Selasa, 08 Maret 2011

Candi Muaro Jambi Diupayakan Jadi Warisan Dunia

foto 
Warga masyarakat Pecinta Candi Muaro Jambi kini tengah berupaya memperkenalkan kompleks percandian peninggalan Hindu-Budha yang terluas di Indonesia. Candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Melayu yang dibangun pada abad 11 Masehi itu diperkenalkan agar tercatat sebagai warisan dunia.

"Kita kini berupaya untuk memperkenalkan candi tertua dan terluas di dunia ini, sehingga akhirnya dapat tercatat sebagai warisan dunia," kata Marzuki Usman, Ketua The Society of Muaro Jambi Temple (The SOMT), kepada Tempo, Ahad (6/3).

Menurut mantan Menteri Pariwisata RI di era Presiden Abdurachman Wahid ini, bila candi ini dikenal di dunia tidak hanya akan menguntungkan masyarakat Jambi, tapi juga bangsa Indonesia."Indonesia akan lebih dikenal lagi akan peninggalan peradaban sejarah perkembangan manusia di dunia yang menarik, unik dan nilai kultural," ujar Marzuki.

The SOMT sangat bersyukur dengan adanya perhatian pemerintah, terutama pemerintah Provinsi Jambi dalam upayanya mengembangkan sektor kepariwisataan, khususnya Candi Muaro Jambi yang jaraknya hanya sekitar 40 kilometer dari pusat Kota Jambi.

Kompleks percandian Muaro Jambi pertama kali dilaporkan pada tahun 1823 oleh seorang letnan Inggris bernama S.C. Crooke yang melakukan pemetaan daerah aliran sungai untuk kepentingan militer.

Baru tahun 1975, pemerintah Indonesia mulai melakukan pemugaran yang serius yang dipimpin R. Soekmono. Berdasarkan aksara Jawa Kuno (rujukan) pada beberapa lempeng yang ditemukan, pakar epigrafi Boechari menyimpulkan peninggalan itu berkisar dari abad ke 9-12 Masehi.

Di situs ini baru sembilan bangunan yang telah dipugar, semuanya bercorak Buddhisme. Kesembilan candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi Didy Wujanto, mengemukakan pihaknya tengah berusaha memperkenalkan kawasan percandian ini kepada masyarakat dunia, terutama pihak UNESCO, agar nantinya bisa tercatat sebagai warisan dunia.

"Kita juga sejak beberapa tahun belakangan ini hingga kini terus mengucurkan dana untuk melakukan penataan dan membangun fasilitas umum," ujar Didy.

Upaya lain mewujudkan Sister Site antara Situs Candi Muaro Jambi dengan Situs di Nalanda India. Beberapa waktu lalu staf peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Bambang Budi Utomo melakukan kunjungann ke Nalanda 5-15 Februari lalu, kini giliran perwakilan Nalanda yang datang ke Indonesia dan langsung mengunjungi kompleks percandian Muaro Jambi.

Jumat (4/3), DR Kenoy K Behl, perwakilan dari India mengunjungi dan melihat langsung candi tersebut. Tujuannya tidak hanya upaya membina hubungan baik antara kedua situs (Candi Nelanda- India dan Candi Muaro Jambi-Indonesia), juga melakukan survey pembuatan film dokumenter.

DR Kenoy K Behl menyatakan ketertarikannya atas candi ini. Dia sangat antusias untuk bisa secepatnya membuat film dokumenter tentang Candi Muaro Jambi, sehingga akhirnya nanti dapat dikenal di seluruh dunia.

"Candi ini benar-benar sangat menarik dan pantas bila tercatat sebagai warisan dunia," katanya.

Sumber: tempointeraktif.com



Candi Muarojambi Jalin Hubungan Mesra dengan India

Candi Muarojambi Jalin Hubungan Mesra dengan India
Candi Muarojambi

Bentang sejarah percandian Muaro Jambi sejak abad ke tujuh hingga abad 12 terjalin kukuh dengan Nalanda, India, kata Wakil Gubernur Jambi H Fachrori Umar, Senin. Wagub mengatakan, bukti jalinan yang kukuh tersebut ditandai dari catatan pendeta Budha dari Tiongkok, I-Tsing, maupun Atisa Guru Besar Universitas Nalanda yang datang ke Moloyou atau Melayu.

Kedatangan tersebut telah menorehkan posisi strategis dan keeratan hubungan ritualitas antara Nalanda - Jambi - Tiongkok dan sebaliknya serta Tibet. Secara fisik, bentang alam daerah aliran sungai (DAS) Batanghari sejak dari Muara Tepi Laut Selat Lingga atau Selat Berhala sampai ke dataran tinggi di pedalaman Bukit Barisan Sumatra Barat, Damasraya dan Pagaruyung tidak kurang terdapat dua ratusan titik-titik situs percandian yang menggambarkan tapak-tapak perjalanan dan persebaran Hindu dan Budhis dengan kegiatan dan pemukiman di sekitarnya yang cukup ramai.

Menurut Wagub, dari artefak berupa prasasti Karang Berahi di Kabupaten Merangin Provinsi Jambi, tertera pahatan aksara palawa dari masa abad ke tujuh. Keberadaan dan penggunaan aksara Palawa ini jelas menggambarkan hubungan erat tersebut.

Bahkan dari beberapa pakar bahasa dan arkeolog menyebutkan bahwa hubuf Palawa sudah masuk ke Sumatra 300 tahun sebelum Masehi, bersamaan dengan persebaran agama Hindu dan kemudian Budhis. Selain itu, interaksi budaya secara kreatif terlihat dari tulisan aksara Incong di Kerinci, yang berkerabat dengan aksara Batak, Rejang, Lampung dan Bugis serta Jawa kuno, merupakan perkembangan dari aksara Palawa dan bahasa Sansekerta.

"Kita berharap, tinggalan-tinggalan ini diharapkan dapat merangkai kebersamaan kesepahaman untuk masa-mas mendatang, dan dapat terjalin bentang jejaring napak tilas kesejarahan kepurbakalaan antara Nalanda, Tibet dan Jambi," harap Wagub.
Sumber: republika.co.id

2 komentar:

  1. bagus banget. harus dilestarikan tuh

    BalasHapus
  2. bukti sejarah memang harus dilestarikan...jangan di rusak
    http://solikinblog.blogspot.com

    BalasHapus