Selasa, 29 Maret 2011

Kenapa Orang Mau Menyogok untuk Jadi CPNS?


ilustrasi


Sudah menjadi bincangan dalam masyarakat kita tentang kecurangan dalam penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Entah sampai dimana kebenarannya, disebut-sebut kalau mau diterima jadi CPNS tingkat Sarjana melalui jalan belakang, harus menyogok antara Rp40 juta sampai Rp150 juta. Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi pula menyatakan akan membatalkan hasil seleksi CPNS di sementara daerah yang diduga tidak beres.

Terlepas dari kebenaran rumor itu yang biasanya sangat sulit dibuktikan, mari kita telisik masalah sogok ini secara sederhana saja. Telisik ini mungkin bukan sebagai penyelesaian akan tetapi untuk coba memahami kenapa orang mungkin saja mau melakukan hal tercela tersebut, supaya kita tidak melakukan atau terlibat hal yang sama. Ini dapat kita kupas dari dua sisi pandang: materialistik dan moral atau etika.

Secara materialistik, menjadi PNS memang tetap akan jadi pilihan banyak orang. Di tengah-tengah ekonomi yang sulit sehingga lapangan kerja sedikit sekarang ini, kesempatan kerja menjadi sesuatu yang diburu habis-habisan. Seorang yang tamat S1 dari perguruan tinggi top sekali pun tidak dengan mudah dapat pekerjaan. Ini dapat kita mengerti karena sebagai bandingan, di Jepang yang merupakan Negara industri maju, setiap tahunnya hanya 63 persen lulusan universitas yang bisa masuk pastar kerja.

Bagi seorang sarjana S1 yang bersikap mental lemah, kurang kemandirian, dan kurang entrepreunership maka menjadi PNS dianggap pilihan yang tepat. Bila didorong pula oleh orangtuanya yang telah merasakan mudah dan “enak”nya sebagai PNS (yg cenderung bersikap mental sama), maka muncullah hasrat bersama agar sarjana itu bisa diterima sebagai PNS yang tidak lepas dari hitung-hitungan pendapatan.

Seorang sarjana akan mulai bekerja sebagai PNS golongan III/a yang pendapatannya ternyata memang not too bad jika dibandingkan dengan seorang pegawai swasta sebuah perusahaan kecil. Setelah kenaikan terakhir ini, seorang golongan III/a baru akan memperoleh gaji dasar Rp1.902.300,- yang ditambah dengan tunjangan yang bervariasi menurut daerah. Sebagai contoh, jika ia PNS Pemko Pekanbaru, pendapatannya per bulan Rp3.432.300, yang jumlah itu tidak mudah dijumpai pada perusahaan swasta.

Tidak heran jika ada orangtua yang pragmatis akan sedia menyiapkan pelicin sampai Rp150juta karena anaknya sudah terjamin kehidupannya sejak awal. Jumlah itu, secara rugi-laba akan kembali hanya dalam 44 bulan atau kurang dari lima tahun. Di tengah pengaruh materialisme dan permisifme saat ini, “kelayakan” ini akan membuat orang lupa pada norma-norma dari mana mestinya berangkat membangun hidup.

Secara moral, sikap dan langkah pragmatif ini kelak akan membawa pengaruh buruk pada para pihak berkenaan. Meskipun “sukses” mencarikan pekerjaan anaknya, nurani si orangtua tidak akan lupa keburukan itu, apalagi kalau suatu kali anaknya bermasalah dalam pekerjaannya. Bagi anaknya pula, kalau diteropong secara nilai agama, dengan sogok itu dia sebenarnya telah mengambil peluang kerja yang bukan haknya sehingga jalan haram itu akan menghasilkan pendapatan haram seterusnya. Kecil kemungkinan nurani mereka tidak berdentang karenanya; seandainya tidak atau meraka abaikan, maka sikap kerja si PNS akan terdorong fokus untuk mengembalikan uang sogok itu dengan berbagai cara sehingga akan merugikan institusinya, masyarakat, dan negara.

Jika dilanjutkan, secara spiritual kondisi ini akan membawa keburukan sebagaimana banyak contoh yang kita lihat. Menurut syariat, yang menyogok atau menerima sogok akan mendapat sanksi, cepat atau lambat, langsung atau tidak langsung, di dunia atau di akhirat kelak karena ianya sunnatullah. Naudzubillahi min Zalik, kita berlindung dari perbuatan tercela ini.

Feizal

Sumber: kompasiana.com

800 Million Rupiah Men....


13013635551784479433
epguide.com

Banyak akal, banyak alasan. Itulah tanggapan wakil rakyat ketika banyak pihak menggugat biaya 800 juta  rupiah untuk ruangan setiap anggota dewan di gedung megah nanti. Semakin jauh saja perasaan anggota wakil rakyat dengan penderitaan rakyat yang diwakilinya. Bukan berarti juga bahwa ruangan anggota dewan harus sangat-sangat sederhana. Tentu untuk mendukung kinerja a nggota dewan dibutuhkan ruangan yang memadai, tetapi tidak wajib dengan biaya, anggaran yang sedemikian besar. 800 juta rupiah per ruangan.

Toch, kita semua tahu. Tidak sedikit anggota dewan yang menjadikan Senayan, hanya kantor  kedua, kantor cabang. Kantor utama dan sesungguhnya di rumah, di ruko bahkan di gedung perkantoran untuk mengurus perusahaan  dimana ia menjadi pemiliknya. Jika Senayan memang kantor utama, mestinya tidak banyak anggota dewan yang membolos saat diperlukan untuk menghadiri suatu rapat atau sidang. Jikapun datang hanya untuk seremonial belaka.

Kita jadi teringat sebuah film televisi jaman dulu yang mengisahkan manusia yang mempunyai kemampuan luar bisa setelah dalam tubuhnya ditanam berbagai peralatan canggih untuk membantu menertibkan keamanan dan menumpas kejahatan. The six miliion dollar man, yang memiliki ketajaman mata, kepekaan mendengar, kekuatan tenaga dalam mengangkat beban  maupun berlari.

Maka tak berlebihan kiranya jika uang 800 juta rupiah dihamburkan untuk satu ruangan anggota dewan, jika memang dapat diharapkan anggota dewan bekerja dengan ketajaman mata dalam melihat segala hal yang dibutuhkan oleh rakyat yang diwakilinya. Kepekaan telinga mendengar setiap aspirasi rakyatnya. Kekuatan tubuh dan jiwa dalam berjuang untuk menyejahterakan rakyat yang diwakilinya, bukan untuk memperkaya diri dan keluarga serta partainya.

Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka benarlah sinyalemen banyak pihak bahwa anggota dewan perlu ruangan senilai 800 jutaan semata-mata hanya  untuk menghabisi anggaran yang memang telah disetujui oleh anggota dewan itu sendiri. Sedangkan urusan rakyat sudah bukan menjadi urusan mereka lagi walaupun mereka menyebut dirinya WAKIL  RAKYAT.

Ismail Solichin


Sumber: kompasiana.com

Kelak Gedung DPR Itu akan Jadi Simbol Betapa Megahnya Ketidakpedulian DPR akan Aspirasi Rakyat

1301365088956541919


Pembangunan Gedung DPR yang super mewah itu terus berlanjut. Meski menuai kecaman dari berbagai pihak, tetapi tidak menyurutkan niat DPR untuk melanjutkan proyek kolosal para wakil rakyat itu.

Pembangunan gedung baru DPR dianggap wajar dan representatif mengingat penghuni gedung DPR saat ini sudah melebihi kapasitas yang seharusnya. Jumlah penghuni yang berkantor di gedung DPR adalah 2500 orang, sedangkan gedung Nusantara hanya berkapasitas 800 orang, sudah termasuk pegawai staf dan pegawai rumah tangga. Oleh karena itu, pembangunan gedung baru untuk para anggota DPR dirasa wajar.
Dana yang dikucurkanpun tidak main-main, yaitu 1.16 triliun. Dimana setiap ruang anggota DPR konon menghabiskan dana senilai 800 juta rupiah. Dana yang benar-benar fantastis di tengah kinerja para anggota dewan yang justru semakin merosot.

Kecaman dari berbagai pihak sedikitpun tidak membuat anggota DPR itu bergeming. Ibarat anjing menggonggong kafilah berlalu. Ini sungguh adalah sebuah ironi. Dimana jutaan rakyat Indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan, ratusan gedung sekolah yang nyaris roboh dan tak kunjung mendapat anggaran perbaikan. Eksistensi Dewan Perwakilan Rakyat sebagai lembaga tinggi negara yang menampung aspirasi rakyat patut dipertanyakan. Komitmen anggota DPR yang mengemban aspirasi rakyat, jelas hanyalah isapan jempol semata. Triliunan uang negara bukanlah untuk mensejahterahkan rakyat, melainkan untuk memanjakan para manusia-manusia yang lupa daratan itu!

Apakah ada di antara para anggota dewan itu yang berani menjamin bahwa dengan menempati sebuah gedung megah dengan pasilitas mewah akan membuat kinerja mereka membaik. Tentu Anda masih ingat akan tingkah para anggota dewan kita yang tidur di dalam persidangan. Lalu jika dengan gedung dan fasilitas yang sekarang ini saja hal-hal seperti itu bisa terjadi, apakah Anda setuju jika saya mengatakan bahwa kelak gedung megah berfasilitas mewah itu, hanya akan menjadi hotel bintang lima untuk para anggota dewan kita.

Lalu apa saran saya untuk para anggota dewan terhormat itu, “Benahi kinerja Anda, maka rakyat Indonesia akan merestui Anda untuk menikmati gedung megah dengan fasilitas mewah itu.”

Namun pernyataan ketua DPR yang terhormat Marzuki Ali, benar-benar telah melukai hati rakyat. “PROYEK TERSEBUT HARUS BERJALAN. PEMBANGUNAN GEDUNG BARU ITU, MAU TIDAK MAU, SUKA TIDAK SUKA, HARUS TETAP DILANJUTKAN. KALAU ADA KRITIK, KITA TERIMA SAJA.”

Indonesia berduka………………………

Lensa Yudha


Sumber: kompasiana.com

Sabtu, 26 Maret 2011

Perang adalah Kejahatan Kemanusiaan

Apakah kita memang membutuhkan perang ? Peperangan apa yang bernilai positif di dalam sejarah umat manusia ? Rupa-rupanya peperangan positif itu adalah perang melawan ketidakadilan, perang terhadap kemiskinan, perang melawan korupsi dan masih banyak lagi perang yang positif lainnya. Termasuk perang terhadap perang!

Saat ini yang ingin saya soroti adalah perang yang notabene adalah musuh kemanusiaan. Perang dengan menggunakan aksi militer, membunuh, mencabut nyawa dan merampas hak paling hakiki dari manusia. Hak untuk hidup.


1301099011525690949


Perang yang seharusnya menjadi jalan paling akhir - terakhir, dan sebisa bisanya ditiadakan, ketika suatu bangsa diperhadapkan dengan masalah, juga dalam hal mengambil keputusan, malah sering manjadi tujuan utama. Di Indonesia sendiri memang keputusan untuk mengijinkan untuk mengadakan perang, kalau kita baca UUD kita, dalam kondisi tertentu,dibolehkan, dimana seorang presiden bisa menyatakan perang.

Untuk sekedar sebagai gambaran, betapa perang benar-benar mengerikan dan sudah menjadi musuh utama peradaban dan kemanusiaan, mari kita simak kisah-kisah dahsyatnya akibat yang diolehkarenakan peperangan tersebut.
*) Pertarungan perang sipil “The Great Peace Rebellion” tahun 1851 hingga 1864 telah mengakibatkan 20-30 juta orang meninggal. Pemberontakan pasukan dari pemerintahan Manchu melawan para simpatisan Dynasty Ming dari bagian Selatan, dipimpin Hung Hsiu yang pada akhirnya memenangkan pertarungan itu. Banyak jiwa terkorbankan sebagai taruhannya.

*) Selama perang dunia ke 2, World War II, diperkirakan 55 juta orang kehilangan nyawanya. Hampir setengah dari jumlah tersebut, dikatakan adalah dari Soviet Union.


Bahkan ada banyak hal-hal sepele yang berakibatkan justru perang yang sangat dahsyat;
*) Perang selama 12 tahun di Italy pada tahun 1325 terpicu hanya gara-gara pasukan dari regim Modena menginvasi Bologna untuk sekedar mencuri sebuah brankas. Selama penyerangan pasukan Modena membunuh ratusan orang Bologna, yang kemudian diadakan serangan balasan oleh orang-orang Bologna.

*) Pada tahun 1704 seorang wanita Inggris, Mrs. Mashaur, menumpahkan segelas wine (anggur) ke pakaian yang dikenakan seorang lelaki parlente dari Perancis, Marquis de Torey. Marquis menganggap perempuan tersebut menumpahkan wine itu dengan sengaja. Laki-laki ini kemudian merencanakan dan menyatakan untuk perang! Ia tidak main-main dengan “The war of the Spanish Succession”. Itulah awal mula peperangan yang menjalar ke hampir seluruh Eropa hingga tahun 1709, ketika ‘Peace of Ultrecht’ ditandatangani.

*) Di tahun 1152, ketika King Louis VII dari Perancis pulang dari perjalanan jauhnya, istrinya Lady Eleanor terkejut melihat suaminya, sang raja telah mencukur jambang atau jenggotnya sampai botak. Sang ratu meminta suaminya untuk menumbuhkan kembali jenggotnya, tapi apa daya, sang suami menolak. Akhirnya sang ratu menceraikan King Louis VII dan menikah dengan King of England. Ratu juga berusaha “mengambil” 2 propinsi di Perancis untuk diberikan kepada suaminya yang baru. Akibatnya sangat fatal, “War of the Whiskers” terjadi hingga tahun 1453. Selama lebih dari 300 tahun! (Seperti di ceritakan dalam buku The Worst Wars and Weapons).


13010991281555994881
www.worldwarsfatalities


Belum lagi peperangan-peperangan yang memakan korban sipil dalam jumlah besar, sebut saja;
- Dalam 3 bulan saja, disuatu musim panas tahun 1994, kelompok Tutsis Rwanda menghabisi 1 juta tetangga mereka dari kelompok Hutu.

- Di China pada masa kepemimpinan Mao terjadi Cultural Revolution, tahun 1966-1976 menewaskan sekitar 20 juta orang.

- Di Rusia, terror sangat mengerikan dari seorang pemimpin bernama Stalin juga menghabiskan sekitar 20 juta orang di tahun 1936-1953.

- Holocaust di Eropa tahun 1933-1945, 11 juta orang menjadi korban.

- Pakistan, perlawanan melawan Bengalis tahun 1971 yang jadi korban sekitar 3 juta orang.

- Di Kamboja, Pasukan Khmer membunuh sekitar 1.6 juta orang (1975-1979). (Sumber : Wikipedia dan The Best of The World’s Worst Book.)


1301099327140706350
www.worldwarsfatalities

Menilik data-data sejarah kejahatan perang, yang tentu saja belum termasuk peperangan lainnya di sejumlah Negara Afrika dan Timur Tengah, membuat kita harusnya membenci perang. Perang itu merampas hak hidup, apapun alasannya. Akibat kekerasan perang bisa dirasakan turun temurun, sampai ke anak-cucu.

Agressi militer Amerika dan sekutunya, pambantaian tentara Libya terhadap warga sipil, perang di Afganistan, di Yaman, Rwanda, Jordania adalah bukti betapa masih banyak yang lebih memilih jalan kekerasan daripada jalan damai. Lebih memilih perang daripada damai. Jangankan perang antar bangsa, perang saudarapun bisa dengan mudah tersuluti dan dengan gampangnya terwujud. Indonesia adalah satu diantara banyak saksi atas perang saudara itu. Perang yang seharusnya tidak terjadi kalau kita lebih bijaksana, lebih menggunakan otak daripada emosi perasaan, lebih mengutamakan dialog daripada ego pribadi, kelompok dan golongan.

Sesungguhnya perang tidak akan pernah membawa kemaslahatan dan keuntungan bagi umat manusia. Perang itu keji. Perang itu kejam. Tapi apa mungkin ada benarnya apa kata sebagian orang ? Bahwa, tanpa perang dunia terasa hambar, tanpa perang berita-berita TV kurang greget, tanpa perang banyak perusahaan senjata akan brangkut, tanpa perang perusahaan-perusahaan pembuat obat akan down, tanpa perang ekonomi negara penghasil senjata akan hancur ? Ah, masak sih ? Masak iya sih dengan alasan-alasan diatas kemudian perang dibenarkan. Kalau saya sih tetap anti perang. Apapun alasannya, perang lebih banyak memunculkan kepedihan dan kehancuran daripada kesenangan dan kemakmuran. Perang itu memiskinkan. Perang itu merusak.

Saya pernah mendapatkan kesempatan langka, bertemu dengan seorang mantan Congressman asal Jersey, Scott Snyder. Atau lebih tepat dipertemukan. Saya dipertemukan dengan beliau pada suatu acara, dan yang memperkenalkan saya kepada beliau adalah seorang pengacara, dimana pengacara inilah (Raymond Fasano,Esq) juga yang membantu saya dalam keterlibatan kita mendirikan organisasi kemasyarakatan Kerukunan Keluarga Nusantara secara legal di USA.

Pada saat itu saya sempat ngobrol dengan si Om Scott yang tinggi tegap itu. Akhirnya obrolan kita sempat menyinggung kebijakan LN AS, yang saya bilang sangat “senang” menggunakan senjata. Perang menghasilkan duit bukan ? Om Scott bilang, anda salah, kita tidak harus demikian dalam memaknai perang…dst. Intinya, missi militer Amerika adalah sejalan dengan United Nations. Kalau jalan negosiasi damai tidak bisa ditempuh, jalan perangpun harus diambil. Saya hanya diam. Bukan berarti saya setuju. Tapi saya hanya wong cilik yang Cuma bisa senyum, legowo dan hanya bisa berharap dan berdoa. Karena toh, pada akhirnya mereka-mereka sang penguasa negaralah yang menentukan jalan.

Tapi sebelum pulang, saya sempat nyinggung dikit ke Om Scott. Saya katakana, Om Scott, bukankah Markas Besar PBB (United Nations) yang megah berdiri di antara jajaran gedung pencakar langit di NY itu adalah juga gedung perdamaian ? Mereka harusnya lebih mengambil jalan damai bukan perang bukan ? Dan saya pernah main ketempat itu sekedar foto-foto, sambil iseng ngintipin kali-kali aja ada orang Indonesia nongol dari dalam, kan bisa kenalan. Nah, di depan Markas Besar PBB itu ada prasasti yang bertuliskan demikian : “They will hammer their swords into plowshares and their spears into pruning hooks; Nation will no longer fight against nation, nor train for war anymore”. Atau “mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak, dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; Bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang”.

Intinya, kelihatannya PBB berkeinginan keras, dan berkeyakinan untuk supaya tidak akan ada lagi peperangan. Harusnya sejata-sejata perang yang mengakibatkan kekerasaan itu diubah menjadi mata bajak demi kemaslahatan umat manusia. PBB harusnya juga membenci perang. Dan dalam tataran tersebut, menolak perang, bukan sebaliknya!

Eh, mana si Om Scott…? Malah ngeloyor pergi!

1301099456687067129 
 
Michael Sendow
 
Sumber: kompasiana.com
 

Belut Bu Hadi



Kalau di artikel resto sebelumnya, dibahas tentang belut tepung. Sekarang juga akan diangkat lagi kuliner tentang belut, namun kali ini namanya belut ‘Bu Hadi’. Ya brand belut ini menawarkan beberapa pilihan menu belut : ada belut elek, belut goreng kering, ataupun belut crispy.

Awalnya saya hendak memesan belut hitam, kering yang disebut : belut elek. Namun belum rejeki, sudah kehabisan. Jadilah beralih ke belut kering. Seporsinya lumayan mahal sih untuk ukuran belut Rp.17.000 dengan nasi tanpa minum. Ya tak apalah penasaran, dicoba saja.

Belut datang, belut goreng itu memang nampak kering sekali, begitu digigit kriuk kriuk seperti keripik belut, rasanya original, gurih sepertinya hanya dibumbu garam dan bawang. Enak dan ringan. Walau seporsi cobek kecil dan berisi hanya terisi 10 potong belut kecil, saya cukup puas. Enak sih,  walau porsinya agak terlalu mini dibanding harganya heheheh. Tapi terhapus sedikit kecewa itu dengan rasa gurih belut dan sambal matengnya yang nonjok. Pas pedasnya (bisa direquest kok).

Rasanya belut  ini bisa dijadikan referansi jujugan kuliner bagi Anda yang kebetulan melewati Bengkel Foodcourt, Jl. Ahmad Yani Surabaya. Buka dari jam 10 pagi hingga 10 malam, hmm rasanya bisa dicoba yah.

Sumber: surabaya-metropolis.com

Empal Penyet di Kedai Sambel Mantep

Empal Penyet Sambel Mantep




Mal di Surabaya ini jumlahanya kurang lebih ada 14 buah. Banyak sekali. Arena food court hampir pasti ada di setiap mal itu. Bahkan area itu merupakan salah satu area perputaran uang terbanyak di sebuah mal. Mungkin karena mayoritas orang Surabaya doyan makan yah. Liputan resto kali ini, akan mampir di area food court sebuah mal jalan Ahmad Yani : Royal Plasa.

Berbeda dengan cita rasa masakan Jawa Tengah yang cenderung manis, ataupun Jawa Barat yang cenderung asin. Maka menu Jawa Timur mayoritas pedas. Bagi Anda yang gandrung makan pedas maka menu kuliner di kedai Sambel Mantep, Royal Plasa ini, memang pas. Kedai yang berdiri di area food court ini semua menunya serba penyetan, ada bakwan penyet, ikan pe penyet, lele penyet, bebek penyet dan ayam penyet.

Namun menu andalannya : empal penyet. Disajikan di atas cobek tanah liat kecil, empal akan disuwir diatas sambal uleg matengan alias sambal bajak. Dengan lalap terong, timun, kacang panjang, kemangi dan pastinya kubis. Mantap. Paket penyetan ini dilengkapi satu piring nasi putih hangat dan segelas es teh. Komplit yah, jadi tak perlu keluar duit lagi untuk beli minuman.

Aneka penyetan ini sudah bisa dinikmati sejak jam buka mal, jam 10 pagi hingga jam 10 malam. Nggak perlu kawatir basi, karena setiap sajian akan dihidangkan sesuai pesanan. Jadi langsung dimasak begitu pesan, dijamin hangat. Untuk menikmatinya, cukup sediakan 13 ribu rupiah saja. Kenyang.

Sumber: surabaya-metropolis.com

Kikil Sapi Waru Jaya


Kikil sapi. Hmm mendengar namanya saja langsung kebayang enaknya, sajian kulner berbahan dasar kikil alias kaki sapi ini. Apalagi jika membayangkan kuahnya yang gurih penuh lemak, hmm yummy.

Kikil sapi memang sudah jadi sajian yang awam bagi warga Surabaya. Buktinya banyak pedagang kikil sapi yang bertebaran di jalan-jalan Surabaya dan sekitarnya. Salah satunya yang ada di pinggir jalan raya waru : Kikil Sapi Waru Jaya.

Terletak di pinggir jalan dan bersebelahan dengan sarana publik, Rumah Sakit Mitra Keluarga, membuat kedai ini mudah dijumpai. Mulai buka dari pukul 5 sore, membuat kedai ini kerap jadi pilihan sajian makan malam nan nikmat.

Satu porsi kikil seharga Rp.11.000, sudah termasuk sepiring lontong. Hmm ya ni sayangnya nggak ada nasi, jadi bagi Anda yang doyan makan mungkin kurang kenyang jadi bisa menambah porsi lontongnya.

Yang membuat kikil sapi waru jaya ini berbeda, yakni daging kikilnya yang empuk jadi gigi kita nggak perlu bekerja ekstra dan kuahnya yang tidak mengendal, nggak terlalu kental, kaldu sapinya pun kuat mengikat. Segar.  Yah referensi rasa diatas mungkin bisa dijanjikan pertimbangan, karena beberapa sajian kikil itu biasanya kuahnya mengendal dan kental hingga terkesan eneg. Kalau yang ini tidak, buktikan sendiri deh.

Sumber: surabaya-metropolis.com

Pangsit Mi Mapan



Saya yakin kalau kuliner satu ini banyak peminatnya. Terbukti, penjaja kuliner ini bertebaran di banyak tempat  di Surabaya. tidak hanya di area public, namun di dalam perumahan pun ada ! dialah Pangsit mi.
Salah satu kedai pangsit mi yang banyak penggemarnya di kota pahlawan ini ada di daerah Rungkut (belakang Giant), yakni Mi Mapan Rungkut. Awalnya kedai ini hanya menjual pangsit, namun sekarang sudah berembang jadi banyak menu seperti : pempek, bakwan hingga penyetan dan beragam minuman semisal  sari kedelai, mega mendung, kacang hijau hingga sinom dan beras kencur. Komplit.

Walau begitu, tetap saja yang dikenal sebagai primadona dan ciri khas kedai ini adalah mi pangsitnya. Untuk seporsi mi ayam tanpa tambahan bakwan dihargai Rp.10.000. porsi minya semangkuk penuh, mi nya yang kenyal terasa mengenyangkan, kripik pangsitnya yang gurih menambah ramai dengan kerenyahannya…kriuk kriuk, sedangkan daging ayam cincangnya membuat pangsit mi ini terasa kuat kaldunya, apalagi di bagian kuahnya : segar ! biar tambah maknyus jangan lupa pesan gorengan bakwannya yang gendut dan padat empuk isiannya.

Tempatnya yang terbuka karena terletak di teras rumah, membuat kita nyaman jia ingin mapan berlama-lama di mi mapan. Deretan kursi panjangnya, mampu menampung beberapa teman atau keluarga yang ingin menikmati kelezatan mi pangsit mapan ini.

Walau jam buka kedai yang terletak di depan masjid sekaligus gereja rungkut ini cukup lama, dari jam 10 pagi sampai malam, tapi pengunjungnya selalu ramai. Nggak heran deh kalau parkiran depan kedai ini selalu meng-ular dengan deretan mobil dan sepeda motor.  Jadi jangan sampai kehabisan yah.

 Sumber: surabaya-metropolis.com

Soto Ayam Ambengan Pak Sadi

http://ayulaktama.files.wordpress.com/2010/09/soto.jpg

Inilah soto legendaris yang berlokasi di Jl. Ambengan 3A. Buka mulai pukul 06.30-21.30. Rasa soto ayamnya khas banget. Apalagi dengan taburan koya gurih, membuat Soto Ayam P. Sadi terasa lengkap kelezatannya di lidah.

Dengan harga Rp10.000 per porsi Anda dijamin puas. Letaknya 500 meter arah timur dari pertigaan jalan (Undaan Wetan-Ambengan). Bersebelahan dengan Agung Bilyard Ambengan Surabaya.


13010266
Alamat :Jl. Ambengan No. 3A Surabaya Timur/Tegalsari
Telepon : 031 5323998

 

kisah soto ayam ambengan pak sadi

Dengan Soto, Kebiasaan Merokok Hilang 


KETIKA Sadi harus mengisi selembar angket kepuasan
pelanggan di sebuah hipermarket, Sadi menolak
mengisinya. Sebenarnya Sadi bersedia, asalkan petugas hipermarket
tersebut yang menuliskannya. "Bukan saya tidak mau, tetapi saya tidak
bisa menulis. Petugas itu tidak percaya karena saya baru saja melakukan
transaksi dengan kartu kredit. Masak punya kartu kredit tidak bisa
menulis, begitu katanya. Saya hanya bersekolah sampai kelas V SD. Kalau
kartu kredit kan hanya tanda tangan, tidak perlu nulis," kata Sadi (61),
pemilik Soto Ayam Ambengan Pak Sadi (Asli).

Perjalanan hidup Sadi dari hanya kuli pikul angkring
soto hingga memiliki restoran sendiri, agaknya yang
membuat Sadi bersikap apa adanya. "Orang hidup tidak
perlu sombong. Ingat saja dari mana dulu kita berasal.
Kalau itu dipegang terus, apa yang kita capai saat ini
rasanya nikmat sekali," kata Sadi yang telah memiliki
tujuh anak ini.
 
 
http://pojokniaga.files.wordpress.com/2009/08/logo-soto-ambengan1.jpg?w=250&h=69 
 

Tahun 1960, Sadi yang masih remaja harus datang ke
Surabaya. Di kampung halamannya di Lamongan, ia tidak
memiliki apa-apa untuk hidup. "Ibu saya meninggal
ketika saya berusia 7 tahun, dan ayah hanya buruh
sawah atau kerja serabutan saja. Kata orang kalau mau
sukses harus mencoba hidup di kota, jangan di desa,"
kisah Sadi.

Pekerjaan pertama yang ia dapatkan adalah membantu
pamannya berjualan soto. Tugasnya, memikul pikulan
soto keliling kampung. Dua tahun Sadi menekuni
pekerjaan itu, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk
berjualan sendiri.

"Saya ingin jualan sendiri. Waktu itu saya jualan tahu
tektek. Jualan hari pertama hanya laku 12 piring.
Harganya murah sekali, Rp 5 seporsi. Saya masih ingat
semua," kata Sadi.

Tidak laku berjualan tahu tektek, Sadi kembali
berjualan soto. Tetapi dewi keberuntungan masih belum
berpihak padanya. Sadi terpaksa harus kembali menjadi
kuli pikul lagi.

"HINGGA pada suatu hari pada tahun 1971, saya
ditawarkan oleh seseorang untuk membuka warung soto di
depan asrama Brimob di Jalan Ambengan. Saya terima
tawaran itu," kata Sadi. Ia berjualan dengan
menggunakan gerobak, yang diparkir di halaman sebuah
rumah di Jalan Ambengan, Surabaya.
 
 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvDd7XPQEUlU4GHJ6G5JibB4MqSXz_37GhiKVoGg5heq7kZna4BU3yWYEVrk6grOLqKLl_gLSqO-dhGQP-6RrCygKKHUzvR2GrUlFZJm7SAlaatUXen_-_yB2EHdhfe22dPtBoJCP6_hA/s320/soto+ambengan_2.JPG
 

Dalam berjualan, ia dibantu istrinya, Ny Djaijah, yang
saat itu masih menyusui anak mereka yang pertama. Jika
Sadi melayani tamu, istrinya membersihkan
piring-piring bekas makan tamu. Sementara anaknya
ditidurkan di kolong gerobak soto.

"Setiap kali mengingat kejadian itu, saya pasti
mengeluarkan air mata. Kasihan, anak itu seharusnya
tidur di rumah, di tempat tidur. Bukan di kolong
gerobak," kenangnya.

Pertama kali berjualan, Sadi memakai nama warung
sotonya itu "Soto Ayam Cita Rasa". Pembeli pertamanya
adalah penghuni asrama Brimob itu. Lama kelamaan
warung sotonya makin dikenal orang. Namanya bukan lagi
Soto Ayam Cita Rasa, tetapi Soto Ayam Ambengan, sesuai
dengan nama jalannya.

Pembelinya tidak lagi sebatas penghuni asrama, tetapi
meluas hingga karyawan kantor, pegawai Kotamadya
Surabaya hingga orang-orang yang kebetulan melintas.
Sadi jadi semakin repot.

"Begitu repotnya, sampai merokok saja tidak sempat.
Akhirnya saya berhenti merokok gara-gara jualan soto.
Sampai sekarang," tukas Sadi.

Walau repot, Sadi akhirnya bisa merasakan hasil dari
kerja kerasnya. Dia bisa membeli sebuah rumah di Jalan
Ambengan 3A, dan mendirikan sebuah warung soto yang
lebih permanen di sana. "Soto saya sudah dikenal orang Surabaya. Setiap
kali ada tamu dari luar Surabaya, mereka selalu membawanya ke sini.
Katanya kalau datang ke Surabaya belum makan soto Ambengan, belum
mantap," katanya sambil mengklaim 70 persen orang Surabaya mengenal
sotonya.

Menurut Sadi, soto ayamnya tidak berbeda dengan soto
ayam yang banyak beredar di Surabaya, dengan kuah yang
berwarna kuning kental. Isinya hanya soun putih,
potongan daging dan kulit ayam, seiris telur, dan
poya. Poya adalah kerupuk udang dan bawang putih yang
digiling menjadi bubuk.

"Kuncinya di poya karena poya yang membuat soto
menjadi gurih. Sayangnya pedagang soto lain tidak
begitu memperhatikan poya. Mereka membuat poya dengan perbandingan 5:1,
lima kilogram kerupuk udang dicampur satu kilogram bawang putih.
Sedangkan saya perbandingannya 5:5. Mungkin ini yang membuat soto saya
digemari orang," ungkap Sadi.

TAHUN 1989, Sadi membuka cabang di Jakarta, berkat
tawaran kerja sama dari pemilik sebuah rumah di Jalan Woltermonginsidi,
Kebayoran Baru.

Ketika sampai di Jakarta, Sadi sempat heran karena
ternyata di Jakarta banyak rumah makan soto ayam
cabang Ambengan, padahal dialah satu-satunya pemilik
soto ayam Ambengan. "Di jalan Ambengan sendiri cuma
ada satu soto, yakni soto saya. Yang ada di Jakarta
ini soto Ambengan yang mana?" tanyanya.
 
 
http://i16.photobucket.com/albums/b50/qiqi_anne/wisata/DSC00213.jpg
 

Sadi mengaku sempat marah. Namun dia tahu bahwa nama
jalan tidak bisa dipatenkan sebagai nama rumah makan.
Akhirnya dia hanya menambahkan namanya di belakang
tulisan soto Ambengan, menjadi Soto Ayam Ambengan Pak
Sadi (Asli).

"Pemalsuan ini juga membuktikan bahwa soto saya juga
dikenal oleh orang Jakarta. Ketika saya mengiklankan
akan membuka rumah makan di Jakarta, puluhan telepon
berdering menanyakan kapan tepatnya akan dibuka. Di
hari-hari pembukaan, soto saya selalu habis pukul
12.00 siang," tutur Sadi.

Kerja sama dengan orang Jakarta tersebut ternyata
hanya bisa dipertahankan selama satu tahun. Rekan
bisnis tersebut akhirnya tertarik untuk membuka rumah
makan sendiri. "Ya sudah, saya pindah. Saya sempat
kontrak beberapa tahun sampai akhirnya saya membeli
tanah dan menjadikannya rumah makan, juga di jalan Woltermonginsidi,"
kata Sadi.

Sekarang rumah makan Soto Ayam Ambengan Pak Sadi
(Asli) baik di Surabaya maupun di Jakarta tidak lagi
berbentuk warung. Di Jakarta bahkan berupa gedung baru bertingkat tiga.
Semua karyawan diperbolehkan tinggal di lantai 2 dan lantai 3 rumah
makan. "Yang sudah berkeluarga di lantai 2, yang belum di lantai 3.
Gratis. Selain itu mereka masing-masing juga mendapat makan, odol, sabun
mandi dua batang sebulan, dan detergen. Mereka juga saya beri seragam.
Jadi gaji mereka utuh hanya untuk ditabung atau mengirim keluarga di
kampung," kata Sadi yang banyak mengambil karyawan dari pedesaan di
Jatim dan Jateng.

Sadi sendiri saat ini tidak lagi memiliki pekerjaan.
Dia nyaris tidak turun ke dapur untuk memasak, atau
menjadi kasir menerima uang pelanggan. "Kegiatan saya
hanya mengontrol kualitas masakan. Kalau ada tawaran
untuk membuka cabang, baru saya datang bernegosiasi.
Setelah itu, ya menikmati hidup. Walau begitu, saya
tetap tidak doyan merokok lagi. Soto benar-benar
membuat saya melupakan rokok," katanya. 
 

Warung Sedap Malam = Warung Kalkulator

3

Sering kali kita merasakan ketidakpuasan terhadap pelayanan yang lambat dari pihak restoran atau warung makan didalam menyajikan makanan dan minuman yang kita pesan. Apalagi saat itu perut kita dalam keadaan keroncongan berat. Nah, bila anda benar – benar merasakan lapar dan kebetulan melintas dijalan Darmo tepatnya dikawasan Taman Bungkul Surabaya…hmmm, gak ada salahnya deh bila anda mampir dulu untuk menikmati hidangan yang tersedia tanpa harus merasa kesal dan bete.

Namanya Warung sedap malam, namun masyarakat sekitar taman bungkul sering menyebutnya warung kalkulator. Padahal menu yang disajikan sama sekali tidak ada yang berbau – bau kalkulator loh…Menunya hanya dua yaitu soto daging dan rawon..harga keduanya cukup murah kita hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp 7000,-/porsinya. Namun variasi lauk yang disajikan dimeja lumayan lengkap loh..ada perkedel dengan ukuran yang lumayan gede dan ngeyangin perut, paru, kerupuk udang…dan rata – rata harganya Rp 2000,-/potong.

Saat anda masuk kedalam warung maka anda akan disambut dengan kata – kata “mau pesan apa pak / bu…soto atau rawon???? Dan minumnya apa pak/bu…es jeruk, teh botol dingin atau teh hangat???...Bagi yang sudah sering berkunjung ke Warung ini pasti tidak akan merasa kaget lagi namun bagi yang baru pertama kali akan sedikt bingung hi..hi..( wong belum duduk kok sudah disamber dengan pertanyaan yang seabrek..he..he). Nah, saat anda duduk maka makanan dan minuman yang sesuai dengan pesanan-pun langsung sudah ada didepan kita…Cepat ya???..tapi simpan dulu rasa kekaguman anda atas pelayanan ini..karena begitu anda selesai menyantap hidangan tersebut dan akan membayar maka dengan cepat karyawannya nyerocos menghitung jumlah nominal yang akan dibayarkan dan tepat loh…tentu saja tanpa alat Bantu hitung seperti kalkulator…

Warung sedap malam yang awalnya hanya buka dimalam hari kini mulai buka antara jam 10 pagi hingga jam 2 pagi loh…wele..wele…gak heran deh karena warung ini dikelola oleh anak – anak muda dimana pelayanan yang cepat dan cara menghitungnya yang cepat dan tepat layaknya kalkulator inilah yang menjadi ciri khas dari warung sedap malam taman bungkul Surabaya…

Warung Sedap Malam atau lebih populer dengan sebutan Rawon Kalkulator terletak di area Taman Bungkul Surabaya dan buka sejak pukul 10.00 WIB hingga tengah malam. Nama ‘Kalkulator’ sendiri diberikan karena para pegawainya mampu menghitung dengan cepat (dan tepat) total biaya makan yang harus kita bayar tanpa perlu menggunakan kalkulator. Untuk pilihan hidangan sebenarnya tidak banyak, hanya dua, yaitu Nasi Rawon dan Nasi Soto Ayam. Rasanya, walau enak, juga tidak bisa dikatakan terlalu istimewa. Namun yang membedakan dan membuat tempat kuliner ini selalu ramai dan sering dikunjungi artis adalah adanya lauk tambahan yang beraneka ragam. Mulai dari telur, perkedel, tempe, hingga babat dan paru. Dari kesemuanya itu, yang kami rasa cukup lezat adalah babatnya.

Berikut penampakan kedua makanan yang ditawarkan di warung Kalkulator:

Nasi Rawon Kalculator
Nasi Rawon Kalculator


Nasi Soto Ayam Sedap Malam
Nasi Soto Ayam Sedap Malam

Untuk harga per porsi dipukul rata, yaitu Rp 10.000,-, sedang untuk lauk tambahan harganya bervariasi, antara Rp 3.000,- hingga Rp 6.000,- per potong. Yah, lumayan terjangkau lah untuk kantong arek-arek Surabaya.

Bagaimana anda tertarik ingin mencicipinya…???

Bebek Mercon Kayun



Kuliner di Surabaya, rasanya kurang lengkap tanpa mencicipi bebek Mercon kayun. Apa itu bebek mercon? Bebek mercon adalah sebuah makanan, yang dibuat sangat pedas dengan sedikit kuah yang sangat kental. Karena itulah disebut dengan bebek mercon. Mungkin rasanya yang sangat pedas tadi.

Dengan harga yang relatife terjangkau, yakni sekitar Rp 12.000,_ warung ini tidak pernah sepi pengunjung. Terletak di Jalan Kayun nomor 10 A Surabaya, warung ini selalu dipadati oleh pembeli. Terlebih lagi saat siang yakni waktunya orang makan siang, atau malam hari saat anak-anak muda ingin mencari makan.

Rasanya yang luar biasa pedas, bisa membuat bibir kita terasa terbakar. Tapi disitulah letak nikmatnya, ditambah dengan bumbunya yang terasa sangat enak, hmmm....jadi kepingin lagi nie rasanya. Jika anda tidak suka yang pedas-pedas, warung ini juga menyediakan makanan bebek biasa seperti warung bebek-bebek yang lain, dan rasanyapun juga tak kalah enak. Gimana, mau nyoba???


Bagi pecinta kuliner bebek, Bebek Mercon yang cabangnya sudah tersebar di berbagai wilayah kota Surabaya ini menawarkan menu yang berbeda dengan biasanya — Oseng-Oseng Bebek Mercon.
Dagingnya empuk, dengan bumbu seperti krengsengan, plus ditambah bonus jeroan / ati bebek pula.



Bebek Mercon Bikin Mulut Meledak


Mercon memang sangat berbahaya, apalagi kalau meledak dimulut kita. Tapi di Surabaya, orang malah beramai-ramai ingin meledakkan mulutnya dengan mercon, tapi bukan mercon yang terbuat dari sumbu dan serbuk mesiu tentunya melainkan mercon yang terbuat dari daging bebek goreng.

Bebek mercon, begitu orang biasa menyebut depot nasi bebek di Jalan Kayon Surabaya itu. Berlokasi tak jauh dari sinagoga (tempat bersembahyangnya orang yahudi di Surabaya), lokasi bebek mercon milik Pak Doni ini memang luar biasa larisnya.


Menurut Doni, kata mercon sengaja dilekatkan untuk menggambarkan betapa dasyatnya rasa pedas pada bebek goreng asli Surabaya ini. Karenanya, jika anda suka tantangan, silahkan mampir ke warung ini, dijamin mulut anda akan meledak, mata menangis, dan badan berkeringat.

Disajikan dalam bentuk daging yang dibumbu pedas, bebek mercon ini ditambah berbagai bumbu dan lalapan kemangi serta mentimun. Ada dua menu utama bebek yaitu bebek mercon goreng dan bebek mercon oseng-oseng dengan harga sama yaitu Rp 8 ribu perporsi.

Berbahan dasar daging bebek yang direbus dulu sebelum digoreng, cara membuat bebek mercon tak ubahnya dengan bebek-bebek lainnya. Hanya seluruh bumbu baik saat perebusan, penggorengan maupun saat penyajian seluruhnya berbahan dasar air cabai merah yang dilengkapi beberapa bumbu rahasia.

Setelah disajikan, rasa sengar langsung terlihat dari dua mangkuk bumbu yang menyertai bebek dan semuanya berupa sambal. "Sangking pedasnya, ada yang bilang kita makan sambal lauk bebek," kata Doni.

Yudi Pudji (23 tahun) pengunjung asal Gubeng airlangga Surabaya mengatakan, bebek mercon sangat pas untuk menu berbuka maupun sahur. "Kalau buka puasa, jangan langsung makan bebek mercon, minum dan nyamil dulu supaya perut tak kaget," kata Yudi memberikan tips.
www.tempointeraktif.com

Jumat, 25 Maret 2011

Masjid Agung Demak



  
Sejarah Masjid Demak
Masjid Agung Demak adalah sebuah mesjid yang tertua di Indonesia. Masjid ini terletak di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah. Masjid ini dipercayai pernah merupakan tempat berkumpulnya para ulama (wali) penyebar agama Islam, disebut juga Walisongo, untuk membahas penyebaran agama Islam di Tanah Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak.

Bangunan yang terbuat dari kayu jati ini berukuran 31 m x 31 m dengan bagian serambi berukuran 31 m x 15 m. Atap tengahnya ditopang oleh empat buah tiang kayu raksasa (saka guru), yang dibuat oleh empat wali di antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel, sebelah barat daya buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang, sedang sebelah timur laut yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal), merupakan sumbangan dari Sunan Kalijaga. Serambinya dengan delapan buah tiang boyongan merupakan bangunan tambahan pada zaman Adipati Yunus (Pati Unus atau pangeran Sabrang Lor), sultan Demak ke-2 (1518-1521) pada tahun 1520.
 
Selayang Pandang

Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid ini memiliki nilai historis yang sangat penting bagi perkembangan Islam di tanah air, tepatnya pada masa Kesultanan Demak Bintoro. Banyak masyarakat memercayai masjid ini sebagai tempat berkumpulnya para wali penyebar agama Islam, yang lebih dikenal dengan sebutan Walisongo (Wali Sembilan). Para wali ini sering berkumpul untuk beribadah, berdiskusi tentang penyebaran agama Islam, dan mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada penduduk sekitar. Oleh karenanya, masjid ini bisa dianggap sebagai monumen hidup penyebaran Islam di Indonesia dan bukti kemegahan Kesultanan Demak Bintoro.

Masjid Agung Demak didirikan dalam tiga tahap. Tahap pembangunan pertama adalah pada tahun 1466. Ketika itu masjid ini masih berupa bangunan Pondok Pesantren Glagahwangi di bawah asuhan Sunan Ampel. Pada tahun 1477, masjid ini dibangun kembali sebagai masjid Kadipaten Glagahwangi Demak. Pada tahun 1478, ketika Raden Fatah diangkat sebagai Sultan I Demak, masjid ini direnovasi dengan penambahan tiga trap. Raden Fatah bersama Walisongo memimpin proses pembangunan masjid ini dengan dibantu masyarakat sekitar. Para wali saling membagi tugasnya masing-masing. Secara umum, para wali menggarap soko guru yang menjadi tiang utama penyangga masjid. Namun, ada empat wali yang secara khusus memimpin pembuatan soko guru lainnya, yaitu: Sunan Bonang memimpin membuat soko guru di bagian barat laut; Sunan Kalijaga membuat soko guru di bagian timur laut; Sunan Ampel membuat soko guru di bagian tenggara; dan Sunan Gunungjati membuat soko guru di sebelah barat daya.


Keistimewaan

Luas keseluruhan bangunan utama Masjid Agung Demak adalah 31 x 31 m2. Di samping bangunan utama, juga terdapat serambi masjid yang berukuran 31 x 15 m dengan panjang keliling 35 x 2,35 m; bedug dengan ukuran 3,5 x 2,5 m; dan tatak rambat dengan ukuran 25 x 3 m. Serambi masjid berbentuk bangunan yang terbuka. Bangunan masjid ditopang dengan 128 soko, yang empat di antaranya merupakan soko guru sebagai penyangga utamanya. Tiang penyangga bangunan masjid berjumlah 50 buah, tiang penyangga serambi berjumlah 28 buah, dan tiang kelilingnya berjumlah 16 buah.

Masjid ini memiliki keistimewaan berupa arsitektur khas ala Nusantara. Masjid ini menggunakan atap limas bersusun tiga yang berbentuk segitiga sama kaki. Atap limas ini berbeda dengan umumnya atap masjid di Timur Tengah yang lebih terbiasa dengan bentuk kubah. Ternyata model atap limas bersusun tiga ini mempunyai makna, yaitu bahwa seorang beriman perlu menapaki tiga tingkatan penting dalam keberagamaannya: iman, Islam, dan ihsan. Di samping itu, masjid ini memiliki lima buah pintu yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lain, yang memiliki makna rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Masjid ini memiliki enam buah jendela, yang juga memiliki makna rukun iman, yaitu percaya kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, dan qadha-qadar-Nya.

Bentuk bangunan masjid banyak menggunakan bahan dari kayu. Dengan bahan ini, pembuatan bentuk bulat dengan lengkung-lengkungan akan lebih mudah. Interior bagian dalam masjid juga menggunakan bahan dari kayu dengan ukir-ukiran yang begitu indah.

Bentuk bangunan masjid yang unik tersebut ternyata hasil kreativitas masyarakat pada saat itu. Di samping banyak mengadopsi perkembangan arsitektur lokal ketika itu, kondisi iklim tropis (di antaranya berupa ketersediaan kayu) juga mempengaruhi proses pembangunan masjid. Arsitektur bangunan lokal yang berkembang pada saat itu, seperti joglo, memaksimalkan bentuk limas dengan ragam variasinya.

Masjid Agung Demak berada di tengah kota dan menghadap ke alun-alun yang luas. Secara umum, pembangunan kota-kota di Pulau Jawa banyak kemiripannya, yaitu suatu bentuk satu-kesatuan antara bangunan masjid, keraton, dan alun-alun yang berada di tengahnya. Pembangunan model ini diawali oleh Dinasti Demak Bintoro. Diperkirakan, bekas Keraton Demak ini berada di sebelah selatan Masjid Agung dan alun-alun.

Di lingkungan Masjid Agung Demak ini terdapat sejumlah benda-benda peninggalan bersejarah, seperti Saka Tatal, Dhampar Kencana, Saka Majapahit, dan Maksurah. Di samping itu, di lingkungan masjid juga terdapat komplek makam sultan-sultan Demak dan para abdinya, yang terbagi atas empat bagian:

* Makam Kasepuhan, yang terdiri atas 18 makam, antara lain makam Sultan Demak I (Raden Fatah) beserta istri-istri dan putra-putranya, yaitu Sultan Demak II (Raden Pati Unus) dan Pangeran Sedo Lepen (Raden Surowiyoto), serta makam putra Raden Fatah, Adipati Terung (Raden Husain).

* Makam Kaneman, yang terdiri atas 24 makam, antara lain makam Sultan Demak III (Raden Trenggono), makam istrinya, dan makam putranya, Sunan Prawoto (Raden Hariyo Bagus Mukmin).

* Makam di sebelah barat Lasepuhan dan Kaneman, yang terdiri atas makam Pangeran Arya Penangsang, Pangeran Jipang, Pangeran Arya Jenar, Pangeran Jaran Panoleh.
* Makam lainnya, seperti makam Syekh Maulana Maghribi, Pangeran Benowo, dan Singo Yudo.

 
Arsitektur

Masjid ini mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru. Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Atapnya berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit.

Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak dan para abdinya. Di sana juga terdapat sebuah museum, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat berdirinya Masjid Agung Demak.

Bledug Kuwu Purwodadi



Alam indonesia kita sangatlah kaya akan keanekaragaman alam dan budaya, banyak sekali tempat-tempat wisata yang ada di Indonesia ini yang tidak banyak orang tahu, salah satunya adalah Tempat Wisata Bledug Kuwu yang ada di daerah Purwodadi Jawa Tengah.


Tempat wisata yang satu ini sangatlah unik, sangat berbeda dengan tempat wisata-wisata lainnya, tempat wisata ini bernama Bledug Kuwu. Jika di Amerika Serikat kita dapat menjumpai SALT LAKE (padang garam) yang berasal dari dangkalan laut kemudian berubah menjadi daratan luas, dan pada saat ini daratan tersebut sering digunakan sebagai ajang pengujian kendaraan tercepat didunia. Lain halnya dengan dangkalan laut yang terdapat di Indonesia, sekaligus merupakan keajaiban alam yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain, namanya bledug kuwu, letaknya disamping desa kluwu, kecamatan kradenan kabupaten grobogan, juga karena suaranay yang secara periodik meletupkan bunyi bledug(seperti meriam yang terdengar dari kejauhan)dari gelembung lumpur bersamaan dengan keluarnya asap, gas dan air garam. Melalui proses tersebut menjadikan daratan bledug yang dulunya berada didasar laut, sekarang menjadi daratan yang mempunyai ketinggian kurang lebih 53m dari permukaan laut. Luas arealnya 45Ha dengan suhu minimum 31derajat celcius.






Untuk melalui Tempat Wisata Bledug kuwu ini kita harus menempuh jalan darat, dari semarang melalu purwodadi sampai ke desa Kluwu. Selama perjalanan kita disuguhi banyak sekali pemandangan alam yang sangat indah, hamparan sawah yang hijau dan langit yang biru. Pemandangan bukit-bukit yang begitu indah, sehingga perjalanan untuk menuju tempat wisata ini tidaklah terasa membosankan. Karena mata kita sangat segar karena memandang pemandangan alam yang serba hijau dan indah.






Sesampai di Bledug Kuwu, ada perbedaan yang sangat mencolok. Selama perjalanan kita disuguhi oleh pemandangan alam yang indah dan subur, tetapi sangat bertolak belakang dengan Bledug Kuwu. Daerah yang sangat tandus, panas, dan tidak subur. Tetapi ini menjadikannya sangat indah, dua sisi yang berbeda. Selain menikmati keindahan wisata Bledug Kuwu, ternyata disana banyak sekali penduduk desa yang mencari nafkahnya dari Bledug Kuwu sebagai petani garam. Dari sumber air garam bledug kuwu, petani garam mengolahnya hingga menjadi garam dapur. Kemashyuran rasa garam gledug kuwu pernah tercatat dalam sejarah keraton surakarta. Hal ini dapat dibuktikan melalui berbagai keterangan dari masyarakat sekitarnya. Didaerah ini terdapat gunungan-gunungan kecil yang puncaknya mengeluarkan lumpur berwarna kekuning kuningan.






Bledug Kuwu mempunyai keistimewaan tersendiri, apabila dilihat dari peta geologi Dr AJ Panekoek, bahwasanya tanah-tanah yang ada bledugnya adalah jenis Aluvial Plains(tanah endapatan atau tanah mengendap) bersamaan dengan meletupnya bledug, keluarlah uap, gas dan air garam. Suara bledug terjadi karena muntahnya kawah yang berupa lumpurdengan warna kelabu atau kelabu kehitam hitaman, tetapi kalau dicampur dengan air maka akan menjadi putih. Apabila diendapkan air endapan bledug kuwu adalah tanah kapur dan tepat sekali apabila disitu dulunya laut kemudian menjadi daratan, karena erosi dari gunung kapur sudah tentu tanah endapannya mengandung kapur.



Legenda: Ajisaka dan Kisah Naga Mencari Ayah *
 
Sebagaimana obyek-obyek wisata alam lainnya di tanah air, obyek wisata Bledhug Kuwu juga memiliki legenda yang cukup memikat yang melatar-belakangi kemunculannya.

Dikisahkan, pada sekitar abad ke-7 Masehi, daerah Grobogan termasuk dalam wilayah Kerajaan Medang Kamolan yang diperintah oleh Dinasti Sanjaya/Syailendra. Salah seorang raja dari dinasti ini adalah Dewata Cengkar, seorang yang konon amat gemar makan daging manusia. Karena kesukaan raja yang aneh tersebut, membuat rakyat merasa ketakutan. Mereka tidak ingin menjadi santapan sang raja yang haus darah itu. Berbagai cara dilakukan untuk melawan sang raja, tetapi semuanya sia-sia saja. Tak ada yang bisa mengalahkan kesaktian sang raja.

Beberapa waktu kemudian, muncullah Ajisaka, seorang pengembara, yang merasa prihatin dengan penderitaan yang dialami oleh rakyat. Ajisaka pun kemudian berusaha untuk menghentikan kebiasaan sang raja. Dengan disaksikan oleh ribuan pasang mata, Ajisaka pun menantang adu kesaktian dengan sang raja. Banyak orang yang menyangsikan kemampuan Ajisaka, mengingat tubuhnya yang kecil. Namun apa pun, masyarakat tetap menaruh harapan kepada Ajisaka.

Sang raja yang menerima tantangan Ajisaka hanya terbahak-bahak. Raja pun menawarkan, kalau seandainya Ajisaka mampu mengalahkannya, maka Ajisaka berhak memperoleh hadiah berupa separuh wilayah kerajaan. Sebaliknya, jika Ajisaka kalah, maka raja akan memakan tubuh Ajisaka.
Ajisaka pun menyanggupi semua tawaran sang raja. Adapun permintaan terakhir Ajisaka kepada sang raja adalah, jika dia kalah dan tubuhnya dimakan oleh sang raja, Ajisaka memohon agar tulang-tulangnya nanti ditanam dalam tanah seukuran lebar ikat kepalanya.

Tentu saja sang raja segera mengiyakan dan sama sekali tidak menduga bahwa ikat kepala Ajisaka itu adalah ikat kepala yang mengandung kesaktian. Ajisaka segera melepas ikat kepalanya dan kemudian menggelarnya di atas tanah. Ajaib, ikat kepala itu berubah menjadi melebar. Raja Dewata Cengkar menggeser tempat berdirinya. Hal itu berlangsung terus seiring dengan makin mebelarnya ikat kepala Ajisaka, sampai akhirnya Dewata Cengkar tercebur di Laut Selatan. Namun Dewata Cengkar tidak mati, sebaliknya, tubuhnya menjelma menjadi bajul (buaya) putih. Sepeninggal Dewata Cengkar, rakyat kemudian menobatkan Ajisaka sebagai raja di Medang Kamolan.

Pada saat Ajisaka memerintah Medang Kamolan, muncullah seekor naga yang mengaku bernama Jaka Linglung. Menurut pengakuannya, dia adalah anak Ajisaka dan saat itu sedang mencari ayahnya.

Melihat wujudnya, Ajisaka menolak untuk mengakuinya sebagai anak. Ajisaka pun berusaha menyingkirkan sang naga, tetapi dengan cara yang amat halus. Kepada sang naga, Ajisaka mengatakan akan mengakuinya sebagai anak, jika naga itu berhasil membunuh buaya putih jelmaan Dewata Cengkar di Laut Selatan.

Terdorong keinginan untuk diakui sebagai anak, Jaka Linglung pun menyanggupi permintaan Ajisaka untuk membunuh Dewata Cengkar. Jaka Linglung pun segera berangkat. Oleh Ajisaka, Jaka Linglung tidak diperkenankan melalui jalan darat agar tidak mengganggu ketenteraman penduduk. Sebaliknya, Ajisaka mengharuskan Jaka Linglung agar berangkat ke Laut Selatan lewat dalam tanah.
Singkatnya, Jaka Linglung pun sampai di Laut Selatan dan berhasil membunuh Dewata Cengkar. Sebagaimana berangkatnya, kembalinya ke Medang Kamolan pun Jaka Linglung melalui dalam tanah. Dan sebagai bukti bahwa dia telah berhasil sampai di Laut Selatan serta membunuh Dewata Cengkar, Jaka Linglung tak lupa membawa seikat rumput grinting wulung dan air laut yang terasa asin.

Beberapa kali Jaka Linglung mencoba muncul ke permukaan, karena mengira telah sampai di tempat yang dituju. Kali pertama dia muncul di Desa Ngembak (kini wilayah Kecamatan Kota Purwodadi), kemudian di Jono (Kecamatan Tawangharjo), kemudian di Grabagan, Crewek, dan terakhir di Kuwu (ketiganya masuk Kecamatan Kradenan). Di Kuwu inilah, konon Jaka Linglung sempat melepas lelah. Dan tempat munculnya inilah yang kini diyakini menjadi asal muasal munculnya Bledhug Kuwu.

Sumber: www.navigasi.net

Api Abadi Mrapen Purwodadi









Tiket masuk ditetapkan 500 perak suatu harga yang menurut saya pribadi teramat murah. Mobil pun segera parkir di sebuah area terbuka yang cukup luas untuk menampung kendaraan roda dua dan empat. Keluar dari mobil tentu hal yang pertama kali dicari adalah dimana lokasi keberadaan api mrapen. Sekilas mata memandang tidak ditemukan sama sekali kobaran api di area ini, dan ketika ditanyakan kepada salah seorang pengunjung, ia menunjuk pada setumpuk batu berwarna putih yang tersusun rapi membentuk kerucut.

"Mana apinya ?" ujar saya ketika melihat bagian atas batu yang sedikit berongga namun tak nampak
sedikitpun kobaran api. Seorang perempuan tua menghampiri dengan setumpukan daun kering dalam genggaman tangganya. Daun tersebut dengan hati-hati diletakkan di dalam rongga dan tak lupa meniupnya.







Sepintas sebuah jilatan api nampak membakar daun-daun kering tersebut. Rupanya api yang ada terlalu kecil untuk langsung dilihat, perlu ada "bahan bakar" terlebih dahulu agar tampak lebih berkobar. Dari sebuah koran online diperoleh info bahwa kecilnya kobaran Api Alam Mrapen disebabkan karena banyak penduduk sekitar menyalurkan api abadi tersebut untuk kepentingan rumah tangga. Warga mengambil api tersebut dengan cara mengebor tanah dan memasang pipa. Gas api abadi itu kemudian dialirkan ke rumah untuk memasak. Pemda setempat merasa kesulitan menertibkan pengambilan api abadi tersebut. Hal itu karena lokasinya bukan tanah milik pemda kabupaten melainkan milik perorangan. Pemda Kabupaten Grobogan pernah berupaya membeli lahan tersebut, namun itu urung dilakukan, diperkirakan karena belum ada kesepakatan harga.
 
Tak jauh dari lokasi berkobar api terdapat sebuah batu bobot, yang menurut penduduk setempat diyakini akan mampu mengabulkan semua permintaan siapa saja yang bisa mengangkat batu tersebut sambil duduk. batu itu sendiri terletak dalam sebuah cungkup dan terkunci rapat. Dari luar kita masih bisa melihat batu tersebut dari jendela kaca yang tersedia. Waktu saya mencoba melihat kedalam, nampak sekali batu tersebut dikeramatkan, terlihat dengan adanya taburan bunga setaman pada batu tersebut dan bau wangi-wangian yang masih perlahan tercium dari luar pintu.


















batu Bobot yang dikeramatkan oleh penduduk sekitar diletakkan 
didalam ruangan tertutup dan dikunci dari luar


Disamping batu bobot, di lokasi wisata Api Abadi Mrapen juga terdapat kolam kecil dengan air berwarna hijau beserta gelegak air di tengahnya.  Meskipun air tersebut tampak seperti mendidih, namun tidaklah panas karena gelembung-gelembung udara tersebut berasal dari gas yang berada dalam tanah. Letupan gas/gelembung-gelembung air itu akan  menyala bila terkena api, mungkin gas tersebut adalah merupakan gas yang sama dengan yang ada pada Api Alam Mrapen. Dari hasil penelitian di laboratorium terbukti air Sendang Dudo mengandung banyak mineral mulai dari kalsium, besi hingga magnesium. Karena kaya kandungan mineral air Sendang Dudo kerap digunakan untuk mengobati berbagai penyakit di kulit seperti gatal-gatal atau eksim.

Api Alam Mrapen pernah digunakan untuk menyalakan obor dalam kegiatan pesta olahraga international (Ganefo I) pada tanggal 1 November 1963 di Jakarta demikian pula untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) X tahun 1989, dan PON XIV tahun 1996. Selain untuk kegiatan penyalaan api olahraga juga digunakan pula untuk upacara hari raya waisak.
 


















Sendang Dudo dengan gelembung air ditengahnya



Legenda,..

Menurut legenda, konon api abadi itu muncul setelah Sunan Kalijaga menancapkan tongkatnya ke dalam tanah. Saat itu, Sunan Kalijaga bersama pengikutnya sedang melakukan perjalanan panjang dan menginap di Desa Mrapen. Malam itu, banyak pengikutnya merasa kedinginan.      Karena merasa kasihan, pemuka agama Islam itu kemudian menancapkan tongkatnya ke tanah. Ketika tongkat dicabut, keluar api yang ternyata tak pernah padam. Karena berasal dari kata prapen yang berarti perapian, api abadi itu disebut mrapen.

Dilain hari Sunan Kalijaga minta dibuatkan sebilah keris pusaka pada Empu Supa yang tinggal tak jauh dari Sendang Dudo. Sebagai bahannya Sang Wali menyerahkan butiran besi sebesar biji kemiri. Melihat bahan sekecil itu Empu Supa tertawa geli karena mana mungkin besi sekecil itu bisa untuk dijadikan sebilah keris pusaka. Rupanya Empu Supa lupa bahwa yang dihadapi adalah Seorang Sunan Kalijaga yang sakti. Besi kecil yang dibakar diatas api alam mrapen untuk ditempa itu ternyata mengembang makin lama makin besar. Empu Supa cepat-cepat membawa besi membara itu ke Sendang Dudo untuk dicelupkan ke dalamnya agar dingin.

Begitu besi panas dimasukkan ke sendang air Sendang Dudo yang tadinya tanang dan jernih tiba-tiba menggelepak seperti mendidih dan berubah menjadi keruh. Entah apakah itu karena panasnya besi yang membara itu atau karena ampuhnya calon keris pusaka yang kelak setelah jadi bernama Kiai Sengkelat tersebut.

Sejak peristiwa itu air Sendang Dudo terus bergolak seperti mendidih kendati tetap dingin.

Sumber: www.navigasi.net

Masjid Ampel Surabaya

http://stat.ks.kidsklik.com/files/2009/11/masjid-sunan-ampel-surabaya.jpg

Tanah Ampilan

Bertolak dari sejarah, berdasar catatan dalam Kitab Pengging Teracah, setelah selesai mendatangi undangan Raja Brawijaya, penguasa Mojopahit, Sunan Ampel mendapat ganjaran Ampilan tanah untuk menyebarkan agama Islam di sisi utara tanah Jawa Timur.

Perjalanan Sunan Ampel kala itu dibarengi beberapa pengikut, diantaranya Ki Wirosaroyo. Wirosaroyo sebelumnya beragama Hindu. Setelah masuk Islam, ia menyatakan ingin ikut perjalanan Sunan Ampel ke Surabaya. Kebetulan ia punya anak gadis bernama Karimah (yang kemudian disunting Sunan Ampel). Sesuai tradisi Jawa, orang tua kadang dipanggil dengan nama anak pertamanya. Jadi Ki Wirosaroyo sering dipanggil dengan nama Pak Karimah, atau lebih populer lagi dengan sebutan Mbah Karimah.

“Sesampai di Surabaya, Sunan Ampel lebih dulu membangun tempat ibadah di Kembang Kuning. Nama Kembang Kuning konon berasal dari gebang kuning atau palm kuning yang waktu itu banyak tumbuh di kawasan ini. Versi lain menyebutkan, nama Kembang Kuning berasal dari hewan kumbang kuning,” jelas Amien.

Tempat ibadah yang didirikan Sunan Ampel bersama Ki Wirosaroyo ini, lanjutnya, berbentuk musholla kecil berukuran sekitar 12x12 meter dan sekilas mirip cungkup. Lantainya menyerupai siti inggil yang menurut kepercayaan sangat pas untuk munajat pada Ilahi. Setelah itu, Sunan Ampel melanjutkan perjalanan dan sempat pula membangun tempat ibadah di kampung Peneleh. Baru setelah itu, Sunan Ampel membangun masjid di Ampel Dento yang bertengger megah dan kian ramai hingga kini.

Jika mengunjungi masjid yang terletak di Jl. Ampel Suci 45 atau Jl. Ampel Masjid 53 ini, kita bisa melihat menara setinggi 30 meter di dekat pintu masuk sisi selatan. Di kompleks masjid, terdapat pula sumur dan bedug kecil peninggalan Sang Sunan, serta 16 tiang setinggi 17 meter (lengkap dengan ukiran kaligrafi bertuliskan Ayat Kursi) yang menyangga atap masjid seluas 800 meter persegi. Tak kalah menarik, kita bisa menyaksikan hiasan lambang Kerajaan Majapahit di bagian atas pintu yang mengelilingi Masid Ampel. Dipakainya rangkaian lambang itu, bisa jadi merupakan bentuk penghormatan Sunan Ampel pada Raja Mojopahit yang sudah berbaik hati memberi Ampilan tanah di Surabaya.

“Hingga sekarang, bangunan Masjid Ampel relatif masih sesuai aslinya. Ini sangat berbeda dengan Langgar Tiban di Kembang Kuning yang sudah berubah dari bangunan awalnya. Langgar itu sudah direnovasi total jadi Masjid Rahmat,” katanya. Renovasi total itu dilakukan, konon, untuk menghindarkan dari pengkultusan dan kesirikan yang bisa saja dilakukan oleh umat Islam.

Meski demikian, tak dipungkiri bila citra Masjid Ampel berselimut keagungan dan keajaiban. Termasuk cerita tentang Mbah Sholeh yang konon memiliki sembilan nyawa. Mbah Sholeh, kata sebuah riwayat, adalah pengikut setia Sunan Ampel, yang semasa hidupnya rajin membantu membangun dan membersihkan masjid.
Suatu ketika, Sunan Ampel tanpa sengaja berdesah, “Ah, seandainya Mbah Sholeh masih hidup, tentu pekarangan masjid tidak kotor begini”. Seketika itu, Mbah Soleh yang sudah meninggal, mendadak muncul dan segera membantu Sunan Ampel membersihkan masjid. Keajaiban itu berulang kali terjadi sampai sembilan kali, hingga wafatnya Sunan Ampel pada tahun 1478 di Ampel.

Mbah Sholeh pun yang meninggal tak lama kemudian dimakamkan di kompleks makam Masjid Ampel lama sebelah utara. Di sini, kita bisa melihat sembilan batu nisan yang berjejer rapi, sebagai tanda Mbah Sholeh pernah hidup dan mati sembilan kali. Di sisi barat masjid, ada makam Mbah Sonhaji atau juga dikenal dengan sebutan Mbah Bolong.

Menurut cerita, Mbah Bolong adalah orang yang berjasa menentukan arah kiblat dengan cara melubangi (mbolongi, jawa) dinding menggunakan jarinya untuk melihat Ka’bah di Mekkah. Selain makam Mbah Bolong, ada beberapa makam syuhada dan para santri Sunan Ampel. Beberapa meter dari makam-makam ini, terdapatlah makam Sunan Ampel, berdampingan dengan isteri pertamanya, Dewi Condrowati, salah satu putri Raja Brawijaya.

Masjid Menara Kudus





























Penyebaran agama Islam di Jawa dilakukan oleh para pedagang, yang dipelopori oleh Maulana Maghribi, yang lebih dikenal dengan nama Maulana Malik Ibrahim. Beliau menyebarkan Islam tidak hanya sendiri, melainkan bersama-sama dengan yang lain atau biasa disebut dengan Wali Songo. Wali-wali tersebut menyampaikan risalah Islam dengan cara yang berbeda, salah diantaranya adalah yang kita kenal dengan Ja'far Shodiq atau biasa disebut dengan Kanjeng Sunan Kudus.

Masjid Menara Kudus merupakan salah satu peninggalan sejarah, sebagai bukti  proses penyebaran Islam di Tanah Jawa. Masjid ini tergolong unik karena desain bangunannya, yang merupakan penggabungan antara Budaya Hindu dan Budaya Islam. Sebagaimana kita ketahui, sebelum Islam, Di Jawa telah berkembang agama Budha dan Hindu dengan peninggalannya berupa Candi dan Pura. Selain itu ada penyembahan terhadap Roh Nenek Moyang (Animisme) dan kepercayaan terhadap benda-benda (Dinamisme). Masjid Menara Kudus menjadi bukti, bagaimana sebuah perpaduan antara Kebudayaan Islam dan Kebudayaan Hindu telah menghasilkan sebuah bangunan yang tergolong unik dan bergaya arsitektur tinggi. Sebuah bangunan masjid, namun dengan menara dalam bentuk candi dan berbagai ornamen lain yang bergaya Hindu.





Menara mesjid Kudus yang bercorak Hindu, menyerupai bentuk candi. Konon dibawah menara Kudus, dulunya terdapat sebuah sumber mata air kehidupan.

Menurut sejarah, Masjid Menara Kudus didirikan oleh Sunan Kudus atau Ja'far Shodiq ialah putera dari R.Usman Haji yang bergelar dengan Sunan Ngudung di Jipang Panolan (ada yang mengatakan tempat tersebut terletak di sebelah utara Blora). Sunan Kudus kawin dengan Dewi Rukhil, puteri dari R.Makdum Ibrahim, Kanjeng Sunan Bonan di Tuban. R.Makdum Ibrahim adalah putera R.Rachmad (Sunan Ampel) putera Maulana Ibrahim. Dengan demikian Sunan Kudus adalah menantunya Kanjeng Sunan Bonang. Sunan Kudus selain dikenal seorang ahli agama juga dikenal sebagai ahli ilmu tauhid, ilmu hadist dan ilmu fiqh.

Karena itu, diantara kesembilan wali, hanya beliau yang terkenal sebagai "Waliyil Ilmi". Adapun cara Sunan Kudus menyebarkan agama Islam adalah dengan jalan kebijaksanaan, sehingga mendapat simpati dari penduduk yang saat itu masih memeluk agama Hindu. Salah satu contohnya adalah, Sapi merupakan hewan yang sangat dihormati oleh agama Hindu, suatu ketika kanjeng Sunan mengikat sapi di pekarangan masjid, setelah mereka datang Kanjeng Sunan bertabligh, sehingga diantara mereka banyak yang memeluk Islam. Dan sampai sekarang pun di wilayah Kudus, khususnya Kudus Kulon dilarang menyembelih sapi sebagai penghormatan terhadap agama Hindu sampai dengan saat ini.















































Penghormatan lain adalah diwujudkan dalam bentuk bangunan menara masjid yang bercorak Hindu. Menurut sejarah, masjid Kudus dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 956 H. Hal ini terlihat dari batu tulis yang terletak di Pengimaman masjid, yang bertuliskan dan berbentuk bahasa Arab, yang sukar dibaca karena telah banyak huruf-huruf yang rusak. Batu itu berperisai, dan ukuran perisai tersebut adalah dengan panjang 46 cm, lebar 30 cm. Konon kabarnya batu tersebut berasal dari Baitulmakdis (Al Quds) di Yerussalem - Palestina. Dari kata Baitulmakdis itulah muncul nama Kudus yang artinya suci, sehingga masjid tersebut dinamakan masjid Kudus dan kotanya dinamakan dengan kota Kudus.

Masjid Menara Kudus ini terdiri dari 5 buah pintu sebelah kanan, dan 5 buah pintu sebelah kiri. Jendelanya semuanya ada 4 buah. Pintu besar terdiri dari 5 buah, dan tiang besar di dalam masjid yang berasal dari kayu jati ada 8 buah. Namun masjid ini tidak sesuai aslinya, lebih besar dari semula karena pada tahun 1918 - an telah direnovasi. Di dalamnya terdapat kolam masjid, kolam yang berbentuk "padasan" tersebut merupakan peninggalan jaman purba dan dijadikan sebagai tempat wudhu. Masih menjadi pertanyaan sampai sekarang, apakah kolam tersebut peninggalan jaman Hindu atau sengaja dibuat oleh Sunan Kudus untuk mengadopsi budaya Hindu. Di dalam masjid terdapat 2 buah bendera, yang terletak di kanan dan kiri tempat khatib membaca khutbah. Di serambi depan masjid terdapat sebuah pintu gapura, yang biasa disebut oleh penduduk sebagai "Lawang kembar", konon kabarnya gapura tersebut berasal dari bekas kerajaan Majapahit dahulu, gapura tersebut dulu dipakai sebagai pintu spion.

Cerita mengenai menara Kudus pun ada berbagai versi, ada pendapat yang mengatakan," bahwa menara Kudus adalah bekas candi orang Hindu,". Buktinya bentuknya hampir mirip dengan Candi Kidal yang terdapat di Jawa Timur yang didirikan kira-kira tahun 1250 atau mirip dengan Candi Singosari. Pendapat lain mengatakan kalau dibawah menara Kudus, dulunya terdapat sebuah sumber mata air kehidupan. Kenapa? karena mahluk hidup yang telah mati kalau dimasukkan dalam mata air tersebut menjadi hidup kembali. Karena dikhawatirkan akan dikultuskan, ditutuplah mata air tersebut dengan bangunan menara. Menara Kudus itu tingginya kira-kira 17 meter, di sekelilingnya dihias dengan piringan-piringan bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah banyaknya. 20 buah diantaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sedang 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Dalam menara ada tangganya yang terbuat dari kayu jati yang mungkin dibuat pada tahun 1895 M. Tentang bangunannya dan hiasannya jelas menunjukkan hubungannya dengan kesenian Hindu Jawa. Karena bangunan Menara Kudus itu terdiri dari 3 bagian : (1) Kaki (2) Badan dan (3) Puncak bangunan. Dihiasi pula dengan seni hias, atau artefix (hiasan yang menyerupai bukit kecil).



Ziarah kubur merupakan salah satu bentuk kunjungan yang banyak dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat dari dalam maupun luar kota






















Tampak dari depan sekilas memang masjid Menara Kudus ini kelihatan kecil, namun setelah masuk ke dalam luas sekali. Selain masjid, ternyata di belakang masjid adalah komplek makam Kanjeng Sunan Kudus dan para keluarganya. Pintu masuk makam terletak disebelah kanan masjid, kemudian setelah melalui jalan kecil kita akan melalui pintu kedua memasuki komplek yang didalamnya ada pondokan-pondokan. Ditengah-tengah  pondokan tersebut ada sebuah bangunan paling besar, konon kabarnya bangunan tersebut adalah tempat pertemuan para Walisongo sekaligus tempat Sunan Kudus memberikan wejangan kepada para muridnya. Disebelah utara sebuah komplek ini ada sebuah pintu kecil menuju ke komplek pemakaman Kanjeng Sunan. Komplek-komplek makam tersebut terbagi-bagi dalam beberapa blok, dan tiap blok merupakan bagian tersendiri dari hubungannya terhadap Kanjeng Sunan. Ada blok para putera dan puteri Kanjeng Sunan, ada blok para Panglima perang dan blok paling besar adalah makam Kanjeng Sunan sendiri. Uniknya adalah semua pintu penghubung antar blok berbentuk gapura candi-candi. Tembok-tembok yang mengitarinya pun dari bata merah yang disusun berjenjang, ada yang menjorok ke dalam dan ke luar seperti layaknya bangunan candi. Panorama yang nampak adalah komplek pemakaman Islam namun bercorak Hindu.

Kesan unik dan historis inilah yang sangat menarik para wisatawan religi maupun wisatawan biasa. Setiap hari tempat ini selalu ramai dikunjungi oleh para wisatawan, wisatawan yang berasal dari sekitar kota Kudus biasanya berkunjung pada hari biasa, hari Sabtu dan Minggu biasanya lebih banyak pengunjung dari luar kota. Tanggal 10 Syura' merupakan puncak keramaian di komplek masjid ini, dalam rangka khaul wafatnya Kanjeng Sunan Kudus. Walaupun mengandung keunikan yang khas, namun tata ruang sekitar masjid nampak amburadul. Karena terletak dipusat kota Kudus, hanya 5 menit dari alun-alun kota Kudus, masjid ini dikepung oleh perumahan penduduk yang cukup padat. Sehingga, mengurangi keindahan komplek bangunan Masjid Menara Kudus ini yang sekarang masuk sebagai salah satu cagar budaya. Selain itu, banyaknya pengemis yang berada disekitar masjid, juga dapat mengganggu para pengunjung yang datang. Agar terus terjaga kelestariannya, penataan ruang sekitar masjid harus diperbaiki kembali untuk mempertahankan kesan indah dan unik Masjid Menara Kudus ini.




Rumah Makan Soto Kudus Pak Ramidjan























Selain terkenal dengan jenang Kudusnya, makanan lain khas Kota Kudus adalah Soto Kudus. Sekarang ini Soto Kudus sudah hampir merambah kota-kota besar di seluruh Indonesia. Terasa ada yang berbeda dengan soto kudus lainnya ketika kita makan Soto Kudus "Pak Ramidjan" yang terletak di Jl.Jepara - Jember, Kudus ini. Tak jauh dari Masjid Menara Kudus kita bisa temukan tempat ini dengan gampang. Hanya 5 menit perjalanan, dan hampir setiap orang disekitar tempat tersebut mengenal tempat ini. Tempatnya biasa saja, tidak terkesan mewah atau unik, namun setelah mencicipi soto tersebut, rasanya membuat lidah bergoyang dan ingin nambah lagi.


Seperti kata Bu Hj.Nikmah, pengelola soto Pak Ramidjan," rata-rata orang yang sudah berkunjung kesini akan mengatakan, soto kudus pak Ramidjan ini yang paling lezat,". Dari aroma bumbu, memang soto Pak Ramidjan ini memberikan racikan bumbu yang berbeda dengan soto kudus lainnya, dan berani. Selain soto kudus, nasi pindang juga tersedia, tentunya terasa khas dan berbeda dengan yang lainnya. Karena dengan resep dan bumbu yang berbeda, rata-rata makanan yang tersaji di tempat ini mempunyai rasa yang lezat dan bisa membuat kita ketagihan untuk makan di tempat ini lagi. Apalagi harga yang tidak begitu mahal, dan sangat terjangkau, membuat orang-orang suka makan di tempat ini.

Sumber: www.navigasi.net