Kamis, 16 Desember 2010

WikiLeaks dan Kebebasan Informasi


Heboh-heboh WikiLeaks di penghujung tahun 2010 ini, menjadi fenomena bagi zaman kebebasan. Sebagian orang berpendapat, kemunculan WikiLeaks merupakan bentuk dari radikalisme kebebasan. Sebagian lain menilai, ini merupakan kebebasan yang sejati. Seperti halnya Lehman Brothers dan skema ponzinya Madoff, WikiLeaks merupakan produk dari liberalisme.

Sejarah telah mencatat, sejak satu abad lampau Amerika dan konco-konconya di Eropa, merupakan promotor terpenting dari program demokratisasi dan liberalisasi ke seluruh dunia. Tidak ada satupun negara yang alpa dan absen dari mega-proyek tersebut. Tak terkecuali negara-negara komunis dan kerajaan-kerajaan yang tertutup. Dalam proyek ini Barat meminta (bahkan memaksa) negara-negara lain, agar melakukan transparansi dan kebebasan. Satu abad berlalu, dunia benar-benar menjalankan kebebasan itu : liberalisasi ekonomi, liberalisasi informasi, dan liberalisasi agama.


Kebebasan menurut tafsir Barat adalah sesuatu yang tidak harus di kontrol oleh negara. Yang segalanya harus berlangsung secara natural dan tidak ada satupun intervensi. Kaidah invisible hand, diyakini akan menciptakan keseimbangan dan memperbaiki yang salah. Mazhab ini, yang di dunia ekonomi didengung-dengungkan oleh Adam Smith, harus berlaku pula pada urusan yang lain, utamanya dalam hal kebebasan informasi. Julian Assange, jurnalis kelahiran Townsville, Australia, mungkin tak pernah serius mempelajari teori liberalisasi pasarnya Adam Smith. Namun Assange yang merupakan anak zaman kebebasan pasar, turut pula merasakan nikmatnya hidup di alam bebas. Dan bersama para peretas (hacktivist) lainnya, dia mengomandani pembentukan WikiLeaks, sebuah situs pembocor informasi nirlaba yang berkedudukan di Swedia.

Ruang kerja WikiLeaks di Swedia

Tak banyak orang yang tahu, siapa otak dan darimana sumber dana pembuatan situs nakal tersebut. Namun beberapa intel Barat menuding, salah satu dari negara anggota BRIC (Brazil, Rusia, India, dan Cina) menjadi dalang dari kemunculan website ini. Berdasarkan situs resmi WikiLeaks (http://www.wikileaks.org), organisasi ini didirikan oleh pembangkang politik Cina, dan juga jurnalis, matematikawan, serta teknolog asal Australia, Amerika Serikat, Taiwan, dan Afrika Selatan. Melihat beragamnya kebangsaan pendiri WikiLeaks, kita mungkin bersepakat bahwa proyek ini merupakan proyek pembebasan internasional. Dan bukan proyek satu per-satu negara, seperti yang selama ini disangkakan Barat. Menurut Assange, di kemudian hari proyeknya ini tidak sebatas pada pembocoran informasi rahasia negara, namun juga akan berkembang kepada pengungkapan informasi-informasi korporasi.

Terlepas dari apa tujuan dan misi Assange mendirikan WikiLeaks, kehadirannya telah memberikan cakrawala baru bagi masyarakat internasional. Dari beberapa informasi yang telah dirilis, kita jadi tahu siapa sebenarnya Singapura, sebuah negara kecil dengan congkak yang luar biasa. Info mengenai desakan Saudi dan Mesir kepada Amerika untuk menginvasi Iran. Atau berita tentang dukungan Pakistan terhadap pemerintahan Taliban di Afghanistan. Tidak hanya itu, informasi WikiLeaks yang juga mengungkap kehidupan pribadi orang-orang besar, juga menambah pengetahuan kita. Seperti yang diberitakan baru-baru ini, mengenai kehidupan pangeran Saudi yang acapkali mabuk-mabukan dan sering berzina.

Julian Assange, pendiri WikiLeaks, dalam sorotan pers

Kini eksistensi WikiLeaks sedang mendapatkan cobaan. Pendirinya Julian Assange, dihadapkan ke pengadilan atas tuduhan pemerkosaan. Sebagian orang menduga, penangkapan Assange merupakan rekayasa Barat untuk mengucilkannya. Karena Barat, dan Amerika pada khususnya, merupakan pihak yang paling dirugikan dengan pembocoran ini. Bagaimana tidak, dengan bocornya informasi-informasi strategis Amerika, semakin menguatkan dugaan selama ini. Bahwa negara Paman Sam itu berada dibalik serangkaian aksi politik di sejumlah negara. Konsekuensi hal ini adalah, Amerika akan dituding sebagai negara pembuat makar dan menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas segala kekusutan masalah dunia.

Pada akhirnya bak senjata makan tuan. Kebebasan yang didengung-dengungkan oleh Amerika selama ini, kini menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.

Sumber: afandri81.wordpress.com
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar