Rabu, 16 November 2011

Nubuah Sang Nabi, Isyarat Mundurnya Peradaban Islam

1321414422729887029

Nabi yang ummi pernah berkata “Akan datang suatu masa umat lain akan memperebutkan kamu ibarat orang-orang lapar memperebutkan makanan dalam hidangan.” Apakah lantaran pada waktu itu  jumlah kami hanya sedikit Ya Rasulullah?”. Dijawab oleh beliau, “Bukan, bahkan sesungguhnya jumlah kamu pada waktu itu banyak, tetapi kualitas kamu ibarat buih yang terapung-apung di atas laut, dan dalam jiwamu tertanam kelemahan jiwa.” Sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud kelemahan jiwa, Ya Rasulullah?” Beliau menjawab,“Cinta dunia dan takut mati!”. (HR. Abu Daud).
Demikianlah yang disampaikan seorang Ummi 15 abad yang lalu, seorang Nabi yang juga seorang Rasul penutup Muhammad SAW.


Timur Tengah membara, Iran diambang Perang.

Sejarah masyarakat Islam di timur tengah tidak terlepas dari jatuh dan bangunnya kejayaan Islam di zaman para khalifah. Pecahnya kekuatan Islam, karena konflik kepentingan segelintir elitnya semenjak zaman kekhalifahan sampai dengan sekarang ini, telah menciptakan garis demarkasi antara negara Islam yang satu dengan yang lain, dan semakin parah ketika konflik tersebut dicampur baurkan ke dalam siar Islam

Kecenderungan masing-masing kekuasaan untuk mempropagandakan Islam demi kepentingan sendiri menjadi semakin  memperlemah umat Islam itu sendiri pada akhirnya, apalagi seringnya konflik kawasan membuat masing-masing Negara saling mencurigai. Hasilnya persekutuan dengan pihak diluar kawasan yang bukan beridiologi Islam, menjadi alternatif lain untuk bertahan ketika masing-masing negara merasakan ancaman dari dalam kawasan tersebut. 

Seperti itulah potret Islam di timur tengah, bahwa negara-negara sekutu mereka diluar kawasan yang pada awalnya adalah sekutu-sekutu mereka, semakin lama memonopoli kawasan tersebut. Sebagaimana persekutuan Amerika Serikat dengan Irak dimasa-masa Perang Iran-Irak , akan tetapi pada akhirnya Irak dihancurkan juga ketika sudah tidak mau lagi mengikuti kehendak negara adidaya tersebut, seperti itulah yang akan terjadi terhadap negara-negara dikawasan tersebut jika tidak mau mengikuti keinginan Amerika dan sekutunya. Memang kekayaan bahan mentah yang dimiliki oleh negara-negara Kawasan Timur Tengah sangat menggiurkan untuk negara-negara Industri besar seperti Barat dan Eropa, hal ini adalah salah satu faktor yang membuat kawasan tersebut selalu bergolak. Perebutan sumber daya bahan mentah sekarang ini, tidak terlepas dari produksi yang semakin meningkat dari Industri-industri raksasa di dunia ini yang sekarang menguasai perekonomian global. Persaingan antara industry memicu perebutan sumber bahan mentah dinegara-negara yang kaya akan itu, dan timur tengah adalah ladang minyak terbesar, yang jika mampu dikuasai, maka perekonomian dunia juga akan mampu dikuasai. Seperti itulah neoimperialisme sekarang terjadi dengan dalih demokrasi, HAM yang sebenarnya hanya kulit dari isi yang mengandung keserakahan segelintir orang yang menguasai kartel ekonomi dunia.

Sekarang setelah berhasil menumbangkan rezim khadaffy, k embali Amerika dan sekutunya merencanakan kekuatan militer mereka kepada  negara Islam Iran.  Sanksi embargo ekonomi, bahkan pengerahan kekuatan militer akan dilakukan terhadap Iran oleh AS dan Israel serta sekutu-sekutunya,  karena diduga mengembangkan teknologi nuklir untuk membuat sejata perang. Permasalahan sekarang, bukan setuju atau tidak setuju tentang teknologi senjata nuklir, akan tetapi, bahwa banyak negara-negara lain selain Iran misalnya, seperti Israel, India, Pakistan, korea dan lain-lain yang memiliki teknologi dan senjata nuklir, akan tetapi kenapa sikap negara Amerika dan sekutunya terhadap negara-negara tersebut, tidak seperti sikap mereka terhadap negara Iran. Hal seperti ini pernah terjadi pada negara Irak, dengan menyebarkan fitnah tentang senjata pemusnah massal, Amerika dan sekutunya berhasil mengeroyok Irak dan meruntuhkan rezim Saddam Hussein, akan tetapi dimana bukti senjata pemusnah massal tersebut ? sampai sekarang tidak pernah ada bukti bahwa Irak mengembangkan senjata kimia. Dunia ini seolah-olah sudah benar-benar takluk dengan kehendak Amerika dan sekutunya, tidak mampu lagi berbuat apa-apa, masyarakat dunia Internasional seolah terbius dengan sepak terjang mereka.

Cukuplah kita mengerti kebohongan-kebohongan yang sudah dilakukan oleh negara Barat dan sekutunya, dan ketidak berdayaan negara-negara lain sudah cukup membuktikan bahwa semua rekayasa itu yang dilemparkan media baik dari dalam dan luar negeri, adalah hanya pepesan kosong yang tidak mampu menceritakan kebungkaman-kebungkaman Dunia Internasional melalui lembaganya seperti PBB, atas Hegomoni Amerika Serikat, Israel dan sekutu-sekutunya.


Politisasi Agama

Jika masyarakat sekarang berfikir bahwa itu adalah petarungan antara ideologi, karena kebencian bangsa-bangsa maju terhadap idiologi Islam, maka marilah kita meninjau lebih jauh lagi, apakah benar seperti itu, marilah kita lihat hubungan antara negara-negara bukan Islam dengan negara-negara Islam , mari kita lihat hubungan mesra antara negara Arab Saudi dengan negara inggris dan Amerika, marilah kita lihat hubungan persahabatan antara Iran dengan rusia, cina dan negara-negara Amerika latin, tidak ada pertikaian didalam hubungan tersebut, walaupun secara idiologi negara-negara tersebut memiliki perbedaan. Namun ketika kita melihat hubungan antara  negara Indonesia dengan Negara Malaysia yang mayoritas pemimpin dan rakyatnya umat Islam, lihatlah benturan-benturan yang sempat panas di media dari semenjak zaman orde lama yang sempat heboh dengan “aksi ganyang malaysia” sampai dengan akhir-akhir ini mengenai konflik wilayah perbatasan dan lain-lain. Dari sini kita bisa lihat, betapa kedekatan dan kesamaan idiologi tidak menjamin akan timbulnya persahabatan antara dua negara.

Iran dengan Revolusi Islamnya, Rusia dengan Komunisnya adalah satu bukti bahwa hubungan Idiologi tidak menjadi halangan untuk membuat persahabatan dan satu lagi,  Arab Saudi dengan Islam feodalnya, Amerika dan Inggris dengan demokrasi liberalnya juga tidak menghalangi suatu hubungan persahabatan antara keduanya. Jadi, demikian juga perang yang terjadi sekarang ini di negara-negara timur tengah, seperti Afganistan, Irak, libya dan perang-perang lain di masa yang lalu sampai dengan masa yang akan datang, pada hakekatnya bukan perang antara idiologi atau agama. Akan tetapi karena penguasa-penguasa dari semenjak zaman dahulu sampai dengan sekarang selalu membawa embel-embel tentang idiologi atau agama ketika mempropagandakan perang untuk mempengaruhi rakyat agar ikut berjuang bersama mereka, maka maklumlah kita jika melihat perdebatan antara idiologi Islam yang marak terjadi di masyarakat dan situs-situs jejaring social. Padahal, bukan kebenaran yang mereka perdebatkan, melainkan kepentingan.
 
Hakekat perang dari zaman dahulu sampai dengan zaman sekarang, dari perang bharatayuda sampai dengan perang dunia II pada dasarnya semua adalah perang antara kepentingan materi, perang memperebutkan kekuasaan materi, perang antara ingin menguasai materi dengan yang ingin mempertahankan materi, bukan sama sekali perang antara idiologi. Demikian juga perang yang terjadi sekarang, pada hakekatnya adalah karena benturan-benturan antara kepentingan materi, kepentingan ekonomi, kepentingan pasar dan bahan mentah, yangadalah sumber dari segala sumber perang yang ada di muka bumi ini sekarang. Demikian, baru Jelas disana bahwa  idiologi apapun yang selalu dipropagandakan oleh negara manapun ketika memulai suatu pertentangan baik itu yang berbau agama, HAM dan demokrasi, adalah hanya kulit luarnya saja.
 

Kambing hitam, kepentingan kapitalis

Kembali ke negara-negara Islam di timur tengah, bahwa negara-negara yang turut andil meruntuhkan negara-negara Islam disana, bukanlah mewakili rakyat yang ada didalam negara tersebut, melainkan hanya mewakili segelintir orang yang berkuasa  yang pandai membaca dan mengambil kesempatan dari hubungan negara-negara Islam di timur tengah yang kurang harmonis, yang saling mencurigai dan sentimentil karena dendam-dendam lama yang mungkin tidak bisa dijelaskan disini. Dan yang paling penting terhadap runtuhnya rezim-rezim Islam di timur tengah adalah karena perlawanan rakyatnya sendiri terhadap pemimpinnya, yang membuat unsur-unsur luar bisa terlibat didalamnya. Lantas bagaimana dengan umat Islam di Indonesia sendiri ? Apa yang terjadi terhadap umat Islam di Indonesia ketika negara-negara Islam di timur tengan menghadapi guncangan ? marilah kita pelajari bersama keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Ketika mata rantai yang paling atas yaitu negara-negara yang beridiologi Islam mengalami guncangan atau benturan antara kepentingan dengan negara-negara islam lain atau diluar Islam dan bahkan sampai menimbulkan perang, maka kondisi ini akan terus menciptakan pola berantai, atau sambung menyambung sampai ke tingkat yang paling bawah yaitu masyarakat/umat di wilayah manapun mereka berada termasuk Indonesia. Kondisi ini terjadi sebagi konsekuensi dari suatu idealisme dialektika dari masing-masing paham yang secara langsung atau tidak langsung mengalami suatu proses bertahan dan berkembang dengan mempengaruhi pemikiran umat, siap siaga jika benturan-benturan kepentingan tersebut pada akhirnya mengarah kepada perang dengan menciptakan basis-basis sukarelawan perang untuk membantu kepentingan mereka di medan perang di seluruh negeri-negeri Islam . Oleh karena itu, sebelum pertentangan tersebut mencapai puncaknya, segenap agen propaganda dengan segala keahlian mereka terhadap kitab suci, sudah lebih dahulu bergerak menanamkan suatu paham yang akan memperkuat kepentingan mereka di masa yang akan datang, termasuk Indonesia.

Maraknya paham-paham agama yang muncul dari yang paling fundamental sampai dengan yang paling liberal sebenarnya tidak terlepas dari kepentingan tersebut diatas. Kepentingan dari suatu kelompok yang merasa terancam atau yang sedang mengancam, karena ambisi akan kekuasaan dan ketakutan akan hilangnya kekuasaan. Ketika itu terjadi, paham (mahzab) keagamaan menjadi senjata untuk mempengaruhi orang lain, demi kekuasaan, demi cinta dunia dan ketakutan akan mati, agama dicampur baurkan dengan budaya sehingga umat tertipu mana yang budaya dan mana yang agama, seperti itulah kondisi umat Islam di Indonesia sekarang. Bukan rahasia lagi jika agama hanya dikuasai oleh segelintir orang yang mengaku ulama dengan kekuasaan mengatakan halal atau haram, bid’ah atau alim, muslim atau kafir dan semua kata-kata penegasan seolah-olah agama itu milik mereka saja, seolah-olah hanya mereka pewaris pusaka Sang ummi, semua kata-kata itu meluncur begitu saja tanpa penjelasan yang logis kepada umat, sehingga umat hanya bisa bermain di dalam khayalan-khayalan mereka sendiri tentang neraka dan surga, khayalan tentang kebenaran semu yang menjadikan umat over acting dalam dalam pelaksanaannya dan tidak mempunyai daya kritis sebagai bentuk koreksi terhadap dogma-dogma yang diberikan.
 
Jika Islam terus mempertahankan bentuk-bentuk ini, dengan alasan sesuai dengan kitab sucinya, lantas kenapa semakin lama umat Islam semakin terpuruk, kenapa?  Jangan persalahkan yang diluar Islam, tapi pertanyakan kepada meraka yang biasa menafsirkan isi kandungan al Qur’an, atas dasar apa penafsiran tersebut, sehingga membuat umat semakin terpuruk. Satu contoh, Jika kita lapar, dan kemudian ingin memakan daging ayam, karena itu kesukaan kita, jangan katakan bahwa daging ayam adalah makanan yang wajib dimakan kepada semua orang dan berkeras memaksakan pendapat kita ini kepada orang lain. 

Sumber dari keinginan untuk makan ayam adalah rasa lapar, tanpa rasa lapar  daging ayam itu tidak memiliki makna apa-apa, begitu juga makanan yang lain, dan rasa lapar ini tidak akan berubah dari waktu kewaktu dari zaman ke zaman, yang berubah adalah bentuk makanan, karena adanya bentuk baru yang muncul dari hasil perkembangan budaya, seperti itulah gambarannya. Jadi, bukan bentuk-bentuk yang harus dipertahankan, akan tetapi sumber yang membuat bentuk-bentuk tersebut memiliki makna yang harus  dipertahankan. Tanpa melihat makna dibalik bentuk  seperti yang diuraikan diatas, maka niscaya Islam makin tenggelam kedalam lumpur kebodohan yang sengaja atau tidak sengaja menjadi keuntungan bagi segelintir orang.
 
“Galilah Islam sampai ketemu apinya “ seperti itulah seorang founding father pernah berkata. Jangan hanya mengikuti asap yang keluar dari api yang membakar. Carilah Islam sampai ketemu maknanya jangan bentuk atau budayanya, karena bentuk budaya bisa menipu dan berubah-ubah sesuai zaman, namun hakekat atau makna tidak akan berubah.  Siapa saja bisa mengaku Islam, namun belum tentu menjalankan ajaran islam, siapa saja bisa mengatakan kebenaran, namun belum tentu menjalankan kebenaran, berhati-hatilah kaum muda di zaman sekarang banyak srigala berbulu domba, mengutuk maksiat didepan umum, namun menjalankan dengan sembunyi-sembunyi, mengatakan kesabaran dan tawakal hanya sekedar pembelaan mereka ketika kebutuhan-kebutuhan dunia mereka tidak terpenuhi. Berjuanglah bersama orang yang tertindas, berjuanglah bersama orang yang di dadanya menyala api Islam.

 Ayubinthamrin
Sumber: www.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar