Selasa, 09 November 2010

Amerika Ingin Melanggengkan Cengkeramannya

http://arrahmah.com/images/stories/10/afghanistan_burn_us_flag_q.jpg


Amerika menyatakan bahwa Indonesia sebagai sekutu (allies) dan mitra kuncinya (key friends) apa artinya itu? Apakah sebagai hubungan dua negara yang setara atau hubungan antara penjajah dan yang dijajah? Lantas bisakah Indonesia melepaskan cengkraman Amerika bahkan menjadi negara super power? Terkait dengan pertanyaan tersebut Joko Prasetyo, wartawan Tabloid Media Umat mewawancarai Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional. Berikut petikannya.


Apa misi kunjungan Obama ke Indonesia? Sekadar nostalgiakah?

Untuk mengetahui misi Obama ke Indonesia, maka kita harus mendefinikan dengan jelas siapa Obama. Obama tidak sekadar seseorang yang pernah hidup dan tinggal di Indonesia sehingga kunjungan ke Indonesia hanya sekadar nostalgia masa kecil, atau berkunjung menemui teman dan kerabatnya. Obama adalah Presiden AS, maka ke mana pun dia berangkat maka misinya adalah untuk membawa kepentingan AS di tempat yang dia kunjungi.
Untuk kunjungannya ke Indonesia, maka penting untuk mengetahui bagaimana posisi Indonesia di mata kepentingan AS. Hal itu tertuang dalam The National Security Strategy (NSS) yang dikeluarkan pada Maret 2006. Walau Obama menjadi Presiden AS sejak tahun 2009, namun dia belum memperbaharui strategi nasional AS tersebut.
NSS menyebutkan bahwa Indonesia adalah salah satu sekutu dan kawan kunci bagi AS di kawasan Asia Tenggara. Disebutkan bahwa; In promoting greater economic and political liberty, we will work closely with our allies and key friends, including Indonesia….

Mengapa menjadi kawan kunci?


Karena  Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis bagi AS. Setidaknya dilihat dari tiga hal yakni ekonomi, jalur laut, dan keamanan.
Pertama, Indonesia adalah pasar yang sangat besar bagi AS untuk memasarkan berbagai produknya, selain itu juga, dengan potensi sumber daya alam yang luar biasa. Indonesia menjadi syurga bagi AS untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki Indonesia demi kepentingan nasionalnya, terutama sumber daya energi.
Kita bisa melihat bagaimana kiprah perusahaan-perusahaan AS seperti Chevron, Exxon Mobile, Freeport Mc Moran yang beroperasi di Indonesia dan mengeruk sumberdaya yang dimiliki Indonesia untuk memupuk cadangan energi AS sebagaimana yang direkomendasikan dalam National Energy Policy Mei 2001.
Kedua, Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jalur laut yang sangat strategis terutama untuk perlintasan perdagangan dan militer di kawasan Pasifik dan Hindia menjadikan jalur laut Indonesia menjadi penting bagi AS. Dan AS tentunya tidak ingin kalau jalur strategis ini jatuh ke negara lain yang akan mengganggu kepentingan nasionalnya.
Ketiga, NSS merekomendasikan secara berulang mengenai ancaman terorisme. Di sini, AS punya kepentingan untuk memperkuat aliansi untuk melawan pihak yang mereka namakan sebagai terorisme global.
Di sinilah nilai penting Indonesia bagi AS yaitu untuk mendapatkan semacam legitimasi dari Indonesia, negeri Muslim terbesar. Sehingga strategi AS melawan terorisme iniyang notabene sering dinisbatkan kepada Islam seakan mendapat dukungan luas dari negeri-negeri Muslim.


Apa sih makna menjadi kawan kunci AS itu? Terjajah atau merdeka?


Kalau kita tidak leluasa untuk mengelola sumber daya alam kita secara mandiri, tidak leluasa untuk mengarahkan masa depan kita, maka kita walaupun katanya merdeka maka kita sebenarnya adalah masih dalam kondisi terjajah.
Lalu mengapa banyak yang tidak merasa terjajah? Di sinilah nilai penting dari upaya untuk meningkatkan kesadaran politik masyarakat. Jangankan terhadap pembelaan akan posisi sebagai Muslim, pembelaan sebagai anak bangsa pun akan lemah kalau tingkat kesadaran politik bangsa ini rendah.
Terlebih bila terus diopinikan dengan gambaran-gambaran yang menyesatkan, sehingga bangsa ini tidak bisa membedakan mana musuh mana kawan. Mana yang membela kepentingan rakyat, mana yang menjual negeri ini untuk kepentingan pribadinya.

Keberhasilan AS menjadikan Indonesia sebagai kawan kunci tersebut karena para pengambil kebijakan strategis di Indonesia adalah antek AS?


Sulit untuk menyebutkan secara pasti pertanyaan ini. Yang jelas dalam strategy for homeland security disebutkan bahwa AS akan masuk ke segala bidang untuk dapat meraih kepentingan nasionalnya, termasuk di Indonesia.
Mudahnya, kita bisa melihat kepada siapa mereka, yang disinyalir antek AS ini, mengabdi. Siapa-siapa yang mengabdi kepada kepentingan AS, maka setidaknya dapat kita curigai bahwa dia adalah antek AS. Dan tentunya hal ini membahayakan, apalagi kalau dilakukan oleh pejabat publik atau pejabat negara.

Bagaimana pola AS untuk menguasai Indonesia? Apakah ada persamaan pola di tiap rezim, dari Soekarno hingga SBY?


Hubungan AS dengan Indonesia mengalami pasang surut. Namun AS akan terus berpijak pada kepentingan nasionalnya. Sebagai negara Kapitalis Liberal dengan metode imperalisme-nya maka pola penguasaan kepada suatu negara tetaplah sama. Yang membedakan adalah situasi, kondisi dan siapa rezim yang berkuasa di suatu negeri. Tetapi khittah-nya tetap sama yaitu demi kepentingan nasionalnya dan thariqah-nya juga sama yakni penjajahan.

Kalau begitu bisakah Indonesia lepas dari cengkraman Amerika? 


Mestinya bisa.

Bagaimana caranya?


Tinggal masalahnya adalah bagaimana untuk lepas dari cengkraman asing seperti AS ini. AS adalah negara ideologis, subjek atau pelaku dari ideologi Kapitalis Liberal. Dengan metode imperalismenya, AS akan selalu mencari objek untuk menjadi lahan jajahannya. Dan Indonesia adalah salah satu korbannya.
Untuk lepas dari cengkraman itu, maka Indonesia harus menjadi negara ideologis juga, ideologis yang sesungguhnya, bukan negara pengikut atau bahkan objek dari negara ideologis yang lain.
Dengan potensi alam yang luar biasa, potensi SDM yang juga cukup menjanjikan, Indonesia justru berpeluang menjadi tidak sekadar hanya menjadi negara maju, namun dapat menjadi negara Super Power, negara yang ideologis.
Tentunya pilihannya tidak dengan ideologi Kapitalis-Liberal yang menjelang ambruk dengan berbagai krisis dan juga bukan dengan Sosialis-Komunis yang sudah bangkrut. Dengan potensi penduduk yang mayoritas Muslim dan latar belakang historis kejayaan Islam, dengan landasan keimanan yang kuat, mestinya sudah saatnya Islam menjadi pilihan.
Dengan Islam, Indonesia insya Allah akan menjadi negara nomor satu di dunia. Bukan dengan cara mengekploitasi dunia, menjajah, dan merampas kekayaannya. Namun, ia datang untuk menegakkan keadilan, menghapus kezaliman, mengembalikan hak-hak kepada yang memang berhak.
  
Budi Mulyana
Pengamat Hubungan Internasional

Sumber: www.hbmulyana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar