Rabu, 19 Januari 2011

Mengatasi Rumah yang Bersuhu Panas Tanpa AC


Quantcast

Desain karya Probo Hindarto, astudio.
 

Bangunan yang sejuk tanpa AC.
Sebagai orang yang tinggal di daerah beriklim tropis seperti Indonesia, kita perlu memperhatikan desain bangunan yang selaras dengan iklim. Iklim berdampak sangat banyak untuk bangunan, terutama karena iklim tropis memiliki karakter-karakter khusus yang harus diperhatikan agar bangunan (misalnya rumah) menjadi nyaman. Tingkat kenyamanan berada dalam rumah dipengaruhi oleh berbagai hal seperti suhu, kelembaban, sinar matahari, dan sebagainya.


Suhu ruangan terasa nyaman. Melalui pengalaman pribadi saya, temperatur yang paling nyaman berkisar antara 28-30 derajat Celcius. Tingkat kenyamanan ini sangat mungkin bervariasi antara satu orang dengan yang lain. Istilah yang banyak digunakan adalah ‘room temperature’ atau temperatur ruangan merujuk pada temperatur paling nyaman yang bisa didapatkan dalam sebuah ruangan. 
 
Siklus air turut mempengaruhi suhu udara disekitar bangunan/ rumah
(sumber gambar: Heinz Frick, Membangun, menghuni, membentuk)



Pada daerah-daerah tertentu di Indonesia terutama kota-kota yang dekat dengan pantai, iklim yang dirasakan merupakan iklim tropis basah yang panas, hal ini karena uap air cukup banyak di daerah pesisir. Kota-kota yang berkarakter iklim semacam ini misalnya Jakarta, Surabaya, Semarang, Yogyakarta. Karakter iklim ini mengandung uap air yang mengikat panas (lihat efek rumah kaca).


Karakter iklim tropis di daerah pegunungan juga masih didukung oleh banyaknya uap air karena pada dasarnya tanaman juga mengikat air dan mendinginkan udara. Karakter iklim pegunungan merupakan iklim basah dan cenderung dingin sekitar 23-26 derajat Celcius. Contoh daerah yang semacam ini seperti Bogor, Bandung, dan Malang.


Kelebihan letak geografis Indonesia dan kondisi alamnya secara umum lebih banyak laut daripada daratannya menjadikan suplai uap air relatif konstan dan mempertahankan suhu udara dengan lebih baik. Perbedaan suhu tidak terlalu besar sehingga bangunan tidak harus didesain untuk mengatasi iklim yang ekstrim seperti negeri 4 musim. Beberapa karakter iklim perlu diperhatikan untuk mencapai tingkat kenyamanan suhu yang baik dalam bangunan.


Pencemaran udara di kota membentuk kanopi kabut polusi yang berpengaruh pada suhu kota, 
kelembaban, serta kualitas udara. (sumber: Heinz Frick: Membangun, membentuk, menghuni)


Panas Matahari dari pagi hingga sore merupakan faktor utama dari pembentuk iklim tropis, dengan sinar yang konstan dari pagi hingga sore, maka temperatur udara menjadi bisa diprediksi demikian pula dengan arah pergerakannya. Banyak orang merasa perlu mempertimbangkan secara khusus bila memiliki lahan menghadap ke barat karena cahaya dari arah barat seringkali panas dan tidak nyaman. Kondisi ini diakibatkan oleh berkumpulnya panas matahari dalam bangunan pada siang hari dan pada sore hari ditambahkan dengan sinar matahari langsung menghadap wajah bangunan. Biasanya wajah bangunan (tampak muka) merupakan bagian yang banyak dibuka dengan jendela dan pintu sehingga tak ayal hubungannya adalah dengan masuknya banyak sinar matahari.


Pergerakan udara atau angin juga layak mendapatkan perhatian utama, bila kita tidak berencana menggunakan AC. Pergerakan udara yang paling tepat adalah pergerakan udara silang, yaitu bila ada dua bukaan udara atau lebih seperti jendela dan ventilasi untuk mengalirkan udara dalam ruangan.


Secara tradisional banyak penyelesaian ditawarkan oleh leluhur kita untuk mengatasi panas matahari dengan
- membuat atap yang seperti payung,
- material bangunan yang dapat mendinginkan udara,
- menanam banyak pohon,
- memelihara tumbuhan disekitar rumah,
- memperbanyak dan memberdayakan area taman baik taman depan, samping, dalam, atau belakang.

- membuat bukaan-bukaan udara yang cukup untuk pergerakan udara,
- dan sebagainya. 

Karakter bangunan yang sesuai iklim untuk daerah Indonesia bisa dilihat dengan mudah pada jenis karakter bangunan yang ‘berhasil’ secara turun temurun di-getok-tular-kan secara tradisional. Atap yang seperti payung menghindarkan dari panas dan hujan sehingga kita merasa nyaman. Payung disini secara harfiah benar-benar seperti payung yang digunakan saat hujan dan panas. 





Desain karya Probo Hindarto, astudio. Dalam desain ini saya mencoba membuat alternatif bila sebuah rumah tidak memiliki lahan cukup untuk menanam pohon, bisa menggunakan pergola dan rak-rak tanaman semisal hidroponik untuk menanam tanaman dan menyejukkan udara rumah.


Material bangunan banyak yang memiliki kemampuan mendinginkan udara yang terlalu panas seperti atap ijuk atau susunan bilah bambu yang bisa menahan panas dan karena memiliki bagian-bagian terpisah maka bisa dialiri udara dimana angin ini membawa panas dari bagian tekstur material tersebut. Hal ini bisa kita adopsi dalam desain bangunan dengan memakai material ‘bertekstur’ seperti ijuk, ilalang, potongan-potongan bambu, sirap, dan sebagainya. Material lain yang mudah didapatkan dan diproduksi secara lokal adalah genteng tanah liat dimana genteng ini murah dan semakin banyak yang memproduksi secara lebih baik, lebih kuat dan tahan lama. Genteng tanah liat juga terlihat sangat alami dibandingkan dengan genteng lembaran seperti asbes atau baja.

Jenis atap dak beton semakin banyak digunakan oleh masyarakat kita, memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Dak beton mudah dibuat dengan material pasir, semen dan besi dan bisa dikerjakan oleh tukang lokal. Kesan kuat dan modern seringkali menjadi alasan untuk menggunakan dak beton sebagai atap. Hanya dak beton memiliki kekurangan bila bocor, dan tidak ramah lingkungan karena panas baik memantulkan panas kembali ke angkasa, serta menyebabkan ruang dibawahnya menjadi panas juga. Banyak arsitek menyiasatinya dengan membuat taman diatas atap dak beton atau membuat kolam diatas dak, meskipun ini berarti penambahan biaya pembangunan.



Material lain bisa ‘mendinginkan’ bangunan diaplikasikan pada dinding berupa penambahan lapisan ‘secondary skin’ pada bangunan. Anda bisa melihat tulisan saya tentang secondary skin di web astudio ini. Pada tingkatan paling sederhana, secondary skin bisa dibuat dari tanaman rambat dimana kita menanam tanaman rambat pada dinding bangunan dan dengan demikian akan mendinginkan dinding tersebut. Panas matahari akan dikurangi dengan drastis untuk sampai ke dalam ruangan. Demikian juga dengan penambahan lapisan seperti bilah-bilah bambu didepan dinding yang mendapatkan sinar matahari langsung.


Mengatasi suhu ruangan yang panas dengan meninggikan plafon atau atap juga cara khusus yang alami tanpa AC. Tinggikan plafon lebih dari 3,5 meter yang artinya bisa berarti 4 atau 5 meter yang artinya sebenarnya ada tambahan biaya pembangunan, tapi dalam jangka panjangnya akan menghilangkan atau mengurangi penggunaan AC. 




Desain karya Probo Hindarto, astudio. Disini saya memadukan material alami yang mudah didapatkan, permainan bentuk garis dan bidang untuk menambah estetika, serta tidak menutup carport dengan perkerasan, tapi dengan grassblock. Tentunya akan lebih lengkap bila ditambahkan atap carport yang juga berfungsi sebagai media tanaman rambat atau pergola.



Menanam pohon dan memperbanyak tumbuhan disekitar rumah bisa mendinginkan udara, karena tanaman berfoto-sintesis dan menyerap air (H2O) dari udara serta kandungan air dalam daun dan batangnya bisa mendinginkan udara disekitar bangunan atau rumah. Memilih untuk menanam rumput dan menggunakan grassblock merupakan pilihan bijak, karena rumput menyerap panas matahari sehingga pantulan panasnya dikurangi dengan drastis. Lain dengan bila lahan disekitar bangunan diperkeras dengan semen, beton atau keramik, maka pantulan sinar matahari akan membuat bangunan makin panas.


Sumber: probohindarto.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar