Muammar Abu Minyar al-Qaddafi atau
Muammar Khadafi,
lahir di Surt, Tripolitania, 7 Juni 1942, Khadafi besar dalam angin
padang pasir yang keras. Dia lahir di suatu tenda Badui, di gurun pasir
dekat Kota Sirt, pada 1942. Dia berasal dari suku kecil turunan Berber
Arab, yaitu Khadafa. Tumbuh saat dunia Arab sedang bergolak, Khadafi
tampaknya menyerap semua konflik itu ke jagad kecilnya. Di Palestina,
konflik berlarat-larat setelah Yahudi membentuk negara Israel pada 1948.
Dia juga larut dalam gelora nasionalisme Arab, yang diteriakkan
pemimpin Mesir Gammal Abdul Nasser, pada 1952.
Tumbuh
saat dunia Arab sedang bergolak, Khadafi tampaknya menyerap semua
konflik itu ke jagad kecilnya. Di Palestina, konflik berlarat-larat
setelah Yahudi membentuk negara Israel pada 1948. Dia juga larut dalam
gelora nasionalisme Arab, yang diteriakkan pemimpin Mesir Gammal Abdul
Nasser, pada 1952.
Bersekolah di madrasah setempat, Khadafi kecil
telah menaruh minat besar pada sejarah. Selesai menjalani pendidikan
lanjut, Khadafi terjun ke dunia militer. Di Libya pada saat itu, menjadi
tentara adalah peluang emas memperbaiki taraf hidup bagi keluarga
kurang mampu. Itu sebabnya, masuk militer adalah pilihan bagi anak-anak
muda miskin seperti Khadafi.
Pada 1961, Khadafi masuk ke akademi
militer. Dia lulus lima tahun kemudian. Dianggap punya prospek
cemerlang, Khadafi terpilih ikut pendidikan militer lanjutan selama
beberapa bulan di Akademi Militer Inggris, Sandhurst. Dia pun menerima
pelatihan militer di Athena, Yunani. Sebagai perwira muda, Khadafi malu
melihat negara Arab, yaitu Mesir, Suriah, dan Yordania, kalah perang
dengan Israel di tiga front pada 1967. Dia kian geram, karena Raja Idris
I dari Libya, hanya berpangku tangan melihat sesama bangsa Arab
dipermalukan Israel dalam Perang Enam Hari.
Peluang itu tiba pada
1 September 1969. Saat itu, Raja Idris sedang ke Yunani untuk berobat.
Muncul kabar, karena sering sakit-sakitan, Raja Idris akan lengser. Dia
menyerahkan kekuasaan kepada keponakannya, yang menjadi putra mahkota,
Sayyid Hasan ar-Rida al-Mahdi as-Sanusi, atau Hasan as-Sanusi. Tanggal
penyerahaan tahta dari Raja Idris kepada Pangeran Hassan berlangsung
pada 2 September 1969. Sehari sebelum ritual penyerahan tahta, saat
Idris masih di luar negeri, Khadafi bergerak. Dia mengumumkan di radio,
Libya berada di tangan Dewan Revolusi yang akan menyelamatkan negara
dari kekosongan kekuasaan.
Junta militer pimpinan Khadafi lalu
menangkap kepala staf militer dan kepala keamanan, yang setia dengan
Raja Idris. Sang Raja terhenyak. Dia tak bisa lagi pulang, hingga wafat
di Mesir pada 1983. Stasiun berita BBC menceritakan bagaimana Khadafi,
perwira 27 tahun namun telah berpangkat kolonel, secara cemerlang
melakukan kudeta tak berdarah. "Kudeta itu hanya memuntahkan beberapa
peluru," tulis BBC.
Nasib calon raja yang batal, Hasan as-Sanusi
lebih buruk. Dia menjadi tahanan rumah, dan sempat dipenjara selama tiga
tahun pada 1971. Hasan dan keluarga diusir dari rumah mereka pada 1984.
Hasan harus menggelandang di pantai, hingga diserang stroke. Khadafi
mengizinkannya berobat ke London, Inggris. Hasan pun meninggal di sana.
Dia dikuburkan di sebelah makam Raja Idris, di Madinah, Arab Saudi.
Setelah
menyingkirkan kekuatan lama, pada awal berkuasa, rezim Khadafi
melakukan perubahan besar. Kerajaan Libya dibubarkan. Dia lalu membentuk
Republik Sosialis Arab, dengan nama resmi Republik Rakyat Sosialis
Agung Jamahiriya Arab Libya.
Bendera nasional pun diganti, dari
gabungan warna merah, hitam, dan hijau, dengan lambang bintang dan bulan
sabit di tengah-tengah, menjadi warna hijau polos.
Khadafi pun
tak menyatakan diri sebagai presiden atau raja. Dia menabalkan dirinya
seorang “brother leader”, dan sang pemandu revolusi. Dia sempat menjabat
perdana menteri selama 1970-1972. Sebagai pemimpin belia, Khadafi
menunjukkan kepada bangsa Arab, perubahan radikal sedang bergerak di
Libya.
Sistem
pemerintahan Libya dirombak. Menurut kajian Library of Congress pada
1987 berjudul "Government and Politics of Libya", Libya dipimpin dua
pilar utama, yang disebut dengan sektor. Salah satu pilar, yaitu "Sektor
Revolusioner," terdiri dari Khadafi sebagai pemimpin Revolusi, Komite
Revolusi, dan Dewan Komando Revolusi, yang beranggotakan 12 orang.
Mereka inilah inti kekuasaan di Libya karena para komite dan dewan tidak
dipilih, melainkan ditunjuk, serta tak ada masa bakti.
Pilar
lain adalah “Sektor Jamahiriyah”, adalah Kongres Rakyat mewakili 1.500
wilayah, dan 32 anggota Kongres Rakyat Sha'biyat. Mereka dilihat sebagai
lembaga legislatif. Para anggotanya dipilih setiap empat tahun. Sejak
1972, rezim Khadafi melarang partai politik. Media massa nasional pun
dibelenggu agar tidak "menyesatkan" rakyat dengan pemberitaan kritis
kepada pemerintah. Seperti Mao Zedong di China pada 1960an, Khadafi pada
1975 menerbitkan buku panduan ideologi bagi pejabat dan rakyat Libya.
Dia menyebutkan sebagai "Kitab Hijau" (Green Book).
Terbit dalam
bahasa Arab, Kitab Hijau menjabarkan tiga paham dasar, yaitu "Demokrasi
berdasarkan Kekuasaan Rakyat," "Ekonomi Sosialisme" dan "Teori
Internasional Ketiga." Paham itu lalu menjadi panduan bagi sistem
demokrasi ala Khadafi, sekaligus panduan politik luar negeri Libya yang
mengundang kontroversi. “Kitab Hijau” menolak demokrasi liberal ala
Barat, dan mendorong sistem demokrasi langsung berdasarkan pembentukan
komite-komite rakyat. Belakangan, sistem ini dikritik sebagai cara
Khadafi mengamankan kepentingannya di balik jargon memberdayakan rakyat
Libya.
Sikap anti Barat-nya kental. Dia menjadi sponsor gerakan
anti imperialisme dan zionisme. Pada dekade 70an hingga 90an, Libya
bahkan menjadi kawah pelatihan bagi kelompok radikal seperti Brigade
Merah dari Jepang, "September Hitam" dari Palestina, MILF dari Filipina,
dan IRA dari Irlandia Utara.
Mimpinya tentang Arab bersatu
dipengaruhi gagasan Nasser. Khadafi berniat meneruskan Pan Arabisme yang
dirintis presiden pertama Mesir itu. Maka, dua tahun setelah Nasser
wafat pada 18 September 1970, Khadafi menggagas pendirian "Federasi
Republik-republik Arab," meliputi Libya, Mesir, dan Suriah. Tapi ide itu
gagal. Dia mencoba lagi pada 1972, dengan menggandeng Tunisia, tapi
usaha itu kempis.
Ironisnya, gagasan itu berlawanan dengan
tabiatnya yang suka berkelahi dengan tetangga. Misalnya, pada 1969, tak
lama setelah dia berkuasa, Libya berperang dengan Chad. Menurut GĂ©rard
Prunier, penulis buku Darfur: a 21st century genocide, alasannya saat
itu tak masuk akal: gara-gara presiden Chad saat itu seorang Kristen,
dan berkulit hitam. Perang Libya-Chad berakhir pada 1994, melalui
keputusan Mahkamah Pengadilan Internasional.
Selain
itu, Libya pun sempat baku tembak dengan Mesir selama beberapa hari
pada 1977. Soalnya, Khadafi kesal dengan manuver Presiden Mesir saat
itu, Anwar Sadat, yang berdamai dengan Israel, setelah keduanya terlibat
Perang pada Oktober 1973. Khadafi memang anti-Israel. Dia bahkan
jengkel dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pimpinan Yasser
Arrafat. Pada 1995, Khadafi mengusir 30.000 warga Palestina dari Libya,
setelah setahun sebelumnya PLO menggelar kesepakatan damai dengan
Israel.
Khadafi juga berang dengan Mesir, karena melindungi dua
perwira Libya pelaku rencana kudeta atas dirinya pada 1975. Konflik
Libya-Mesir yang berlangsung empat hari akhirnya berakhir, setelah
ditengahi oleh Aljazair. Dengan politik yang keras seperti itu Libya di
bawah Khadafi akhirnya menjadi sorotan. Dia dibenci Barat karena
mensponsori kelompok teroris. Dia dicap menjadi rezim berbahaya, karena
diketahui mengembangkan senjata penghancur massal untuk menandingi
musuhnya di Barat.
Maka, tak heran Presiden AS, Ronald Reagan,
menjuluki dia sebagai "anjing gila", yang membuat Reagan menghujani
Tripoli dan Benghazi dengan serangan bom pada 14 April 1986. Serangan
itu terjadi setelah agen-agen Libya diketahui meledakkan suatu klab
malam di Berlin, Jerman, pada 5 April 1986. Insiden itu membunuh tiga
orang, dan melukai 229 lainnya - lebih dari 50 orang diantaranya tentara
Amerika.
Dua tahun kemudian, terjadi tragedi peledakkan atas
pesawat Pan American yang terbang di langit Lockerbie, Skotlandia.
Ratusan penumpang dan awak pesawat tewas. Agen Libya dituduh terlibat
dalam aksi keji itu. Setelah sempat menyangkal, rezim Khadafi belakangan
menerima tanggungjawab tragedi di Lockerbie, dan bersedia membayar uang
duka kepada keluarga semua korban.
Menurut catatan harian
Telegraph, Tragedi Lockerbie tampaknya "petualangan terakhir" Khadafi
dalam terorisme internasional. Pada dekade 1990-an, Libya mulai rujuk
dengan Barat. Dia rupanya tak tahan hidup, terisolasi, dan banyak musuh,
baik dari Barat maupun Arab.
Puncaknya pada 2003, saat Khadafi
melucuti semua senjata penghancur massal milik Libya. Sejak saat itu,
hubungan Libya membaik, termasuk dengan AS. Bahkan semasa George W. Bush
berkuasa, pada 2006 AS mengumumkan Libya tak lagi masuk daftar negara
berbahaya. Proyek dan invetasi asing pun mulai mengalir kembali ke
Libya.
Hingga Februari 2011, sebenarnya tak ada lagi berita
sensasional tentang Khadafi, dan rezimnya. Dia sepertinya tak mau cari
gara-gara dengan dunia luar. Khadafi bahkan sesekali diundang ke Barat,
dan berpidato di Sidang Majelis Umum PBB di New York pada 2009.
Khadafi
pun akrab dengan mantan perdana menteri Inggris, Tony Blair. Dia
dikabarkan tak lagi tertarik pada nasionalisme Arab - setelah beberapa
kali gagal mewujudkan persatuan Arab. Kini, perhatiannya pada
solidarisme sesama negara Afrika. Itu sebabnya, sejumlah pemimpin Afrika
mengangkat Khadafi sebagai Ketua Uni Afrika periode 2009-2010.
Khadafi
kini berusia 68 tahun, dan kian nyentrik. Dia, misalnya, tinggal di
tenda setiap kali berkunjung ke luar negeri, dan senang dikelilingi
banyak perempuan. Khadafi lebih suka dikawal pasukan khusus perempuan.
Pada
satu lawatan ke Italia beberapa tahun lalu, Khadafi menjamu ratusan
perempuan setempat. Dia membujuk mereka menjadi mualaf. Laman spesialis
pembocor rahasia diplomatik AS, WikiLeaks, juga mengungkapkan Khadafi
punya perawat perempuan asal Ukraina, bertubuh seksi, dan berambut
pirang.
Wartawati senior BBC, Katie Adie, selalu teringat sifat
nyentrik Khadafi. Saat bertemu untuk wawancara di Tripoli pada 1984,
Khadafi memberi Adie dua buah buku, dan satu ucapan. "Buku pertama
adalah Kitab Hijau, dan kedua adalah Kitab Suci Al Quran. Setelah itu,
dia berucap kepada saya, 'Selamat Natal'," kata Adie seperti ditulisnya
di harian The Guardian.
Bagi aktivis di Libya, seperti Mohammed
al-Abdalla, Khadafi adalah diktator yang brutal. "Era 70-an, saat
menghadapi gerakan mahasiswa, Khadafi terang-terangan menggantung para
mahasiswa, yang berdemonstrasi di alun-alun Tripoli dan Benghazi," ujar
al-Abdalla, sekrektaris jenderal Front Nasional untuk Keselamatan Libya,
seperti dikutip stasiun berita Al Jazeera.
"Dia melakukan
eksekusi, yang mungkin paling brutal pernah kami saksikan, atas 1.200
tahanan di penjara Abu Salim. Mereka sudah dipenjara, lalu dieksekusi
dalam waktu kurang dari tiga jam," kata al-Abdalla. Kini, si kolonel
tanpa urat takut, dan kadang ngawur itu, kembali tampil brutal. Sejak 15
Februari lalu, dia menghabisi rakyat yang kini menentangnya. Akankah
dia mendengar teriakan rakyat Libya itu?
Satu bekas menterinya
yang membelot, Abdul Fattah Younis al Abidi, mengatakan Khadafi adalah
pemimpin 'keras kepala'. Abidi mengenal Khadafi sejak 1964. Dia yakin,
sang kolonel akan bertindak ekstrim. "Dia akan memilih bunuh diri, atau
dibunuh," kata Abidi.
Dalam bangunan Spring Arab bulan Februari
2011, sebuah gerakan demonstrasi menentang Gaddafi menyebar di seluruh
negeri. Gaddafi menanggapi dengan mengirimkan militer dan pria
bersenjata berpakaian preman di jalan-jalan untuk menyerang demonstran,
namun banyak pihak diaktifkan. Gaddafi meninggalkan perang saudara. Pada
23 Agustus 2011, Gaddafi kehilangan kendali Tripoli ketika para
pemberontak menangkap loyalisnya di Bab Al-Azizia. Pasukan loyalis
Gaddafi berperang di lokasi yang terbatas.
Dia menghadapi
penuntutan oleh Pengadilan Pidana Internasional yang telah mengeluarkan
surat perintah penangkapan atas kejahatan terhadap kemanusiaan. Miliaran
dolar asetnya telah dibekukan di seluruh dunia.
Referensi :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Muammar_al-Qaddafi
- http://blogfetra.blogspot.com/2011/03/sejarah-kekejaman-muammar-khadafi.html
Sumber:
http://kolom-biografi.blogspot.com