudra.

Ketika kecil, Sunan Giri berguru pada Sunan Ampel, dan berkenalan dengan Sunan Bonang, yang kemudian bersama-sama pergi belajar ke tanah Arab. Setelah kembali ke Jawa, dia mendirikan pondok pesantren di daerah perbukitan desa Sidomukti, Gresik. Nama giri berasal dari bahasa Jawa, yang berarti gunung.

Beberapa karya seni yang sering dihubungkan dengan Sunan Giri antara lain: permainan anak tradisional jawa seperti Jelungan, Lir-ilir dan Cublak Suweng. Kemudian juga gending Asmaradana dan Pucung, seringkali dihubungkan dengan Sunan Giri.

Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya--seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi Meinsma).

Ayahnya adalah Mau lana Ishak, saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai.

Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit adalah "giri". Maka ia dijuluki Sunan Giri.

Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Raja Majapahit --konon karena khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan-- memberi keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka pesantren itupun berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Sebagai pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata.

Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa waktu itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.

Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah seorang penerusnya, Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih menentang kolusi VOC dan Amangkurat II pada Abad 18.
Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara.

Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau. Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fiqih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pencipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung -lagi bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.

Sewaktu Sunan Ampel masih hidup, di Gresik ada pula seorang penganjur agama yang terkenal, namanya Raden Paku, disebut juga sebagai Prabu Satmata, atau Sultan Abdul Fakih, beliau adalah putera Maulana Ishak dari Blambangan (di Jawa Timur). Maulana Ishak dikatakan dari Blambangan, oleh karena beliau ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk menyebarkan agama Islam di daerah Blambangan yang pada masa itu masih kuat memeluk agama Hindu dan Budha.

Berhubung ayahnya ke pasai dan tidak kembali lagi ke tanah Jawa maka Raden Paku kemudian diambil sebagai putera angkat oleh salah seorang wanita kaya, Nyi Gede Maloka namanya.
Kalau di babad tanah jawa, disebut Nyai Ageng Tandes atau Nyai Ageng saja.

Sesudah beliau besar disekolahkannya ke Ampel untuk berguru kepada Raden Rahmat (Sunan Ampel). Di sana Raden Paku bertemu dengan Maulana Makdum Ibrahim, putera-putera Sunan Ampel yang kemudian bergelar Sunan Bonang.

Kemudian bersama-sama dengan Maulana Makdum Ibrahim, Raden Paku oleh Sunan Ampel di suruh pergi haji ke Tanah Suci, sampai memperdalam ilmunya. Tetapi mereka sebelum sampai di tanah suci singgah terlebih dahulu di Pasai (Aceh), untuk menuntut ilmu kepada para ulama disana.

Adapun yang di maksud ilmu di sini, adalah ilmu ke Tuhanan menurut ajaran tasawuf. Konon kabarnya memang banyak ulama-ulama keturunan India dan Persia yang membuka pengajian di pasai di waktu itu. Bahkan banyak pula ulama-ulama dari Malaka juga kadang-kadang datang bertanya tentang sesuatu masalah ke Pasai.

Sesudah kedua tunas muda itu selesai menuntut pelajaran di sana, merekapun kembalilah ke tanah Jawa. Raden Paku berhasil mendapat "Ilmu Laduni", sehingga gurunya di pasai memberinya nama "Ainul Yaqin".

Raden Paku sekembalinya di tanah Jawa mengajarkan agama Islam menurut bakatnya. Raden paku atau Syekh Ainul Yaqin mengadakan tempat berkumpul yang boleh disebut pondok pesantrennya di Giri. Dimana murid-muridnya terdiri pada orang-orang kecil (rakyat jelata).

Sungguh amat besar jasa Sunan Giri semasa hidupnya, karena beliaulah yang mengirimkan utusan (mission secree) keluar Jawa. Mereka terdiri dari pelajar, saudagar, nelayan. Mereka dikirim oleh Sunan Giri ke pulau Madura. Juga ke Bawean dan Kangean, bahkan sampai ke Ternate dan Haruku di kepulauan Maluku. Amat besar pengaruh Sunan Giri terhadap jalannya roda pemerintahan di kerajaan Islam Demak, sehingga sesuatu soal yang penting senantiasa menantikan sikap dan keputusan yang diambil oleh Sunan Giri. Oleh para wali lainnya, beliau dihormati serta disegani.

Pada waktu dahulu Giri adalah menjadi sumber ilmu keagamaan, dan termasyhur diseluruh tanah Jawa dan sekelilingnya. Dari segala penjuru, baik dari kalangan atas maupun kalangan bawah banyak yang pergi ke Giri untuk berguru kepada Sunan Giri. Beliaulah kabarnya yang menciptakan gending Asmaradana dan Pucung.

Daerah penyiarannya sampai ke Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Madura, menurut setengah riwayat, Sunan Giri-lah yang menghukum sesat terhadap diri Syekh Siti Jenar, karena mengajarkan ilmu yang berbahaya pada rakyat. Sunan Giri adalah terhitung seorang ahli pendidik (pedagang) yang berjiwa demokratis. Beliau mendidik anak-anak dengan jalan membuat bermacam-macam permainan yang berjiwa agama. Seperti misalnya : jelungan, jamuran, gendi gerit, jor, gula ganti, cublak-cublak suweng, ilir-ilir dan sebagainya.

Diantara permainan kanak-kanak hasil ciptaan/gubahannya adalah rupa "jitungan" atau "jelungan". Adapun caranya adalah begini :
Anak-anak banyak, satu diantaranya menjadi "pemburu", lain-lainnya jadi "buruan" mereka ini akan 'selamat' atau 'bebas' dari terkaman ‘pemburunya', apabila telah berpegangan pada 'jitungan', yaitu satu pohon, tiang atau tonggak yang telah ditentukan terlebih dahulu.

Permainan dimaksudkan untuk mendidik pengertian tentang keselamatan hidup, yaitu : bahwa apabila sudah berpegangan kepada agama yang berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa sajalah, maka manusia (buruan) itu akan selamat dari terkaman iblis (pemburunya).

Di samping itu diajarkannya pula nyanyian-nyanyian untuk kanak-kanak yang bersifat paedagogis serta berjiwa agama, Di antaranya adalah berupa 'tembung dolanan bocah' (lagu permainan anak-anak), yang berbunyi sebagai berikut :

"Padang-padang bulan,
ayo gage da dolanan,
dolanane naning latar,
ngalap padang gilar-gilar,
nundang bagog hangatikar".

Yang dalam bahasa Indonesianya kira-kira begini :

"Terang-terang bulan,
marilah lekas bermain, bermain dihalaman,
mengambil manfaat dari terang benderang,
mengusir gelap yang lari terbirit-birit".

Adapun maksud dari tembang tersebut di atas itu adalah : Agama Islam (bulan) telah datang memberi penerangan hidup, maka marilah segera orang menuntut penghidupan (dolanan, bermain) di bumi ini (latar, halaman) akan mengambil manfaat ilmu agama Islam (padang, gilar-gilar, terang benderang) itu, agar sesat kebodohan diri (begog, gelap) segera terusir.

Disamping itu terkenal pula tembang buat kanak-kanak yang bernama "Ilir-ilir" yang isinya mengandung filsafat serta berjiwa agama. Bunyi selengkapnya adalah demikian.

"Lir-ilir, lir ilir,
tandure wing angilir,
sing ijo royo-royo,
tak sengguh kemanten anyar.
cah angon, cah angon,
penekno blimbing kuwi,
lunyu-lunyu penekno kanggo masuh dodotiro.
dodotiro-dodotiro,
kumitir bedah ing pinggir,
dondomana jrumatana,
kanggo sebo mengko sore,
mumpung gede rembulane,
mumpung jembar kalangane,
ndak sorak hore."

Adapun maksudnya adalah demikian : sang bayi yang baru lahir di dalam dunia ini masih suci bersih, murni, sehingga ibarat seperti penganten baru, siapa saja ingin memandangnya, "bocah angon" (pengembala) itu diumpamakan santri, mualim, artinya orang yang menjalankan syariat agama. Sedangkan "blimbing" diibaratkan blimbing itu mempunyai/terdiri dari lima belahannya, maksudnya untuk menjalankan sembahyang lima waktu. Meskipun "lunyu-lunyu" (licin). Tolong panjatkan juga, kendatipun sembahyang itu susah, namun kerjakanlah, buat membasuh "dodotira-dodotira, kumitir bedah ing pinggir" maksudnya kendatipun sholat itu susah, tetapi kerjakan guna membasuh hati dan jiwa kita yang kotor ini.

"Dondomono, jrumatana, kanggo sebo mengko sore, dan surak-surak sore". Maksudnya " bahwa orang hidup di dalam dunia ini senantiasa condong kearah berbuat dosa segan mengerjakan yang baik dan benar serta utama, sehingga dengan menjalankan sholat itu diharapkan besuk dikelak kemudian dapat kita buat sebagai bekal kita dalam menghadap kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, bekal itu adalah beramal saleh. Itulah diantara lain buah ciptaan Sunan Giri. Mengenai tembang (lagu) ilir-ilir ini ada pula yang berpendapat, bahwa itu adalah ciptaan Sunan Kalijaga. Akan tetapi mengingat bahwa diantara wali sanga, Sunan Giri yang terkenal sebagai seorang pendidik yang gemar menciptakan lagu-lagu kanak-kanak maka besar dugaan kita bahwa lagu tersebut adalah ciptaan beliau juga. Jika tidak, yang pasti adalah bahwa tembang tersebut adalah ciptaan pada jaman wali. Apakah benar ciptaan Sunan Kalijaga atau gubahan bersama dengan Sunan Giri, itu adalah soal secundair.

Sesudah beliau wafat, kemudian dimakamkan di atas bukit Giri (Gresik). Setelah Sunan Giri meninggal dunia, berturut-turut digantikan oleh Sunan Delem, Sunan Sedam Margi, Sunan Prapen.

Tatkala Sunan Prapen pada tahun 1597 M, wafat beliau digantikan Sunan Kawis Guna, kemudian setelah Sunan Guwa wafat diganti oleh Panembahan Agung. Pada tahun 1638 M Panembahan Agung Giri diganti oleh Panembahan Mas Witana Sideng Rana, beliau wafat pada tahun 1660 M. Kemudian atas perintah Sunan Amangkurat I, Pangeran Puspa Ira (Singonegoro) ditempatkan di Giri. Mulai saat Sunan Amangkurat II memegang kendali pemerintahan, Giri maupun Gresik mengalami perubahan yang tidak sedikit. Akibat daripada serangan Amangkurat II yang dibantu oleh kompeni akhirnya pada tanggal 27 April 1680 jatuhlah kekuasaan Pengeran Giri ke tangan Amangkurat II.

Semenjak itu Giri cahayanya mulai pudar, hanya tinggal kenang-kenangan dalam sejarah kebangunan Islam di tanah Jawa.

Ahmad Dhani = Yahudi?

Apabila ditelusuri lebih mendalam ternyata SEMUA Album Dewa mengandung simbol-simbol Yahudi. Siapakah sebenarnya Dewa dan Ahmad Dhani?


1. Album DEWA 19 (1992)
Di cover depannya ada gambar piramid yang atasnya disamarkan, tapi jika diperbesar akan tampak ada sesuatu di puncaknya. Ini mirip dengan lambang gerakan rahasia Zionisme (Iluminati). Bandingkan dengan gambar piramid Yahudi yang terdapat dalam lembaran One Dollar AS.

Album DEWA 19 (1992)
Album DEWA 19 (1992)

Gambar Pyramid pada Uang 1 Dollar Amerika
Gambar Pyramid pada Uang 1 Dollar Amerika
The pyramid represents the strength and stability of the Government. The date of the nation’s birth, “1776,” is inscribed in Roman numerals at the pyramid’s base.
The eye, called the eye of providence, depicts the watchful eye of God. The light all around the eye shows His Glory.

Watchful Eye of God
Watchful Eye of God

Two Latin mottos appear on the back of the seal. The upper motto, Annuit coeptis, means He (God) has favored our undertakings. The lower motto, Novus ordo seclorum, means the new order of the ages, referring to the founding of America’s unique system of self-government.

2. Album TERBAIK-TERBAIK (1995)
Terpampang simbol Dewa RA (Dewa Matahari Dalam Mitologi Mesir Kuno). Dewa Ra diklaim Yahudi sebagai salah satu dewa mereka. Di Sinagog lambang ini lazim dipajang. Selain itu, dalam album yang sama ada pula gambar satu halaman Protocol of Zions dalam bahasa Ibrani.

Album TERBAIK-TERBAIK (1995)
Album TERBAIK-TERBAIK (1995)

Ridwan Saidi (pakar Zionisme) yang menguasai bahasa Ibrani menegaskan, “Ini jelas diambil dari satu gambar Protocol of Zions, karena diatas lembaran itu ada judul dan logo. Ini tidak ada dalam Taurat ataupun Talmud”.

Cover Album Terbaik-Terbaik Dewa 19
Cover Album Terbaik-Terbaik Dewa 19

Lalu ada simbol lingkaran dengan titik di tengahnya, dimana personil Dewa berdiri dibawahnya. Simbol ini lazim dikenal sebagai simbol Mata Setan yang menguasai dunia (evil eye), sebuah simbol Yahudi. Di bagian lain dalam album yang sama, simbol mata setan juga dimuat.


3. Album The Best of Dewa 19 (1999)
Di pinggiran disc-nya terdapat simbol panah dan garis lurus yang saling memotong seperti salib. Lambang garis tersebut sebenarnya sinar yang saling memotong. Ini salah satu simbol dari gerakan Freemansonry Lambang sinar yang saling memotong ini secara “kreatif” juga terdapat dalam cover kaset bagian dalam dan depan secara keseluruhan.

Album The Best of Dewa 19 (1999)
Album The Best of Dewa 19 (1999)


4. Album Bintang Lima (2000)
Gambar sayap lazim dipakai sebagai salah satu simbol gerakan perkumpulan Theosofie Yahudi.

Album Bintang Lima (2000)
Album Bintang Lima (2000)


5. Album Cintailah Cinta (2002)
Cover depan album Dewa ini memuat secara mencolok simbol Eye of Horus. Horus adalah Dewa Burung dalam mitologi Mesir Kuno. Sama seperti Dewa Ra, Yahudi juga mengklaim Horus merupakan salah satu dewa mereka. Di cover dalam juga terdapat simbol yang sekilas mirip mata, tapi sebenarnya merupakan contekan habis salah satu simbol yang terdapat dalam buku The Secret Language of Symbol yang disarikan dari kitab Yahudi, Taurat. Simbol ini biasa disebut Femina Geni. Masih dalam album ini, juga terdapat beberapa simbol-simbol mata, yang merupakan salah satu simbol Gerakan Freemasonry.

Album Cintailah Cinta (2002)
Album Cintailah Cinta (2002)


6. Album Atas Nama Cinta I & II (2004)
Lambang sayap yang merupakan lambang resmi Dewa dimuat dalam album live ini dengan latar belakang hitam kelam.

Album Atas Nama Cinta I & II (2004)
Album Atas Nama Cinta I & II (2004)


7. Album Laskar Cinta (2005)
Inilah album ketujuh Dewa yang akhirnya menjadi batu sandungan dan membuka selubung semua album-album Dewa sebelumnya yang sarat dengan kampanye simbol dan lambang Yahudi. Selain lambang Allah yang dimuat tidak sebagaimana mestinya, tipologi huruf “Laskar Cinta” pun mengambil dari pola huruf Ibrani.
“Pola huruf tulisan Laskar Cinta diambil dari pola huruf Ibrani,” ujar Ridwan Saidi seraya membuka kitab Taurat berbhs Ibrani asli dari Israel.
Dibawah lagu berjudul “Satu” (album Laskar Cinta), berisi ajaran sesat yang mengatakan ada kesatuan wujud antara Sang Khaliq dengan mahluk-Nya. Dalam bahasa Syekh Siti Jenar atau Al Hallaj, paham ini disebut “Manunggal ing kawulo Gusti”. Parahnya, ini seakan dibenarkan sendiri oleh Ahmad Dhani dengan menulis di bawah lirik lagu tersebut dalam cover versi kaset, “THANKS TO: AL-HALLAZ”.

Album Laskar Cinta (2005)
Album Laskar Cinta (2005)

Dalam album yang sama versi CD, di bawah lirik lagu “Satu”, ditulis Ahmad Dhani, “THANKS TO: SYEKH LEMAH ABANG”, yang tak lain adalah nama lain dari Syekh Siti Jenar.


Siapakah Ahmad Dhani?

Di Album tertulis: DHANI THANKS TO:…. JAN PIETER FREDERICH KOHLER (THANKS FOR THE GEN). Dhani berterima kasih kepada: Jan Pieter Frederich Kohler (Terima kasih atas darah keturunannya).
“Merunut dari silsilah keluarga, Jan Pieter Frederich Kohler adalah kakek Dhani (dari pihak Ibu) yang berkebangsaan Jerman. “Kohler” adalah nama keluarga, sejenis marga. Jadi jelaslah, Dhani punya kebanggaan akan darah darah keturunannya itu,” ujar pengamat Zionisme H. Ridwan Saidi.
Bisa jadi, sebab itulah dalam berbagai kesempatan show-termasuk ketika manggung di Trans TV yang menginjak-injak karpet dengan motif logo Allah yang kontroversial itu, Dhani Dewa mengenakan kalung Bintang David, simbol Zionis-Israel.
Bermula dari kasus kontroversial logo Allah, terkuaklah misteri dibalik (Dhani) Dewa. Dalam album-album Dewa, bertebaran gambar dan simbol-simbol Yahudi.
“Ada apa ini? Dalam album-album selanjutnya Dewa juga banyak memuat logo dan simbol-simbol Zionis. Ini harus dilacak, ada apa di belakang Dewa?” papar Ridwan Saidi. “Saya sebagai orang yang telah lama mempelajari Zionisme berani menyatakan jika ini merupakan usaha penyebaran simbol-simbol Yahudi terbesar sepanjang sejarah Indonesia!” tandas Ridwan.
wallahu’alam…

Majalah Saksi Edisi Mei 2005

Gerakan Freemasonry Yahudi di Indonesia

Lambang Freemasonry atau Vrijmetselarij.

Freemasonry (bahasa Inggris) atau Vrijmetselarij (bahasa Belanda) adalah sebuah organisasi persaudaraan internasional. Freemasonry pada zaman modern dimulai dengan berdirinya Grand Lodge di London, Inggris pada tahun 1717. Sebagian peneliti Barat berkeyakinan bahwa Freemasonry sebenarnya sudah didirikan di Skotlandia pada abad ke-14, saat Ksatria Templar ditumpas oleh Raja Perancis Philipe le Bel dan Paus Klemens V.

Di Skotlandia, Templar ini menyusup ke dalam Serikat Tukang Batu (Mason) dan menguasai gilda-gilda serikat pekerjanya (Loji). Mereka kemudian memproklamirkan diri sebagai Freemasonry, sebuah istilah yang sebenarnya nama lain dari perkumpulan Kabbalah Yahudi-Talmud.
Dari Eropa, Freemasonry yang terbagi dalam dua kelompok besar (Ritus Skotlandia dan Ritus York) menyebar ke seluruh dunia termasuk ke Hindia Belanda.


Maskapai perdagangan Hindia Belanda, VOC, merupakan maskapai perdagangan terbesar dunia kala itu dan dimiliki oleh Freemasonry. Nona Helena Blavatsky dan Kolonel Henry Steel Olcott tercatat sebagai orang-orang yang membawa gerakan mistik ini ke Nusantara.
Organisasi ini mengklaim di seluruh dunia mereka memiliki anggota sebanyak 5 juta jiwa. Beberapa gereja Eropa melarang umatnya menjadi anggota gerakan ini.



Freemasonry di Indonesia

Loji Freemason tertua di Weltevreden (kini kecamatan Gambir, Jakarta Pusat) di sekitar tahun 1885
 
Pertemuan Freemason Belanda dan pribumi di masa Hindia Belanda
 
Di Hindia-Belanda dahulu, rumah pertemuan kaum Vrijmetselarij, dalam bahasa Belanda Loge atau Loji dalam bahasa Indonesia seringkali disebut sebagai "rumah setan". Sejak zaman presiden Soekarno, gerakan ini dilarang di Indonesia. Februari 1961, lewat Lembaran Negara nomor 18/1961, Presiden Soekarno membubarkan dan melarang keberadaan Freemasonry di Indonesia. Lembaran Negara ini kemudian dikuatkan oleh Keppres Nomor 264 tahun 1962 yang membubarkan dan melarang Freemasonry dan segala “derivat”nya seperti Rosikrusian, Moral Re-armament, Lions Club, Rotary, dan Baha’isme. Sejak itu, loji-loji mereka disita oleh negara.

Namun 38 tahun kemudian, Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Keppres nomor 264/1962 tersebut dengan mengeluarkan Keppres nomor 69 tahun 2000 tanggal 23 Mei 2000. Sejak itulah, keberadaan kelompok-kelompok Yahudi seperti Organisasi Liga Demokrasi, Rotary, Divine Life Society, Vrijmetselaren-Loge (Loge Agung Indonesia) atau Freemasonry Indonesia, Moral Rearmament Movement, Ancient Mystical Organization Of Rosi Crucians (AMORC) dan Organisasi Baha’i menjadi resmi dan sah kembali di Indonesia.

Loji-loji Freemasonry ternama di Nusantara tersebar di hampir semua wilayah di Indonesia seperti di Aceh, Medan, Padang, Palembang, Jawa, Surabaya, Sulawesi, dan sebagainya.
Salah satu yang paling terkenal adalah Adhuc Stat alias Loji Bintang Timur yang terletak di Menteng, Jakarta Pusat, yang kini dipakai sebagai Gedung Bappenas. Dulu, gedung ini dikenal masyarakat luas sebagai Gedung Setan, karena sering dipakai sebagai tempat pemanggilan arwah orang mati oleh para angota Mason.

Dr. T.H. Stevens, seorang sejarawan Belanda, dalam bukunya berjudul "Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962", yang edisi bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Sinar Harapan dalam jumlah yang sangat terbatas, banyak memaparkan tentang gerakan dan tokoh-tokoh Freemasonry di Indonesia. Tokoh-tokoh Mason Indonesia menurut buku tersebut —yang dilengkapi foto-foto ekslusif sebagai buktinya— banyak menyangkut nama-nama terkenal seperti Sultan Hamengkubuwono VIII, RAS. Soemitro Kolopaking Poerbonegoro, Paku Alam VIII, RMAA. Tjokroadikoesoemo, dr. Radjiman Wedyodiningrat, dan banyak pengurus organisasi Boedhi Oetomo.
Freemasonry secara bahasa terdiri dari dua kata, Free dan Mason. Free artinya merdeka dan mason artinya tukang bangunan. Dengan demikian Freemasonry secara etimologis berarti "tukang-tukang bangunan yang merdeka".

Secara hakikat, Freemasonry atau Al-Masuniyyah (dalam bahasa Arab) adalah sebuah organisasi Yahudi Internasional bawah tanah yang tidak ada hubungannya dengan tukang-tukang bangunan yang terdapat pada abad pertengahan.

Freemasonry di atas juga tidak ada hubungannya dengan kegiatan pembangunan kapal atau katedral besar seperti yang banyak diduga oleh sebagian orang. Tetapi maksud Freemasonry di sini adalah tidak terikat dengan ikatan pihak manapun kecuali sesama freemason.

Freemasonry berasal dari gerakan rahasia yang dibuat oleh sembilan orang Yahudi di Palestina pada tahun 37 M, yang dimaksudkan sebagai usaha untuk melawan pemeluk Masehi, dengan cara pem*bunuhan terhadap orang per-orang.

Menurut buku Kabut-kabut Freemasonry, salah seorang yang disebut sebagai pendirinya adalah Herodes Agrida I (meninggal 44 M). Ia dibantu oleh dua orang Yahudi, Heram Abioud dan Moab Leomi. Freemasonry selanjutnya menempatkan dirinya sebagai musuh terhadap agama Masehi maupun Islam.
Pada tahun 1717 M gerakan rahasia ini melangsungkan seminar di London di bawah pimpinan Anderson. Ia secara formal menjabat sebagai kepala gereja Protestan, namun pada hakikatnya adalah seorang Yahudi. Dalam seminar inilah gerakan rahasia tersebut memakai nama Freemasonry sebagai nama barunya. Sebagai pendirinya adalah Adam Wishaupt, seorang tokoh Yahudi dari London, yang kemudian mendapatkan dukungan dari Albert Pike, seorang jenderal Amerika (1809-1891).

Organisasi ini sulit dilacak karena strukturnya sangat rahasia, teratur, dan rapi. Tujuan gerakan Freemasonry secara umum adalah:
1. Menghapus semua agama.
2. Menghapus sistem keluarga.
3. Mengkucarkacirkan sistem politik dunia.
4. Selalu bekerja untuk menghancurkan kesejahteraan manusia dan merusak kehidupan politik, ekonomi, dan sosial negara-negara non-Yahudi atau Goyim (sebutan dari bangsa lain di luar Yahudi).

Tujuan akhir dari gerakan Freemason adalah mengembalikan bangunan Haikal Sulaiman yang terletak di Masjid Al-Aqsha, di kota Al-Quds (Yerussalem), mengibarkan bendera Israel, serta mendirikan pemerintahan Zionis Internasional, seperti yang diterapkan dalam Protokol para cendekiawan Zionis.

Buku Protokol ini berisikan langkah-langkah yang telah ditetapkan oleh para hakkom, catatan pembicaraan yang dilakukan di dalam setiap rapat mereka, serta berisikan 24 bagian (ayat) yang mencakup rencana politik, ekonomi, dan keuangan, dengan tujuan menghancurkan setiap bangsa dan pemerintahan non-Yahudi, serta menyiapkan jalan penguasaan bagi orang-orang Yahudi terhadap dunia Internasional.

Dalam gerakannya, Freemasonry menggunakan tangan-tangan cendekiawan dan hartawan Goyim, tetapi di bawah kontrol orang Yahudi pilihan. Hasil dari gerakan ini di antaranya adalah mencetuskan tiga perang dunia, tiga revolusi (Revolusi Perancis, Revolusi Amerika, dan Revolusi Industri di Inggris), melahirkan tiga gerakan utama (Zionisme, Komunisme, dan Nazisme).

Freemansory terbagi ke dalam tiga tingkatan: (1) Majelis Rendah atau Freemansory Simbolis; (2) Fremansory Majelis Menengah; dan (3) Fremansory Majelis Tinggi.

Dalam penerimaan keanggotaan, Freemasonry tidak mempersoal*kan agama calon anggota. Bahkan calon anggota disumpah sesuai dengan agama yang dianutnya. Dalam Freemasonry diadakan model kenaikan pangkat hingg level ke-33 bagi orang-orang Goyim. Orang-orang yang berhasil dijaring kemudian diberikan tugas untuk menyebarkan paham Freemasonry dan bekerja untuk merealisasikan tujuannya.

Orang-orang tertarik kepada Freemasonry karena mereka menganggap bahwa organisasi ini bergerak di bidang kemanusiaan. Di balik itu mereka menanamkan doktirn "Pengembangan Agama" atau "Polotisme", yang mengatakan semua agama itu sama, baik, dan benar. Lebih jauh Freemasonry dengan secara halus membawa anggotanya memahami Atheisme.


Penentang dan Kritik untuk Freemasonry

Muslim anti-Masonry

Banyak Muslim yang anti-Masonry beralasan bahwa Freemasonry sangat dekat dengan Semitisme dan Zionisme, meski kritikus lainnya mengatakan bahwa Freemasonry ada hubungannya dengan Dajjal. Beberapa Muslim lainnya yang anti-Masonry beranggapan bahwa Freemasonry memiliki misi untuk mempromosikan Yahudi di seluruh negara di dunia, dan misi terbesar mereka adalah mendirikan Kuil Solomon di Jerusalem setelah menghancurkan Masjid Al-Aqsa. Pada artikel 28 dari konvensi Hamas, dinyatakan bahwa Freemasonry, Rotary, dan grup yang serupa lainnya "bekerja dalam kerangka dan berdasarkan instruksi Zionisme ...". Namun, beberapa negara seperti Turki dan Malaysia membolehkan Grand Lodge.

Gereja Katolik Roma

Gereja Katolik Roma adalah institusi keagamaan pertama yang menyatakan bahwa Freemasonry adalah gerakan terlarang dan sesat (bid'ah). Hal ini dikarenakan sepak terjang Freemasonry :
- Sejarah berdirinya dan berkembangnya Freemasonry yang berasal dari gerakan "Knights of Templar" (Satria Templar); yaitu organisasi yang tadinya berada dalam naungan gereja katolik pada zaman perang salib, namun pada perkembangan berikutnya organisasi ini mengembangkan sistem ritual magis sendiri yang bertentangan dengan ajaran gereja katolik (penyembahan dewa kuno bernama Baphomet yang berkepala kambing dan berbadan manusia, pada perkembangan berikutnya oleh Templar diartikan sebagai Lucifer), dan berkecimpung di dunia politik dan ekonomi begitu dominan hingga berkeinginan menguasai segala bidang pada zaman itu. Oleh karenanya Templar dilarang dan dinyatakan sesat oleh gereja katolik roma.
- Freemasonry menganggap diri sebagai kelanjutan dari Satria Templar, sehingga memiliki ritual, sistem dan tujuan yang sama pula. Mereka memiliki ritual magis dan mistik yang ditujukan kepada "Sang Arsitek Agung" / "The Great Architect" yang bernama lain Lucifer dan Baphomet. Lucifer secara tradisi kristiani adalah setan, musuh dari Tuhan.
- Freemasonry memiliki visi dan misi untuk menghancurkan keberadaan agama kristiani di dunia, secara khusus ditujukan kepada penghancuran gereja katolik roma yang dianggap oleh mereka sebagai gereja kristiani yang didirikan oleh Yesus (secara tradisi dipercaya bahwa paus pertama gereja katolik roma adalah rasul Petrus, murid Yesus sendiri), yang oleh mereka berarti melambangkan kekristenan dan Yesus sendiri. Visi dan misi ini telah dinyatakan dalam dokumen-dokumen dan doa-doa mereka.
- Gereja katolik roma memandang Freemasonry (dan juga Illuminati) sebagai gerakan perintis munculnya antikristus. Antikristus secara tradisi kristiani adalah gerakan bersifat iblis yang dipercaya akan muncul pada zaman akhir untuk menyesatkan seluruh dunia sebelum kiamat.
Di Indonesia, gerakan Freemasonry dan gedung pertemuan mereka pernah ada, namun akhirnya dinyatakan sebagai organisasi terlarang pada zaman pemerintahan Soekarno. Pada saat masih ada dan eksis di Indonesia, mereka sangat aktif menentang gereja katolik di Indonesia.

Sumber: id.wikipedia

Artis Indonesia Berdarah Yahudi

Tampaknya isu soal Yahudi di Kompasiana belum juga surut. Meski sudah ada isu baru semisal kasus video porno (mirip) artis Luna Maya - Ariel yang menghebohkan itu,  namun tetap saja isu Yahudi bertengger manis dalam tangga tulisan terpopuler. Tak hanya itu, isu soal ini juga selalu ramai dikomentari, terlepas dari pro atau kontra.

Isu soal Yahudi memang menarik, sama menariknya gosip artis. Untuk itu saya mencoba mengaitkan kedua isu ini melalui tulisan mengenai artis berdarah  Yahudi di Indonesia.

Sebelum kita membahas soal itu, mari kita tengok sejenak  sejarah Yahudi sampai di negeri ini.

Menurut Wikipedia, Yahudi di Indonesia berawal dari kedatangan penjelajah Eropa awal dan pemukim. Yahudi di Indonesia saat ini membentuk komunitas Yahudi yang sangat kecil, yang terdiri hanya sekitar 20 orang Yahudi, yang kebanyakan merupakan Yahudi Sephardi. Pada tahun 1850-an, pengelana Yahudi, Jacob Saphir, adalah orang pertama yang menulis mengenai komunitas Yahudi di Hindia Belanda, setelah mengunjungi Batavia. Di Batavia, ia telah banyak berbicara dengan seorang Yahudi lokal, yang telah memberitahunya bahwa ada sekitar 20 keluarga Yahudi di kota itu dan beberapa di Semarang. Kebanyakan Yahudi yang hidup di Hindia Belanda pada abad ke-19 adalah Yahudi Belanda yang bekerja sebagai pedagang atau hal-hal yang berhubungan dengan rezim kolonial. Namun, beberapa anggota komunitas juga merupakan imigran dari Irak atau Aden.

Pada saat Perang Dunia, jumlah Yahudi di Hindia Belanda diperkirakan sekitar 2.000 jiwa. Yahudi Indonesia diasingkan ketika Pendudukan Jepang di Indonesia dan mereka dipaksa untuk bekerja di kamp. Setelah perang, Yahudi yang dilepas banyak menemui berbagai masalah, dan banyak yang beremigrasi ke Amerika Serikat, Australia atau Israel. Pada akhir 1960-an, ia telah memperkirakan bahwa ada 20 orang Yahudi yang tinggal di Jakarta dan lain-lain tinggal di Manado. Populasi total Yahudi Indonesia menurut Kongres Yahudi Sedunia  diperkirakan berjumlah 20 orang.

Adapun artis berdarah Yahudi Indonesia di antaranya adalah:

Ahmad Dhani, musisi

dani 
Ahmad Dhani

Dhani Ahmad Prasetyo (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 26 Mei 1972; umur 38 tahun) atau yang lebih dikenal dengan Ahmad Dhani / Dhani Manaf adalah seorang musisi, penulis lagu, penata musik, dan produser Indonesia. Dhani merupakan leader dari grup band papan atas, Dewa 19 dan juga personel grup band The Rock. Dhani juga merupakan pemilik dan pimpinan dari Republik Cinta Management. Dhani telah mencetak banyak hits dan mengorbitkan sejumlah artis melalui karyanya.

Dhani menikah dengan Maia Estianty di tahun 1994, setelah sekian lama menjalin cinta sejak Dhani masih di SMA Negeri 2 Surabaya. Dari pernikahan mereka, keduanya memiliki 3 anak. Dhani menamai anak-anaknya sesuai tokoh sufi yang dikaguminya, yakni Ahmad Al Gazali, El Jalaluddin Rumi, dan Ahmad Abdul Qodir Jaelani. Sejak akhir 2006, Dhani dan istrinya terlibat skandal ‘tuduh menuduh’ yang berujung pada gugatan cerai yang diajukan oleh Maia Estianty. Rumah tangga mereka resmi berakhir pada 23 September 2008 melalui keputusan hakim di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.


Marini Sardi, artis

marini
Marini

Kanjeng Raden Ayu Soemarini Soerjosoemarno, sekarang dikenal sebagai Marini Burhan Abdullah (lahir di Malang, 2 November 1947; umur 62 tahun) adalah seorang penyanyi yang telah tampil di panggung dan layar TV sejak tahun 1960-an dan telah merekam puluhan album, baik yang direkam di Indonesia maupun di luar negeri yang direkam di Polydor, Philips, EMI di Singapura, Tokyo, dan Kuala Lumpur.
Marini dan Sandra Sanger merupakan penyanyi andalan The Steps ditahun 1970-an, mereka lebih dari 8 tahun melanglang kota-kota besar Asia, Singapura, Kuala Lumpur, Tokyo dan Hongkong. Marini sebagai pemeran wanita (film) Indonesia yang terkenal pada film-film era 1975-an, pernah terpilih sebagai The Best Actress (Pemeran Wanita Terbaik) pada Festival Fim Asia (FFA Awards) di Seoul, Korea. Sampai saat ini Marini masih sering tampil menyanyi bersama Band The Steps. Bulan Agustus 2008 Marini & The Steps melakukan Konser di Sultan Hotel (dahulu Hilton Hotel) Jakarta. Juga sampai saat ini Marini masih aktif tampil sebagai pemeran film sinetron terutama yang bertemakan religi dilayar kaca, dan tampil lagi dilayar lebar pada film Ayat-Ayat Cinta yang mencapai rekor jumlah sementara tertinggi di Indonesia, ditonton lebih dari 3,9 juta penonton.

Marini adalah anak ke-dua dari pasangan Soetarjo Soerjosoemarno (Mayjen TNI/Alm.), keluarga kesultanan Keraton Mangkunegaran Solo, dan Dolly Zegerius, gadis Belanda keturunan Yahudi yang dinikahi pada tahun 1943 saat Soetarjo studi di Technische Universiteit Delft, Nederland.

Salah satu adik kandungnya adalah Japto Soerjosoemarno yang sampai kini menjabat sebagai Ketua Umum Pemuda Pancasila dan juga Ketua Umum Partai Patriot (dahulu Partai Patriot Pancasila).


Nafa Urbach, artis

nafa
Nafa Urbach

Nafa Urbach (lahir di Magelang, Jawa Tengah, 19 September 1980; umur 29 tahun) adalah pemeran dan penyanyi Indonesia. Artis keturunan Jerman ini menikah dengan pesinetron Zack Lee. Mereka menikah 16 Februari 2007 di Gereja Immanuel, Jakarta Pusat. Nafa sempat mengandung 1,5 hingga akhirnya ia keguguran sekitar pertengahan bulan Agustus 2007. Sebelum menjalin hubungan dengan Zack Lee, Nafa sempat berpacaran dengan pesinetron Primus Yustisio yang kini menjadi suami bintang sinetron Jihan Fahira. Bahkan demi Primus pula, Nafa sempat berpindah ke agama Islam. Dia juga membuat heboh dunia hiburan Indonesia karena perpindahan agama lagi dari Islam ke Kristen setelah putus dari Primus.


Cornelia Agatha, artis

Cornelia Agatha (lahir di Jakarta, 11 Januari 1973; umur 37 tahun) adalah seorang pemeran Indonesia. Cornelia memiliki darah Jawa, Manado, Belanda, Jerman, dan Yahudi. Cornelia dikenal antara lain karena perannya sebagai Sarah dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Sinetron itulah yang mengorbitkan namanya.

lia
Cornelia Agatha

Bakat akting Lia, demikian dia disapa, telah dirasakan sejak duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar. Di usia belia, Lia sudah sering beraksi di depan kamera. Berkat talenta itulah ia mulai merambah dunia modeling lewat ajang Cover Girl yang diadakan oleh majalah remaja Mode.

Film Lupus adalah pengalaman kali pertamanya di layar lebar. Prestasi yang pernah dicatatnya, yakni berhasil masuk nominasi untuk kategori Aktris Terbaik lewat aktingnya di Rini Tomboy, di Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1992. Perannya dalam sinetron Perempuan Pilihan sebagai seorang penari bernama Dayu, menghantarkannya pada penghargaan dari Forum Film Bandung (FFB) 2002 sebagai Aktris Terpuji.

Lia menikah dengan Sony Lawlani tanggal 18 Maret 2006 di Hongkong. Dari pernikahannya tersebut, Lia dianugerahi bayi kembar yang lahir melalui operasi caesar, pada tamggal 7 Desember 2006 di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan. Sepasang bayinya itu diberi nama Makayla Athaya Lalwani (perempuan) dan Tristan Athala Lalwani (laki-laki).



Mariana Renata, artis

mariana
Mariana Renata

Mariana Renata (lahir di Paris, Perancis, 31 Desember 1983; umur 26 tahun) adalah seorang aktris dan model asal Indonesia. Tahun 2004 ia menjadi bintang iklan Lux yang melambungkan namanya dalam dunia hiburan Indonesia.

Ayah Mariana Renata adalah orang Perancis bernama Andre Dantec sementara ibunya Anita Kirana keturunan Jawa-Tionghoa-Italia. Lahir di Paris, ia pernah tinggal di Zimbabwe selama enam tahun sebelum kembali ke Paris selama setahun dan akhirnya ke Indonesia. Lulus SMA di Jakarta, ia meneruskan pendidikan ke Universitas Sorbonne, Paris, mengambil jurusan Sastra Bahasa Inggris. Renata kini sedang menyelesaikan gelar masternya di Universitas New South Wales di Sydney, Australia.

Pada tahun 2005 Renata membintangi film Janji Joni dan tahun 2006 berperan menjadi Kay di film Lux Short Movie berjudul Matchmaker. Renata juga pernah mendapat peran kecil, hanya kebagian mengisi satu episode dalam sinetron seri “Dunia Tanpa Koma” . Beberapa video klip grup band ternama Indonesia seperti Ungu, dan Peterpan pernah dibintangi oleh Renata.

Kemampuan akting Renata pun telah mendapat pengakuan dengan diterimanya penghargaan sebagai Most Favorite Supporting Actress dalam acara MTV Indonesia Movie Award (MIMA) 2005. Tahun 2006 bersama Darius Sinathrya, menjadi pasangan favorit versi MTV setelah memenangkan penghargaan Most Favorite Model MTV Indonesia 2006.

wikipedia