Senin, 28 November 2011

Dua Gunung Yang Dapat Mempercepat Kiamat

Inilah Dua Gunung Yang Dapat Mempercepat Kiamat


1322464538682815888Letusan gunung berapi. (Pic:AnakKrakatauSite)
 
Aktivitas beberapa gunung berapi akhir-akhir ini tentu mengisyaratkan kita sebagai manusia untuk lebih mawas diri, bersiap, dan terus belajar untuk lebih memahami alam sekitar kita. Sebuah contoh kecil adalah Gunung Soputan di Minahasa yang terus-menerus membingungkan para ahli dengan aktivitasnya yang ganjil dan tak henti-hentinya. Kemudian juga Anak Gunung Krakatau yang semakin menunjukkan gejala aktif. Bahkan hari ini sempat menyemburkan abu sampai ratusan meter tingginya. Semua aktivitas-aktivitas itu jangan pernah dianggap remeh.

Saya membaca, mempelajari, dan meyakini bahwa ada begitu banyak gunung berapi yang sangat berbahaya di dunia ini. Tapi ada juga yang luar biasa berbahaya dan ganasnya tatkala ia meletus. Gunung Tambora misalnya, adalah salah satu gunung yang ledakannya paling dahsyat di dunia. Ada juga ledakan gunung Tanpo di Finlandia yang maha dahsyat itu. Tapi yang paling terkenal walaupun masih kalah dahsyat dibanding ke dua gunung tadi, adalah Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda Ia lebih dikenal dan terkenal diolehkarenakan Gunung Krakatau meletu ketika populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, bahkan juga telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang.

Menurut para ahli, suara yang paling keras yang pernah terdengar terjadi pada tanggal 27 Agustus 1883, ketika gunung berapi Krakatau itu mengamuk tak karu-karuan, ia meletus dengan letusan paling hebat dalam sejarah, menewaskan tidak kurang dari 35.000-36.000 jiwa. Enam kilometer kubik campuran lahar dan debu terlontar ke udara dan belakangan awan debunya tersebar ke seluruh dunia dan mewarnai matahari terbenam di pelosok-pelosok dunia selama tiga tahun setelahnya. Matahari bersinar redup selama setahun penuh. Abu yang beterbangan bahkan terlihat jelas di langit New York Amerika. Suaranya terdengar sampai ke Pulau Rodriquez di Samudra Pasifik yang jaraknya hampir 5.000 kilometer dari gunung itu. Pokoknya, luar biasa sangat. Tak terpikirkan. Tak terbayangkan. Letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut, makanya ia tercatat manis dalam sejarah pahit.
Tapi itu dulu, sekarang ini menurut saya ada dua jenis gunung yang harus diwaspadai lebih lagi. Dua gunung yang bakalan mempercepat kiamat seandainya mereka mengamuk, dan meletus.

Yellowstone. Yellowstone boleh saja dianggap sama seperti gunung berapi lainnya, tapi bedanya Yellowstone adalah super volcano (atau dikenal dengan super V), yang jelas-jelas lebih kuat dan lebih dahsyat dari gunung berapi biasa. Super volcano yang ada di dunia ini banyak, tapi selama berabad-abad mereka bisa terrsembunyi dengan aman tanpa kita ketahui. Kenapa bisa? Karena kalau gunung berapi biasa, ujungnya mengerucut ke atas seperti bentuk piramida, maka Super V mengerucut ke bawah (piramida terbalik). Moncongnya membenam jauh ke dasar bumi, hal mana menjadikannya sangat berbahaya.

1322464711438860252
Permukaan Yellowstone si raja Super V. (YellowstoneObsSite)


Nah, super volvano paling besar yang sudah ditemukan adalah di taman wisata bernama Yellowstone National Park, Wyoming Amerika Serikat. Dibawah dasar bumi yang terlihat asyik, kalem, dan mempesona di Yellowstone National Park itu sebenarnya tersimpan sesuatu yang maha dahsyat. Yang amat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia modern. Ini disebut juga caldera. Di dalamnya tersimpan gas gunung berapi yang sudah terkurung selama ratusan tahun, magma yang luar biasa banyaknya, serta batu-batu gunung yang sangat keras. Tingkat kekuatan ledakan Yellowstone diperkirakan berada pada tingkatan paling tinggi yang paling mungkin terjadi dalam sejarah yaitu 8, atau dikenal dengan The Highest Possible Level of Volcano Explosivity Index. Kalau ledakan itu terjadi, bukan hanya Amerika yang akan tenggelam, tapi dunia bakalan ‘kiamat’.

Pertanyaannya adalah: Akankah Yellowstone meletus?

Beberapa fakta dan data mengamini itu. Jawaban para ahli mendukungnya. Akhir-akhir ini aktivitas Yellowstone semakin meningkat. Bahkan Amerika memiliki sebuah badan khusus yang tugasnya memantau aktivitas gunung ini setiap bulannya. Beberapa hasil pantaunnya dapat dilihat di sini: http://volcanoes.usgs.gov/yvo/activity/

Ada beberapa tanda-tanda yang mulai terlihat, misalnya saja temperatur yang dimiliki danau glacial di Yellowstone mulai meningkat. Timbunan-timbunan di dasar danau semakin bertambah besar. Ventilasi hawa panas disepanjang Norris Geyser rupa-rupanya juga mengakibatkan temperatur tanah dataran sekitar situ meningkat sangat signifikan.

Pada bulan Oktober 2011 lalu, sebuah badan kerja sama yang terdiri dari badan pemantau Super V Yellowstone yaitu The Yellowstone Volcano Observatory (YVO) dan lembaga survey geologi Amerika, dikenal dengan nama The U.S. Geological Survey (USGS), sudah mencatat begitu banyak aktivitas gempa di National Park itu. Tercatat sekitar 27 gempa telah terjadi. Bulan sebelumnya (September 2011) bahkan lebih banyak lagi yaitu 45 kali gempa. Pada bulan Juli terjadi aktivitas gempa 50-an kali. Ini jelas menandakan keaktifan Yellowstone semakin menampak. Memang letusan Yellowstone yang paling akhir terjadi sekitar 70.000 tahun lalu. Tapi kapan ia akan kembali meletus? Masih tanda tanya.


Anak Krakatau.

Anak yang terlahir ini bukanlah anak haram. Ia memang lahir setelah orang tuanya lenyap. Tepatnya 40 tahun setelah kepergian Induk Krakatau yang meletus mahadahsyat, lalu kemudian melahirkan anak yang terus bertumbuh besar. Hari lahirnya tercatat resmi pada tahun 1927. Munculnya gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau dari kawasan kaldera purba tersebut tentu menimbulkan rasa was-was yang sama. Akankah ia akan se-ganas dan se-dahsyat leluhurnya?

13224649191783719911
Anak Gunung Krakatau semakin meninggi tiap tahunnya. (AnakKrakatauSite)


Faktanya, tiap tahun ia bertumbuh dan bertambah tinggi. Melalui kalkulasi maka para ahli menyimpulkan bahwa kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 20 inci per bulan. Oleh karena itu diketahuilah berapa penambahan tinggi setiap tahunnya. Saat ini, ketinggian Anak Krakatau sudah mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara induknya yaitu Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.

Kita mungkin trauma dan takut dengan peristiwa sejarah kelam meletusnya Gunung Krakatau. Betapa banyak jiwa menjadi korban dari amukan gunung yang sungguh luar biasa itu. Dan betapa kita tak bisa mencegah sebuah gunung untuk supaya tidak meletus. Menurut sorang ahli bernama Simon Winchester, bahwa realita-realita geologi, seismik serta tektonik di Jawa dan Sumatera yang aneh akan memastikan bahwa apa yang dulu terjadi pada suatu ketika akan terjadi kembali. Tak ada yang tahu pasti kapan Anak Krakatau akan meletus. Tapi ia diperkirakan akan mengikuti jejak induknya. Beberapa ahli geologi memprediksi letusan ini akan terjadi antara tahun 2015-2083.

Tapi ada beberapa pakar lainnya yang menyatakan bahwa tidak ada teori yang masuk akal tentang Anak Krakatau yang akan kembali meletus dalam waktu dekat ini. Tapi mereka menegaskan, kalau sampai ia meletus. Andaikata ia benar-benar meletus setelah tingginya melampaui induknya, jelas sekali angka korban yang ditimbulkan akan lebih dahsyat dari letusan induknya. Lalu kapan ia akan meletus dan mempercepat kiamat? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mampu menganalisa dan mempridiksi kekuatan alam, tapi hanya Tuhan yang maha mengetahui.
Seandainya Super V-Yellowstone dan Anak Krakatau meletus, batu-batu luar biasa besar, lava panas, kumpulan magma dan semua isi perut gunung akan terlontar ke udara dengan kecepatan supersonic. Kota-kota disekitarnya terancam bahaya besar. Pada tingkat berikutnya adalah racun-racun radioaktif yang berhamburan jatuh dari angkasa. Awan abu beterbangan di atas benua-benua, menghentikan semua jadwal penerbangan yang ada, menurut estimasi bisa selama 3-5 tahun. Awan abu itu juga akan menutup sinar matahari. Akibatnya? Sungguh mengerikan, karena tertutupnya sinar matahari menyebabkan menurunnya temperatur udara dan sangat mungkin diikuti oleh apa yang dikenal sebagai “nuclear winter” (hujan nuklir). Tidak ada penerbangan, tidak ada satelit, tidak ada hubungan radio apapun, dan hujan radioaktif semakin memperparah keadaan. Teknologi menjadi putus bahkan mati sama sekali, tentu ini menyisahkan pertanyaan maha penting: Tanpa teknologi, bagaimana nasib generasi sesudah letusan itu?
Gambaran mahadahsyat tentang letusan luar biasa, yang tentunya akan membuat umat manusia, kalaupun tidak punah seluruhnya akan mengalami masa-masa sulit, dimana hidup yang manusia rasakan saat ini berubah total dan drastis. Sangat mungkin mendekati jaman ketika teknologi belum ditemukan, sementara sakit penyakit terus mewabah luas dan dengan intesitas amat tinggi. Semoga saja ini tidak terjadi pada generasi kita, dan generasi anak cucu kita. Tapi satu hal yang pasti kita harus lebih peka dan lebih menyayangi bukan saja terhadap sesama kita manusia, tapi juga terhadap bumi dan alam dimana kita menumpang tinggal ini.

Data Sources: YVO, USGS, Mountain activity.
Michael Sendow
Sumber: http://green.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar