Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib
Setiap ayat Allah sesungguhnya mengandung dimensi-dimensi yang sangat kompleks dan sangat penuh ketidakterdugaan. Misalnya, ada ayat yang kelihatannya cuma perintah perilaku sederhana yang menyangkut akhlak, tapi ternyata di baliknya tersimpan ilmu fisika, biologi, kimia, dan seterusnya.
Saya dikasih tahu oleh anak saya tentang semacam pemahaman, atau sebut saja spekulasi, bahwa ruh itu tidak berbeda dengan badan, tidak berbeda dengan jisim. Jisim itu kulit arinya ruh. Ruh itu pada penampilannya yang paling dangkal, yang simptoma-simptoma yang sederhana dia itu bernama jisim, tapi seluruhnya ini sebenarnya adalah dunia ruh. Jadi bukan ini ruh, ini badan, bukan begitu.
Sama dengan jangan ditanyakan apa badan Rasulullah ikut Isra` Mi`raj atau tidak. Bukan begitu. Karena, ketika beliau naik Buraq dengan percepatan tertentu, badan beliau berubah atau transformed menjadi energi. Ketika dia memakai percepatan Mi`raj yaitu kecepatan yang dulu bisa memindahkan istana Bulkis sekejapan mata sebelum Sulaiman selesai berkedip Istana sudah sampai ke situ. Dan itulah kecepatan Mi`raj. Pada saat itu tubuh Rasulullah sudah menjadi barqun, yang menaiki buraqun.
Dia sudah menjadi halilintar, sudah menjadi cahaya maha cahaya.
Jadi ruh dan badan itu tidak berbeda. Bahan dasarnya adalah partikel yang sama. Yang berbeda adalah komposisi dan aransemennya. Badan itu adalah ketika ruh mengaransir dan mengkomposisikan diri ke dalam suatu formula yang paling sederhana, maka dia bernama jisim atau badan.
Siapakah komposer dan arranger? Sehingga kita menyaksikan batu, angin, virus, buah mangga, dan pada diri kita ini sendiri ada tulang, daging, sungsum, darah, nanah, ingus, bahkan juga segumpal hati yang berisi ruang tak terhingga, serta sekepal otak yang sistem hardware sedemikian canggih dan sistem software-nya sedemikian tak kita kenali – siapakah gerangan Sang Komposer dan Arranger?”
Kata anak saya, kalau manusia bisa menguakkan rahasia amr, rahasia perintah, yang di genggaman tangan-Nya terdapat ‘partitur’ segala sesuatu dalam kehidupan ini — maka kita bisa meracik pasir dengan campuran tertentu menjadi emas, bisa mengubah kain celana menjadi nasi goreng.
Sumber: http://kenduricinta.com