Senin, 18 Oktober 2010

Menjawab Tantangan Pada Islam dan Umat Islam

Menjelang Iedul Fithrie 1431H atau 2010M, seorang teman yang ulama terkenal Jakarta, pemangku pondok pesantren besar, serta anggauta MUI Pusat mengirim sms membahas bagaimana bisa seorang pentolan Islam Liberal yang tulisan-tulisannya menuduh al Qur’an banyak kesalahannya ternyata akan menjadi Imam Shalat Ied di Masjid Agung suatu Propinsi di Jawa.  Dia mengeluh apa di Propinsi itu sudah tidak ada lagi Ulama? Beliau juga menyampaikan betapa umat Islam di AS amat tertekan, termasuk di sana ada kelompok Kristen yang akan membakar al Qur’an di tanggal 11 September lusa (hari peringatan tragedi WTC). Bagaimana AS sebagai negara yang katanya menjunjung tinggi HAM dan Demokrasi membiarkan di negerinya ada kelompok seperti itu?

Nah, begitulah tantangan yang dihadapi Islam dan umat Islam secara nasional maupun internasional. Belum lagi banyak kasus sebelumnya yang amat vulgar dan provokatif, seperti Salman Rusdi dengan Ayat-Ayat Setan, Wilder yang legislator Belanda mencerca al Qur’an, Kartun yang melecehkan Nabi Muhammad saw, dan bahkan sempat ada pernyataan Paus sendiri yang bertendensi menghina Islam. Terhadap provokasi-provokasi seperti itu banyak tokoh Islam Indonesia lalu menanggapi dengan membuat pernyataan “umat jangan terpancing oleh provokasi seperti itu lalu melakukan tindakan anarkis”.

Begitulah umumnya jawaban klasik tokoh Islam Indonesia yang lalu diblow-up besar-besar oleh media masa. Benarkah respon sekualitas itu terhadap penghujatan Islam nasional-internasional yang begitu serius? Apakah respon seperti itu menunjukkan sikap ‘arif-bijaksana’ si tokoh atau merefleksikan kondisi loyo karena sudah bertentangan dengan ayat al Qur’an surat al Baqarah ayat 194. Logiskah pernyataan sedangkal itu dalam mereaksi  hujatan terhadap agama yang dipeluknya, Kitab Suci agamanya, dan Nabi yang diakuinya sebagai maksum. Bukankah pernyataan tersebut malah  bernuansa menuduh umat Islam itu cenderung anarkis? Astaghfirullah!

Terhadap sms beliau itu saya menjawab langsung ke pokok solusi  strategis sebagai berikut:
“Terhadap tantangan besar kepada Islam seperti itu harusnya dijawab dengan Kekuatan Politik (Partai) Islam., tidak cukup dengan cara kultural (Ormas-LSM Islam) seperti program pendidikan, amal sosial, dan semacamnya. Islam harus Memimpin Negara”.

Ulama tersebut kemudian menjawab dengan sms lagi:
“Apanya yang salah dari Partai-Partai Islam sehingga perolehan suaranya semakin berkurang/terpuruk? Apakah mampu Partai Islam tampil di 2014 nanti? Rasanya kok semakin menipis peluangnya. Ya Allah berilah hidayahMu kepada para pemimpin/tokoh umat dan hambaMu jama’ah umat Islam sekalian dalam menuju Izzul Islam wal Muslimin”.

Saya jawab:
“Umat Islam Indonesia umumnya hanya diajari Islam Ritual, tentang ibadah mahdhah saja, tidak diajari tentang penting/wajibnya Islam Politik. Ormas-Lsm Islam juga tidak mengarahkan anggautanya untuk memilih Partai Islam. Sejelek-jelek Partai Islam masih lebih baik daripada Partai Sekuler yang menolak Syariat Islam dalam kehidupan  Berbangsa dan Bernegara”.

Beliau lalu kirim sms lagi:
“Mohon petunjuk Partai Islam yang manakah yang patut/mampu menjadi tumpuan harapan kita umat Islam, berikut tokoh pemimpinnya, dalam menuju Izzul Islam wal Muslimin? Syukron. Wass”

Sebenarnya saya mau menjawab panjang lebar terhadap sms sebelumnya, tapi tentu sulit jika via media sms. Saya bermaksud untuk mengoreksi bahwa ‘image’ atau kesan bahwa Partai Islam semakin terpuruk dari pemilu ke pemilu itu KELIRU BERAT. Umat nampaknya sudah masuk dalam jebakan misi para komentator di media masa.
Coba kalau mau jujur dicermati secara obyektif ilmiah berapa perolehan suara Partai Islam (dalam arti Partai yang berasas Islam, seperti PPP, PBB, PKS, PKNU, PNUI) dari pemilu 1999-2009. Perolehan suara mereka JUSTRU NAIK TAJAM!! PAN dan PKB tidak boleh dihitung sebagai suara Partai Islam, karena mereka pada hakekatnya bukan Partai Islam sebab berasas bukan Islam. Mereka justru seharusnya masuk kelompok Partai Sekuler walau yang melahirkan Ormas Islam seperti Muhammadiyah dan NU (Lihat tulisan saya sebelumnya tentang kaitan Ormas Islam dan Partai Islam).
Umat memang diopinikan oleh skenario canggih di media masa yang umumnya  pendukung ideologi sekuler bahwa Partai Islam TERPURUK. Itu rekayasa, dan SALAH BESAR!! Suara Partai Islam justru meningkat tajam dari hasil pemilu 1999 ke hasil pemilu 2009 sehingga membuat Partai Sekuler khawatir berat. Partai sekuler lalu atau sedang membuat berbagai move politik untuk menghabisi Partai Islam sehabis-habisnya. Coba disimak  misalnya tentang mengapa Parlementary Threshold (PT) dipakai untuk mengganti Electroral Threshold (ET) sehingga banyak suara umat tidak bisa terwakili di DPR RI. Kini sedang ada move PT naik tinggi menjadi 5% dan berlaku di semua level, baik nasional maupun daerah, sehingga nanti akan ‘punah’ lah wakil partai menengah itu di legislatif yang di dalamnya   Partai Islam masih terkelompok di sana. Bukankah PT tinggi itu berarti akan banyak sekali suara rakyat yang  akan terbuang dan tidak terwakili di DPR dan DPRD

Umat Islam dan tokoh Islam di negeri ini memang umumnya masih lemah dalam berpolitik. Mereka mudah dijebak oleh move-move politik lawan ideologi Islam, yakni Partai Sekuler. Pada sisi lain Ormas Islam dan LSM Islam seperti Pondok Pesanteren, Perguruan Tinggi Islam, dan Yayasan Sosial Islam (karena pimpinannya ‘takut’ pada penguasa yang ber Partai Sekuler atau karena tidak mengerti wajibnya umat Islam untuk memilih Partai Islam) tidak mengarahkan anggautanya agar memilih Partai Islam dalam Pemilu. Mana umat Islam bisa jaya dan mampu mengatasi pelecehan terhadap agamanya  bila kekuasaan dipegang oleh tokoh Islam sekuler, apalagi jika dipegang oleh Tokoh Pendukung Islam Liberal (seperti misalnya yang dikatakan akan menjadi imam shalat Ied esok pagi) dan Tokoh pendukung Pluralisme. Akan habislah umat karena tergiring dalam kekuasaan ideologi Non-Islam. Ingat surat al Baqarah ayat 120 yang mengingatkan  tentang kaum Kuffar yang tidak akan pernah berhenti berekayasa untuk membuat move-move politik sampai umat Islam tunduk di bawah kekuasaan mereka.  

Lalu apa bisa muncul Izzul Islam wal Muslimin tanpa Islam Politik yang dibawakan oleh Partai Islam jika Umat Islam dan Ormas-LSM Islam tidak memilih Partai Islam dalam pemilu?

Sungguh tidak akan ada jalan lain menuju Izzul Islam wal Muslimin kecuali Umat-Ormas-LSM Islam tegar mendukung Islam Politik yang notabene dalam bentuk operasionalnya sebagai Partai Islam yang ada di negeri ini pada saat pemilu. Jika itu yang dilakukan Umat-Ormas-LSM Islam maka yakinlah Partai Islam akan menang dari Partai Sekuler, berapapun PT yang akan ditetapkan oleh Partai Sekuler yang kini (sementara) sedang berjaya.

Untuk menjawab sms terakhir saya sesungguhnya menjadi amat rikuh, dikiranya saya promosi, namun sms itu memerlukan jawaban tegas dan jelas, maka saya lalu menjawab sebagai berikut (…. untuk dikira-kira sendiri oleh pembaca blog ini):
“Walau belum sempurna, dan sedang terus diperbaiki, SAYA MEMILIH PARTAI ISLAM ..….”, karena AD-ARTnya tegas akan menegakkan Syariat Islam  dalam Berbangsa-bernegara”.

Demikian dialog saya dengan ulama besar itu. Belum ada jawaban sms lagi, nampaknya beliau sudah sepakat.
Selamat berhari raya Iedul Fithrie 1431H, Semoga Allah swt selalu membimbing dan merahmati umat Islam, termasuk yang di negeri ini dan di AS.
Malam takbiran, 1 Syawal 1431 H

Sumber: fuadamsyari.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar