Sabtu, 10 Desember 2011

Joko Wi Menantang Politisi Senayan

 1323472395619223970
Ill. Google

By. Julianto Simanjuntak

“Menurut pengamatan stafnya. Djoko Wi terkadang masih minta dibelikan nasi kucing oleh supirnya, seharga seribu atau lebih plus “asesorisnya” berupa tahu dan tempe bacem”

Kamis, 8 Desember 2011 lalu Ketua  Mahkamah Konstitusi, Mahfud Md bersama Wali Kota Surakarta, Joko Widodo, menandatangani “Deklarasi Nasional Menuju Indonesia Bangkit, Birokrasi Bersih dan Melayani” di UI. Dalam  deklarasi itu disebutkan sapta utama birokrasi bersih dan melayani.
Tujuh sapta itu antara lain: (1) terapkan prinsip integritas dan akuntabilitas, (2)  tolak bentuk salahgunakan wewenang pemerintahan; (3)  transformasi administrasi negara,  (4) berikan pelayanan prima kepada masyarakat sebagai perwujudan birokrasi. Selanjutnya baca disini 

Mengapa Joko Wi yang diundang jauh-jauh dari Solo. Lagi pula jabatannya “hanya” setingkat Walikota. Mengapa bukan Presiden atau wakilnya, Ketua DPR, atau paling tidak setingkat Menteri atau Gubernur-lah. Apakah karena dia dianggap sebagai pejabat yang “layak” atau representatif  menandatangani deklarasi menuju Indonesia bersih bersama Mahfud MD.? Entahlah, hanya panitia yang tahu.


Gaya Hidup Walikota Solo

Menurut catatan Kompas Jumat 9 Des, Djoko Wi memang dikenal sebagai pejabat bersahaja dan merakyat. Hidupnya satu antara kata dengan perbuatan. Lihat saja Mobil Dinasnya tetap Toyota Camry 2002 peninggalan Walikota sebelumnya, kendati pernah enam kali mogok dia merasa tetap nyaman menggunakannya.

Mobil pribadinya (keluarga) adalah Avanza dan Livina. Ini tentu cukup sederhana bagi seorang Walikota Solo, Kota yang sangat maju di Jateng. Penulis sendiri sudah belasan kali bertugas dan berkunjung ke Solo, jadi tahu persis kemajuan Kota ini. Luar biasa. Contoh lain, soal makan beliau juga sederhana. Paling tidak menurut pengamatan stafnya. Djoko Wi terkadang masih minta dibelikan nasi kucing oleh supirnya, seharga seribu atau lebih plus “asesorisnya” berupa tahu dan tempe bacem.

Sesehari dia lebih senang mengunjungi rakyatnya dan memperhatikan aspirasi mereka. Mengundang kelompok rakyat tertentu diskusi di kantornya, dsb. Nah, Jangan heran penduduk Solo sangat mencintai Pak Djoko Wi, dan memilihnya kembali jadi walikota denga suara mayoritas. Tidak hanya warga Solo, banyak warga lain juga mengagumi sosok walikota ini.


Gaya Hidup sebagian Politisi Senayan

Sebaliknya, Belum lama media rame-rame menyoroti gaya hidup sebagian anggota DPR. Jadi buah bibir di masyarakar. Khususnya soal penggunaan Mobil mewah. Ternyata menurut penelitian Fitra, mobil yang dimiliki anggota DPR di luar daya beli gaji anggota Dewan yang terhormat.

Koordinator Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Ucok Sky Khadafi dalam percakapan di Jakarta, Jumat (18/11/2011), menjelaskan, mustahil anggota DPR memiliki mobil mewah kalau Hanya mengandalkan gaji pokok.

Mobil mewah yang beredar di DPR terpantau merk Bentley, Lexus RX 270, Hummer HR, Mercedes Benz, Toyota Alphard Velfire, Jeep Wrangler, dan Toyota Harrier. Padahal gaji dan  berikut tunjangan Ketua adalah Rp 50 juta per bulan. Mobil mewah yang dimiliki anggota DPR ada yang berharga hingga Rp 7 miliar. Lihat saja koleksi mobil mewah, anggota komisi III DPR, Bamsoet yang memiliki Bentley Continental GT senilai Rp7 miliar.

13234725001381286085
Mobil mewah Bentley, harganya 7 M. (Ill. Google)


Gaya hidup anggota DPR tidak bisa menjadi teladan bagi rakyat pemilih mereka yang sebagian besar hidup miskin dan sederhana, demikian Ketua Fitra.

Hal yang sama ditegaskan  sebastian salang pengamat Parlemen. ”Gaya hidup para elite politik itu diperhatikan masyarakat. Jika mereka terbiasa hidup mewah maka masyarakat bisa tergoda mencontoh gaya hidup mereka”.

Meski banyak yang mencela, Ketua  Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie menyatakan tidak menjadi masalah jika ada anggota DPR menerapkan gaya hidup mewah. Termasuk jika anggota Dewan tersebut menggunakan mobil mewah ke Senayan. Terutama jika memang ia pengusaha yang kaya. Hanya saja Pak Ical menganjurkan agar anggota parpolnya tidak menggunakan mobil yang bisa menjadi batu sandungan. Selanjutnya baca disini 

Berbeda dengan sebastian salang. Baginya Perlu adanya aturan yang mengatur gaya hidup anggota DPR agar tidak terjadi kesenjangan antar anggota DPR yang berasal dari latar belakang berbeda.
Disamping itu, dengan melihat mobil anggota DPR yang sederhana, maka masyarakat mendapat teladan untuk hidup lebih sederhana alias tidak hedon.


Penutup

Ahh, gaya hidup Djoko Wi benar-benar “menantang” sebagian Politisi kita Senayan. Andai saja pejabat dan politisi kita meniru gaya hidupnya Pak Djoko Wi, Enak rasanya melihat pejabat, dan rakyat kecil  tidak segan mendekat.

Nah, jangan Ada yang marah ya jika pihak penyelenggara “Deklarasi Nasional Menuju Indonesia Bangkit, Birokrasi Bersih dan Melayani” mengundang Djoko Widodo yang jauh-jauh dari Solo dan “hanya” setingkat Walikota.

Julianto Simanjuntak
Sumber: http://birokrasi.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar