Kamis, 10 Februari 2011

Jangan Merasa Modern Karena Menanggalkan Islam

'Jangan Merasa Modern Karena Menanggalkan Islam'
Menteri Agama Suryadharma Ali


Menteri Agama, Suryadharma Ali, angkat komentar soal fenomena banyaknya remaja yang merasa bangga dan modern karena menanggalkan Islam. Ia mengimbau para pemuda agar tidak merasa modern karena menanggalkan Islam.

"Jangan merasa modern karena menanggalkan Islam," kata Menteri Agama (Menag) yang juga Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu ketika membuka Muktamar II Angkatan Muda Ka'bah (AMK) di Asrama Haji Medan, Rabu (15/12) malam.

Ia menjelaskan, muktamar merupakan momentum bagi para pemuda Ka'bah untuk menetapkan visi dan misi serta nilai perjuangan sesuai ajaran Islam. "Termasuk bila berkeinginan menjadi organisasi yang modern, maka diharapkan jangan sekali-kali meninggalkan nilai-nilai ajaran Islam," katanya.

Menurut dia, tantangan pemuda ke depan sangat besar serta dengan kompleksitas yang juga kian meningkat, sehingga Islam menjadi landasan untuk menghadapi tantangan itu. Selain itu, Angkatan Muda Ka'bah juga harus memiliki kemampuan membaca fenomena sosial saat ini termasuk soal demokrasi, tambahnya.

"Demokrasi tidak bisa ditawar-tawar, maka pemuda Ka'bah harus mengawal demokrasi itu," ucapnya.



Islam dan Demokrasi Tidak Bertentangan


Menteri Agama, Suryadharma Ali, mengemukakan Islam dengan demokrasi tidak bertentangan selama tidak mengembangkan iklim kebebasan yang mutlak.

"Demokrasi akan bertentangan dengan Islam jika hanya mengembangkan paham kebebasan yang absolut sehingga segala sesuatunya menjadi kebablasan dan bebas nilai," kata Suryadharma Ali, di Bukittinggi, Sumatera Barat, Ahad.

Hal tersebut disampaikannya saat bersilaturahmi dengan keluarga besar Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) Sumatera Barat di Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang. Dikatakannya, saat ini demokrasi yag seharusnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baru sebatas eforia untuk melakukan kritik dengan cara-cara yang bertentangan dengan akhlak yang baik.

Ia mencontohkan saat ini ada rektor yang didemo oleh mahasiswanya dengan cara-cara yang tidak santun.
"Bahkan ada mahasiswa yang meminta dilibatkan dalam pemilihan rektor,ini sama artinya mahasiswa minta disejajarkan posisinya ," lanjut dia.

Dikatakan, jika posisi mahasiswa dengan rektor sejajar tentu akan bisa saling memberikan perintah karena posisinya setara. "Hal tersebut jelas merupakan salah satu bentuk demokrasi yang telah kebablasan," lanjut dia.
Menurutnya, seharusnya demokrasi yang harus dikembangkan adalah demokrasi yang sehat serta bisa mewujudkan tercapainya kesejahteraan masyarakat.

Sumber: republika.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar