Selasa, 15 Maret 2011

Ancaman Zat Radioaktif setelah Tsunami dan Gempa di Jepang

1300166583135414728
http://www.greenpeace.org/international/en/multimedia/photos/Japan-map—Fukushima-/


Setelah terjadi gempa dan tsunami tanggal 11 Maret 2011 yang lalu, praktis kegiatan di kampus saya tidak berjalan seperti biasanya. Kebetulan memang sekarang lagi libur untuk mahasiswa undergraduate, sehingga yang datang ke kampus hanya mahasiswa program master dan doktor, serta sensei.

Kampus saya kebetulan sangat jauh dari dari pantai. Kemungkinan terkena tsunami boleh dikatakan tidak ada. Walaupun gempa masih sering terjadi, tetapi dengan magnitude yang relatif kecil dan tidak terlalu mengkhawatirkan. Terbukti dengan gempa yang berkekuatan 9 SR tanggal 11 Maret 2011 yang lalu, kampus saya dan apatoo saya tidak mengalami kerusakan.

Namun efek dari gempa dan tsunami di pantai timur bagian utara Jepang juga terasa juga sampai ke Tokyo dan sekitarnya. Pada saat terjadi gempa, di Tokyo dan sekitarnya, listrik sempat padam dan kereta tidak beroperasi. Pada hari terjadi gempa tersebut, sensei saya dan beberapa teman di laboratorium juga tidak bisa pulang ke rumah karena untuk sampai ke rumah harus menggunakan kereta yang membutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Sehari setelahnya, beberapa kereta dan metro (subway) sudah mulai berfungsi, tapi masih untuk jalur (line) terbatas.

Seperti banyak diberitakan bahwa daerah yang terkena tsunami adalah di prefektur Fukushima dan Miyagi. Tim Penanggulangan Bencana dari KBRI telah berhasil mengevakuasi WNI yang tinggal di kota Sendai (kebanyakan adalah mahasiswa yang sedang kuliah di Tohoku University beserta keluarga mereka). Minggu malam tanggal 13 Maret, dengan menggunakan 2 bus, sekitar 120 WNI berangkat dari Sendai menuju Tokyo dan tiba di Tokyo Senin 14 maret 20110 subuh. Dan hari ini, Selasa 15 Maret 2011, jam 12 siang mereka telah diberangkatkan ke Indonesia menggunakan Garuda.

Sebenarnya, menurut rencana, karena keterbatasan pasokan listrik sebagai akibat berhentinya PLTN Fukushima, sejak kemarin ada pemadaman listrik secara bergilir di daerah Kanto (Tokyo, Chiba, Yokohama, dan sekitarnya), tapi ternyata tidak jadi terjadi. Semoga rencana pemadaman bergilir untuk hari ini pun tidak harus terjadi.

Teman saya, sambil bercanda dan menyindir PLN Indonesia, di status Facebook dia menulis ” PLN Jepang ingkar janji, katanya mau ada pemadaman listrik jam 6.00 pagi tapi tidak jadi, trus diundur ke jam 12 siang tidak jadi juga, lalu diundur ke jam 15.20, ternyata tidak jadi, dan sampai semalaman ditunggu-tunggu tetap tidak terjadi pemadaman. Belajar dong dari PLN Indonesia, tidak berjanji langsung memberikan bukti, tidak pernah berjanji akan ada pemadaman listrik, tiba-tiba saja langsung padam hahahahaha“.

Sejak hari Sabtu lalu, supa (supermarket) diserbu oleh pembeli sampai stock barang habis dan saya pikir mungkin sampai beberapa hari ke depan tidak akan ada lagi pasokan barang ke supermarket-supermarket tersebut.Teman saya sampai panik karena ketika ingin membeli beras, stock beras habis di beberapa supermarket yang sempat dia datangi. Ternyata dugaan saya salah, hanya dalam waktu sehari, stock supermarket terisi kembali, dan kembali diserbu oleh pembeli.

Saat ini suasana di kampus semakin sepi karena dianjurkan agar kalau tidak petning dan perlu, sebaiknya tetap tinggal di apatoo. Namun, saya tetap masuk kampus. Selain karena ada tugas yang harus diselesaikan, saya berpikir, resiko berada di dalam kampus dan di kamar apatoo adalah sama. Lokasi apatoo saya hanya 5 menit bersepeda. Faktor lokasi yang dekat seperti itu membuat saya merasa tidak ada bedanya kerja di kampus atau di kamar apatoo.

Tadi pagi, asisten professor di laboratorium saya mengatakan bahwa besok dia akan kembali ke kampungnya di Osaka karena menurutnya, ada berita bahwa reaktor nuklir di Fukushima, yang jauhnya sekitar 250 km dari Tokyo meledak lagi dan kemungkinan ada kebocoran zat radiokatif. Menurutnya, di daerah sebelah utara Ibaraki, kandungan zat radioaktif di udara meningkat 10 kali lipat dari biasanya, walau pun masih jauh di ambang batas yang diijinkan. Namun, peningkatan kadar zat radioaktif tersebut mengindikasikan kalau sudah terjadi kebocoran di reaktor nuklir tersebut. Diapun mengambil langkah aman, pulang ke Osaka yang jaraknya sekitar  500 km dari Fukushima untuk menjauh dari sumber radioaktif.

Karena ikut cemas, saya mencoba mencari berita tentang kebocoran radiokatif tersebut. Ternyata benar, dari situs berita CNN, saya membaca berita yang berjudul Radiation levels spike at Japanese nuclear plant dan dalam berita itu saya mendapatkan informasi bahwa ada kandungan zat radioaktif dalam kadar rendah di lokasi yang jaraknya 160 km di sebelah Timur Laut  Fukushima, tempat reaktor nuklir itu berada. Mungkin karena arah angin saat itu mengarah ke Timur Laut dari Fukushima, bisa jadi bila arah angin berubah ke arah selatan, maka hal yang sama akan terjadi di daerah sekitar Tokyo.

Semoga ancaman zat radioaktif tidak menjadi bencana baru bagi Jepang setelah bencana gempa dan tsunami. Saat ini Tokyo Electric Power Company (TEPCO) sebagai pemilik PLTN Fukushima masih terus berusaha untuk meminimalkan bahaya yang mungkin terjadi. Pakar-pakar  nuklir dari berbagai organisasi nuklir dunia juga ikut membantu mengatasi masalah di PLTN Fukushima. Semoga mereka berhasil. Pray For Japan
Update : Ternyata saat ini angin dari Fukushima bergerak ke arah Tokyo

Farid
Sumber: kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar