Rabu, 21 September 2011
Buah Naga Penurun Kolestrol
Naga yang satu ini memang benar-benar sakti. Mengapa tidak? Selain rasanya yang enak dan segar juga bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Kok bisa?
Eitss... tapi ini bukan naga jadi-jadian loh, karena naga yang dimaksud adalah buah naga atau dragon fruit. Bentuknya mirip dengan nenas, tetapi berwarna merah dan memilik sayap di kulitnya seperti naga. Hmm... mungkin itu ya sebabnya mengapa buah ini dinamakan buah naga.
Untuk isinya sendiri buah naga ini ada dua jenis, yaitu berwarna merah dan putih berbintik-bintik hitam. Buah naga yang berwarna putih ini mirip dengan buah kiwi dan lebih mudah didapat dibanding buah naga berwarna merah. Meskipun konon, buah naga berwarna merah memiliki khasiat yang lebih tinggi dibanding yang berwarna putih. Meskipun begitu keduanya diyakini dapat menyeimbangkan kadar gula darah, penurun kolestrol, mencegah kanser usus, dan memenurunkan kadar lemak dalam badan.
Oh ya, buah naga ini juga ternyata populer saat merayakan upacara keagamaan masyarakat Tionghoa dan juga tahun baru China. Mungkin karena 'naga' sendiri memiliki arti khusus bagi masyarakat Tionghoa. Nah, karena sebentar lagi akan merayakan tahun baru China, yuk siap-siap beli buah naga!
Sumber: www.detikfood.com
Buah Khas Bumi Cendrawasih
Buah yang satu ini cukup unik, bentuknya yang biasa saja ternyata menyimpan kejutan rasa lembut dan manis yang mengigit.
Mungkin tak banyak orang yang pernah mencicipi atau mengetahui buah yang bernama Matoa ini. Jelas saja, karena buah ini berasal dari rimba Papua sehingga kita jarang menjumpainya di pasaran. Suatu hari, seorang teman yang kembali sehabis bertandang ke Jayapura lah yang memperkenalkan buah ini kepada saya.
Bentuk buah Matoa sendiri tak begitu besar, kulitnya yang keras (menurut saya sih mirip buah kedondong) ternyata menyimpan kelezatan yang unik. Isinya mirip sekali dengan rambutan dengan biji kecil didalamnya, yang berbeda buahnya lebih berserat dengan rasa manis mengigit dan mendekati rasa durian. Kok bisa? Nah itulah dia yang membuat unik buah ini. Hmm... konon kata teman saya buah ini cuma tumbuh di hutan-hutan Papua loh dan jarang dijual di pasaran Jakarta. Wah kalau begitu beruntung sekali saya dapat mencicipinya.
www.detikfood.com
Harum Legit Donut Peach
Aromanya harum dengan daging buah berwarna kekuningan cantik. Rasanya yang manis legit membuat semua orang menyukai buah yang satu ini. Tak heran jika buah yang satu ini menjadi favorit kaum bangsawan di Cina sejak dulu.
Prunus Persica, adalah nama latin dari buah cantik ini. Diambil dari nama Persia meskipun sebenarnya buah ini asli berasal dari Cina. Beberapa masyarakat Inggris pun menyebutnya dengan sebutan Apel Persia. Varian buah peach ini pun bermacam-macam salah satunya adalah Donut Peach . Sepintas buah ini tidak jauh berbeda. tapi jika diperhatikan lebih dekat bentuknya lebih gepeng hampir mirip dengan kue donat hanya tidak ada lubang ditengahnya. Ada juga yang bilang Saturn Peach karena bentuknya yang seperti cincin planet saturnus.
Beberapa orang lebih memilih Donut Peach karena rasanya yang lebih manis dibandingkan dengan jenis peach yang lain dan tentunya dengan kadar keasaman yang lebih rendah. Bentuknya yang kecil dapat langsung dimakan tanpa harus memotongnya dengan pisau dan selain itu pohonnya yang kuat mampu tumbuh dengan baik di beberapa daerah.
Tidak hanya enak dan sehat, Donut Peach pun dapat digunakan untuk membuat pie, dijadikan salad, atau dijadikan salah satu bahan membuat muffin. Karena kandungan vitamin C nya yang tinggi bisa menggantikan buah jeruk bagi Anda yang tidak bisa mengkonsumsi jeruk. Donut Peach ini yang kini banyak ditanam di California dan Washington ini dapat Anda temukan di supermarket yang menjual makanan organik seperti Bali Deli.
Sumber: www.detikfood.com
Bisbol, Kok Buah?
Kalau baseball mungkin yang ada dipikiran Anda adalah sebuah permainan olah raga. Nah, kalau buah bisbol yang ini lain lagi. Hmm... ngomong-ngomong seperti apa sih buah bisbol ini?
Terus terang, saya pun baru pertama kali melihat langsung buah yang namanya mirip olah raga populer di Amrik sana ini di suatu sudut kota Bogor. Kenapa sih dinamakan buah bisbol? Ya, mungkin karena bentuknya yang mirip-mirip dengan bola baseball kali ya...
Buah yang memang bisa dibilang langka alias susah ditemui ini biasa dijual dipinggir jalan bersama buah-buahan lainnya seperti pisang dan alpukat. Menurut sang penjual, buah ini ada kalau sedang musim saja dan itupun masih terhitung jarang dijumpai. Tak heran harganya pun bisa dibilang lumayan mahal...
Bentuknya memang rata-rata sebesar bola baseball dan ada juga yang bahkan berukuran lebih besar. Buah ini berkulit coklat kemerahan dan ditumbuhi bulu-bulu halus seperti beludru. Meskipun daging buahnya sendiri berwarna keputihan dengan rasa unik yaitu perpaduan agak manis dan sepat. Sedangkan baunya lebih condong dengan bau mentega.
Nah, gimana tertarik mencicipi buah bisbol yang unik dan langka ini?
Sumber: www.detikfood.com
Si Rambo, Rambutan Asli Bogor yang Langka
Kalau mendengar namanya pasti ingat akan film nya Sylvester Stallone yang sempat happening beberapa tahun lalu. Tapi ini berbeda, Rambo alias rambutan Bogor yang sudah cukup sulit untuk ditemui ini rasanya manis asam segar. Kulitnya tebal sangat kokoh seperti babat. Coba simak infonya disini yuk!
Mengisi akhir pekan kemarin saya berjalan-jalan ke Bogor bersama teman-teman untuk wisata kuliner di sana. Saat berada di toko asinan Gedong Dalem, saya melihat banyak sekali penjual aneka buah-buahan 'mangkal' di area aprkirnya. Mulai dari penjual pisang, sawo, talas, manggis, dan masih banyak lagi. Penjual tanaman hias dan tanaman obat juga ada loh!
Nah, ada yang menarik minat saya disini. Ternyata Bogor juga salah satu pusat buah langka. Banyak sekali buah-buahan langka dijual disini seperti di pasar Suryakencana. Sebut saja buah bisbol, yang warna daging buah dan aromanya mirip dengan mentega.
Ada juga 'rambo', alias rambutan Bogor. Warna kulitnya merah tua kehitaman, saat dipegang kulitnya sangat kokoh, tebal tidak seperti buah rambutan yang sering kita temui di pasar. Kalau dibuka menggunakan kuku jari pun akan sulit, sehingga membukanya harus menggunakan pisau. Beberapa orang ada juga yang menyebut buah rambutan ini adalah rambutan babat, karena tekstur kulit buahnya yang menyerupai babat.
Meskipun terlihat besar, ternyata buahnya seperti rambutan biasanya. Daging buahnya tidak gampang terlepas dari bijinya, dan rasanya manis-manis asam segar! Wah, buat ibu-ibu yang sedang ngidam rambutan ini sangat cocok loh!
"Rambutannya tahan sampai seminggu neng, dijamin gak bakalan busuk," promosi sang penjual saat saya menanyakan perihal si rambo ini. Mungkin ini juga yang menjadikannya disebut rambo, selain kependekan dari rambutan Bogor tentu saja.
Nah, tertarik mencicipi si Rambo yang langka ini?
Sumber: www.detikfood.com
Buah Roti yang Empuk Bergizi
Buah yang satu ini rasanya empuk lembut dan gurih-gurih manis persis roti. Karena itu sangat disukai untuk camilan, keripik dan belakangan bahkan dibuat tepung untuk aneka jajanan dan kue. Buah dari Tahiti inipun akhirnya menjadi penganan populer di tanah air. Mau coba?
Sukun, buah yang dikenal dengan sebutan 'breadfruit' ini memang punya keistimewaan. Daging buahnya tebal, berserat halus sehingga saat dimakan rasanya empuk gurih. Mirip tekstur roti karena itu disebut buah roti. Sukun ada dua jenis yang banyak ditanam orang, jenis yang hijau dan yang kuning.
Jenis yang kuning buahnya lebih besar ukurannya dan rasanya manis. Sukun ini dikenal dengan sebutan sukun Yogya karena banyak didapati di wilayah DIY. Saat masih muda warnanya memang kehijuan tetapi saat masak, warnanya jadi kuning sehingga disebut juga 'sukun gading'.
Pohon sukun termasuk pohon besar dengan buah yang bisa mencapai 200 butir per tahun. Beratnya dari 500 gram hingga mencapai 1, 5 kg dan untuk jenis tertentu bisa mencapai 5 kg. Kandungan karbohidratnya lumayan besar 75%, 31% gula, 5% protein, dan sekitar 2% lemak. Karena itu sukun diandalkan sebagai sumber karbohidrat pengganti nasi.
Belakangan sukun ditanam untuk diambil buahnya yang akan diproses menjadi tepung sukun. Tepung ini kemudian diolah menjadi aneka makanan kecil. Sedangkan buahnya secara trasdisonal biasnya diolah dengan cara sederhana.
Setelah dikupas, buah sukun bisa dipotong-potong kemudian dikukus dan dimakan dengan kelapa parut. Atau yang paling sering dipotong-potong dibumbui garam dan bawang putih lalu digoreng kering. Jika suka yang renyah gurih, sukun bisa diiris tipis lalu digoreng kering.
Karena itu sukun sekarang sudah dimasukkan ke dalam pangan bergizi dan bisa diolah menjadi beragam makanan lain. Terutama sebagai sumber karbohidrat pengganti beras. Sayangnya sukun jenis kuning hanya ada di Yogya dan sukun hijau juga tidak ada tiap saat di pasaran. Tetapi kalau mau, di toko buah atau pasar tradisional besar selalu ada buah roti ini.
Sumber: www.detikfood.com
Keras Wangi Semerbak Si Kawista
Buah yang satu ini aslinya dari India dan di Indonesia tergolong sebagai buah yang langka. Bentuknya bulat warnanya putih sedikit cokelat kehijauan. Nyaris mirip bola batu. Hmm... jangan ditanya saat sudah masak. Aromanya sungguh wangi semerbak!
Kalau banyak orang tak kenal buah kawista memang wajar. Karena buah yang satu ini sudah tergolong bua langka. Di daerah Rembang dan sekitarnya masih banyak ditanam pohon kawista. Karena itu pula di daerah ini dikenal sebagai produsen sirop kawista.
Nama buah ini (Limonia acidissima Feronia limonia) dan dalam jenisnya tergolong sebagai jenis jeruk-jerukan. Pohonnya tinggi dengan daun-daun yang kecil dan rindang. Buahnya mirip buah melon tetapi lebih kecil. Warna kulit buahnya cokelat bercorak-corak kasar sedikit hijau kecokelatan.
Uniknya buah ini sangat keras kulitnya. Jika sudah masak pohon buah ini akan menebarkan aroma sangat wangi. Jika akan memakannya, tak ada cara lain kecuali dibanting hingga retak atau pecah. Isi kawis berwarna kuning kecokelatan dengan biji-biji seperti jambu biji dan sedikit berserabut daging buahnya.
Untuk menyantapnya biasanya dikeruk langsung dengan sendok dan ditaburi gula pasir. Karena rasa kawista agak asam dan tidak manis sama sekali. Bisa juga diaduk dengan es, sedikit air dan gula pasir hingga lebih asyik rasanya.
Sayang sekali kini tidak banyak lagi pohon kawista yang ditanam orang. Kadang-kadang di pasar tradisional ada penjual yang membawa buah kawaista ini meskipun hanya beberapa buah saja. Kalau penasaran dengan rasanya, biasa mencicipi dodol kawista yang banyak dijual di toko oleh-oleh. Jika ingin tahu aroma wanginya, bisa mencicipi sirop kawista yang berwarna cokelat tua dan wangi!
Sumber: www.detikfood.com
Mundu, Buah Langka Asam Segar
Mungkin tak banyak orang yang pernah mengetahui wujud mundu. Namun, mundu –atau Garcinia dulcis– adalah tanaman langka yang berasal dari Indonesia [pulau Jawa dan Kalimantan] serta Filipina. Masih satu keluarga dengan manggis, mundu umumnya dikenal sebagai nama buah oleh sebagian masyarakat di daerah Sunda, Jawa, dan Madura.
Di Tatar Sunda, mundu juga disebut jawura, golodogpanto, dan di beberapa tempat disebut baros. Sementara masyarakat Jawa menyebutnya baros atau klendeng, orang Minahasa menyebutkannya mamundung.
Tanaman mundu tumbuh di hutan-hutan tropika basah pada lapisan pohon kedua dan telah beradaptasi pada lingkungan yang teduh. Tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, terutama di daerah atau hutan yang banyak humusnya. Pohonnya tinggi, mencapai 13 m. Berbatang pendek, kulit batang berwarna cokelat bergetah putih dan berubah menjadi cokelat pucat bila kering. Ranting tebal bersegi empat dan biasanya berambut halus. Daun berbentuk bundar telur sampai lonjong.
Bunga-bunga jantan mengelompok kecil, lebar sekitar 6 cm. Bunga betina lebih kecil dengan lebar 12 mm. Buah bulat sampai oval. Bergaris tengah antara 5-8 cm, berujung ramping, kadang-kadang agak gepeng. Kulit buah tipis dan halus, berwarna kuning terang, kuning tua, atau oranye apabila matang. Rasa buahnya segar dan memiliki dua rasa: asam dan manis seperti rasa mangga gedong.
Buah mundu dapat dimakan begitu saja, namun juga bisa dibuat jelly atau selai. Di Jawa dan Singapura, tumbukan bijinya digunakan untuk mengobati pembengkakan. Serbuk biji mundu juga dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit gondok dan sariawan. Buahnya bisa dipakai sebagai pencahar dan mengobati penderita gangguan empedu. Sebaliknya, pucuk daun mundu muda digunakan untuk mengobati diare. Sedangkan kulitnya digunakan sebagai bahan untuk mewarnai tikar.
Sumber: www.alifmagz.com
Buah-buahan Langka Asli Indonesia
Buah-buahan ini memang bisa di bilang langka, karena dari katanya saja
kita merasa asing dan sudah tidak pernah mendengar.
Nah, kalau kamu sudah pernah mencoba buah ini, pasti sangat senang,
karena buah ini sudah termasuk langka.
kita merasa asing dan sudah tidak pernah mendengar.
Nah, kalau kamu sudah pernah mencoba buah ini, pasti sangat senang,
karena buah ini sudah termasuk langka.
1. Menteng (Baccaurea racemosa)
Rasanya asam-asam manis. Daging buahnya sangat sedikit karena bijinya besar.
Buah ini banyak terdapat di Bogor dan sekitarnya. Di Jawa Tengah, menteng
disebut dengan mundung.
Menteng, kepundung, atau (ke)mundung adalah pohon penghasil buah dengan
nama sama yang dapat dimakan. Sekilas buah menteng mirip dengan buah
duku namun tajuk pohonnya berbeda. Rasa buahnya biasanya masam (kecut)
meskipun ada pula yang manis.
Menteng dulu biasa ditanam di pekarangan namun sekarang sudah sulit
ditemui akibat desakan penduduk dan penanaman tanaman buah lain yang
lebih disukai. Tumbuhan ini asli dari Pulau Jawa. Di sekitar Jakarta
dan Bogor kadang-kadang masih ditemukan penjual buah menteng.
2. Kemang (Mangifera caesia)
Buah kemang sejenis mangga, apabila
telah matang berwarna kuning kecoklat-coklatan.
Buah ini mengeluarkan
aroma seperti terpentin. Daging buah berwarna kuning,
mengandung banyak
cairan dengan rasa asam manis. Buah yang masak dapat
dimakan segar,
sedang buah yang hampir masak biasanya dimakan untuk campuran
rujak.
Daunnya
yang masih muda dapat digunakan untuk lalap. Kemang menyebar
secara
alami di Sumatra, Kalimantan dan Semenanjung Malaya, dan banyak
dibudidayakan di Jawa bagian barat, terutama dekat Bogor. Tumbuhan ini terutama
menyebar di dataran rendah di bawah 400 m, jarang hingga 800 m dpl.
Jenis ini tahan terhadappenggenangan, dan seringkali didapati dekat tepi sungai.
3. Gandaria (Bouea macrophylla Griffith)
Adalah tanaman yang berasal dari kepulauan Indonesia dan Malaysia.
Tanaman ini tumbuh di daerah tropis, dan banyak dibudidayakan di Sumatera dan
Thailand.
Gandaria dimanfaatkan buah, daun, dan batangnya. Buah gandaria berwarna hijau
saat masih muda, dan sering dikonsumsi sebagai rujak atau campuran sambal gandaria.
Buah gandaria yang matang berwarna kuning, memiliki rasa kecut-manis
dan dapat dimakan langsung. Daunnya digunakan sebagai lalap.
Batang gandaria dapat digunakan sebagai papan.
4. Kecapi (Sandoricum koetjape)
Kecapi, sentul atau ketuat adalah nama
sejenis buah dan juga pohon penghasilnya.
Kecapi diperkirakan berasal
dari Indocina dan Semenanjung Malaya.
Berabad-abad yang silam, tumbuhan
ini dibawa dan dimasukkan ke India, Indonesia
(Borneo, Maluku),
Mauritius, dan Filipina, di mana tanaman buah ini kemudian
menjadi
populer, ditanam secara luas dan mengalami naturalisasi.
Pohon ini ditanam terutama karena diharapkan buahnya, yang berasa manis
atau
agak masam. Kulit buahnya yang berdaging tebal kerap dimakan dalam
keadaan segar atau dimasak lebih dulu, dijadikan manisan atau
marmalade.
Kayu kecapi bermutu baik sebagai bahan
konstruksi rumah, bahan perkakas
atau kerajinan, mudah dikerjakan dan
mudah dipoles. Berbagai bagian pohon kecapi
memiliki khasiat obat.
Rebusan daunnya digunakan sebagai penurun demam.
Serbuk kulit batangnya
untuk pengobatan cacing gelang. Akarnya untuk obat kembung,
sakit perut
dan diare; serta untuk penguat tubuh wanita setelah melahirkan. Kecapi
ada dua macam, yakni dengan daun tua sebelum gugur berwarna kuning dan
yang
berwarna merah. Dahulu, kedua varietas ini dianggap sebagai
spesies yang berbeda.
5. Bisbul (diospyros blancoi)
Bisbul adalah nama sejenis buah beserta pohonnya. Tumbuhan ini berkerabat
dekat dengan kesemek dan kayu hitam.
Nama-nama lainnya adalah buah mentega (bahasa Melayu, merujuk pada
daging buahnya ketika masak), kamagong, tabang atau mabolo (Tagalog, merujuk
pada kulit buahnya yang berbulu halus), marit (Thailand), dan velvet apple (Inggris).
Buah bisbol berbentuk bulat, agak pipih. Kulit buah berwarna merah
muda, atau jingga kekuning-kuningan dengan bulu halus berwarna kemerahan.
Buah bisbol berbentuk bulat, agak pipih. Kulit buah berwarna merah
muda, atau jingga kekuning-kuningan dengan bulu halus berwarna kemerahan.
Berbau seperti mentega. Biji berwarna coklat.
6. Burahol/Kepel (Stechocarpus burahol)
Adalah flora identitas Daerah Istimewa
Yogyakarta. Buah kepel dikenal
sebagai buah meja (santapan wajib)
kegemaran puteri kraton di Jawa karena
menyebabkan keringat beraroma
wangi. Bentuk buah burahol bulat lonjong
atau kebulatan, bagian pangkal
agak meruncing.
Warnanya coklat keabu-abuan, kalau sudah tua berubah
menjadi coklat tua.
Daging buah agak kekuningan sampai kecoklatan, rasa
manis,
membungkus biji yang berukuran cukup besar. Buah masak dimakan
segar,
dan setelah makan buah ini pengeluaran air seni menjadi lancar.
Selain itu,
bau keringat menjadi wangi, bau napas menjadi harum.
7. Jambu Mawar (Eugenia jambos)
Jambu
mawar alias jambu kraton adalah anggota suku jambu-jambuan atau
Myrtaceae yang berasal dari Asia Tenggara, Dinamai demikian karena
buah
jambu ini memiliki aroma wangi yang keras seperti mawar.
Buah berbentuk hampir bulat, agak lonjong atau melebar pada dasarnya.
Buah berbentuk hampir bulat, agak lonjong atau melebar pada dasarnya.
Garis tengahnya 4 – 5 cm. Bila sudah masak warnanya kuning pucat atau
kehijau-hijauan, dengan kulit licin dan agak keras. Warna bijinya coklat.
Buah yang sudah masak bisa dimakan segar atau dimasak dulu dicampur
dengan buah lainnya serta gula untuk dibuat selai atau jeli.
8. Lobi-lobi (Flacourtia inermis)
Buah lobi-lobi berukuran kecil,
bentuknya agak bundar. Yang sudah masak
warnanya merah tua, rasanya asam
atau manis, kadang-kadang kelat
dengan biji banyak. Buah yang sudah
masak digunakan untuk bahan
pembuat rujak, sirup, sele, buah kalengan,
asinan dan manisan.
9. Rukem (Flacourtia rukem)
Buah
berbentuk bulat, daging buahnya tebal dan mengandung cairan.
berbiji
banyak. Dapat dimakan dalam keadaan segar, dan dapat pula dibuat rujak.
Bisa juga dibuat manisan dan asinan. Buah yang masihBuah yang masak
berwarna merah kehitaman. Rasanya asam-asam manis,dan muda dapat
digunkan sebagai obat, dan daun mudanya bisa untuk lalap.
10. Sawo Durian (Chrysophyllum cainito)
Buah sawo durian hijau yang telah tua kulitnya hijau keputihan dan jika masih
muda warnanya hijau muda. Sedang daging buahnya lunak dan berwarna putih
susu bila telah masak. Sawo durian merah mula-mula berwarna hijau, lalu berubah
kemerahan dan lantas menjadi keunguan di saat mencapai kematangannya.
Daging buah berwarna putih susu seperti sawo durian hijau. Hanya saja di bagian
tepinya, bila dibelah, akan tampak warna keunguan.
11. Sawo Kecik (Manilkara kauki)
Buah berbentuk bulat telur berukuran
kecil. Buah yang masak enak dimakan,
rasanya manis, kadang-kadang
sedikit sepet. Kulitnya sangat tipis, dan mudah
mengelupas. Buahnya
selain dapat dimakan, kayunya yang keras dan kuat sangat
baik untuk
dibuat patung, perabot rumah tangga, alat-alat pertukangan, tiang
penyangga rumah, dan sebagainya.
12. Terap (Artocarpus odoratissimus)
Pohon
ini terutama ditanam karena buahnya, yang dimakan dalam keadaan
segar
atau diolah sebagai kue-kue. Buah terap harus segera dimakan dalam
beberapa jam setelah dibuka, karena baunya yang harum cepat berkurang
dan warnanya dapat berubah karena teroksidasi.
Biji
terap juga dapat dimakan setelah dipanggang atau direbus dengan garam.
Terap dapat tumbuh sejak daerah dekat pantai hingga ketinggian
sekitar 1000 m dpl.
sekitar 1000 m dpl.
Pohon ini menyenangi tanah liat berpasir dan wilayah
dengan curah hujan
cukup tinggi dan merata. Buah biasa didapati di awal musim hujan,
antara Agustus hingga Januari bergantung pada lokasinya.
cukup tinggi dan merata. Buah biasa didapati di awal musim hujan,
antara Agustus hingga Januari bergantung pada lokasinya.
13. Jambu Bol (Syzygium malaccense)
Buah
jambu bol biasa disajikan sebagai buah meja. Jambu bol, bersama
dengan
jambu air dan jambu semarang atau jambu cincalo memiliki pemanfaatan
yang kurang lebih serupa dan dapat saling menggantikan. Buah-buah ini
umumnya
dimakan segar, atau dijadikan sebagai salah satu bahan rujak.
Aneka jenis jambu
ini juga dapat disetup atau dijadikan asinan. Karena
rasa dan aromanya,
jambu bol pada umumnya lebih disukai orang dan
karena itu harganya juga
umumnya lebih tinggi daripada jambu air atau
jambu semarang.
Kulit batangnya digunakan sebagai obat sariawan.
Sedangkan kayunya
yang keras dan kemerahan cukup baik sebagai bahan
bangunan,
asalkan tidak kena tanah.
14. Jamblang (Syzygium cumini)
Buah
jamblang biasa dimakan segar. Di India dan Filipina, seperti juga
kebiasaan di beberapa daerah di Indonesia, buah jamblang yang masak
dicampur dengan sedikit garam dan kadang-kadang ditambahi gula,
lalu
dikocok di dalam wadah tertutup (biasanya dua mangkuk ditangkupkan)
sehingga lunak dan berkurang sepatnya. Buah yang kaya vitamin A dan C
ini juga dapat dijadikan sari buah, jeli atau anggur. Di Filipina,
anggur
jamblang diusahakan secara komersial.
Pohon jamblang juga sering
ditanam sebagai pohon peneduh di pekarangan
dan perkebunan (misalnya
untuk meneduhi tanaman kopi), atau sebagai
penahan angin (wind break).
Bunga-bunganya baik sebagai pakan lebah madu.
15. Buni (Antidesma bunius)
Adalah
pohon penghasil buah yang dapat dimakan. Buah buni kecil-kecil
berwarna merah, dan tersusun dalam satu tangkai panjang, menyerupai
rantai.
Buni termasuk tumbuhan yang sudah jarang dijumpai di
pekarangan.
Buahnya dapat dimakan sebagai buah meja, dibuat selai, atau
difermentasi
menjadi minuman alkohol di Filipina dan Jawa.
Nama-nama
lainnya: Boni, huni (Sunda), wuni (Jawa), bignai (Filipina).
16. Ciremai (Phyllanthus acidus)
Ceremai
tumbuhan berbentuk pohon, berumur panjang,
Daun tunggal, bertangkai
pendek, tersusun berseling warna hijau muda,
bentuk bulat telur,
panjang 2 – 7 cm, lebar 1,5 – 2 cm, helaian daun tipis
tegar, ujung runcing, pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, pertulangan menyirip
tegar, ujung runcing, pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, pertulangan menyirip
(pinnate), tidak memiliki daun penumpu, permukaan halus,
tidak pernah meluruh.
tidak pernah meluruh.
Bunga majemuk, bentuk tandan (racemus), muncul di sepanjang
batang
dan cabang,
dan cabang,
kelopak berbentuk bintang (stellatus), mahkota
berwarna merah muda.
Buah batu (drupa), bulat, panjang 1,2 - 1,5 cm,
warna kuning muda,
bentuk biji bulat pipih, berbiji 4 – 6, berwarna cokelat muda, rasanya asam.
Akar tunggang.
bentuk biji bulat pipih, berbiji 4 – 6, berwarna cokelat muda, rasanya asam.
Akar tunggang.
17. Kawista
Buah
ini khas dari Kabupaten Rembang dan sudah termasuk buah yang
langka di jaman ini. Buah lawis ini katanya hanya bisa hidup di tanah yang
mengandung
langka di jaman ini. Buah lawis ini katanya hanya bisa hidup di tanah yang
mengandung
kapur.
Selain di Rembang, dapat juga dijumpai di
Juwana-Kabupaten Pati.
Aromanya khas, bentuknya seperti melon, tapi lebih kecil dan
tempurungnya keras.
Aromanya khas, bentuknya seperti melon, tapi lebih kecil dan
tempurungnya keras.
Sering juga disebut Java Cola karena
rasanya yang mirip cola.
Buah ini kalau sudah matang, diolah menjadi sirup dan limun (minuman
bersoda).
Buah ini kalau sudah matang, diolah menjadi sirup dan limun (minuman
bersoda).
Bisa juga dimakan langsung dengan
dicampur gula atau dibuat semacam
es blewah.
es blewah.
18. Matoa (Pometia pinnata)
Pohon matoa dapat tumbuh tinggi dan
memiliki kayu yang cukup keras.
Rasa buahnya adalah campuran antara
rambutan, durian, dan kelengkeng.
Buahnya berbentuk lonjong dan seukuran
buah pinang, ketika muda
berwarna hijau dan setelah matang berwarna hijau kekuningan.
berwarna hijau dan setelah matang berwarna hijau kekuningan.
Tumbuhan ini adalah flora identitas Provinsi Papua
Barat.
19. Murbei (Morus australis Poir)
Nama daerah: Kitau; Kerto; Babasaran; Bebesaran; Murbei; Lampaung;
Mempaung
Buah murbei yg berwarna merah berasa manis asam, tumbuhan ini berbentuk
semak-semak, biasanya ditemui di dataran tinggi.
Sang Koruptor itu Bebas! (?)
Pemberantasan
korupsi di negeri ini masih menuai hasil buruk. Vonis oleh hakim
terhadap koruptor masih minus ketegasan. Dunia (sistem) peradilan
Indonesia harus segera berbenah. Komitmen hakim untuk memberantas
korupsi pun masih harus kita pertanyakan lagi.
Ahmad
Ru’yat, terdakwa perkara korupsi APBD Kota Bogor divonis bebas oleh
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Bandung. Wakil Wali Kota Non-aktif Kota
Bogor ini dituding menerima uang 122 juta saat masih menjabat sebagai
anggota DPRD tahun 2002.
Politisi
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini tidak sendirian, ada 32 mantan
anggota DPRD lainnya. Ironisnya, 32 terdakwa lain sudah masuk bui,
sedangkan Ru’yat malah dibebaskan. Ru’yat divonis bebas, Kamis
8/9/2011. Yang juga disayangkan adalah, vonis bebas tersebut malah
disambut, “pekik takbir”, demikian tulis Editorial Koran Tempo (19/09/2011).
Kasus
ini menarik kita cermati, mengingat terdakwa lainnya pada kasus yang
sama, yakni 32 anggota DPRD Kota Bogor periode 1999-2004, telah divonis
empat tahun penjara, dan denda Rp 200 juta serta diwajibkan membayar
uang pengganti Rp 120 juta oleh Pengadilan Tipikor Bandung. Bahkan,
Ru’yat juga sudah mengembalikan duit korupsi yang sempat dipakainya itu,
tanda dia juga koruptor! Tetapi mengapa vonis terhadap Ru’yat bisa
sangat berbeda? Tanya kenapa!
Soal
vonis bebas, Ru’yat bukanlah satu-satunya. Sebelumnya, Bupati Kab.
Subang Eep Hidayat dan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota
Bandung Priana Wirasaputra juga dibebaskan oleh hakim Pengadilan Tipikor
Bandung. Eep dibebaskan dari tuduhan korupsi upah pajak bumi dan
bangunan senilai Rp 14 miliar, sedangkan Priana bebas dari dakwaan
korupsi dana stimulan APBD Rp 2,5 miliar.
Satu sistem: satu rusak, semua rusak
Pengadilan
adalah salah satu bagian (sub-sistem hukum) dari sistem pemberantasan
korupsi di negeri. Pengadilan memiliki fungsi serta peran penting dalam
memberikan efek jera, melalui vonis yang setimpal
dengan perbuatan korupsi, terhadap para penjara uang rakyat.
Kepolisian, Kejaksaan, Lembaga Kemasyarakatan, dan KPK adalah salah satu
sub dari sistem itu. Semua sub-sistem ini perlu sinergis, baik dari
semangat maupun kesinambungan kinerja pemberantasan korupsi. Maksimalnya
kinerja sub-sub sistem ini adalah jaminan bahwa pemberantasan tindak
pidana korupsi itu bisa berdampak luas: jera.
Andai
ada salah satu sub-sistem penegak hukum kita yang rusak atau tidak
bekerja dengan semangat yang sama, maka kinerja sub-sistem lainnya akan
ikut terpengaruh. Kinerja lembaga penegak hukum lain, yang hendak
memberantas korupsi akan nampak tak berdampak apa-apa dan sia-sia.
Polisi, Kejaksaan atau KPK akan merasa tidak dihargai kinerjanya, kalau
vonis yang dijatuhkan hakim malah membuat koruptor bersorak-ria.
Vonis ringan bahkan bebas terhadap koruptor akan membuat lemah semangat
pemberantasan korupsi berbagai institusi lain yang sudah bekerja secara
maksimal.
Bukan
saja itu, vonis demikian juga pasti melecehkan logika hukum dan kinerja
penegak hukum (Polisi, Kejaksaan, dan KPK), serta nurani keadilan
publik. Padahal, sebagai bangsa kita sedang berkampanye untuk melawan
korupsi.
Benahi kinerja & tingkatkan komitmen hakim
Pengadilan
Tipikor Bandung adalah salah satu sub-sistem dari lembaga peradilan di
negeri ini. Baik-buruk kinerja pengadilan ini akan memberikan pengaruh
terhadap kualitas kinerja peradilan negeri ini secara keseluruhan. Untuk
itu, berbagai vonis bebas oleh hakim Pengadilan Tipikor Bandung ini
mestinya dicermati secara seksama oleh berbagai pihak, utamanya oleh
Mahkamah Agung (MA), sebab ada berbagai keganjilan di dalamnya.
MA
sebagai lembaga di atasnya harus berani menduga bahwa ada penyimpangan
atau pelanggaran kode etik oleh hakim dalam pengambilan keputusan ini.
Paling menyolok adalah uang korupsi dikembalikan dan kolega korupsi
berjamaahnya sudah masuk bui, tetapi Ru’yat malah dibebaskan hakim. Ini
tidak masuk akal!
Lebih
jauh, MA juga perlu mendorong pembenahan kinerja para hakim Pengadilan
Tipikor di berbagai daerah, juga peningkatan komitmen mereka dalam soal
pemberantasan korupsi. Ini mengingat korupsi adalah kejahatan luar
biasa, sehingga vonis terhadap pelakunya juga mestinya di luar
kebiasaan. Vonis bebas mestinya adalah haram bagi koruptor!
R. Graal Taliawo
www.kompasiana.com
Albertina Ho Dimutasi, Pelemahan Pemberantasan Korupsi?
Hakim yang jadi momok mengerikan bagi para koruptor ini akan kita rindukan kehadirannya. Berdasarkan rilis berita metrotvnews.com hakim Albertina Ho resmi dimutasi ke Pengadilan Negeri Sungai Liat, Bangka Belitung.
Hakim Albertina Ho sebelumnya adalah hakim PN Jakarta Selatan dan hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Satu hal yang sangat saya ingat tentang sepak terjang hakim Albertina adalah ketika dia berhasil membuat Jaksa Cirus Sinaga mati kutu. Cirus akhirnya mengakui kesalahannya dalam penanganan kasus Gayus dan sekarang ditahan oleh kepolisian. Cirus diduga telah sengaja mengubah perkara Gayus dari pidana khusus agar Gayus bisa diselamatkan.
Publik pasti merindukan kehadiran hakim wanita kelahiran Maluku Tenggara ini. Keputusannya atas perkara korupsi selalu menghasilkan hukuman maksimal. Jika hakim lain memberikan hukuman dibawah 5 tahun untuk koruptor, Albertina memberikan hukuman diatas itu. Gayus bahkan harus mendekam selama belasan tahun ketika melakukan kasasi.
Mutasi yang dilakukan kepada Albertina Ho, membuat saya jadi ragu atas pemberantasan korupsi di PN Jaksel. Albertina Ho seharusnya tetap dipertahankan supaya kasus korupsi besar tidak lewat begitu saja. Pemindahan Albertina Ho ke Sungai Liat tidak efektif. Apalagi kasus korupsi disana tidak sebanyak yang ada di Jakarta. Semoga apa yang saya takutkan tidak terjadi. Mungkinkah pemindahan Albertina sesuatu yang “direncanakan”? Saya harap tidak.
Palti Hutabarat
www.kompasiana.com
Pindahnya Albertina, Busuknya MA
Hakim Albertina Ho
Mahkamah Agung memindahtugaskan Albertina Ho, hakim pemutus perkara Gayus Tambunan dan Cirus Sinaga dari Pengadilan Negeri Jakarta Selatan ke Sungailiat, Bangka Belitung. (Kompas,21 September 2011, hlm 4)
Beberapa kali tayangan TV tentang sidang Gayus dan Cirus, serta hasil
keputusannya, menunjukkan keprofesionalan Albertina sebagai hakim
penegak hukum yang cukup ideal bagi kondisi kekinian penegakan hukum
terutama di pusat kanker kekuasaan, di Jakarta.
Adalah para mafia hukum yang kegerahan dengan kiprah para penegak hukum yang relatif lurus dan bersih. Kejadian pemindahan Albertina ini lagi-lagi akan mendorong sinisme dan apatisme publik akan kebobrokan penegakan hukum di Jakarta.
Bahkan Lembaga Tinggi Negara seperti Mahkamah Agung seolah tidak mau ketinggalan kereta ikut berperan sebagai pelaku pembuat malu harga diri bangsa, bersama-sama dengan Presiden dan DPR, dalam hal prestasi untuk bekerja profesional demi kepentingan rakyat. Tabiat dan mental malas cenderung hanya memperkaya diri dan keluarga, prestasi rendah, makan gaji bermodus penggelembungan anggaran hasil pajak rakyat. Keserakahan yang semakin berlipat ketika gaji yang sebesar itu masih dirasa tidak cukup, maka bermain matalah mereka dengan para mafia.
99,9999 persen pastilah Mahkamah Agung sedang berbuat seperti yang baru disebutkan di atas.
Menteri Hukum dan HAM yang hanya cengengesan di sana-sini bagaikan figuran layak tendang dari panggung penyelenggaraan negara di bidang penegakan hukum. Sebagai ilustrasi, Direktorat Pemasyarakatan yang dibawahi Menkumham, pernah disebut Mahfud MD sebagai suatu hal yang sangat sulit diatasi. Sang menteri tidak berbuat apapun kecuali mencontoh bosnya, hanya jual tampang dan citra di TV-TV.
Seorang Kepala LP di Jakarta dan pusat traffic narkoba seperti Bali, hanya berdiam diri (karena ketika dia bekerja sudah menerima gaji PNS), bisa menerima uang bulanan minimal 500 juta sampai 10 milyar rupiah. Dari manakah uang itu berasal? Beribu-ribu sumber yang berasal dari penjara itu sendiri, mulai dari uang beras (karena jatah beras LP, bahkan kucing pun tidak mau memakannya) yang harus dibeli oleh para napi.
Uang kasur (karena napi yang tidak mau bayar akan dibiarkan meringkuk di lantai dingin hingga masuk angin punggung berat dan pendek umur) yang harus dibayar harian kalau mau sekedar alas busa tipis atau tebal tergantung harga. Uang setoran harian selalu ditarik. Terakhir yang paling mencengangkan adalah uang dari napi narkoba, yang pada puncaknya bahkan bersama-sama dengan oknum LP, malah secara berjamaah seluruh petugas LP pun mustahil tidak tahu dan ikut kecipratan rejeki haram, mereka bersama-sama mengendalikan perdagangan narkoba dari balik LP. LP menjadi lokasi kejahatan yang sempurna.
Adalah NKRI berlandaskan Pancasila, yang sebagian besar masyarakatnya masih bungkam atas keadaan hak asasi manusia yang terjadi di LP. LP dianggap sebagai neraka dunia yang selayaknya segala hal biarlah demikian, siapa suruh masuk ke sana? Bagaimana bila yang terjadi adalah asal menjebloskan seorang warganegara yang dilakukan oleh sekian oknum polisi dan para penegak hukum busuk, yang sewaktu-waktu siap menerkam mereka-mereka yang rentan masalah, apalagi di Jakarta yang multi dimensi kehidupan. Siap menjadikan siapapun yang rentan masalah sebagai calon ATM (Anjungan Tunai Mandiri) hidup bagi para penegak hukum jahat dan busuk, yang apabila transaksi tidak tercapai atau gagal di tengah jalan, maka LP akan siap menampung mereka para korban. Polisi memeras dulu, kalau tidak mau diperas tangkap saja dulu, diperas belakangan, melalui tahap-tahap tahanan Polda, lalu terakhir ke LP.
Istilah Lembaga Pemasyarakatan adalah istilah dengan makna upaya memulihkan seseorang yang gagal bermasyarakat karena pelanggaran hukum, sehingga bisa dikembalikan lagi kepada masyarakat. Tetapi LP di Indonesia menjadi neraka dunia bagi yang tidak berduit keluarganya dan surga dunia bagi para pengelola LP, yang menjadi tempat dan sarang para penegak hukum di LP yang sakit psikologisnya karena gemar menyiksa dan sakit mental karena mendapat tambahan minyak keserakahan dari pemerasan pada para penghuni LP, bahkan lebih jauh lagi ikut berdagang barang haram narkoba.
Contoh-contoh kasus sudah terlalu banyak, di LP Kerobokan Bali, LP Salemba Jakarta, LP Medaeng Sidoarjo Surabaya, dan banyak lagi daerah basah di negeri ini. Wartawan pasti gampang menggali beritanya, wawancarai para keluarga napi, pasti beribu cerita nyata akan terungkap.
Menteri Kumham nan bodoh kita masih saja cengengesan, Presiden bo… nan cerdik (tanpa melupakan bahwa beliau adalah anugerah Tuhan bagi negeri ini) kita masih saja sibuk mempertahankan citra keluarganya. Prestasi beliau atas citra keluarga pernah berhasil dengan pembebasan sang besan yang berbuntut pemenjaraan seorang Antasari (nah, inilah kaitan antara Antasari - Cirus lalu pindahnya Albertina), serta berhasil ketika serta merta membantah tudingan miring atas keterlibatan anaknya atau partai binaannya. Padahal beribu-ribu kasus tidak kunjung selesai dengan alasan beliau tidak mau mencampuri urusan anakbuahnya, para menteri, kejaksaan agung, kepolisian yang tidak becus bekerja bahkan kriminal.
Penegakan hukum dan keadilan hak asasi di negeri ini sudah terbaca kondisinya dengan perbuatan MA memindah hakim tegas, adil, jujur, dan anti suap Albertina Ho dari belantara hukum nan busuk di Jakarta.
Albertina adalah wanita, keturunan Tionghoa, single (sehingga tidak ada keluarga yang perlu diancam atau diperkaya), sangat mudah diatasi, ketika masyarakat negeri ini cenderung bungkam dan selalu bersuara cenderung mayoritas, mudah terpana oleh citra tampang dan gemar tayangan sinetron pembodohan.
Pangat Muji
www.kompasiana.com
Adalah para mafia hukum yang kegerahan dengan kiprah para penegak hukum yang relatif lurus dan bersih. Kejadian pemindahan Albertina ini lagi-lagi akan mendorong sinisme dan apatisme publik akan kebobrokan penegakan hukum di Jakarta.
Bahkan Lembaga Tinggi Negara seperti Mahkamah Agung seolah tidak mau ketinggalan kereta ikut berperan sebagai pelaku pembuat malu harga diri bangsa, bersama-sama dengan Presiden dan DPR, dalam hal prestasi untuk bekerja profesional demi kepentingan rakyat. Tabiat dan mental malas cenderung hanya memperkaya diri dan keluarga, prestasi rendah, makan gaji bermodus penggelembungan anggaran hasil pajak rakyat. Keserakahan yang semakin berlipat ketika gaji yang sebesar itu masih dirasa tidak cukup, maka bermain matalah mereka dengan para mafia.
99,9999 persen pastilah Mahkamah Agung sedang berbuat seperti yang baru disebutkan di atas.
Menteri Hukum dan HAM yang hanya cengengesan di sana-sini bagaikan figuran layak tendang dari panggung penyelenggaraan negara di bidang penegakan hukum. Sebagai ilustrasi, Direktorat Pemasyarakatan yang dibawahi Menkumham, pernah disebut Mahfud MD sebagai suatu hal yang sangat sulit diatasi. Sang menteri tidak berbuat apapun kecuali mencontoh bosnya, hanya jual tampang dan citra di TV-TV.
Seorang Kepala LP di Jakarta dan pusat traffic narkoba seperti Bali, hanya berdiam diri (karena ketika dia bekerja sudah menerima gaji PNS), bisa menerima uang bulanan minimal 500 juta sampai 10 milyar rupiah. Dari manakah uang itu berasal? Beribu-ribu sumber yang berasal dari penjara itu sendiri, mulai dari uang beras (karena jatah beras LP, bahkan kucing pun tidak mau memakannya) yang harus dibeli oleh para napi.
Uang kasur (karena napi yang tidak mau bayar akan dibiarkan meringkuk di lantai dingin hingga masuk angin punggung berat dan pendek umur) yang harus dibayar harian kalau mau sekedar alas busa tipis atau tebal tergantung harga. Uang setoran harian selalu ditarik. Terakhir yang paling mencengangkan adalah uang dari napi narkoba, yang pada puncaknya bahkan bersama-sama dengan oknum LP, malah secara berjamaah seluruh petugas LP pun mustahil tidak tahu dan ikut kecipratan rejeki haram, mereka bersama-sama mengendalikan perdagangan narkoba dari balik LP. LP menjadi lokasi kejahatan yang sempurna.
Adalah NKRI berlandaskan Pancasila, yang sebagian besar masyarakatnya masih bungkam atas keadaan hak asasi manusia yang terjadi di LP. LP dianggap sebagai neraka dunia yang selayaknya segala hal biarlah demikian, siapa suruh masuk ke sana? Bagaimana bila yang terjadi adalah asal menjebloskan seorang warganegara yang dilakukan oleh sekian oknum polisi dan para penegak hukum busuk, yang sewaktu-waktu siap menerkam mereka-mereka yang rentan masalah, apalagi di Jakarta yang multi dimensi kehidupan. Siap menjadikan siapapun yang rentan masalah sebagai calon ATM (Anjungan Tunai Mandiri) hidup bagi para penegak hukum jahat dan busuk, yang apabila transaksi tidak tercapai atau gagal di tengah jalan, maka LP akan siap menampung mereka para korban. Polisi memeras dulu, kalau tidak mau diperas tangkap saja dulu, diperas belakangan, melalui tahap-tahap tahanan Polda, lalu terakhir ke LP.
Istilah Lembaga Pemasyarakatan adalah istilah dengan makna upaya memulihkan seseorang yang gagal bermasyarakat karena pelanggaran hukum, sehingga bisa dikembalikan lagi kepada masyarakat. Tetapi LP di Indonesia menjadi neraka dunia bagi yang tidak berduit keluarganya dan surga dunia bagi para pengelola LP, yang menjadi tempat dan sarang para penegak hukum di LP yang sakit psikologisnya karena gemar menyiksa dan sakit mental karena mendapat tambahan minyak keserakahan dari pemerasan pada para penghuni LP, bahkan lebih jauh lagi ikut berdagang barang haram narkoba.
Contoh-contoh kasus sudah terlalu banyak, di LP Kerobokan Bali, LP Salemba Jakarta, LP Medaeng Sidoarjo Surabaya, dan banyak lagi daerah basah di negeri ini. Wartawan pasti gampang menggali beritanya, wawancarai para keluarga napi, pasti beribu cerita nyata akan terungkap.
Menteri Kumham nan bodoh kita masih saja cengengesan, Presiden bo… nan cerdik (tanpa melupakan bahwa beliau adalah anugerah Tuhan bagi negeri ini) kita masih saja sibuk mempertahankan citra keluarganya. Prestasi beliau atas citra keluarga pernah berhasil dengan pembebasan sang besan yang berbuntut pemenjaraan seorang Antasari (nah, inilah kaitan antara Antasari - Cirus lalu pindahnya Albertina), serta berhasil ketika serta merta membantah tudingan miring atas keterlibatan anaknya atau partai binaannya. Padahal beribu-ribu kasus tidak kunjung selesai dengan alasan beliau tidak mau mencampuri urusan anakbuahnya, para menteri, kejaksaan agung, kepolisian yang tidak becus bekerja bahkan kriminal.
Penegakan hukum dan keadilan hak asasi di negeri ini sudah terbaca kondisinya dengan perbuatan MA memindah hakim tegas, adil, jujur, dan anti suap Albertina Ho dari belantara hukum nan busuk di Jakarta.
Albertina adalah wanita, keturunan Tionghoa, single (sehingga tidak ada keluarga yang perlu diancam atau diperkaya), sangat mudah diatasi, ketika masyarakat negeri ini cenderung bungkam dan selalu bersuara cenderung mayoritas, mudah terpana oleh citra tampang dan gemar tayangan sinetron pembodohan.
Pangat Muji
www.kompasiana.com
Rujak Cingur: Extreme Cuisine Kebanggaan Surabaya
Bondan Winarno
Sebagai putra Surabaya, sejak dulu saya sangat suka rujak cingur. Herannya, bagi banyak orang luar Jawa Timur, rujak cingur ternyata adalah termasuk extreme cuisine. Bukan rujaknya yang membuat orang enggan mencicipinya, melainkan cingurnya – yaitu bagian moncong sapi.
But, what's wrong with cingur? Apa bedanya dengan buntut, misalnya? Mengapa orang suka sup bibir ikan, tetapi menganggap bibir sapi sebagai sesuatu yang revolting?
Sulit untuk memilih mana rujak cingur terbaik di Surabaya, mengingat begitu banyak penjaja rujak cingur dengan kualitas yang rata-rata baik. Kesulitan kedua adalah mengingat bahwa selera kita sangat berbeda untuk menentukan mana rujak cingur yang paling kita sukai. Ada yang berpendapat bahwa rujak cingur yang baik justru bila petisnya adalah jenis murahan, sehingga menghasilkan sambal yang bercita rasa sangar atau cadas. Ada pula yang bahkan menganggap bahwa petis Madura – berwarna agak merah kecoklatan – adalah yang paling cocok untuk membuat rujak cingur.
Nomenklatur rujak sendiri sebetulnya kurang tepat karena rujak cingur adalah gabungan antara buah, sayur, dan protein. Sayur yang dipakai biasanya adalah kangkung, kacang panjang, dan tauge. Ditambah irisan bengkuang, timun, mangga muda, dan kedondong. Kadang-kadang juga ditambah nanas. Sedangkan proteinnya adalah irisan tempe dan tahu goreng, serta cingur rebus yang kemudian digoreng. Semua ini disiram dan diaduk dalam sambal petis, dan disajikan dengan krupuk putih.
Rujak cingur paling mahal di Surabaya adalah Rujak Cingur Akhmad Jais yang juga sering disebut sebagai Rujak Cingur Plampitan, karena nama jalan itu dulunya memang Jalan Plampitan. Tetapi, rujak cingur yang satu ini juga punya sebutan lain, yaitu Rujak Cingur Hong Kong. Soalnya, banyak warga Surabaya yang kini bermukim di Hong Kong dan selalu membungkus rujak ini untuk dibawa pulang ke Hong Kong sebagai oleh-oleh. Cik Giok Tjoe, pemilik warung ini, kini sudah sepuh. Warung ini diteruskan oleh putri-putrinya yang tetap setia menggeluti usaha.
Harga rujak cingur "Hong Kong" ini Rp 37.500 per porsi, dengan irisan cingur yang generous. Para penggemar die hard biasanya malah membayar porsi yang Rp 50 ribu karena minta ekstra cingur.
Rujak cingur favorit lain berlokasi di Jalan Genteng Durasim, di pusat kota. Di sini harganya tidak terlalu mahal. Menu lain yang juga populer di sini adalah sop buntut yang cocok untuk meredam pedasnya rujak cingur.
Ada lagi satu depot rujak cingur yang digemari orang Surabaya, sekalipun lokasinya jauh di Sedati, Sidoarjo, tidak jauh dari bandara. Di Rujak Cingur Sedati ini juga tersedia rujak tolet, rujak gobet, tahu campur, dan lain-lain. Sambal rujak cingurnya juga istimewa, merupakan campuran dari tujuh jenis petis. Di sini juga ada rujak cingur dengan petis Madura yang berwarna kemerahan.
Ya, rujak cingur memang harus lebih dimengerti, agar sajian istimewa ini dapat dinikmati oleh lebih banyak orang.
Rujak Cingur Akhmad Jais
Jl. Akhmad Jais 40, Surabaya
031 532 8443
Rujak Cingur Genteng Durasim
Jl. Genteng Durasim 29, Surabaya
031 5358213
Rujak Cingur Sedati
Jl. Raya Sedati Gede No. 66 Sedati, Surabaya
031 8678458
Sumber: www.detikfood.com