Sabtu, 08 Januari 2011

Matinya Ruh Peradaban Barat

Muhasabah_10























Bukan cerita fiksi jika cahaya Islam tengah merasuki warga negara-negara Barat. Sebuah temuan baru di Inggris belakangan ini menyebutkan, ada gelombang besar di kalangan perempuan terpelajar negeri Pangeran Charles itu memilih Islam sebagai keyakinan baru mereka.

Anehnya, konversi keyakinan kepada Islam itu tak hanya terjadi di Inggris. Juga cukup massif terjadi di sejumlah negara-negara Barat lainnya, seperti Amerika Serikat, Jerman Barat, Perancis, Belanda dan negeri-negeri Barat lainnya.

Ini tentu bukan cerita karangan. Bukan pula sebuah tipu muslihat. Namun, sebuah kenyataan. Laporan statistik menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang mengalami pertumbuhan terbesar di dunia. “Bukti menunjukkan bahwa rasio perempuan Barat pindah keyakinan ke Islam setinggi 2:1,” kata sosiolog Inggris Kevin Brice.

Fenomena ini cukup aneh mengingat pasca tragedi 9 September, teror dan kampanye negatif kepada Islam, cukup merata di seluruh negeri Barat. Islam dituding agama yang menyebarkan kebencian, teroris. Umat Islam diteror dan dipersulit menjalankan ibadahnya.

Fenomena ini semakin kencang mendengung karena sejumlah media Barat terlibat aktif mengipas-ngipasi isu tersebut.Apakah ini terjadi begitu saja tanpa sebab? Ada asap, ada api. Ada kejadian pasti ada penyebabnya. Lantas, apa yang menyebabkan masyarakat Barat berbondong-bondong meninggalkan keyakinan nenek moyangnya dan memilih memeluk Islam.

Sumber malapetaka negeri-negeri barat bermuara kepada peradaban yang mereka bangun sendiri, yaitu peradaban Barat. Peradaban Barat Kristiani dengan berbagai kemajuan yang dibanggakan selama ini, ternyata semu, dangkal. Agama Kristiani yang dijadikan penopang berdirinya peradaban Barat, pondasinya tidak kokoh.
 
Hal ini menimbulkan akibat buruk. Keyakinan agama yang mereka tawarkan dengan kemajuan teknologi peradaban Barat, ternyata tidak memberikan ketentraman batin bagi masyarakat. Sebaliknya, ia bak morfin yang disuntikkan dalam tubuh. Ia memberikan ketenangan sesaat, namun dengan cepat berubah menjadi racun yang mematikan seluruh organ seluruh tubuh.

Akar sosial yang dibangun peradaban Barat juga mengandung prinsip yang ganjil. Akibatnya, budaya permisif menjadi pegangan kalangan muda-mudi. Gaya hidup hura-hura dengan alkohol dan pergaulan bebas menjadi tren generasi muda masyarakat Barat. Pergi keluar bermabuk-mabukan dengan teman lawan jenis, mengenakan pakaian ketat, telah menjadi budaya anak-anak muda.

Di bidang politik, peradaban Barat telah melahirkan pemimpin-pemimpin negeri yang rakus, bejat dan aniaya. Mereka berpijak di atas kesombongan dan kerakusan menguasai materi dunia. Perang pun mereka kobarkan demi kekuasaan dan dunia. Sehingga, tanpa rasa berdosa, kebijakan yang mereka keluarkan telah menyengsarakan, membunuh dan menganiaya ribuan, bahkan jutaan manusia tak berdosa.

Bidang ekonomi tidak kalah rusaknya. Di bidang ini, peradaban Barat memberikan dasar-dasar ekonomi yang rancu karena berpedoman pada kedengkian dan penghancuran manusia. Bukan pada kesejahteraan manusia.

Akibatnya, fundamental ekonomi Barat, rapuh. Terjangan krisis ekonomi dunia bertubi-tubi, tak mampu diatasi negeri-negeri Barat. Dampaknya, penggangguran dan kelaparan semakin meluas yang mengakibatkan datangnya krisis sosial.

Perserikatan antar negara yang mereka gelar gagal total, tanpa membuahkan hasil sedikitpun. Mereka juga gagal mencapai kesepakatan dalam setiap pertemuan. Persatuan mereka tercabik-cabik.
 Ibarat mayat, Barat kini tak ubahnya seonggok daging yang tak lagi memiliki ruh. Mereka tak lagi memiliki lilin yang berfungsi menghalau kegelapan hidup. Mereka benar-benar sedang berada di dalam kegelapan dan kejahilihan yang nyata.

Karena itu, sangat wajar jika kini masyarakat negara-negara Barat merasa haus dan kelaparan yang sangat. Mereka sangat merindukan cahaya yang dapat menuntut mereka dari kegelapan dunia menuju cahaya terang.
 Mereka sedang membutuhkan tetes embun nan sejuk dari nilai-nilai Islam untuk membasuh noda-noda hitam peradaban Barat yang mereka bangun sendiri. Mereka juga sedang mencari kebahagiaan hakiki yang selama ini terpendam oleh kedengkian dan keserakan duniawi.

Itulah jawabannya kenapa masyarakat Barat berbondong-bondong meninggalkan keyakinan nenek moyangnya dan lebih memilih agama Islam. Karena, mereka sedang berada dalam kegelapan dan membutuhkan cahaya Islam yang akan menuntut kepada kebahagiaan.  

(Majalah Sabili No 10/TH XVIII, Rivai Hutapea)
Sumber: sabili.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar