Rabu, 22 Desember 2010

Anak Nakal, Bagaimana Cara Mengatasinya

Beberapa Contoh Cara Mendidik Anak yang Nakal
Syariat Islam yang agung mengajarkan kepada umatnya beberapa cara pendidikan bagi anak yang bisa ditempuh untuk meluruskan penyimpangan akhlaknya. Di antara cara-cara tersebut adalah:


Pertama, teguran dan nasihat yang baik
Ini termasuk metode pendidikan yang sangat baik dan bermanfaat untuk meluruskan kesalahan anak. Metode ini sering dipraktikkan langsung oleh pendidik terbesar bagi umat ini, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, misalnya ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang anak kecil yang ketika sedang makan menjulurkan tangannya ke berbagai sisi nampan makanan, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah (sebelum makan), dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah (makanan) yang ada di hadapanmu.

Serta dalam hadits yang terkenal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada anak paman beliau, Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, “Wahai anak kecil, sesungguhnya aku ingin mengajarkan beberapa kalimat (nasihat) kepadamu: jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka Dia akan menjagamu, jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka kamu akan mendapati-Nya dihadapanmu.”


Kedua, menggantung tongkat atau alat pemukul lainnya di dinding rumah
Ini bertujuan untuk mendidik anak-anak agar mereka takut melakukan hal-hal yang tercela.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan ini dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Gantungkanlah cambuk (alat pemukul) di tempat yang terlihat oleh penghuni rumah, karena itu merupakan pendidikan bagi mereka.”

Bukanlah maksud hadits ini agar orangtua sering memukul anggota keluarganya, tapi maksudnya adalah sekadar membuat anggota keluarga takut terhadap ancaman tersebut, sehingga mereka meninggalkan perbuatan buruk dan tercela.

Imam Ibnul Anbari berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memaksudkan dengan perintah untuk menggantungkan cambuk (alat pemukul) untuk memukul, karena beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memerintahkan hal itu kepada seorang pun. Akan tetapi, yang beliau maksud adalah agar hal itu menjadi pendidikan bagi mereka.”

Masih banyak cara pendidikan bagi anak yang dicontohkan dalam sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu menyebutkan beberapa di antaranya, seperti: menampakkan muka masam untuk menunjukkan ketidaksukaan, mencela atau menegur dengan suara keras, berpaling atau tidak menegur dalam jangka waktu tertentu, memberi hukuman ringan yang tidak melanggar syariat, dan lain-lain.


Bolehkah Memukul Anak yang Nakal untuk Mendidiknya?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perintahkanlah kepada anak-anakmu untuk (melaksanakan) shalat (lima waktu) sewaktu mereka berumur tujuh tahun, pukullah mereka karena (meninggalkan) shalat (lima waktu) jika mereka (telah) berumur sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka.

Hadits ini menunjukkan bolehnya memukul anak untuk mendidik mereka jika mereka melakukan perbuatan yang melanggar syariat, jika anak tersebut telah mencapai usia yang memungkinkannya bisa menerima pukulan dan mengambil pelajaran darinya –dan ini biasanya di usia sepuluh tahun. Dengan syarat, pukulan tersebut tidak terlalu keras dan tidak pada wajah.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin ketika ditanya, “Bolehkah menghukum anak yang melakukan kesalahan dengan memukulnya atau meletakkan sesuatu yang pahit atau pedis di mulutnya, seperti cabai/ lombok?”, beliau menjawab, “Adapun mendidik (menghukum) anak dengan memukulnya, maka ini diperbolehkan (dalam agama Islam) jika anak tersebut telah mencapai usia yang memungkinkannya untuk mengambil pelajaran dari pukulan tersebut, dan ini biasanya di usia sepuluh tahun.
Adapun memberikan sesuatu yang pedis (di mulutnya) maka ini tidak boleh, karena ini bisa jadi mempengaruhinya (mencelakakannya)…. Berbeda dengan pukulan yang dilakukan pada badan maka ini tidak mengapa (dilakukan) jika anak tersebut bisa mengambil pelajaran darinya, dan (tentu saja) pukulan tersebut tidak terlalu keras.

Untuk anak yang berusia kurang dari sepuluh tahun, hendaknya dilihat (kondisinya), karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya membolehkan untuk memukul anak (berusia) sepuluh tahun karena meninggalkan shalat. Maka, yang berumur kurang dari sepuluh tahun hendaknya dilihat (kondisinya). Terkadang, seorang anak kecil yang belum mencapai usia sepuluh tahun memiliki pemahaman (yang baik), kecerdasan dan tubuh yang besar (kuat) sehingga bisa menerima pukulan, celaan, dan pelajaran darinya (maka anak seperti ini boleh dipukul), dan terkadang ada anak kecil yang tidak seperti itu (maka anak seperti ini tidak boleh dipukul).”

 

Cara-Cara Menghukum Anak yang Tidak Dibenarkan Dalam Islam
Di antara cara tersebut adalah:
1. Memukul wajah
Ini dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau, yang artinya, “Jika salah seorang dari kalian memukul, maka hendaknya dia menjauhi (memukul) wajah.”
2. Memukul yang terlalu keras sehingga berbekas
Ini juga dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih.
3. Memukul dalam keadaan sangat marah
Ini juga dilarang karena dikhawatirkan lepas kontrol sehingga memukul secara berlebihan.
Dari Abu Mas’ud al-Badri, dia berkata, “(Suatu hari) aku memukul budakku (yang masih kecil) dengan cemeti, maka aku mendengar suara (teguran) dari belakangku, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!’ Akan tetapi, aku tidak mengenali suara tersebut karena kemarahan (yang sangat). Ketika pemilik suara itu mendekat dariku, maka ternyata dia adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau yang berkata, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!’ Maka aku pun melempar cemeti dari tanganku, kemudian beliau bersabda, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Sesungguhnya Allah lebih mampu untuk (menyiksa) kamu daripada kamu terhadap budak ini,’ maka aku pun berkata, ‘Aku tidak akan memukul budak selamanya setelah (hari) ini.‘”
4. Bersikap terlalu keras dan kasar
Sikap ini jelas bertentangan dengan sifat lemah lembut yang merupakan sebab datangnya kebaikan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang terhalang dari (sifat) lemah lembut, maka (sungguh) dia akan terhalang dari (mendapat) kebaikan.”
5. Menampakkan kemarahan yang sangat
Ini juga dilarang karena bertentangan dengan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bukanlah orang yang kuat itu (diukur) dengan (kekuatan) bergulat (berkelahi),  tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah.


Penutup


Demikianlah bimbingan yang mulia dalam syariat Islam tentang cara mengatasi penyimpangan akhlak pada anak, dan tentu saja taufik untuk mencapai keberhasilan dalam amalan mulia ini ada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, banyak berdoa dan memohon kepada-Nya merupakan faktor penentu yang paling utama dalam hal ini.

Akhirnya, kami akhiri tulisan ini dengan memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar dia senantiasa menganugerahkan kepada kita taufik-Nya untuk memahami dan mengamalkan petunjuk-Nya dalam mendidik dan membina keluarga kita, untuk kebaikan hidup kita semua di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين


Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim, M.A
Sumber: ustadchandra.wordpress.com

Cara Mendidik Anak Menjadi Anak yang Sholeh




Oleh Dr Adil Syadi dan Dr Ahmad Mazid


Hai annaku, dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). 
(Q.S. Luqman: 17).


Masalah Akidah
1.      Ajarkan pada anak Anda kalimat tauhid dan apa yang dikandungnya berupa peniadaan (naïf) dan penetapan (itsbat). Kalimat  la ilaha (tidak ada ilah), artinya peniadaan sifat uluhiyyah (keberhakan disembah) dari selain Alloh, dan illaloh (selain Alloh) adalah penetapan sifat ulluhiyyah untuk Alloh semata.
2.      beritahukan kepadanya kenapa kita diciptakan :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melaikan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz-Dzariyat [51]:56) Juga, sekaligus menunjukan kepadanya akan arti universal dalam ibadah.
3.    Jangan sering menakuti-nakutinya dengan neraka, siksa, kemurkaan Alloh dan hukuman-Nya, agar penyebutan Robb   tidak selalu terkait dengan gambaran-gambaran yang mengerikan ini dalam pikirannya.
4.    Buatlah ia lebih banyak mencintai Alloh. Sebab Dialah yang menciptakan, memberi rezeki, memberi makan, minum dan pakaian kepada kita, serta menjadikan kita sebagai kaum muslim.
5.    Peringatkanlah ia dari berbuat kesalahan saat dalam kondisi sendiri, karena Alloh selalu melihatnya dalam setiap kondisi.
6.    Perbanyaklah mengucapkan lafazh-lafazh yang mengandung dzikir kepada Alloh, misalnya ba-caan ‘bismillah’ ketika hendak makan dan minum, atau saat masuk dan keluar rumah, juga ‘alhamdu-lillah’ saat selesai makan, dan ‘subhanalloh’ ketika merasa kagum, dan lafazh-lafazh lainnya.
7.    Tanamkan kecintaan anakmu terhadap kepriba-dian Rosul yang mulia    dengan mangajarkan si-fat-sifat beliau yang baik kepadanya, membacakan kisah-kisah siroh nabawiyah dihadapannya, dan bersholawat kepada beliau tiap kali nama beliau disebut.
8.    Kuatkanlah keyakinan terhadap qodho’ dan qodar dalam pikirannya. Apa yang Alloh kehendaki pasti terjadi, dan apa yang tidak Dia kehendaki pasti tidak akan terjadi.
9.    Ajarkan kepada anak Anda enam rukun iman.
10.    Ajukan berapa pertanyaan berkaitan dengan akidah kepada dirinya; siapa Robbmu? Apa agamamu? Siapa nabimu    ? Kenapa kita diciptakan? Siapakah yang memberi kita rezeki, makan dan minum, serta menyembuhkan kita? Apa saja macam-macam tauhid? Apakah syirik , kekufuran dan kemunafiakn itu? Bagaimana akibat yang akan dialami oleh setiap orang musrik, kafiir dan munafik? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.


Masalah Ibadah 
11.    Ajarkan pada anak Anda lima rukun islam.
12.    Latihlah anak Anda mengerjakan sholat. Rosululloh     bersabda :
“perintahkanlah anak-anak kalian mengerjakan sholat saat berusia tujuh tahun. Dan pukullah mereka karena meninggakannya saat berusia sepuluh tahun.”
13.    Ajaklah serta anak Anda pergi ke masjid dan ajarlah ia cara berwudhu.
14.    Beritahukan kepadanya etika-etika di masjid, cara menghormati dan menyucikannya.
15.    Latihlah ia menjalankan puasa agar terbiasa saat dewasa.
16.    Motivasilah anak Anda untuk menghafal apa yang mudah dari Al-Quran dan hadits-hadits nabi, serta dzikir-dzikir yang shohih.
17.    Berilah anak Anda hadiah tiap kali menunjukan kemajuan dalam hafalan. Ibrohim dan Adham menuturkan, “Ayahku berkata kepada diriku, ‘Anakku, carilah hadits! Dan tiap kali engkau mendengar satu hadits serta menghafalnya, maka, engkau akan mendapatkan satu dirham. ‘Lantas, aku pun mencari hadits karena hal ini.”
18.    Jaganlah Anda terlalu membebani anak dengan banyak menghafal dan belajar, agar ia tidak mengangap hal itu sebagai hukuman, akiabatnya ia tidak suka menghafal Al-Quran.
19.    Ketahuilah bahwa Anda adalah teladan bagi anak-anak Anda. Sehingga, apabila Anda memandang remeh ibadah atau bermalas-malasan dan merasa berat mengerjakannya, pasti anak-anak Anda akan terpengaruh oleh Anda sendiri dalam hal  itu, dan mereka akan mengangap ibadah sebagai beban, bahkan bisa jadi mereka meninggalkannya.
20.    Latihlah anak Anda bersedekah dan berinfak, adakalanya Anda bersedekah sementara ia melihat Anda, Atau Anda menyerahkan kepadanya seseuatu agar ia menyedahkan nya kepada orang fakir atau peminta-minta. Dan yang lebih utama lagi bila Anda mendorongnya untuk menyedahkan sebagian harta miliknya yang ia simpan.


Masalah Akhlak
21.    Apabila Anda menginginkan anak Anda menjadi orang jujur, maka jaganlah Anda menanamkan rasa takut dalam dirinya.
22.    Jujurlah Anda terlebih dahulu agar anak bisa belajar kejujuran dari diri Anda.
23.    Jelaskan nilai keutamaan sifat jujur dan amanah.
24.    Ujilah sifat amanah Anda tanpa ia menyadarinya.
25.    Latihlah anak Anda untuk bersabar dan tidak tergesa-gesa. Demikian itu dapat Anda lakukan melalui melatihnya berpuasa atau melakukan aktivitas- aktivitas yang membutuhkan kesabaran dan kehatian-hatian.
26.    Berbuatlah adil di antara anak-anak, sebab hal itu merupakan sarana paling efektif untuk mengajari mereka etika keadilan.
27.    Latihlah anak Anda untuk berakhlak lebih mendahulukan kebutuhan orang lain (itsar) melalui sikap-sikap nyata atas kisah-kisah yang mengandung nilai keutamaan mendahulukan kebutuhan orang lain.
28.    Jelaskan kepada anak-anak Anda sebagai dam-pak negatif yang ditimbulkan oleh tindakan menipu, curang, mencuri,dan bernohong.
29.    Apabila dalam beberapa peristiwa anak Anda menunjukan keberanian, maka pujilah dirinya karena hal itu dan berilah hadiah, serta teranng-kan kepadanya bahwa keberanian dilakukan saat engkau  melakukan sesuatu yang benar dan sangat dibutuhkan.
30.    Jaganlah Anda bersikap keras, karena itu berarti Anda telah mendorongnya untuk bersikap takut, suka berbohong dan pengecut.
31.    Buatlah ia menyukai perilaku rendah hati, lemah lembut dan tidak sombong.
32.    Ajarilah ia bahwa manusia meraih keutamaan dengan ketakwaan dan amal sholih, bukan dengan garis keturunan, kemuliaan luhur dan harta.
33.    Ajarkan kepadanya bahwa perbuatan zholim mengakibatkan sesuatu yang teramat buruk, sikap sewenang-sewenang akan menjerumuskan pelakunya dan siakp khianat akan mengatarkan kepada kebinasaan.
34.    Ajarkan kepadanya sisi-sisi perberdaan antara hal-hal yang munkin tidak mereka ketahui, seperti perbedaan antara keberanian dan kecerobohan, rasa malu dan malu karena minder, rendah hati dan rendah diri, serta antara kecerdasan dan kelihaian tipu muslihat.
35.    Biasakanlah kedermawanan melekat pada diri anak-anak Anda dengan cara Anda bersikap dermawan  di lingkungan keluarga dan suka memberikan kebaikan kepada orang lain.
36.    Jangan pernah Anda menyelisihi janji selamanya, khususnya kepada anak-anak Anda. Sebab, demikian itu bisa mengokohkan nilai keutamaan menepati janji dalam diri mereka.


Masalah Perilaku dan  Etika
37.    Ucapkanlah salam kepada anak-anak Anda.
38.    Jaganlah memandang remeh perbuatan mem-buka aurat dihadapan anak Anda.
39.    Berbuatlah baik kepada tetangga-tetangga Anda.
40.    Ajarkan kepada anak Anda tentang hak-hak tetangga dan bahaya menyakitinya.
41.    Berbaktilah terhadap kedua orang tua Anda, sambunglah hubungan dengan kerabat-kerabat Anda, dan bawalah serta anak-anak Anda dalam melakukan hal itu.
42.    Beritahukan kepada anak Anda bahwa orang-orang menyukai anak Anda yang sopan, yang tidak suka menyakiti orang lain.
43.    Tulislah surat untuk anak Anda yang berisi seputar etika,nasihat dan pesan bermakna.
44.    jelaskan kepada anak Anda bahwa ada beberapa perilaku yang benar-benar tidak bisa diterima dan sebutkan kepad mereka sebab-sebabnya.
45.    Duduklah bersama anak Anda dan untuk setiap kesempatan bacakanlah seputar adab-adab Nabi   kemudian tanyakan kepada mereka tentang faedah apa yang mereka dapatkan? Bisa juga Anda atur anak Anda yang membaca, sementara Anda mendengarkan.
46.    Nasihatilah anak Anda secara diam-diam dan jangan menghukumnya dihadapan orang lain.
47.    Jaganlah banyak mencela selagi Anda mampu.
48.    Mintalah izin pada anak Anda sebelum masuk menemuinya, karena demikian itu merupakan sarana paling efektif untuk mengajarinya etika meminta izin.
49.    Jaganlah anda berasumsi bahwa anak Anda bisa memahami apa yang Anda inginkan di kali pertama. Firman Alloh        :
50.     “Dan perintahkan lah kepada keluarga mu mendirikan sholat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakanya…”(Thoha [20]:132)
51.    Jangan lupa menyebut nama Alloh dengan suara yang cukup bisa didengar sebelum makan, demikian pula mengucapkan alhamdullilah seusai makan.
52.    Bersikaplah seakan-akan tidak mengetahui beberapa kesalahan anak Anda, dan jangan jadikan hati Anda sebagai tempat penyimpan kesalahan.
53.    Mintalah maaf kepada anak Anda manakala Anda melakukan kesalahan.
54.    Semangatilah anak Anda untuk meraih prestasi istimewa dan katakan kepada dirinya. “Aku tahu bahwa kamu anak istimewa, dan kamu mampu melakukan hal itu.”
55.    Buatlah sesuatu yang spesial untuk anak Anda .
56.    Janganlah Anda mencemooh ucapan atau tindakan anak Anda.
57.     Ajarilah anak Anda akan ungkapan-ungkapan ucapan selamat, penyambutan dan basa-basi.
58.    Janganlah terlalu memanjakan anak Anda.
59.    Janganlah membiasakan anak dengan rangsangan materi untuk memotivasinya mengerjakan suatu perintah, sebab hal itu bisa memperlemah kepribadiannya saat berhadapan dengan materi.
60.    Jadikanlah anak Anda sebagai teman Anda nomer satu.


Masalah Pembinaan Fisik
61.    Berikanlah waktu yang cukup untuk bermain bagi anak Anda.
62.    Sediakan dengan baik permainan- permainan yang bermanfaat untuk anak Anda.
63.    Biarkanlah ia memilih sendiri sebagian permainannya
64.    Ajarilah anak Anda berenang, berlari dan beberapa permainan fisik.
65.    Adakalanya, buatlah anak Anda mengalahkan Anda dalam beberapa permainan.
66.    Sediakan menu makan yang seimbang untuk anak anda.
67.    Perhatikalah susunan menu makanan anak Anda.
68.    Peringkatkan  anak  anda agar tidak  berlebih-lebihan  mengkonsumsi makanan.
69.    Jangan Anda  menginvestigasi  kesalahan anak anda sedang  menyantap makanan.
70.    Buatlah  makanan  yang selalu disukai anak Anda


Masalah Pembinaan Mental
71.    Dengarkanlah dengan baik anak Anda dan perhatikan setiap kata yang diucapkannya.
72.    Buatlah anak Anda menghadapi sendiri masalah-masalahnya, sementara Anda bisa membantunya tanpa ia sadari.
73.    Hormatilah anak Anda dan berterima kasihlah kepadanya apabila ia melakukan suatu pekerjaan.
74.    Jaganlah mengiring anak Anda untuk bersumpah, sebaliknya katakan kepadanya,”Aku mempercayai mu tanpa engkau bersumpah.”
75.    Hindarilah ungkapan-ungkapan terror dan ancaman.
76.    Janganlah Anda membuat anak Anda merasa sebagai seseorang yang buruk dan bodoh, yang tidak bisa cepat mengerti.
77.    Janganlah mengeluh karena banyaknya pertanyaan anak Anda dan usahakan menjawab semua yang ditanyakannya dengan jawaban sederhana dan memuaskan.
78.    Peluklah anak Anda biarkanlah ia merasakan kehangatan cinta dan kasih saying Anda.
79.    Mintalah pendapat anak Anda dalam beberapa hal dan ambilah pendapatnya.
80.    Buatlah anak Anda  merasakan kemerdekaan dalam mengambil keputusan-keputusan.

  
Masalah Pembinaan  Sosial
81.    Daftarkan anak Anda pada pusat-pusat kegiatan tertentu, forum-forum  tahfizhul Qur’an, perlombaan-perlombaan ilmiah, perkemahan pramuka dan aktivitas-aktivitas lainnya.
82.    Buatlah anak Anda menjamu tamu sendiri, seperti menghidangkan minuman teh, kopi dan buah-buahan.
83.    Sambutlah anak saat masuk menemui Anda, sementara Anda sedang bersama-sama kawan-kawan Anda.
84.    Buatlah anak Anda bergabung dalam kegiatan-kegiatan masjid, seperti program-program santunan anak yatim dan janda.
85.    Latihlah anak Anda beramal, menjual, membeli dan bekerja yang halal.
86.    Buatlah anak Anda berempati terhadap kesedihan orang lain dan berusaha meringankannya.
87.    Janganlah Anda menjadikan anak ikut menanggung  problematika dunia.
88.    Buatlah anak Anda bisa melihat hasil dari aktivitas social anda.
89.    Utuslah anak Anda untuk menyelesaikan sebagian keperluan, dan buatlah ia merasakan kepercayaan Anda terhadap dirinya.
90.    Janganlah Anda mencegah anak untuk memilih teman-temannya sendiri. Namun, Anda bisa membuatnya memilih orang yang Anda kehendaki, tanpa ia merasakan hal itu.


Masalah Pembinaan Kesehatan
91.    Perhatiakanlah kesehatan anak-anak Anda.
92.    Jangan mengabaikan untuk memberi imunisasi tepat pada waktunya.
93.    Jangan berlebihan memberi obat kecuali dengan dosis yang diperbolehkan.
94.    Ruqyahlah anak Anda dengan ruqyah syar’i.
95.    Biasakanlah anak Anda tidur awal dan bangun awal juga.
96.    Buatlah anak Anda mau memperlihatkan kebersihan tubuh, gigi dan bajunya.
97.    Jaganlah Anda menunggu sampai sakit parah.
98.    Jauhkan anak Anda dari para penderita penyakit menular.
99.    Janganlah Anda membuat anak merasakan bahaya sakit yang dideritanya.
100.    Berlindunglah kepada Alloh, sebab Dialah yang ditangan-Nya terletak kesembuhan semua penyakit.


Masalah Pengembangan Wawasan
101.    Berikan teka-teki kepada anak Anda.
102.    Mintalah ia menuliskan beberapa tema ekspresional.
103.    Usahakan untuk selalu membaca yang ditulis anak Anda.
104.    Jangan berhenti pada setiap kesalahan gramatika atau lingual yang dilakukan anak Anda.
105.     Doronglah anak Anda untuk membaca.
106.    Buatlah ia memilih buku dan kisah yang ingin dibacanya.
107.    Dampingi anak Anda saat membaca satu hal tertentu.
108.    Berikan kepada anak Anda permainan-permainan kecerdasan.
109.    Doronglah anak Anda untuk meraih prestasi belajar.
110.    Buatlah anak Anda mampu mengatasi rintangan-rintangan yang menhalangi prestasi belajarnya.
111.    Motivasilah anak Anda untuk menhafal syair dan kata-kata bijak generasi dahulu dan sekarang.
112.    Doronglah ia untuk menhafal peribahasa-peribahasa Arab yang fasih.
113.    Latihlah anak Anda menguasai seni berpidato dan orasi.
114.    Latihlah ia menguasai seni dialog dan menerima pendapat.
115.    Buatlah ia ikut serta dalam forum-forum pengembangan kemampuan diri.
116.    Doronglah anak Anda untuk menguasai dengan baik bahasa asing yang popular.


Masalah Balasan dan Hukuman
117.    Terapkanlah metode balasan dan hukuman
118.    Balaslah (prestasinya) selalu, namun jangan selalu menghukumnya (bila berbuat salah).
119.    Bervariasilah dalam memberikan balasan, dimana balasan tidak mesti berbentuk materi, tapi bisa juga berbentuk rekreasi, izin mengoperasikan komputer, hadiah atau pergi bersama seorang kawan.
120.    Bervariasilah dalam menerapkan metode hukuman dan jangan sampai pukulan menjadi metode yang paling Anda sukai. Masih ada metode lain, misalnya pandangan marah, bentakan, mengisolir selama waktu tertentu dan tidak memberinya sebagian uang saku harian atau melarangnya menikmati rekreasi akhri pekan.
121.    Ketahuilah bahwa hukuman yang sesuai adalah yang bisa mencegah terulangnya kesalahan dan mendorong kepada yang benar.
122.    Ingatlah selalu bahwa Nabi  tidak pernah memukul seorang anak pun.
123.    Janganlah Anda menghukum pada kesalahan pertama.
124.    Janganlah Anda bersikap keras dalam hukuman Anda.
125.    Apabila Anda menghukum anak Anda, maka jelaskan kepadanya sebab hukuman Anda tersebut.
126.    Janganlah Anda membuat anak merasa bahwa Anda senang memberikan hukuman kepada dirinya atau Anda menyimpan suatu kebencian kepadanya.
127.    Janganlah Anda memukul anak dihadapan orang banyak dan jangan memukulnya saat tengah marah.
128.    Jangalah memukul anak Anda pada wajahnya dan jangan mengangkat tangan lebih dari semestinya, agar rasa sakit tidak belipat-lipat.
129.    Jangalah memukul setelah Anda berjanji untuk tidak memukul, agar ia tidak kehilangan kepercaya-an terhadap diri anda.
130.    Buatlah anak Anda merasa bahwa Anda menghukumnya demi kebaikan dirinya dan bahwa rasa cinta Andalah yang menyebabkan Anda melakukan hal itu.maka ia bersiakap keras agar mereka mengindahkan, dan siapa berteguh hati
Hendaklah kadang-kadang bersikap keras kepada orang yang disayangi
131.     Beritahukan kepadanya bahwa hukuman dterapkan tidak untuk menyiksa, tiada lain dilaksanakan untuk memberikan pelajaran.
Kita bersama-sama memohon kepada Alloh agar diberi petunjuk, bimbingan dan kelurusan dari-Nya. Dan semoga Alloh mencurahkan sholawat dan salam kepada Nabi kita Muhamad. (Dikutip dari 130 Thoriqoh fi Tarbiyatil Abna).

Referensi
105    Thariqoh li Ta’zizith Thifli  bi Nafsihi, Robert D.    Ramsh.
25    Thoriq li Tashna min Ibnaka Rojulan Fadzdzan, Akrom  Mishbah ‘Usman.
Al –Isyrotuth  Thoyyibah  Ma’al  Aulad, Muhammad Husain.
At. Ta’dib bi Duni Shurokh, Gery Waicon dan Beryarah  Young.
At-Taqshir fi Tarbiyatil  Aulad, Muhammad Ibrahim al Hamd.
Dalliut  Tarbiyah  Al-Urowiyyah, Dr. Abdul Karim  Bakkar.
Kaifa Takunu Qudwatan  Hasanatan  li Abna’ik Dr. Seal  Seivir.
Kaifa Turobbi Abn’aka fi hadzaz Zaman, Dr. Hasan Syamsi Basya.
Masyakilul Abad’i ma’al  Abna, sekelompok dokter.

Taysajurul Asyiqqo, Muhammad  Dimas.

Sumber: ustadchandra.wordpress.com 

Anak, Perhiasan Sekaligus Ujian



Allooh Subhannahu Ta’ala berfirman:

ٱلۡمَالُ وَٱلۡبَنُونَ زِينَةُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا‌ۖ

“Harta dan anak-anak adalah perhiasaan kehidupan dunia “(QS. Al-Kahfi:46)

Ya tentu saja, anak adalah perhiasan kehidupan dunia. Betapa jiwa kita merasa bahagia menyaksikan mereka dan hati pun bergembira saat bercanda ria dengan mereka.
Namun waspadalah, sebab anak adalah fitnah (ujian).
Dan Allooh Subhannahu Ta’ala berfirman:

إِنَّمَآ أَمۡوَٲلُكُمۡ وَأَوۡلَـٰدُكُمۡ فِتۡنَةٌ۬‌ۚ وَٱللَّهُ عِندَهُ ۥۤ أَجۡرٌ عَظِيمٌ۬

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar” (QS. At-Taghaabun:15)

Jangan kita terpedaya!

Anak, kadang membuat seorang hamba menjadi angkuh dan tidak mensyukuri nikmat Allooh Subhannahu Ta’ala. Ia menjadi angkuh dan berbangga diri karena anaknya, merasa paling tinggi dari orang lain. Ia sombong dan takabbur, bahkan merendahkan orang lain dan berlaku aniaya. Maka hal itu hanya mengantarkannya ke neraka.

Simak firman Allooh Subhannahu Ta’ala berikut ini:

(وَمَآ أَرۡسَلۡنَا فِى قَرۡيَةٍ۬ مِّن نَّذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتۡرَفُوهَآ إِنَّا بِمَآ أُرۡسِلۡتُم بِهِۦ كَـٰفِرُونَ (٣٤
(وَقَالُواْ نَحۡنُ أَڪۡثَرُ أَمۡوَٲلاً۬ وَأَوۡلَـٰدً۬ا وَمَا نَحۡنُ بِمُعَذَّبِينَ (٣٥
(قُلۡ إِنَّ رَبِّى يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقۡدِرُ وَلَـٰكِنَّ أَڪۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ (٣٦
وَمَآ أَمۡوَٲلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَـٰدُكُم بِٱلَّتِى تُقَرِّبُكُمۡ عِندَنَا زُلۡفَىٰٓ إِلَّا مَنۡ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَـٰلِحً۬ا فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ
(لَهُمۡ جَزَآءُ ٱلضِّعۡفِ بِمَا عَمِلُواْ وَهُمۡ فِى ٱلۡغُرُفَـٰتِ ءَامِنُونَ (٣٧

Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata:”Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya”.

Dan mereka berkata:”Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan di azab”.

Katakanlah:”Sesungguhnya Rabb-ku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikendaki-Nya), akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, merekalah itu yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam jannah). (QS. Saba’: 34-37)


Anak, kerap kali mendorong ayah untuk meghalalkan usaha yang haram. Demi masa depan anak katanya…
Ia pun berusaha keras mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, dengan segala cara, sekalipun ia harus mendzhalimi yang lemah, memusuhi manusia atau memutus tali silaturrahim.
Anak, kadang membuat seorang hamba menjadi kikir dan penakut. Saat ingin bersedekah, setan datang kepadanya seraya berkata,”Anakmu tadi minta ini dan itu! Maka demi anaknya, ia pun urung menginfakkan hartanya di jalan Allooh Subhannahu Ta’ala. Padahal yang diminta oleh anaknya itu bukanlah suatu kebutuhan primer.

Benarlah sabda Rosulullooh Shololloohu ‘alahi Wassallam:
“Sesungguhnya anak bisa membuat seseorang menjadi bakhil, penakut, jahil dan bersedih.” (HR. Al-Hakim (5284) dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jaami’(1990))
 
Ketika ia harus mengatakan kalimat yang hak, ia berfikir dua kali. Ia takut petaka akan menimpa dirinya dan anak kesayangannya. Ia pun memilih diam daripada menyampaikan kebenaran.
Ketika anak jatuh sakit, rasa iba mendorong orang tua bertindak bodoh, melanggar syari’at agama dengan ucapan maupun perbuatannya, mengugat takdir Allooh dan tidak menerima ketetapan-Nya. Ia pun membawa anaknya ke dukun padahal Nabi melarang pebuatannya itu.
Yang parah lagi, ada pula anak yang mendorong orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran, Wallaahul musta’an.

Perhatikanlah orang yang tertipu disebabkan anak-anaknya dan tidak mensyukuri nikmat Allooh ini! Ia adalah seorang kafir Makkah bernama Khalid bin Mughirah. Allooh Subhannahu Ta’ala berkata tentangnya:
Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian.

Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak,

dan anak-anak yang selalu bersama dia,
dan Ku-lapangkan baginya (rezki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya,

kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya.

Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (al-Qur’an).

Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. (QS. Al-Muddatstsir: 11-17)
 
http://wallpaper.iluvislam.com/image/penguin.gif

Dia adalah lelaki yang dikarunia anak-anak dan Allooh menjadikan ia selalu bersama mereka untuk mengais rizki. Bahkan rizki lah yang mengelilinginya. Dan anak-anaknya senantiasa berada di sisi nya menjadi hiburan baginya. Walau demikian, ia tidak mensyukuri nikmat Allooh, bahkan dibalasnya dengan kekufuran.

Akibatnya, Allooh Subhannahu Ta’ala berfirman:
Aku akan memasukkannya ke dalam Saqar.
Tahukah kamu apa (naar) Saqar itu

Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan.

(Naar Saqar) adalah pembakar kulit manusia. (QS. Al-Muddatstsir: 26-29)
 
http://thinkquantum.files.wordpress.com/2009/12/anak-sholeh.jpg?w=535

Lalu bagaimana caranya agar kita terhindar dari fitnah (godaan) ini?
Jadikanlah cinta pertama kita untuk Allooh Subhannahu Ta’ala. Jadikan manusia yang paling kita cintai adalah Rosul-Nya dan bertakwalah kepada Allooh dalam mengurus mereka.

Rosulullooh Shololloohu ‘alahi Wassallam mengajarkan bahwa di antara yang dapat menghapuskan keburukan akibat godaan anak adalah mengerjakan sholat, puasa, shodaqoh dan beramar ma’ruf nahi munkar. Rosulullooh Shololloohu ‘alahi Wassallam bersabda:
“Gangguan menimpa seseorang disebabkan keluarga, harta, anak, diri dan tetangganya dapat dihapuskan oleh puasa, sholat, shodaqoh dan beramar ma’ruf nahi munkar.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
 
Walloohu a’lam bish showab.

Ditulis ulang oleh Ummu Tsaqiif al-Atsariyyah dari buku “Mencetak Generasi Robbani", Pustaka Darul Ilmi untuk jilbab.or.id

Hormati Ibu

http://farm3.static.flickr.com/2189/2211653150_73daaee1b9.jpg
 
Allah mempunyai maksut tertentu ketika menciptakan manusia,dan maksut tersebut menjadi tugas bagi stiap manusia yang dilahirkan di muka bumi,agar masing masing manusia dapat menjalankan tugas tugas yang di embannya.Allah tidak pernah lupa untuk memberikan “fasilitas” yang unik kepada masing masing orang yang kemudian dinamakan “Bakat” kalau saja setiap orang bisa menemukan “Bakatnya” masing masing itu berarti bahwa kita bisa menemukan “Jalan” suksesnya masing masing.

Dan untuk bisa mendapat tiket masuk ke jalan tersebut dibutuhkan “Do’a Ibu”, karena Ibu memiliki kedudukan yang sangat tinggi di mata Allah Swt.

Suatu ketika seorang bayi siap untuk dilahirkan kedunia,menjelang diturunkan dia bertanya kepada Tuhan,
“Para Malaikat disini mengatakan bahwa besok Engkau akan mengirimku kedunia, tetapi bagaimana cara saya hidup disana? saya begiu kecil dan lemah,” kata si bayi
Tuhan menjawab, ”Aku telah memilih satu Malaikat untukmu ia akan menjaga dan mengasihimu”
“Tapi di surga apa yang saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa,ini cukup bagi saya untuk bahagia”, demikian kata si bayi.
Tuhanpun menjawab, ”Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum unntukmu setiap hari,dan kamu akan merasakan kehangatan dan cintanya,dan jadi lebih berbahagia.“
Si bayipun bertanya kembali, ”dan apa yang dapat saya lakukan saat saya ingin berbicara kepada-Mu?”
Sekali lagi Tuhan menjawab, ”Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdo’a”
Si bayipun masih belum puas, iapun bertanya lagi, “saya mendengar bahwa di bumi banyak yang jahat,siapa yang akan melindungi saya?”
Dengan penuh kesabaran Tuhanpun menjawab, ”Malaikatmu akan melindungimu dengan taruhan jiwanya sekalipun”.
Si bayipun tetap belum puas dan melanjutkan pertanyaannya, ”tapi saya bersedih karena tidak melihat Engkau lagi," dan Tuhanpun menjawab, ”Malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang Aku, dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepada-Ku walaupun sesungguhnya Aku selalu berada di sisimu”.
Saat itu surga begitu tenangnya,sehingga suara dari bumi dapat di dengar, dan sang anak dengan suara lirihnya bertanya “Tuhan, jika saya harus pergi sekarang,bisakah Engkau memberitahu siapa nama Malaikat dirumahku nanti??”

Tuhanpun menjawab,
“Kamu dapat memanggil Malaikatmu ,,, IBU,,,



kenanglah ibu yang menyayangimu
untuk Ibu yang slalu meneteskan airmata ketika aku pergi
Ingatlah engkau,ketika Ibumu rela tidur tanpa selimut demi melihatmu tidur nyenyak dengan dua selimut membalut tubuhmu??
Ingatkah engkau ketika airmata menetes dari mata Ibumu,ketika ia melihatmu terbaring sakit,
sesekali jenguklah Ibumu yang selalu menantikan kepulanganmu dirumah tempat kau dilahirkan, kembalilah memohon maaf pada ibumu yang selalu rindu akan senyumanmu,
simpanlah sejenak kesibukan- kesibukan duniawi yang selalu membuatmu lupa untuk pulang
segeralah jenguk ibumu yag berdiri menantimu di depan pintu bahkan sampai malampun kian larut,
jangan biarkan engkau kehilangan saat saat yang akan kau rindukan di masa datang,
ketika Ibu telah tiada.
Tak ada lagi senyuman indah
tanda bahagianya,
Yang ada hanyalah kamar yang kosong tiada penghuninya,yang ada hanyalah baju yang digantung di lemari kamarnya,
Tak ada lagi yang rela menyiapkan sarapan pagi untukmu makan,
Tak ada lagi yang rela merawatmu sampai larut malam ketika engkau sakit,tak ada lagi yang meneteskan airmata mendo’akanmu disetiap hembusan nafasnya.
Kembalilah segera!
Peluklah Ibu yang selalu menyayangimu,ciumlah kaki Ibu yang selalu merindukanmu dan berikanlah yang terbaik di akhir hayatnya.

Sahabat,,berdo’alah untuk kesehatannya dan rasakanlah pelukan cinta dan kasih sayangnya, jangan biarkan engkau menyesal di masa datang,kembalilah pada ibu yang selalu menyayangimu.
Kenanglah semua cinta dan kasih sayangnya.
Ibu.... MAAFKAN AKU.
sampai kapanpun jasamu tak akan terbalas.
TERIMA KASIH IBU.

Sumber: ustadchandra.wordpress.com

Ibu... Ibu... Ibu... Gratis Sepanjang Masa



Suatu sore, seorang anak menghampiri ibunya di dapur. Ia menyerahkan selembar kertas yang telah ditulisinya. Setelah sang ibu mengeringkan tangannya dengan celemek. Ia pun membaca tulisan itu dan inilah isinya:

Untuk memotong rumput Rp. 5000
Untuk membersihkan kamar tidur minggu ini Rp. 5000
Untuk pergi ke toko disuruh ibu Rp. 3000
Untuk menjaga adik waktu ibu belanja Rp. 5000
Untuk membuang sampah Rp. 1000
Untuk nilai yang bagus Rp. 3000
Untuk membersihkan dan menyapu halaman Rp. 3000
Jadi jumlah utang ibu adalah Rp. 25000





Sang ibu memandangi anaknya dengan penuh harap. Berbagai kenangan terlintas dalam benak sang ibu. Lalu ia mengambil pulpen, membalikkan kertasnya. Dan inilah yang ia tuliskan:
Untuk sembilan bulan ibu mengandung kamu, gratis
Untuk semua malam ibu menemani kamu, gratis
Untuk membawamu ke dokter dan mengobati saat kamu sakit,serta mendoakan kamu, gratis
Untuk semua saat susah dan air mata dalam mengurus kamu,gratis
Kalau dijumlahkan semua, harga cinta ibu adalah gratis
Untuk semua mainan, makanan, dan baju, gratis
 

Anakku … dan kalau kamu menjumlahkan semuanya, Akan kau dapati bahwa harga cinta ibu adalah GRATIS.

Seusai membaca apa yang ditulis ibunya, sang anak pun berlinang air mata dan menatap wajah ibunya, dan berkata: “Bu, aku sayang sekali sama ibu” ia kemudian mendekap ibunya. Sang ibu tersenyum sambil mencium rambut buah hatinya. ”Ibupun sayang kamu... nak” kata sang ibu.

Kemudian sang anak mengambil pulpen dan menulis sebuah kata dengan huruf-huruf besar sambil diperhatikan sang ibu: “LUNAS”.

Sumber: ustadchandra.wordpress.com 

Jihad Para Ibu dalam Pandangan Islam


Islam mengajarkan bahwa kaum ibu merupakan fihak yang sangat istimewa dan tinggi derajatnya. Oleh karena itu kita sangat akrab dengan hadits yang menjelaskan keharusan seorang sahabat agar memprioritaskan berbuat baik kepada ibunya. Bahkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menyebutkan keharusan tersebut sebanyak tiga kali sebelum beliau akhirnya juga menganjurkan sahabat tadi agar berbuat baik kepada ayahnya. Jadi ibaratnya keharusan menghormati dan berbuat baik seorang anak kepada ibunya sepatutnya lebih banyak tiga kali lipat daripada penghormatan dan perilaku baiknya terhadap sang ayah.

Bahaz Ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku bertanya: Wahai Rasulullah, kepada siapa aku berbuat kebaikan?. Beliau bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya lagi: Kemudian siapa?. Beliau bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya lagi: Kemudian siapa?. Beliau bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya lagi: Kemudian siapa?. Beliau bersabda: “Ayahmu, lalu yang lebih dekat, kemudian yang lebih dekat.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Kita juga sangat akrab dengan hadits yang menyebutkan beberapa dosa besar dimana salah satunya ialah durhaka kepada kedua orangtua, yaitu ayah dan ibu. Di antaranya disebutkan sebagai berikut:
Dari Anas ia berkata: Nabi shollallahu ’alaih wa sallam ditanya mengenai dosa-dosa besar, maka beliau bersabda: “Mempersekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang-tua, membunuh jiwa dan kesaksian palsu.” (HR Bukhary)


Bahkan di dalam hadits lainnya disebutkan bahwa kedua orang-tua merupakan faktor yang sangat besar mempengaruhi apakah seseorang bakal menuju ke surga ataukah ke neraka. Artinya, perilaku baik seseorang kepada kedua orang-tuanya bakal memperbesar kemungkinannya berakhir di dalam rahmat Allah dan surga-Nya. Sedangkan kedurhakaannya kepada kedua orang-tua bakal memperbesar kemungkinan hidupnya berakhir di dalam murka Allah dan neraka-Nya.

Dari Abi Umamah ia berkata: “Ada seorang lelaki berkata: “Ya Rasulullah, apakah hak kedua orang-tua atas anak mereka?” Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Keduanya (merupakan) surgamu dan nerakamu.” (HR Ibnu Majah)

Hal ini sejalan dengan hadits berikut ini: Dari Abdullah Ibnu Amar al-’Ash Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.” (HR Tirmidzi)

Namun yang menarik ialah ditemukannya hadits yang secara khusus mengungkapkan haramnya durhaka kepada sang ibu. Sedangkan hal ini tidak kita temukan dalam kaitan dengan larangan berlaku durhaka kepada sang ayah. Sudah barang tentu ini tidak berarti bahwa berlaku durhaka kepada fihak ayah dibenarkan. Yang jelas dengan adanya larangan khusus berlaku durhaka kepada fihak ibu cuma menunjukkan betapa ajaran Islam sangat menjunjung tinggi martabat kaum ibu.

Bersabda Nabi shollallahu ’alaih wa sallam: “Allah melarang kalian durhaka kepada ibu kalian.”(HR Bukhary)

Dalam hadits lain kita juga dapati bagaimana Islam menyuruh menghormati ibu sekalipun ia bukan orang beriman seperti hadits yang diriwayatkan oleh Asma puteri sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq berikut ini:
Asma binti Abu Bakar berkata: “Telah datang kepadaku ibuku dan dia seorang wanita musyrik di zaman Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam. Maka aku datang kepada Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam meminta fatwa beliau. Aku bertanya kepada beliau: ”Telah datang kepadaku ibuku sedangkan ia punya suatu keperluan. Apakah aku penuhi permintaan ibuku itu?” Maka Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Iya, penuhilah permintaan ibumu itu.” (HR Bukhary)

Mengapa kaum ibu sedemikian diutamakan? Karena mereka adalah fihak yang sejak masih mengandung anak saja sudah merasakan beban memikul tanggung-jawab membesarkan anak-anaknya. Mereka adalah pendamping, penyayang, pengasuh dan pengajar pertama dan utama bagi seorang anak. Ibu adalah fihak yang paling banyak direpotkan oleh anak semenjak mereka masih kecil. Begitu lahir anak menuntut air susu ibunya. Keinginan minum ASI seringkali tidak pandang waktu. Bisa jadi seorang ibu di tengah malam ”terpaksa” bangun mengorbankan waktu istirahatnya demi menyusui buah hatinya.


Seorang ibu juga direpotkan ketika anaknya ngompol dan buang air besar. Ibulah yang biasanya harus mencebok dan membersihkan anaknya. Semakin ikhlas seorang ibu mengerjakan semua aktifitas tadi maka semakin melekatlah si anak kepada dirinya. Di balik segala kerepotan tadi sesungguhnya terjalinlah ikatan hati yang semakin kokoh antara ibu dan anak. Itulah sebabnya ketika seseorang sudah dewasa sekalipun, tatkala dalam kesepian tidak jarang rasa rindu akan belaian tangan ibunya yang penuh kasih sayang terkenang kembali.

Dalam pepatah Arab ada ungkapan berbunyi Al-Ummu madrasah (ibu adalah sekolah). Benar, saudaraku. Seorang ibu merupakan sekolah pertama bagi setiap anak. Ibulah yang pertama kali mengajarkan banyak pelajaran awal tentang kehidupan kepada anak. Apalagi di zaman penuh fitnah seperti sekarang dimana al-ghazwu al-fikri (perang pemikiran/ perang budaya/ perang ideologi) datang menyerbu rumah-rumah kaum muslimin. Serbuan itu datang dari berbagai penjuru. Bisa dari televisi, internet, facebook, buku bacaan, komik, majalah, nyanyian, musik, pergaulan bahkan dari sekolah formal…! Maka kehadiran seorang ibu yang memiliki wawasan pengetahuan luas menjadi laksana penjaga benteng terakhir bagi anak-anaknya. Ibulah yang bertugas membentengi, memfilter dan mengarahkan anak-anak menghadapi berbagai serbuan perang budaya tadi.

Di masa kita dewasa ini saat mana faham ateisme, materialisme, sekularisme, liberalisme dan pluralisme begitu dominan mewarnai kehidupan masyarakat dunia, maka kehadiran seorang ibu sendirian mendampingi anak-anaknya kadang dirasa kurang memadai. Sehingga kerjasama antara ayah-mukmin dan ibu-mukminah sangat diperlukan. Dalam dunia modern anak-anak kita sangat perlu pengarahan yang sangat kokoh dan kompak dari kedua orang-tuanya sekaligus untuk meng-counter serangan musuh-musuh Islam yang pengaruh buruknya semakin hari semakin hegemonik.


Betapapun, seorang ayah tidak mungkin diharapkan untuk terus-menerus berada di rumah karena tuntutan mencari ma’isyah (penghasilan) bagi anak-isterinya. Oleh karenanya kehadiran dan keaktifan peran seorang ibu di rumah mendampingi anak-anaknya menjadi sangat strategis. Oleh karenanya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menyetarakan hadir dan aktifnya seorang ibu mendampingi anak-anaknya di rumah dengan aktifitas jihad fi sabilillah yang dilakukan oleh kaum pria di medan perang menghadapi musuh-musuh Allah.

Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Kaum wanita datang menghadap Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bertanya: “Ya Rasulullah, kaum pria telah pergi dengan keutamaan dan jihad di jalan Allah. Adakah perbuatan bagi kami yang dapat menyamai ’amal para mujahidin di jalan Allah?” Maka Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Barangsiapa di antara kalian berdiam diri di rumahnya maka sesungguhnya ia telah menyamai ’amal para mujahidin di jalan Allah.” (HR Al-Bazzar)

Wahai kaum ibu, ikhlaslah dan sabarlah menjaga pos jihad kalian. Didiklah generasi masa depan calon-calon mujahidin dan mujahidat fii sabilillah harapan ummat…!


sumber: www.eramuslim.com

Ibu Dalam Pandangan Islam


Segala puji bagi Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang telah mengangkat kita dari setitik air yang hina menjadi mahluk yang sempurna, shalawat berserta salam tak lupa kami curahkan untuk nabi Muhammad shalallahualaihi wassalam yang atas perjuangannya membawa kita kepada agama yang hak

Ibu... betapa indah dan sucinya kata ini. Kata yang membawa wanginya keramahan dan cinta kasih ke dalam jiwa, dan membuat kita merasakan kehangatan dan kemurniannya.
Dunia barat sekarang baru menemukan nilai mulia Ibu, sedangkan umat Islam telah berabad-abad mempercayai kedudukannya yang mulia berdasarkan ajaran Ilahi melalui Islam. Islam percaya pada nilai ibu yang luar biasa, dan telah menarik perhatian manusia melalui berbagai ungkapan dan pernyataan. Bahkan Islam menganggap bahwa mencapai tahap akhir kesempurnaan, yakni Surga, tergantung pada keridhoan sang Ibu. Rasulullah bersabda : "Syurga terletak di bawah telapak kaki Ibu..."

Dalam memuliakan kedudukan Ibu, Islam tidak membatasi diri pada nasihat, perintah dan anjuran lisan. Tetapi Islam juga memandang perintah dan larangan Ibu sebagai suatu kewajiban untuk dilaksanakan dalam hal-hal tertentu. Misalnya apabila seorang anak ingin berpuasa sunnah, atau melakukan suatu perjalanan yang disunnahkan, tetapi sang Ibu melarangnya, maka wajiblah untuk si Anak menaati Ibunya. Apabila anak itu melawan kehendak ibunya, maka bukan saja ia tidak memperoleh pahala karena amalnya itu, melainkan ia justru memperoleh dosa dikarenakan penolakannya untuk menaati ibunya.

Hal lain dimana perintah ibu dihormati sebanding dengan Allah ialah apabila perintah Allah berlawanan dengan larangan Ibu, dengan syarat bahwa perbuatan itu tidak termasuk dalam perintah yang wajib seperti shalat fardhu atau puasa di bulan Ramadhan. Misalnya dalam masalah Jihad, orang yang mampu berperang harus ikut serta dalam pertempuran. Tetapi apabila seorang muda memenuhi semua persyaratan untuk pergi berjihad, kecuali bahwa ibunya tidak mengizinkannya pergi (dengan syarat bahwa keabsenannya tidak membahayakan umat Islam), maka ia boleh untuk tidak ikut peperangan semata-mata karena larangan ibunya.

Kisah seorang anak yang ingin sekali pergi ke medan Jihad untuk kemajuan Islam. Tetapi ibunya tidak mengizinkan meninggalkannya untuk pergi berperang. Nabi yang Mulia bersabda :
"Pergilah untuk tinggal bersama ibumu. Saya bersumpah kepada Tuhan yang memilih saya sebagai Nabi, bahwa pahala yang engkau dapatkan untuk melayaninya meskipun hanya semalam, dan membahagiakannya dengan kehadiranmu, jauh lebih besar dari pahala perang jihad selama satu tahun"

Islam memandang penghormatan kepada orang tua dan pelaksanaan hak-hak mereka sebagai kewajiban manusia terbesar setelah perintah Ilahi. Al-Qur'an mengatakan dalam hubungan ini, "...bersyukurlah kamu kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu..." (Qs. Luqman : 14). Perlu diperhatikan bahwa disini Allah Ta'ala segera setelah menyebut Hak-Nya sendiri, menyebutkan hak kedua orang tua.

Seorang lelaki datang kepada Nabi seraya berkata, "Wahai Nabi Allah... Tunjuki saya, kepada siapa saya harus berbuat baik untuk mendapatkan manfaat yang sempurna atas amal kebajikan saya?" Beliau bersabda, "Berbuat baiklah kepada Ibumu...". Lelaki itu bertanya dua kali lagi, "Dan sesudah beliau?" Nabi menjawab, "Kepada Ibumu...". Lelaki itu bertanya, "Kepada orang lain siapakah saya mesti berbuat baik pula?" Nabi bersabda, "Kepada Ayahmu..."

Allah memberikan kecerdasan pada setiap perempuan. Karena itu pada perempuanlah anak dititipkan. Sebuah ibroh yang perlu kita teladani dari seorang perempuan yang telah menjadi sosok Ibu yaitu Siti Hajar. Beliau mengajarkan sebuah makna kecerdasan tak lagi berbatas pada kecerdasan akal. Kecerdasan ini pula yang kemudian diwarisi oleh sahabiyah-sahabiyah si masa Rasulullah, antara lain Aisyah, Fathimah, Asma binti Abu Bakar, Hafsah binti Umar bin Khaththab, dan sederet nama besar lainnya. yang telah melahirkan generasi Mujahid sekelas Hasan dan Husain, serta Abdullah bin Zubair bin Awwam.

Kecerdasan itu niscaya tak pernah hilang, selama keikhlasan senantiasa bersemayam di hati seorang wanita. Mereka adalah perempuan-perempuan yang sama dengan kita. Mereka adalah perempuan-perempuan yang diciptakan sama dengan apa yang kita miliki. Dengan demikian, kecerdasan yang mereka milikipun tak mustahil kita miliki.

Kecerdasan yang sebenarnya adalah yang berasal dari sebuah hati yang sepenuhnya tunduk dihadapan kehendak-Nya. Kecerdasan itu hadir dari sebuah keikhlasan dan prasangka baik pada setiap takdir yang dibentangkan oleh Yang Maha Perkasa dalam kehidupan.

Sungguh, ketundukkan hatilah yang telah menghantarkan Hajar, seorang ibu yang sebelumnya hanyalah seorang budak, mampu mendidik anaknya (Nabi Ismail) hingga beranjak remaja, saat kembali bertemu dengan suaminya (Nabi Ibrahim). Tanpa keluh, tanpa hasrat untuk meninggalkan anggapan buruk tentang Ayah dalam benak anaknya. Hanya kepasrahan yang ditularkannya pada sang anak, tentang keyakinan bahwa perintah Tuhan nya tak akan membuat seorang hamba menderita.

Akhirnya dengan segenap kekuatan dan potensi, kaum perempuan untuk belajar melakukan yang terbaik. Jangan ada pandangan perempuan itu makhluk yang lemah. Sesungguhnya semua perempuan suatu saat akan menjadi seorang ibu yang diamanahi seorang anak sebagai tanggung jawab utama. Di pundak kita tertumpu kewajiban untuk menjadikannya Mujahid dan Mujahidah sejati. Semoga Allah subhanahuwataala selalu menuntun kita dalam meniti kehidupan yang semakin berat tantangannya. Dan kita akan selalu menghormati, menyayangi orang tua kita. Selalu mendoakan orang tua kita agar diampuni semua kekhilafannya.
Amiin Ya Allah...

Sumber: darmaccti.blogspot.com 

Peran Wanita Sebagi Ibu, Menurut Islam

"Hadits Riwayat Imam Ahmad, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Surga itu terletak di bawah telapak kaki "ibu".

Pernikahan bagi kaum "wanita" tidak sekedar mengubah status dari gadis menjadi nyonya. Namun dia dituntut tanggung jawab berat dan memerlukan persiapan dan pengalaman. Persyaratan umur merupakan kesiapan fisik. dan persyaratan pengalaman dan ilmu merupakan kematangan psykhologis. Kematangan biologis menentukan pula kuat dan sehatnya keturunan, sedangkan pengetahuan agama mempersiapkan terhadap hakekat tanggung jawab. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai 21 tahun harus mendapat ijin orang tua.

"Wanita" sebagai makhluk yang dikodratkan sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. "Wanita" sanggup mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.

Apabila kita membahas tentang tugas kaum "ibu", sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat "wanita" yang berat itu, kadang kala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang "wanita" dipersiapkan memiliki kesanggupan.


"Wanita" sebagai "ibu" adalah pendidik paling primer bagi manusia. Kaum "ibu" yang ideal tidak sekedar dapat bobot (hamil), namun "ibu" harus berbobot (berkualitas). Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.

Peran "ibu" apabila diserahkan kepada pembantu rumah tangga dengan mutlak, akan berakibat fatal bagi anak. Sampai dimana idealisme seorang pembantu?

Sebagai seorang "ibu" --- Peranan apa yang harus tidak boleh diabaikan dan apa akibatnya apabila peran itu diabaikan?


Di tangan kaum "ibu" berhasil tidaknya membuat apa yang di atas bumi ini lebih berharga dari pada apa yang ada di dalam bumi. Manusia-manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah lebih berharga dari pada emas dan mutiara yang dikandung bumi. MAnusia-manusia kufur dan durhaka, lebih rendah harganya dari pada gas belirang dan batu bara. Atau mungkin wujud manusia, namun nilainya seperti magma dalam tanah.

Disinilah letak peranan "wanita" sebagai "ibu", cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal di tangan kaum "wanita". Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah SAW memberi penghargaan terhadap kaum "ibu", sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para "ibu".

"Ibu" seperti apa yang berhasil membuat anak-anaknya dapat mencapai surga? Beberapa langkah yang dapat mengarah kesana antara lain:

1. Dorongan "Ibu" yang bertanggung jawab

Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang "wanita" ("ibu") sudah menjalankan sholat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."


2. Mendidik anaknya mulai masih dalam kandungan

Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum "ibu" yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.


Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ali 'Imran Ayat 38, yang artinya:

"Disanalah Zakariya mendo'a kepada Tuhannya seraya berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar do'a."


Dan Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Allah, kabulkanlah do'aku."


3. Mendidik sopan santun agar menjadi anak yang mulia

Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit lagi. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Anas, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Jadikanlah anak-anakmu orang yang mulia, dan jadikanlah sopan santun mereka menjadi baik."

Urutan mendidik anak, antara lain sebagai berikut:

a. Mendidik membiasakan bersyukur kepada Allah SWT, misalnya ucapan hamdalah stiap selesai makan, minum, ibadah dan sebagainya.

b. Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik.

c. Disadarkan jerih payah "ibu" bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat.

d. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan.

e. Dididik untuk menegakkan shalat; Hal ini sebagaimana dijelaskan Hadits Riwayat Tirmidzi, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

"Suruhlah kanak-kanak itu agar shalat apabila ia sudah berumur 7 tahun dan apabila ia sudah berumur 10 tahun, maka hendaklah kamu pukul jika mereka meninggalkan shalat."

f. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong.

g. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda:

"Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu:
1). Mencintai Nabimu.
2). Mencintai keluarga Nabi.
3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."

h. Menanamkan himmatulaliyah.
Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Berikan cerita-cerita orang besar supaya timbul dan terbuka akalnya.

i. Membiasakan disiplin.
Tidak kecil artinya kebiasaan disiplin ini, sebab apa yang pernah dilakukan sejak kanak-kanak, akan menjadi kesatuan pribadi. Apabila setiap anak yang lahir mendapatkan pendidikan dan pengarahan yang serupa ini, niscaya generasi muda yang ideal, bertanggung jawab dan berjiwa besar akan segera terwujud.


4. Peranan "Ibu" dalam pembangunan

Selain menyiapkan anak yang berkualitas, kaum "ibu" masih mempunyai tugas yang sangat penting yang meliputi:

a. Pengendalian Kependudukan.

Masalah pertumbuhan penduduk bukanlah masalah kecil, bahkan masalah internasional yang dirasa sangat mendesak.

Kita sadar bahwa manusia ditetapkan menempati planet bumi, dimana arealnya hanya sekitar 500.000.000 km persegi. berdasarkan garis tengah 12.742 km. Padahal tempat yang secara gratis dapat kita tempati hingga saat ini hanyalah bumi. Kalau bumi seluas ini terdiri dari lautan dua pertiganya, maka berarti daratan yang menjadi tempat tinggal kita hanyalah 150.000.000 km persegi.

Angka kepadatan secara kasar bumi kita saat ini mencapai 27 orang, namun di kota-kota besar di tanah air kita sudah mencapai 550 - 650 orang tiap km persegi.

Masalah kepadatan penduduk ini menjadi perhatian kita bersama. Bagi kaum "ibu" perlu menyadari, apakah tugas kodratnya hanya melahirkan? Bukankah melahirkan itu tidak wajib? Karena tidak ada satu ayatpun yang mengharuskan kaum "wanita" wajib beranak. Dalam ajaran Islam, yang ada yaitu perintah supaya anak menjadi manusia utama yang bernilai anak shaleh. Tidaklah bijaksana kalau kita tetap berorientasi pada jumlah anak, bukan kualitasnya. Jadi disini titik berat yang menjadi kopetensi kaum "wanita" sekaligus sebagai "ibu" adalah mengatur kelahiran.


Apabila terdapat seorang "ibu" sering sekali melahirkan, fisiknya akan menjadi lemah, perawatan anak kurang tertib dan sekaligus kewajiban menjalankan ibadah banyak terganggu. Perlu dipertimbangkan bahwa dengan seringnya kelahiran membuahkan keturunan yang lemah, baik fisik, rohani, akal dan kemampuan keuangan. Mempunyai keturunan yang lemah, telah diperingatkan dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 9:

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar."

Berkaitan dengan perencanaan masalah kelahiran, berdasarkan beberapa alasan baik pertimbangan kemaslahatan maupun ayat Al-Qur'an, maka bagi pasangan usia subur (PUS) sebagai sasaran program Keluarga Berencana (KB). Jadi KB niatnya adalah untuk kemaslahatan "ibu" dan kesejahteraan keturunan kita.

b. Lahirnya Generasi Bangsa Yang Bertaqwa Kepada Tuhan Yamg Maha Esa.

Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran "ibu" sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, padahal "ibu"lah yang paling dekat.


Untuk menciptakan generasi bangsa yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, di samping langkah-langkah yang telah dijelaskan tadi, maka perlu usaha-usaha antara lain adalah:

1). Berusaha menjauhi makanan yang haram.

Daging yang tumbuh bagi si pemakan itu sendiri, apabila dari makanan haram berakibat:
a). Mengotori jiwa sehingga ketenangan batin sulit diwujudkan.
b). Beratnya tubuh untuk beribadah.
c). Kotornya hati, sebab salah satu fungsinya ialah menyimpan darah. Kalau yang disimpan darah kotor berarti endapan penyakit.
d). Melahirkan anak yang kadang-kadang sulit diatur.
e). Hati sulit menerima iman, dapat dikatakan hatinya berpenyakit.


Tidak menutup kemungkinan anak yang lahir dapat mempunyai tipe-tipe cenderung negatif; Yang menurut Psikology ada beberapa tipe manusia yang negatif, antara lain:

a). Kliptomania, orang yang mempunyai kecenderungan untuk mencuri.
b). Dipsomania, anak yang cenderung pada minuman keras, ganja. morphin dan lain-lain.
c). Pinomania, kecenderungan untuk merusak.
d). Dipresif, kecenderungan berbuat robot, amoral. asosial, freesex, sadis, suka bunuh diri, dan sebagainya.


Sebagai istri dari suami dan sekaligus sebagai "ibu" dituntut sifat hati-hati terhadap masalah ini. Korek dan waspada supaya suami tetap berhati-hati untuk memperoleh rezeki. Tidak senang karena uang banyak, namun dia senang secukupnya asal halal. Dalam Islam menjaga dari haram ini mendapat perhatian yang sangat serius, mengingat akibatnya sangat fatal.

2). "Ibu" Berkewajiban Mendidik Iman.

Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada "ibu" dan ayahnya. Hal ini sama dengan pendapat ahli pendidikan Inggris, John Lock, bahwa anak bagaikan kertas putih. Corak dan wujud tulisan tergantung penulisnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."

3). "Ibu" Bertanggung Jawab Mendidik Supaya Anak Taat Kepada Allah.

Apabila sejak dini kaum "ibu" dipersiapkan sebagai "ibu" ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-A'raf Ayat 96:

"Jikalau sekiranya penduduk kota-kota beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."

Kaum "ibu" yang siap dan sanggup memikul amanat tadi, akan dapat menciptakan masyarakat yang damai, subur dan makmur di bawah ridha Allah SWT. Bagi kaum "wanita " yang berfungsi sebagai "ibu" seperti di atas, digembirakan oleh Rasulullah SAW sebagai jihad fisabilillah. Karena "ibu" yang ideal tadi dipandang dari segi kesejahteraan keluarga dan masyarakat merupakan faktor penentu. "Ibu" yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.

Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda:



"Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:
a). Punya istri yang shalihah.
b). Punya anak-anak yang baik.
c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh).
d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri."

(Sumber: Peranan "Wanita" Dalam Pembangunan Bangsa Menurut Islam. Oleh Drs. H. Jumari Ismanto dkk.).



Begitu beratnya peran "wanita" sebagai seorang "ibu". Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya'Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.

Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum "wanita", karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.

Hanya dengan kasih sayang, perhatian, pengertian dan kesabaran yang luar biasa, maka kaum "wanita" dapat turut mewujudkan cita-cita bangsanya, yaitu manusia Indonesia seutuhnya, lahir batin, berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.

Andil "wanita" jualah kelak yang akan membuktikan: Apakah generasi mendatang dapat mempertahankan perdamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia. Atau sebaliknya, menciptakan kehancuran dan menimbulkan keserakahan untuk menguasai dunia.  


Kemuliaan Seorang "IBU"



Kitab Suci Al-Qur'an memberikan kemuliaan kepada kedua orang tua kita ("Ibu" dan Bapak). Dalam Surat Bani Israil ayat 23, dijelaskan bahwasanya menghormati dan memuliakan kedua orang tua ("Ibu" dan Bapak), terletak sesudah ketaatan dan pengabdian kepada Allah SWT. Namun pada Surat Al-Luqman dalam menghormati orang tua ditekankan, betapa susah "ibu" mengandung, sehingga kedudukan "ibu" sesungguhnya mempunyai tempat yang amat istimewa dalam kehisupan umat manusia.

Kemuliaan, keikhlasan dan kesabarannya yang luar biasa dalam mengandung bayinya, serta mempertaruhkan nyawa pada saat melahirkan anak belahan jantungnya, tentu tidak dapat dibandingkan dan dinilai dengan apapun. Selanjutnya, harus diakui bahwa tiada cinta, sepenuh kasih sayang "ibu" sepanjang masa.

Di dunia ini pula, tidak ada perhitungan apalagi untuk meminta imbalan balasan jasa, tanpa pamrih. Pendek kata--- murni dan tulus. Wajarlah apabila do'a serta kutukan dari seorang "ibu" terhadap anaknya dianggap sangat manjur, karena sering dikabulkan oleh Allah SWT.

Tuntunan hadits, menyebutkan bahwasanya prioritas bakti, diutamakan dan ditujukan pertama kepada "ibu". Seperti sabda Rasulullah SAW sendiri yang memberikan jawaban sampai tiga kali berturut-turut; "Ibu"mu!, ketika beliau ditanya manakah yang harus lebih dahulu diberikan bakti. Baru pada jawaban keempat, beliau menjawab ayahmu!

 Menurut sebuah hadits yang disarikan oleh Thalak bin Mu'awiyah As Sulaimy yang datang kepada Rasulullah SAW, ia ingin turut pergi berjihad fisabilillah bersama Rasulullah. Maka ditanyakan oleh beliau, apakah "ibu"mu masih hidup? Dia menjawab 'masih'. Maka Rasulullah bersabda: 'Duduklah terus di jujurannya, disitulah terletak surga'.

Begitulah kedudukan "ibu", dalam ajaran dan pandangan Islam. Dituntun oleh sabda Illahi sendiri, di dalam Al-Qur'an. Diiringi keterangan yang diberikan oleh Rasulullah SAW. Maka benarlah bahwa surga, sesungguhnya berada di bawah telapak kaki "ibu". Adakah gerangan, penghargaan dan kemuliaan yang diberikan kepada "ibu", melebihi dari pada ini semua?

Kekuatan Do'a Seorang Ibu (Wanita)

 

































Sebuah Artikel Memperingati Hari Ibu 22 Desember

1. Doa wanita lebih makbul daripada lelaki kerana sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah S.A.W. akan hal tersebut, jawab baginda: “Ibu lebih penyayang daripada bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia.”
2. Wanita yang salehah (baik) itu lebih baik daripada 70 orang lelaki yang soleh.
3. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya, darjatnya seumpama orang yang sentiasa menangis kerana takutkan Allah S.W.T. dan orang yang takut akan Allah S.W.T. akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
4. Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu diberikan kepada
keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barang siapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail A.S.
5. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah S.A.W.) di dalam syurga.
6. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya adalah syurga.
7. Daripada Aisyah r.a. “Barang siapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.
8. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
9. Apabila memanggil akan engkau dua orang ibu bapamu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.
10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.

 















11. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama mana dia taat kepada suaminya dan direkannya (serta menjaga sembahyang dan puasanya).
12. Aisyah r.a. berkata “Aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W., siapakah ang lebih besar haknya
terhadap wanita? Jawab baginda, “Suaminya.” “Siapa pula berhak terhadap lelaki?” Jawab Rasulullah
S.A.W.”Ibunya.”
13. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa sebulan Ramadan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana sahaja yang dia kehendaki.
14. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah S.W.T. memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya (10,000 tahun).
15. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah S.W.T. mencatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.
16. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah S.W.T. mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah S.W.T.
17. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
18. Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.

 




















19. Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah S.W.T. memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah S.W.T.
20. Seorang wanita solehah adalah lebih baik daripada 70 orang lelaki Saleh.
21. Seorang wanita yang jahat adalah lebih buruk daripada 1,000 lelaki yang jahat.
22. 2 rakaat shalat dari wanita yang hamil adalah lebih baik daripada 80 rakaat solat wanita yang tidak hamil.
23. Wanita yang memberi minum susu kepada anaknya daripada badannya (susu badan) akan dapat satu pahala daripada tiap-tiap titik susu yang diberikannya.
24. Wanita yang melayan dengan baik suami yang pulang ke rumah di dalam keadaan letih akan mendapat pahala jihad.
25. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suami yang melihat isterinya dengan kasih sayang akan dipandang Allah dengan penuh rahmat.
26. Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumah tangganya akan masuk syurga 500 tahun lebih awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70,000 malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan di dalam syurga, dan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat daripada yakut.

 














27. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari kerana menjaga anak yang sakit akan diampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia hiburkan hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadat.
28. Wanita yang memerah susu binatang dengan “bismillah” akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan.
29. Wanita yang menguli tepung gandum dengan “bismillah”, Allah akan berkatkan rezekinya.
30. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti meyapu lantai di baitullah.
31. Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada siang hari.
32. Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadat pada malam hari.
33. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun solat dan puasa dan setiap kesakitan pada satu uratnya Allah mengurniakan satu pahala haji.
34. Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia akan dikira sebagai mati syahid.
35. Jika wanita melayani suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun solat.

 




















36. Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup tempoh (2 1/2 tahun), maka malaikat-malaikat di langit akan khabarkan berita bahawa syurga wajib baginya.
37. Jika wanita memberi susu badannya kepada anaknya yang menangis, Allah akan memberi pahala satu tahun solat dan puasa.
38. Jika wanita memijit suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7 tola emas dan jika wanita memijit suami bila disuruh akan mendapat pahala 7 tola perak.
39. Wanita yang meninggal dunia dengan keredhaan suaminya akan memasuki syurga.
40. Jika suami mengajarkan isterinya satu masalah akan mendapat pahala 80 tahun ibadat.
41. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat, tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang memberati auratnya yaitu memakai purdah di dunia ini dengan istiqamah.


Kekuatan Doa





































Dalam kitab Fiqhus Sirah karya Syekh Muhammad al-Ghazali, Imam Muslim meriwayatkan bahwa sewaktu Perang Badar, Rasulullah SAW berdoa di dalam kemah. Rasulullah berdoa dengan penuh khusyuk dan merendah diri seraya menengadahkan kedua telapak tangannya ke langit memohon supaya diberi kekuatan untuk mengalahkan musuh.

Di antara doa yang beliau ucapkan adalah: ”Ya Allah, kalau pasukan kaum Muslimin ini sampai binasa, maka Engkau tidak akan disembah lagi oleh manusia di muka bumi ini.” Kemudian beliau memperkeras suaranya, ”Ya Allah, tunaikanlah janji yang telah Engkau berikan kepadaku, ya Allah pertolongan-Mu ya Allah!”
Beliau mengangkat kedua belah tangannya sedemikian tinggi hingga burdahnya jatuh dari pundaknya tanpa disadarinya, sehingga Abu Bakar menyampirkan kembali burdah itu di atas pundak beliau seraya berkata dengan perasaan haru, ”Ya Rasulallah, kurangilah kesedihan Anda dalam berdoa kepada Allah! Allah pasti akan memenuhi janji yang telah diberikan kepada Anda!”

Di tengah begitu banyaknya musibah dan bencana yang menerpa dan mendera bangsa Indonesia saat ini, baik itu berupa krisis ekonomi, politik, hukum, dan moral, serta bencana alam berupa banjir, kebakaran hutan, kemarau panjang, pertumpahan darah di banyak wilayah negeri ini, serta musibah-musibah lainnya, kisah di atas selayaknya dapat memberikan pelajaran kepada kita.

Doa itu senjata dan kekuatan orang beriman (HR Al-Hakim dari Ali bin Abi Thalib). Ibnu Qayyim mengatakan, ”Jika perisai doamu lebih kuat dari musibah maka ini akan menolaknya, tetapi jika musibah lebih kuat dari perisai doamu, maka ia akan menimpamu, namun doa itu sedikitnya tetap akan mengurangi efeknya. Dan jika perisai doamu seimbang dengan kekuatan musibah, maka keduanya akan bertarung.”

Tak ada gunanya waspada menghadapi takdir, namun doa bermanfaat menghadapi takdir sebelum dan sesudah ia turun dan sesungguhnya ketika musibah itu ditakdirkan turun dari langit maka ia akan segera disambut oleh doa di bumi lalu keduanya bertarung sampai hari kiamat (HR Ahmad, al-Hakim dan Thabarani).


















Begitulah kekuatan doa, ketika segala daya dan upaya telah kita lakukan untuk mengatasi berbagai macam persoalan kehidupan, maka sudah selayaknya kita tetap berdoa kepada Allah SWT. Ketika seorang sahabat Rasulullah selalu langsung meninggalkan masjid setelah selesai shalat tanpa berdoa, Nabi pun menegurnya dengan pertanyaan, ”Apakah kamu sama sekali tidak mempunyai kebutuhan kepada Allah?” Sahabat itu pun terperanjat dan mulai memahami arti doa, maka setelah itu ia pun rajin berdoa kepada Allah. ”Bahkan,” katanya di kemudian hari, ”garam pun kuminta kepada Allah SWT.”

Nah, marilah kita berdoa, sebagaimana yang diperintahkan di dalam firman-Nya, ”Dan Tuhanmu berkata, ‘berdoalah kepada-Ku niscaya akan Kupenuhi permintaanmu.” (QS Al Ghafir ayat 60).

Sumber http://www.al-azim.com

Harga Tiket Final AFF Naik, Istana Protes

The image “http://media.vivanews.com/thumbs2/2010/12/17/101599_suporter-indonesia-berjubel-antre-tiket-semifinal-piala-aff_300_225.jpg” cannot be displayed, because it contains errors.

Kenaikan harga tiket pertandingan final Piala AFF 2010 antara Indonesia melawan Malaysia di stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Selatan, Rabu 29 Desember 2010, dikritik.

Staf khusus presiden Andi Arief menilai lonjakan harga tiket final Piala AFF 2010 bisa merusak semangat nasionalisme. "Ini kado pahit Natal dan Tahun Baru," ujarnya kepada INILAH.COM, Selasa (21/12/2010).

Sebagaimana diberitakan, tiket pertandingan final leg-2 AFF Suzuki Cup 2010 di Jakarta, Rabu (29/12/2010) dicetak lebih banyak dibanding laga semifinal. Tetapi, harga tiket mengalami kenaikan di semua kategori. Tiket termurah seharga Rp 75 ribu dan yang termahal dihargai senilai Rp 1 juta.

Tak seperti babak semi final yang memiliki harga sama dengan penyisihan, tiket kategori III (tribun atas) kali ini mengalami kenaikan menjadi Rp 75 ribu. Kategori II (belakang gawang) juga naik menjadi Rp 150 ribu.

Untuk kategori lebih tinggi juga mengalami kenaikan. Kategori I akan dijual dengan harga Rp 200 ribu. VIP Timur naik dari Rp 250 ribu menjadi Rp 350 ribu. Begitupula dengan VIP Barat yang kini harus ditebus dengan harga Rp 500 ribu. Dan, yang paling mahal dengan kenaikkan seratus persen adalah untuk kategori VVIP dengan harga Rp 1 juta.

Rencananya, tiket ini sudah mulai dijual pada tanggal 23-27 Desember. Seperti sebelumnya, pada kurun waktu tersebut pembeli akan mendapatkan voucher untuk ditukar kemudian dengan tiket asli pada tanggal 28 Desember 2010.

Mekanisme penjualan tiket akan dilakukan melalui dua cara, online dan manual. Penjualan secara online dikhususkan untuk tiket VVIP dan VIP Barat, sedangkan yang lainnya dilakukan secara manual. Khusus penjualan via online, masih terus dimonitor efektifitasnya. Pasalnya, penjualan tiket secara online saat ini hanya 1 persen dari total keseluruhan.

“Padahal sistem penjualan secara online ini adalah solusi jitu bagi masyarakat untuk mendapatkan tiket tanpa harus repot–repot mengantri. Sayang, masih belum banyak masyarakat yang terbiasa melakukan pembelian secara online dengan kartu kredit,” ungkap Joko Driyono, Ketua LOC Indonesia.


Sumber : inilah.com