Rabu, 16 Maret 2011

Bom Utan Kayu: Kekonyolan ala “The Gods Must Be Crazy”

13002147191353634167

Kasat Dody sedang mencoba menjinakkan bom tanpa perlengakapn pengaman sama sekali (kompas.com)


Tanpa mengurangi rasa simpatik dan empati kepada korban bom di Utan Kayu, terutama kepada Kasat Reskrim Jakarta Timur Komisaris Dody Rachmawan, yang tangan kirinya mengalami luka sangat parah terkena bom ketika hendak mencoba menjinakkan bom itu (diamputasi?), saya melihat beberapa kekonyolan dalam peristiwa ini.

Pertama, diberitakan, bom yang dikamuflasekan dalam bentuk buku yang ditujukan kepada Ulil Abshar-Abdalla, dengan judul Mereka Harus Dibunuh Karena Dosa-Dosa Mereka terhadap Islam dan Kaum Muslim itu diterima oleh Sekretaris Institut Studi Arus Informasi (ISAI), Ade Juniarti, pada pukul 10.00 WIB.

Ade dan rekan-rekannya di ISAI merasa curiga dengan bentuk buku tersebut karena tidak dapat dibuka, dan terlihat beberapa kabel di dalamnya. Kemudian mereka meletakkan begitu saja buku tersebut di salah satu sudut di ruangan tersebut, dan melupakannya.

Baru pukul 13.30, atau tiga setengah jam kemudian, karena merasa curiga, mereka menghubungi pihak kepolisian.

Konyol. Bagaimana bisa ketika menerima benda berbentuk buku yang sangat patut mencurigakan itu sebagai bom, Ade Juniarti dan kawan-kawannya itu tidak langsung curiga bahwa itu bisajadi sebuah bom; buku bentuknya aneh, tidakbisa dibuka, ada kabel-kabelnya. Judulnya juga menyeramkan begitu. Mereka bahkan sempat membiarkan buku bom tersebut terletak begitu saja di dalam ruangan kerja mereka selama lebih dari tiga jam.

Kedua, pukul 13:45 anggota Polres Utan Kayu yang dilapori, datang memeriksa paket. Baru pukul 14:00 Polres Utan Kayu menghubungi tim Gegana untuk menanganinya. Kenapa ketika mendapat informasi tentang adanya benda yang diduga bom itu, tidak langsung meneruskan ke tim Gegana? 

Sampai dengan pukul 15:30, atau satu setengah jam berlalu, Tim Gegana tidak kunjung tiba di lokasi. Maka tiga orang polisi, di antaranya Kasat Reskrim Jakarta Timur Komisaris Dody Rachmawan berinisiatif melakukan penjinakan bom tersebut.

Kompas.com antara lain menulis, Komisaris Dody Rachmawan mencoba menjinakkan bom itu tanpa dilengkapi perlengkapan yang memadai.

Jelas ini redaksional yang salah. Kita bisa saksikan sendiri di tayangan televisi (detik-detik bom meledak) bahwa Komisaris Dody melakukan itu bukan tanpa perlengkapan yang memadai, tetapi malah tanpa perlengkapan sama sekali. Hanya dengan tangan kosong begitu saja. Seolah-olah yang ditanganinya itu sebuah mainan. Begitu dia dengan tangan kirinya mencoba menarik sebuah benda berbentuk kotak kecil berwarna putih seperti baterei hand phone, seketika itu juga bom meledak. Ini adalah kekonyolan yang ketiga.

Akibatnya tangan kirinya itu hancur. Bayangkan saja bagaimana kalau itu bom dengan daya ledak yang lebih tinggi. Bukan tangannya saja yang hancur, tetapi besar kemungkinan tubuhnya. 

Kita tidak habis pikir kenapa Komisaris Dody ini bisa bertindak begitu ceroboh. Sangat konyol, dan memprihatikan sekali . Kasihan sekali. Rasanya perlu dia diberi penghargaan, seperti kenaikan pangkat.

13002147981624749343


Wartawan dan warga sekitarnya menonton prosespenjinakan bom dari jarak dekat (kompas.com)
Kekonyolan keempat, sebelum tindakan percobaan menjinakkan bom yang konyol itu dilakukan, kita juga melihat bom itu menjadi tontotan beberapa orang, termasuk polisi yang ada di situ. Beberapakali terlihat seorang polisi dengan alat deteksi bomnya mengayun-ayun sekenanya alatnya itu di atas buku bom tersebut. Sementara beberapa orang terlihat menontonnya dari dekat. Seolah-olah mereka sedang melihat sebuah benda aneh yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. dan sama sekali tidak berbahaya.

1300214848595092605
Xi, seorang primitif terheran-heran melihat botol Coca-Cola dalam adegan


Sepertinya mirip adegan dalam film The Gods Must Be Crazy (1981), yang memperlihatkan adegan seorang dari suku primitif bernama Xi, sangat terheran-heran mengamati sebuah botol Coca-Cola yang “jatuh dari langit.” Dia mengira botol yang dianggap benda aneh yang belum pernah dilihatnya itu terjatuh dari tempat para dewa. Maka itu dia bermaksud mengembalikannya.

Ketika proses percobaan penjinakan bom itu pun terlihat wartawan-wartawan dan beberapa orang lainnya menontonnya dari jarak yang dekat (sekitar 1-2 meter). Masih “untung” bom yang kemudian meledak itu adalah bom dengan daya ledak rendah. Bagaimana jika itu bom dengan daya letak tinggi, sudah pasti akan menimbulkan korban jiwa yang cukup banyak dari para wartawan dan beberapa orang yang sedang menonton itu.

Seharusnya, polisi biasa yang tidak mempunyai keahlian itu sama sekali tidak megutak-atik suatu benda yang dicurigai sebagai bom itu. Sebaliknya, harus sedapat mungkin bersama warga sekitarnya menjauhi benda mencurigai itu sejauh mungkin. Melaporkan segera ke tim Gegana.

Keterlambatan kedatangan Tim Gegana ke lokasi dalam peristiwa ini, yakni sampai lebih dari dua jam belum juga tiba, merupakan kekonyolan kelima, sekaligus menunjukkan ketidakprofesionalan tim khusus penjinak bom itu.

Kapoda Metro Jaya menyalahkan kemacetan lalu-lintas yang menyebabkan keterlambatan tersebut. Apakah benar alasan itu? Atau alasan yang dibikin-bikin? Perlu dicek. Kalau sampai ternyata alasan kemacetan ini juga adalah alasan yang dibikin-bikin, berarti menambah kekonyolan dalam peristiwa ini.

Kalau benar kemacetan lalu-lintas sebagai penyebab terlambatnya tim Gegana sampai lebih dari dua jam itu, maka barangkali perlu dipikirkan agar ke depan, tim gegana dilengkapi dengan pesawat helikopter. 

Sebaiknya kita tahu juga, akhirnya tim Gegana itu tiba di lokasi kejadian jam berapa? Sebab dalam pemberitaan tentang bom Utan Kayu ini, tidak ada penjelasan tentang itu. Jam berapa akhirnya tim Gegana itu tiba, atau malah tidak pernah datang? Konyol lagi, kalau begitu.

Catatan tambahan:
Di Mailing List T-Net, yang saya kirimi juga tulisan ini, Sdr. Juswan Setiawan menambah catatan kekonyolan dalam perisriwa ini:
“Saya pikir kekoyolan keenam (mungkin malah pertama) ialah soal logika: Yaitu pengucuran air saat membuka buku yang berisi bom. Apa korelasinya? Antara air dengan bom?
Air memadamkan api SETELAH bom meledak (itupun apinya mungkin tidak di situ menyalanya). Bukan sebelumnya.
Air tidak MEMBATALKAN bom untuk meledak.
Mekanisme pemicu bom diganggu maka bom pasti meledak dan tada urusannya dengan dikucur air, atau tidak.
Malahan zat tertentu kalau dikucurkan air malahan bereaksi, isalnya karbit.”
Karbit memang kalau kena air malah bisa memicu kebakaran

Daniel H.t.

Sumber: kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar